Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PERAN DAN TUGAS GURU BAHASA JEPANG

Tujuan

 Mahasiswa dapat memahami peran guru Bahasa Jepang.


 Mahasiswa dapat memahami tugas guru Bahasa Jepang.
 Mahasiswa dapat memahami faktor penyebab kecemasan pada siswa.
 Mahasiswa dapat memahami cara mengatasi kecemasan pada siswa.

Diskusikan dengan teman sebelahmu!


1. Menurut Anda, seperti apakah guru yang ideal itu?
2. Apa yang Anda ketahui tentang peran guru?
3. Apa yang Anda ketahui tentang tugas guru?
4. Faktor apa saja yang menyebabkan kecemasan pada siswa saat belajar Bahasa Jepang?
5. Bagaimana cara mengatasi kecemasan tersebut?

A. Peran Guru Bahasa Jepang


Banyak orang berpikir bahwa guru adalah orang yang berdiri di depan kelas untuk
memberikan materi pelajaran kepada siswa. Anggapan tersebut tidaklah keliru karena guru
adalah orang yang dianggap memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa, sehingga ia menyampaikan materi pelajaran dengan berbagai teknik atau metode
pembelajaran yang menarik agar siswa dapat memahaminya dengan mudah.
Kita juga sering kali menjumpai guru menggunakan media pembelajaran saat
menyampaikan materi ajar kepada siswa. Misalnya, guru Biologi membawa alat peraga
berbentuk tubuh manusia saat mengajarkan anatomi tubuh. Guru Bahasa Inggris membawa
kartu bertuliskan huruf-huruf alphabet saat mengajarkan cara mengucapkan huruf dalam
Bahasa Inggris. Begitu pula dengan guru Bahasa Jepang membawa beberapa alat tulis saat
mengajarkan nama-nama benda di dalam kelas dalam Bahasa Jepang. Media pembelajaran
yang digunakan oleh guru dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi pembelajaran

7
secara lebih mudah dan menyenangkan. Perasaan senang yang dirasakan oleh siswa dapat
membantu meningkatkan motivasi belajar mereka.
Beberapa hal yang dilakukan oleh guru di atas adalah sebagian kecil dari perannya
sebagai guru. Nakagawa (2004) menyatakan bahwa peran guru di antaranya sebagai
pembimbing, adviser dan konselor. Peran tersebut menuntut guru melakukan tugasnya dari
saat akan memulai aktivitas pembelajaran ( 教室活動の前), saat sedang berlangsungnya
pembelajaran (活動中), sampai berakhirnya kegiatan pembelajaran (活動後).
Secara umum guru memiliki peran sebagai pentransfer ilmu atau pengetahuan. Namun
guru juga memiliki beberapa peran lainnya seperti semboyan yang dikemukakan Ki Hajar
Dewantara sebagai bapak pendidikan yang menjadi salah satu kontribusi positif bagi
pendidikan di Indonesia. Semboyan tersebut berbunyi “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo
Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
1. Ing Ngarso Sung Tulodo
Makna dari Ing Ngarso Sung Tulodo adalah guru harus memberikan teladan bagi siswanya.
Sikap dan tingkah laku yang diperlihatkan guru dalam kegiatannya di kelas atau sekolah
dapat ditiru oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus selalu berhati-hati dalam bersikap agar
siswa memiliki model atau contoh dalam kehidupan nyata baik saat ia menjadi siswa
maupun sebagai angota masyarakat di kemudian hari.
2. Ing Madyo Mbangun Karso
Semboyan Ing Madyo Mbangun Karso dapat dimaknai sebagai peran guru saat berada di
antara siswanya harus selalu membangkitkan semangat dan kemauan siswanya dalam
meningkatkan prestasi dirinya. Guru harus menjadi orang pertama yang terus memompa
semangat para siswanya agar terus mengasah kemampuan dan potensi yang dimilikinya
untuk menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara.
3. Tut Wuri Handayani
Seorang guru harus mampu memberikan dorongan moral kepada siswanya agar terus maju
dalam mencapai tujuan hidupnya. Guru selalu berada di belakang siswa untuk memberi
semangat
Tut Wuri Handayani dirangkai dari kata tut wuri yang memiliki arti mengikuti dari
belakang da kata handayani yang memilki arti memberikan motivasi atau dorongan
semangat. Dengan demikian semboyan ki Hajar Dewantara yang ketiga ini memiliki
makna bahwa seorang guru diharapkan dapat memberikan suatu dorongan moral dan
semangat kepada para siswanya.

8
Setiap siswa di dalam kelas memiliki kemampuan akademik yang berbeda. Sering kita
dengar kelompok siswa unggul, yaitu siswa yang memiliki kemampuan akademik di atas rata-
rata nilai kelasnya, kelompok siswa menengah, yaitu siswa yang memiliki kemampuan
akademik sesuai rata-rata kelasnya, dan kelompok siswa rendah, yaitu siswa yang memiliki
kemampuan akademik di bawah rata-rata kelasnya. Ketiga kelompok ini memiliki hak yang
sama untuk mendapat bimbingan dari guru agar memperoleh hasil yang baik dan memuaskan.
Tidak hanya bimbingan dari segi akademik, guru juga perlu membimbing bakat dan potensi
yang dimiliki setiap anak. Misalnya, siswa yang memiliki bakat olahraga perlu dibimbing
guru agar dapat menyalurkan bakatnya melalui kegiatan ekstra kurikuler. Begitu pula siswa
yang memiliki keterampilan berbahasa Inggris atau bahasa asing perlu ditingkatkan
kemampuannya agar memperoleh prestasi yang gemilang. Salah satunya membimbing
mereka dalam klub Bahasa Inggris atau mengikutsertakan mereka dalam berbagai perlombaan
bahasa asing.
Takamizawa (2004) menjelaskan bahwa guru dalam perannya sebagai pengajar
Bahasa Jepang harus melakukan beberapa pekerjaan sebagai berikut.
1. Menyiapkan rencana pembelajaran
Guru harus mebuat rencana pembelajaran agar siswa dapat belajar secara efektif dan
efisien. Rencana pembelajaran yang dibuat guru biasa juga dinamakan course design (コー
スデザイン).
2. Mengenalkan Bahasa Jepang
Salah satu tugas guru adalah mengenalkan Bahasa Jepang kepada siswa. Misalnya
mengajarkan pola kalimat dan cara pemakaiannya.
3. Melatih siswa agar dapat menggunakan Bahasa Jepang
Salah satu tugas penting guru Bahasa Jepang adalah melatih siswa agar dapat
menggunakan Bahasa Jepang yang sudah dipelajarinya. Oleh karena itu guru dituntut
supaya dapat menggunakan berbagai metode dan teknik pembelajaran.
4. Menjadi mitra berkomunikasi bagi siswa
Sebelum siswa menggunakan Bahasa Jepang pada situasi sebenarnya, maka siswa perlu
mendapat pengalaman dalam menggunakan Bahasa Jepang yang telah dipelajarinya. Di
dalam pembelajaran di kelas, guru membimbing siswa sebagai mitranya dalam
berkomunikasi menggunakan Bahasa Jepang.

9
5. Mengelola psikologi siswa
Pada umumnya kondisi psikologi siswa mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu
guru tidak sekedar memikirkan bagaimana dia mengajar tetapi juga mengetahui
bagaimana siswanya belajar.

B. Tugas Guru Bahasa Jepang


Peran guru sebagai pentransfer ilmu, pembimbing, penasehat, motivator, dan penilai
tidak lepas dari tugas-tugas yang harus dikerjakannya.
Tugas guru dibagi ke dalam dua poin besar, yaitu tugas untuk mengajar dan tugas
untuk belajar.
1. Tugas Guru untuk Mengajar
Guru dalam tugasnya sebagai pengajar harus memberikan ilmu atau pengetahuan sesuai
bidang atau mata pelajarannya. Guru bahasa Jepang memiliki tugas menyampaikan
bahasa Jepang kepada siswanya dengan cara yang menarik dan mudah dipahami siswa
sehingga siswa dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi yang dibangun dengan
baik merupakan jembatan yang dapat meningkatkan hubungan antar negara. Keberhasilan
siswa menguasai bahasa Jepang menjadi salah satu cara mereka berkompetisi untuk
memperoleh lapangan kerja yang lebih baik.
2. Tugas Guru untuk Belajar
Guru adalah seseorang yang menyampaikan ilmu dan pengetahuan kepada siswa. Seiring
perkembangan jaman, kemajuan ilmu dan teknologi pun terus berkembang. Khususnya
teknologi komunikasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kita dapat
memperoleh banyak ilmu dan informasi melalui sebuah media internet dan dengan cepat
informasi yang kita butuhkan tersebut dapat kita terima. Oleh karena itu, guru perlu untuk
terus mengembangkan kemampuan diri dan menambah pengetahuannya sesuai bidang
keilmuannya. Guru dapat memperoleh pengetahuan yang baru melalui berbagai cara dan
tempat. Di antaranya, melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi, ikut
dalam berbagai seminar dan lokakarya, aktif dalam organisasi profesi, dan lain-lain.
Pengajar Bahasa Jepang baik di lembaga formal maupun nonformal yang ada di
Indonesia dapat ikut serta dalam forum ilmiah yang dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi,
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK),
Asosiasi Pengajar Bahasa Jepang di tingkat nasional maupun lokal, The Japan
Foundation dan lain-lain agar dapat menambah wawasan keilmuan Bahasa Jepang,

10
metode pengajaran, dan kebudayaan Jepang. Para pengajar Bahasa Jepang pun dapat
mengikuti pelatihan di Jepang yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Jepang dan
The Japan Foundation.

Guru Bahasa Jepang harus terus belajar karena Bahasa Jepang dan metode dalam
pengajaran Bahasa Jepang akan mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Seorang
guru Bahasa Jepang pun harus mau menerima setiap informasi yang masuk dan mengubah
paradigm berpikirnya secara fleksibel. Selain itu ia harus mau belajar dari para siswanya
karena mempelajari karakteristik dan perbedaan gaya belajar siswa, secara tidak langsung
akan memperkaya pengetahuan dan pengalamannya dalam mengajar.

C. Kecemasan Siswa Belajar Bahasa Jepang


Di dalam kegiatan pembelajaran tidak sedikit siswa yang mengalami kecemasan,
terutama saat mempelajari bahasa asing. Kecemasan tersebut dapat disebabkan oleh banyak
faktor. Saat siswa pertama kali mempelajari Bahasa Jepang mungkin akan menemukan
banyak kendala, karena Bahasa Jepang sebagai Bahasa asing yang mereka pelajari memiliki
banayak perbedaan dengan bahasa ibu.
Penggunaan tiga huruf di Jepang seperti huruf hiragana, katakana, kanji, jumlah dan
jenis kosakata yang banyak, struktur bahasa, serta penggunaan ragam halus atau hormat,
menjadi keunikan tersendiri bagi Bahasa Jepang dibandingkan dengan bahasa lainnya. Namun
di satu sisi menjadi salah satu kendala atau kesulitan siswa asing dalam mempelajarinya.
Kesulitan dalam mempelajari Bahasa Jepang dapat menimbulkan kecemasan pada
siswa. Bentuk kecemasan yang diperlihatkan siswa bisa berbeda-beda. Kecemasan yang
terjadi pada siswa diantaranya:
1. Kecemasan terhadap bahasa target (Misal: Bahasa Jepang).
Bahasa Jepang sebagai bahasa asing yang memiliki banyak perbedaan dengan Bahasa ibu
siswa, sering kali menyebabkan kecemasan. Faktor huruf, strukur bahasa, kosa kata,
penggunaan bentuk hormat (teineigo) menjadi penyebab kekhawatiran dalam
mempelajari Bahasa Jepang.
2. Kecemasan terhadap target pembelajaran
Target yang terlalu tinggi dibandingkan dengan kemampuan Bahasa Jepang siswa tentu
akan menimbulkan kecemasan pada diri siswa.

11
3. Kecemasan melakukan kesalahan
Pada beberapa situasi pembelajaran Bahasa Jepang, siswa menghindar saat disuruh guru
membuat kalimat Bahasa Jepang. Hal tersebut disebabkan beberapa hal, di antaranya
siswa belum memahami materi yang disampaikan guru, faktor ketidakpercayaan pada diri
siswa, atau takut salah menjawab. Kesalahan yang dilakukan siswa saat menjawab
pertanyaan guru, sering kali mengundang tertawaan dari teman-temannya atau
menyebabkan guru menjadi marah atau menegur siswa bersangkutan. Keadaan seperti ini
membuat kecemasan tersendiri bagi siswa sehingga ia lebih cenderung pasif dalam
mengikuti pelajaran Bahasa Jepang.
4. Kecemasan karena malu
Malu merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat siswa di dalam menguasai
keterampilan berbahasa Jepang. Malu bisa ditimbulkan oleh berbagai faktor, misalnya
seorang siswa yang memiliki suara sengau. Ia akan merasa malu saat disuruh
mengucapkan kalimat Bahasa Jepang atau tampil presentasi di hadapan teman-temannya.
Rasa malu bisa juga ditimbulkan karena siswa tersebut selalu melakukan kesalahan saat
ditanya oleh guru.
5. Kecemasan terhadap kemampuan
Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda di dalam memahami Bahasa Jepang.
Beberapa siswa yang termasuk pada kelompok siswa rendah akan mengalami kecemasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa lainnya, karena ia merasa kemampuannya
di bawah teman-temannya.

Perasaan tidak mampu siswa dalam memahami Bahasa Jepang mengakibatkan


berbagai macam tindakan yang dilakukannya. Tindakan tersebut bisa berupa peraaan tidak
percaya diri, kejenuhan mengikuti pelajaran, motivasi belajar yang terus menurun, prestasi
belajar yang tidak memuaskan, bolos sekolah, bahkan sampai ingin berhenti sekolah.
Purwanto menjelaskan bahwa menurut aliran ilmu jiwa moderen, di dalam diri
manusia terdapat dorongan-dorongan batin yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan
kehidupan manusia. Ia menambahkan jika hasrat dalam batin seseorang tidak terpenuhi dapat
menimbulkan kekecewaan, dalam hal ini Purwanto menyebutkan sebagai frustasi.
Frustasi dapat menimbulkan reaksi yang berlainan pada setiap orang. Reaksi yang
timbul karena frustasi diantaranya:

12
1. Agresi, yaitu reaksi menentang atau suatu serangan yang bersifat langsung atau tidak
langsung.
2. Regresi, yaitu reaksi yang ditunjukkan sebagai suatu kemunduran karena tindakan
tersebut dilakukan tidak sesuai dengan usianya.
3. Fiksasi, yaitu reaksi yang dilakukan tanpa mengalami kemajuan.
4. Represi, yaitu reaksi yang ditimbulkan secara terus menerus dan telah masuk ke dalam
bawah sadarnya.

D. Cara Mengatasi Kecemasan Siswa


Jika kecemasan tersebut dibiarkan berlarut-larut, tentu akan berdampak lebih buruk
pada psikologis siswa. Akibat dari hal tersebut bisa berdampak pada menurunnya motivasi
belajar, kejenuhan mengikuti pembelajaran, menghindar dari pelajaran Bahasa Jepang,
bahkan ada siswa yang memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Oleh karena itu guru
harus menciptakan suasana dan kondisi nyaman bagi siswa, sehingga mereka dapat
mempelajari Bahasa Jepang dengan perasaan senang dan hasil belajarnya memuaskan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kecemasan siswa dalam
mempelajari Bahasa Jepang, yaitu:
1. Menyesuaikan bahan ajar dengan level dan kemampuan siswa.
2. Menyesuaikan isi materi ajar dengan tujuan belajar siswa.
3. Menjelaskan rencana pembelajaran.
4. Menjaga hubungan yang harmonis dengan siswa.
5. Menghindari perbaikan kesalahan siswa secara berlebihan.
6. Menjaga kondisi kelas agar menyenangkan.
Menurut Wrag seperti yang dikutip oleh Nakagawa (2004), terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengajaran bahasa asing di antaranya:
1. Guru dan siswa harus sering dan banyak menggunakan bahasa asing secara aktif.
2. Mengurangi penggunaan bahasa ibu meskipun pada level dasar.
3. Guru lebih sedikit bicara.
4. Guru lebih banyak memuji dan menyemangati siswa.
5. Suasana kelas yang hangat.
6. Guru sering tersenyum dan bergurau.
7. Siswa banyak tertawa di dalam kelas.
8. Siswa menunjukkan motivasi untuk mengikuti pembelajaran.

13
9. Guru jarang mengkritik tindakan siswa.
10. Memperbaiki kesalahan siswa dengan bijak.

Pada pelaksanaannya di lapangan, sering kali pelajaran Bahasa Jepang tidak dirasakan
sebagai suatu pelajaran yang menyenangkan. Interaksi atara guru dan siswa hanya sebatas
sebagai pengajar yang menyampaikan materi pelajaran kepada muridnya di kelas. Peran guru
sebagai pembimbing, konselor, dan penasehat cenderung diabaikan. Kemampuan siswa dalam
menggunakan Bahasa Jepang masih tergolong rendah. Hal ini berdampak pada kualitas
lulusan yang dihasilkan oleh suatu institusi pendidikan yang tidak siap kerja atau tidak dapat
memenuhi kebutuhan yang diharapkan oleh pengguna lulusan.
Berdasarkan hasil pertemuan Ketua Jurusan/Ketua Program Studi Bahasa Jepang se-
Indonesia di The Japan foundation Jakarta yang dilaksanakan pada 23 dan 24 Juni 2014,
terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Jepang, yaitu:
1. Kemampuan Bahasa Jepang mahasiswa dan pengajar yang rendah.
2. Pemahaman metodologi pengajaran yang tidak memadai.
3. Perlunya perbaikan kurikulum (sebaran mata kuliah kependidikan dan jumlah SKS).
4. Kurangnya bahan ajar (khususnya untuk level menengah ke atas).
5. Masih minimnya referensi untuk menulis skripsi atau laporan akhir.
6. Berkurangnya tempat melaksanakan PKM.
Perlu kiranya seorang guru Bahasa Jepang memahami peran dan tugasnya dengan baik
agar ia menjadi sosok yang menjadi panutan bagi siswanya. Keberhasilan seorang guru di
dalam membimbing siswanya akan menghasilkan siswa yang unggul dan memiliki
keterampilan berbahasa Jepang dengan baik.
Guru juga perlu menyiapkan berbagai sumber belajar agar dapat menyiapkan materi
atau topik pembelajaran dari banyak sumber sehingga kaya dengan ilmu dan pengetahuan.
Guru jaman sekarang harus dapat menggunakan komputer dan dapat mengakses berbagai
informasiyang berkaitan dengan topik pembelajaran dari internet. Selain itu kehadiran
teknologi dalam bidang pendidikan harus lebih menyemati guru dalam menyiapkan bahan ajar
dan media pembelajaran sehingga siswa memperoleh banyak pengetahuan dan informasi
melalui gadget yang mereka miliki. Pemanfaat media pembelajaran atau aplikasi yang dapat
diakses di gadget siswa, baik secara online maupun offline, memudahkan siswa belajar sambil
bermain.

14
Rangkuman

Guru memiliki peran dan tugas yang harus dilaksanakan secara seimbang
agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Namun dalam
pelaksanaannya, terdapat siswa yang mengalami kecemasan dalam mempelajari
Bahasa Jepang. Peran guru sebagai pembimbing dan konselor diperlukan agar
kecemasan yang dirasakan oleh siswa bisa segera diatasi dengan baik.
Guru juga harus terus mengasah kemampuannya dengan cara belajar tanpa
henti karena Bahasa Jepang dan metode yang digunakan dalam menyampaikan
Bahasa Jepang akan terus mengalami perubahan seiring perkembangan jaman. Guru
juga perlu mengubah paradigma berpikirnya supaya fleksibel dalam menerima
informasi terbaru.

E. Latihan
1. Jelaskan peran guru Bahasa Jepang sesuai bunyi semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo!
2. Sebutkan tugas guru Bahasa Jepang dalam mengajar!
3. Jelaskan kecemasan yang dialami oleh Anda saat belajar Bahasa Jepang!
4. Bagaimana cara Anda mengatasi kecemasan saat belajar Bahasa Jepang?

F. Daftar Pustaka
Kobayashi, Mina. 2001. Yoku Wakaru Kyoujuhou. Tokyo: ALC.
Nakagawa, Yoshio. 2004. Hitsuden: Nihongo Kyouiku Jisshuu (puro no Waza). Tokyo:
Bonjinsha.
Purwato, M Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Takamizawa, Hajime. 2004. Shin Hajimeteno Nihongo Kyouiku 2: Nihongo Kyoujuhou
Nyuumon. Tokyo: ALC.
The Japan Foundation. 2007. Nihongo kyojuhou Series: Nihongo Kyoushi no
Yakuwari/Course Design. Tokyo: Hitsuji Shobo.

15

Anda mungkin juga menyukai