Anda di halaman 1dari 6

CINTA ITU BUTA (BUTA SEMPULA)

Jerryfan Tou

Pernahkah kalian ditinggalkan sang kekasih hati ketika lagi sayang-sayangnya? Atau
diputusin ketika tekadmu sudah bulat untuk menafkahi hidupnya kelak? Cinta itu
memang buta, ya BUTA SEMPULA, kata teman seperjuanganku dulu dibangku
SMA. Cinta sejati itu bukan soal sesering mungkin engkau kasih kabar kepadanya
atau engkau harus tahu semua agenda aktiitasnya. Cinta sejati itu tidak butuh itu.
Cinta sejati sesungguhnya adalah bagaimana engkau memastikan bahwa dia adalah
satu-satunya yang kau punya. Maaf, saya agak sok tahu sedilkit tentang cinta,
walaupun koleksi mantanku tak sebanding yang kalian punya. Hehehhe…

“Selamat pagi nana, maaf kalau isi hati yang enu utarakan lewat Whatsup ini
sangatmembuat nana terpukul dan mungkin frustasi. Tapi, keputusan ini enu terpaksa
harus ambil karena enu tidak dapat melawan kehendak orang tua enu di sini. Ini demi
kebahagiaan mereka, walaupun enu harus menderita dalam pahitnya kisahku ke depan
dengan pilihan mereka. Enu tidak mau dicap sebagai anak yang membangkang dan
melawan orang tua. Kamu akan tahu sendiri nanti kenapa sampai ini terjadi, karena
dalam waktu dekat seluruh keluarga besar dari laki-laki pilihan bapa dan mama akan
berkunjung ke rumah untuk meminang Enu. Enu tidak tahu harus berbuat apa selain
pasrah. Maafkan Enu e nana dan terima kasih untuk segalanya yang telah kita lalui
bersama semasa kuliah” Moni

Bagai disambar petir siang bolong, hati Rikus sangat hancur. Keputusan sepihak yang
diambil oleh Moni membuatnya tak berdaya. Bagaimana tidak, kisah cinta yang
dirawatnya selama 4 tahun kini kandas ditengah jalan. Susah senang mereka lalui
bersama dan penuh sukacita. Namun, itu semua hanyalah tinggal kenangan. Rikus tak
mampu lagi memainkan jarinya pada layar HP untuk sekedar membalas chatingan
dari kekasihnya itu. Dia hanya mampu membaca isi pesan itu.

“Tuhan, kalau memang ini jalan yang harus dilalui, saya siap. Karena saya percaya
engkau akan mempersiapkan yang terbaik untuk mendampingi hidupku nanti’,
gumannya dalam hati.

Jatuh Cinta di Kapal Ferry


“Enu...mau ke Kupang juga ka? Sapa Rikus dengan enu yang ada di sampingnya di
atas kapal ferry. Oh..iya nana, mau ke kupang e, mau kuliah di sana. Jawab moni.
Kalau nana ge?
Saya juga enu, bapa mama suruh saya kuliah di kupang biar dekat saja. Tapi setelah
tahu enu juga mau kuliah di kupang saya semakin semangat. Heehe
Gombalnya nana ini, manis macam pandang bogor e. Balas Moni
Singkat cerita, keduanya saling jatuh hati dan resmi berpacaran. Di Kupang mereka
kuliah pada salah satu Universitas hanya beda jurusan. Rikus di Fakultas hukum,
sedangkan Moni di FKIP. Saling mengisi kekurangan dan memberi dukungan baik di
kampus maupun di luar kampus adalah rutinitas yang selalu mereka lakukan. Ini demi
komitmen bersama yang sudah mereka sepakati yakni menyelesaikan kuliah tepat
waktu (4 tahun/8 semester) agar orang tua bangga dan membantu meringankan beban
orang tua. Namun, fakta berkata lain. Rikus tertinggal dari Moni. Dia harus
menambah satu tahun untuk menyelesaikan kuliahnya lantaran satu mata kuliahnya
tidak memenuhi syarat. Dia harus menunda wisudanya setelah mata kuliah itu sudah
lulus..

Enu, saya minta maaf, tidak bisa menjaga komitmen yang sudah kita sepakati besama,
sambil meneguk kopi manggarai yang disiapkan Moni di teras Kosnya.
Kenapa nana?, tanya Moni
Ada satu mata kuliah yang saya belum memenuhi syaratnya enu. Kayanya enu wisuda
duluan dan kembali ke kampung terlebih dulu. Saya harus melanjutkan mata kuliah
itu di semester berikut tahun depan enu. Tidak ada lagi Program Semester Pendek di
Fakultas. Jadi enu, saya minta maaf.

Moni menarik nafas panjang. Mukanya sedikit kusut mendengar curhat dari
kekasihnya itu. Namun GEGANA (Gelisah, Galau Merana) itu tidak berlangsung
lama, lantaran Rikus pandai menghibur hati kekasihnya itu dengan menyanyikan lagu
kesukaannya. Diambilnya gitar, lalu mulai memetik dengan gaya klasik sambari
menyanyi.
One hau de daku nai..moro mata ne..
Toe sendok pati sua, hanang latang me..
Ai hau de mata leso ge, ai hau de wulang mongko ge aa
Ai hau de, ntala gewang ge, hanang hau, lo’o capu gula ge..
(dan seterusnya....)

Seketika suasana sore itu terasa sejuk sekali. Tak terasa kopi manggarai buatan Moni
habis dilahap Rikus dengan cepat.

Wisuda dan KB (Kole Beo)


Tiba saatnya jadwal wisuda periode ke dua dalam tahun itu tiba. Moni adalah salah
satu Mahasiswa yang namanya tercatat dalam daftar peserta wisuda dan berhasil
menyelesaikan kuliahnya 4 tahun 8 semester dan berhasil menyandang status
mahasiswa berprestasi dengan predikat cumlaude. Rasa senang dan gembira
tergambar jelas di raut wajahnya. Kebahagiaan itu semakin terasa indah ketika sang
kekasih (Rikus) mendampinginya dalam acara wisuda menggantikan orang tuanya
yang tidak bisa hadir lantaran kondisi keuangan yang tidak cukup.

Nana, terima kasih e, sudah menggantikan Papa dan Mama mendampingi saya di
acara wisuda ini. Air mata bercucuran di pipinya yang manis nan imut.

Enu, Nana akan mendampingimu setiap kali enu membutuhkan. Jangan menangis ya.
Jawab Rikus, sambil mengeluarkan sapu tangan dari saku celana dan mengusap air
mata kekasihnya itu yang bedaknya suda mulai luntur.

****

Seminggu setelah Moni Wisuda, Rikus mulai tak tenang. Hatinya galau, karena
sebentar lagi Moni akan kembali ke kampung halamannya. Kunjungan rutin ke kost
kekasihnya itu gencar dilakukan. Dari kebiasaan satu kali seminggu (malam minggu),
kini hampir setiap malam. (Jangan tanya mereka buat apa, itu urusan mereka)
Hehehe.. jangan kepo.
***

Jadwal ferry berlabuh ke Manggarai biasanya hari kamis dalam tiap minngu. Rikus
mengantar kekasihnya itu ke Pelabuhan Bolog-Kupang, kebetelan hari itu Rikus tidak
ada jadwal kuliah alias free. Sepanjang perjalanan, Moni terus memeluk tubuh
kekasihnya itu dengan erat di atas Motor Revo 110. Ya...motor Revo itu satu-satunya
yang memudahkan mereka saat bepergiaan selama sama-sama berada di Kupang.
Sesekali Rikus memegang jari kekasihnya itu sambil kembali menyanyikan lagu
kesukaan dari Moni yang diciptakan oleh penyanyi legenda Manggarai Om Ivan
Nestroman (Mata Leso Ge)

Nana, saya pamit sudah e, kapal sudah mau berangkat. Tolong jaga hati, jaga mata
dan jangan selingkuh. Enu menunggumu di kampung. Cepat selesaikan kuliahmu,
biar bisa cepat ketemu inang dan amangmu. Pinta Moni, sambil mengangkat tasnya.

Pesan itu terasah indah dan sejuk didengar oleh rikus (bombong pesu,, majak tara).
Siap momang, saya akan pasti wisuda dan kembali ke Manggarai dan siap
melamarmu. Aku janji akan selalu setia padamu molas momangku. Ingat, walaupun
cinta kita berawal di Kapal Ferry Ine Rie ini, namun saya tidak mengarapkan untuk
berakhir di kapal ferry ini juga enu. Nana hanya punya enu di hati dan tidak ada orang
lain. Dan enu tahu itu to? Pinta Rikus.
Iya nana momang daku.. saya akan selalu ingat itu. Jawab Moni

***

Sebulan setelah berpisah, komunikasi tidak lagi berjalan dengan baik. Moni sudah
mulai menolak panggilan telpon dari Rikus. Chat via WA, Messangger, SMS tidak
pernah dibalas lagi dan hanya di read saja. Semakin hari Rikus kelihatan gelisah dan
sering mengurung diri dalam kamar. Dengan teman-teman sekostnya, Rikus tak
seramah dulu lagi. Kadang emosinya tak terkendali.

Aku harus selidiki, kenapa semua ini terjadi. Katanya dalam hati.
Dia teringat kembali dengan kawannya dulu sewaktu SMA yang kebetulan
sekampung dengan Moni. Kawan lama itu satu-satunya harapan untuk mengetahui
kondisi Moni di kampung.

***

Selamat sore teman, saya bisa tanya ko? Tanya rikus pada temannya lewat telpon.

Sore juga teman, bagaimana e, ada yang saya bisa bantu ko?

Begini teman, saya lagi stress berat ni e. Saya punya timi (pacar) tidak ada kabar lagi
sebulan terakhir semenjak pulang kampung e. Teman bantu cari informasi dulu
ka..Pinta Rikus, memohon kepada temannya itu.
Oh iya teman, saya lupa kasih tahu kraeng e.
Ada apa teman?, tanya rikus yang penuh dengan curiga.
Jadi begini teman, Moni dijodohkan oleh orang tuanya dengan kraeng Nabas yang
dari
kampung sebelah e. Yang tahun lalu sudah lulus PNS. Dua minggu lagi, keluarga
laki-laki datang meminang enu Moni. Orang tua Moni merencanakan ini sedari dulu
semenjak moni berangkat kuliah. Dan kebetulan kami ini panitia yang tergabung
dalam acara tiba anak wina itu nanti.
Baik teman, terima kasih informasinya e. Jawab rikus singkat, sambil mematikan
telponnya.

***

Perasaan rikus amat sangat hancur dan luluh lantak. Cinta sejati yang dijaganya
selama ini ternyata dihkianati. Pesan dan janji manis di Pelabuhan Bolog-Kupang
ternyata hanyalah penghias bibir menghibur perpisahan. Dan Rikuspun berkeyakinan
bahwa “Pada akhirnya, Dia yang setia selama kuliah dan berjuang mendampingi
kekasih sampai Wisuda akan dikalahkan oleh Pemuda PNS yang sudah menunggu di
kampung”

***

Oh cinta....
Cinta itu memang buta. “BUTA SEMPULA”.

Anda mungkin juga menyukai