TUTORIAL B4
DISUSUN OLEH :
Tutor : Bu Yayu
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai kasus keempat
yaitu tentang Hipoglikemia.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Rahayu, Apt, M.Si atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial.
Terima kasih juga kepada kelompok tutorial B-4 atas kerjasamanya mulai dari proses
pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan dari
diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus keempat ini serta untuk menambah
pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami
dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Terimakasih atas segala perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi serangkaian tugas dari
case "explanary case”. Selain itu juga untuk menambah ilmu pengetahuan, dan
sebagai media untuk belajar bagi yang membacanya.
Case 4
Page 1
Seorang perempuan berusia 45 tahun dibawa ke UGD oleh keluarganya jarena jatuh pingsan
sejak 30 menit yang lalu. Menurut suaminya, sebelum kejadian pasien mengeluh badannya
terasa lemas, gemetar, keluar keringat dingin, jantung berdebar-debar dan tampak cemas
setelah mengkonsumsi obat yang biasa diminum setiap pagi. Obat tersebut didapatkan dari
dokter karena sejak setahun yang lalu pasien merasa berat badannya makin kurus dan sering
lemas dan setelah di cek darah ternyata pasien didiagnosis menderita penyakit kencing manis
dan mendapat pengobatan tablet glibenklamide 5mg. pagi sebelum kejadian, pasien minum
obat tersebut belum sarapan dan kemungkinan karena lupa setelah sarapan pasien minum
obat yang sama lagi. Menurut keluarganya pasien tidak pernah minum alcohol atau obat-
obatan lain serta penyakit hati disanagkal. Riwayat keluarganya, ibu pasien terkena penyakit
kencing manis juga.
Page 2
Hasil Pemeriksaan fisik didaptkan kesadarannya soporus, TD: 90/50 mmHg, HR: 120x/min
dan suhu tubuh 36 C, reflex fisiologis menurun serta tidak ada kelainan lain yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik lainnya. Pemeriksaan glukosa darah diperiksa oleh dokter yang
bertugas menggunakan glucometer darah digital, menunjukan hasil 38 mg/dl.
Page 3
IPEMBAHASAN
2.1 HIPOGLIKEMIA
2.1.1 Definisi
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah batas normal.
Hipoglikemia dianggap telah terjadi bila kadar glukosa darah < 50 mg/ dL
.
(sumber :Fisiologi Manusia, Lauralee Sherwood Hal. 672)
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada diabetes
melitus, terutama karena terapi insulin.
Harus ditekankan bahwa serangan hipoglikemia adalah berbahaya, bila sering terjadi
atau terjadi dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau
bahkan kematian.
(Fisiologi Manusia, Lauralee Sherwood Hal. 672)
2.1.2 Etiologi
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar glukosa darahnya.
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan gukosa dihati.
(sumber : Endokrinologi Francis S. Greenspan 828)
2.1.4 Patofisiologi
Kelebihan insulin biasanya terjadi akibat terlalu tingginya dosis insulin atau obat
antidiabetes oral yang di gunakan selama pengobatan diabetes melitus.
Adanya gangguan pada hati yang menyebabkan penurunan pemecahan asam amino.
(sumber : Endokrinologi Francis S. Greenspan 828)
Diagnosa insulinoma
Tumor sel β tidak mengurangi sekresi sekalipun ada hipoglikemia, dan kadar
insulin serum 10 μU/mL atau lebih dan kadar glikosa plasma pada saat yang
sama dibawah 45mg/dL (2,5 mmol/L) mengisyaratkan adanya insulinoma.
Assay insulin
Tes darah digunakan untuk mendiagnosis insulinoma (tumor dari pulau
langerhans) dan untuk mengevaluasi pasien dengan hipoglikemia puasa.
Hal ini sering dikombinasikan dengan test glukosa plasma puasa untuk
meningkatkan nilai diagnostik. Tehnik ini tidak saja mendeteksi insulin
manusia, tetapi juga insulin sapi dan babi.
Uji supresi
Uji ini paling diandalkan adalah dalah keadaan puasa yang lama (diawasi)
pada pasien-pasien yang dirawat dirumah sakit. Sesudah timbul gejalanya
maka dilakukan pengambilan kadar glukosa darah, insulin, proinsulin, dan
tingkat peptida C lalu puasa dihentikan.
Uji stimulasi
Berbagai uji stimulasi dengan tolbutamid, glukagon, atau kalsium
intravena talah dirancang untuk dapat memperlihatkan sekresi insulin yang
berlebihan dan memanjang.
o Uji stimulasi dengan tolbutamid
Uji ini bisa mengisyaratkan suatu tumor penghasil insulin, namun
respon ini hanya dijumpai pada 60% atau kurang pasien insulinoma
dan hasil positif palsu dapat terjadi (misalnya dengan obesitas dan
penyakit hati)
o Uji stimulasi glukagon
Ini juga dapat mengarahkan tumor yang menghasilkan insulin, akan
tetapi ini hanya dijumpai pada separuh pasien insulinoma dan dapat
pula diperoleh hasil positif palsu.
Uji toleransi glukosa
Sebenarnya ini tidak berguna dalam diagnosa tumor pesekresi insulin.
Klem euglikemik
Pemantauan glukosa darah kontinu dengan infusi dexstrosa kontrol umpan
balik memakai suatu pankreas buatan.
Pengukuran proinsulin
Biasanya orang yang insulinoma kadar proinsulinnya tinggi, yaitu 30-90%
daripada orang normal kurang dari 20%.
Pengukuran glikohemoglobin
Kadar glikohemoglobin yang rendah telah dilaporkan pada beberapa kasus
insulinoma dan mencerminkan hipoglikemia kronis.
Pemeriksaan lokalisasi tumor
o Pemeriksaan pencitraan
Dengan USG, CT scan, MRI, arteriografi.
o Pengambilan sampel vena porta transhepatik
Penanganan insulinoma
Pembedahan tumor
Angka keberhasilan 85%. Sebelumnya diberikan diazoksid (suatu inhibitor
sekresi insulin yang poten dapat mempertahankan euglikemia pada
kebanyakan pasien dengan tumor-tumor penghasil insulin) dan juga
diberikan dexstrosa 5% atau 10% dengan diinfus sehari sebelum
pembedahan guna menentukan kecepatan pemberian glukosa yang tepat
untuk mempertahankan euglikemia.
Pemberian obat-obatan
Terapi diazoksid emrupakan pengobatan terpilih pada pasien-pasien
dengan karsinoma sel pulau fungsional yang tidak dapat dioperasi, dapat
bertahan >10 tahun tanpa efek buruk. Jika pasien tdak tahan dengan efek
samping seperti gangguan saluran cerna, hirsutisme tau edema, maka suatu
penghambat saluran kalsium seperti verapamil dapat dicoba berdasarkan
efek inhibisinya pada pelepasan insulin dari sel-sel inulinoma invitro.
2.2.1 definisi
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa
berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita
perlu mendapat insulin atau tidak. (sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Tahun 2000)
2.2.6 Diagnosis
Ada dua kriteria yang digunakan:
1. kriteria American diabetes association
Menggunakan skrining diabetes mellitus gestasional melalui pemeriksaan glukosa
darah melalui dua tahap :
a. Tahap pertama dikenal dengan nama tes tantangan glukosa: wanita hamil dating
ke klinik diberi minum glukosa 50 gram kemudain diambil contoh dar satu jam
.hasil glukosa darah >140mg/dl disebut tes tantangan positif dan harus dilanjutkan
dengan tahap kedua.
b. Tahap toleransi glukosa oral adadua jenis tes toleransi glukosa oral 2 jam dan tes
toleransi glukosa oral 3 jam. Perbedaannya adlah julah beban glukosa , pada yang
3 jam diberi glukosa 100 gram, yang kedua diberi hanya 75 gram.
2. Diagnosis menurut WHO
Dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan beban glukosa 75 gram.
Dinyatakan diabetes mellitus gestasional bila glukosa plasma puasa >126mg/dl atau 2
jam setelah beban glukosa >200mg. atau toleransi glukosa terganggu.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Tahun 2000)
Gambar 1 : Meningomyelocele
(sumber : www.google.com)
Gambar 2 : anencephalus
(sumber : www.google.com)
2.3.6 Kontraindikasi
DM tipe 1 yang cenderung mengalami ketosis, karena obat ini perlu sel-sel B pancreas untuk
menimbulkan efeknya terhadap glukosa darah.
Tidak boleh diberikan sebagai dosis tunggal pada pasien DM juvenile, pasien yang kebutuhan
insulinnya tidak stabil, DM dengan gangguan fungsi hepar dan ginjal, insufisiensi endokrin,
gizi buruk, dan alkoholisme berat.
(sumber :Farmakologi dan terapi UI, edisi 5 tahun 2007, FKUI hal 489 – 491)
2.3.7 Farmakokinetik
Berbagai sulfonilurea memiliki sifat farmakokinetik berbeda tetapi absorpsinya sama-sama
cukup efektif. Absorpsinya dipengaruhi oleh makanan dan hiperglikemi yang mengurangi
absorpsi usus.
Untuk mencapai kadar optimal di plasma, sulfonylurea dengan waktu paruh pendek akan
lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum makan. Di dalam plasma, 90 – 99 % terikat
protein plasma terutama albumin.
Masa paruh dan metabolisme generasi 1 bervariasi, misalnya;
Asetoheksamid : masa paruh pendek, 4 – 5 jam. 10 % metabolitnya diekskresi lewat
empedu dan keluar bersama tinja.
Klorpropamid : waktu paruh panjang 24 – 48 jam. Metabolism di hepar tidak lengkap
dan 20 % diekskresi utuh di urin.
Tolbutamid : waktu paruh 4 – 7 jam. Sekitar 91 – 96 % terikat protein plasma dan di
hepar diubah jadi karboksitolbutamid. Ekskresinya melalui ginjal.
Tolazamid : absorpsi lebih lambat dari yang lain. Waktu paruh sekitar 7 jam. Di hepar
diubah jadi senyawa lain yang mempunyai sifat hipoglikemik cukup kuat.
Masa paruh dan metabolisme generasi 2 :
Potensi hipoglikemik 100 kali lebih besar daripada generasi 1. Masa paruh pendek
sekitar 3-5 jam. Efek hipoglikemik berlangsung 12 – 24 jam jadi cukup diberikan
sekali sehari.
Semua sulfonylurea dimetabolisme di hepar dan di ekskresi lewat ginjal, jadi sediaan ini tidak
boleh diberikan pada pasien dengan gangguan hepar atau ginjal yang berat.
(sumber :Farmakologi dan terapi UI, edisi 5 tahun 2007, FKUI hal 489 – 491)
2.3.8 Interaksi
Obat yang meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu penggunaan sulfonylurea antara lain
adalah insulin, alcohol, fenformin, sulfonamide, kloramfenikol, anabolik steroid, klofibrat,
fenfluramin.
(sumber :Farmakologi dan terapi UI, edisi 5 tahun 2007, FKUI hal 489 – 491)
2.4.2 persyaratan
1.sesuai kandungan bahan obat yang dinyatakan didalam etiket murah yang ada dalam,
sediaan; terjadi pengurangan efek akibat perusakan selama penyimpanan obat secara kimia.
2. penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya memungkinkan sediaan steril tetapi juga
tetap mencegah terjadinya interaksi bahan obat bahan dengan dinding wadah.
3. tanpa tersatukan reaksi terjadi. untuk itu, beberapa faktor yang menentukan adalah pagar
banyak:
a) bebas kuman
b) bebas pirogen
c) bebas pelarut secara fisiologis yang tidak netral
d) isotonis
e) isohidris
f) bebas bahan melayang
keuntungan pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat cepat dibandingkan
cara yang-cara pemberian lain murah tidak menyebabkan absorbsi obat terhadap masalah.
sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan lewat intravena sekali tidak maka obat
dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti dapat dilakukan bila diberikan obat untuk per oral,
misalnya cara dimuntahkan dengan
2.5.1 Definisi
Merupakan hasil dari implikasi kerusakan pankreas, selain itu merupakan bentuk dari
diabetes sekunder, menuju perubahan ke pankreatitis non-alkoholik kronik. Dicirikan bahwa
gejala malnutrisis dan diabetes tipe 1
2.5.2 Etiologi
Sebagian besar karena mengkonsumsi alkohol. Dan masih merupakan yang perlu dikaji lebih
lanjut
Hipotesis :
Riwayat Penyakit Keluarga : 1. Diabetes Melitus
Kakak dan Ayah kandung 2. Hiperinsulinemia
terkena Diabetes Melitus
3. Hipoglikemia
Pada pemeriksaan kepala dan leher, pasien tidak ditemukan dalam keadaan
anemia dan juga tidak mengalami kelainan hepar (misalnya hepatomegali).
Reflek pupil masih bagus ini artinya hipoglikemia belum terlalu parah. Tidak
ditemukan pula pembesaran kelenjar getah bening, pemeriksaan KGB
dilakukan karena dikhawatirkan adanya infeksi.
o Thorax :
Paru : Inspeksi normal, gerakan dada simetris
Palpasi tidak ada pelebaran ICS, fremitus vokal
sinistra=dextra
Perkusi sonor
Auskultasi vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Pemeriksaan penunjang
o Hb : 13,2 gr% (N : 13,0 – 18 gr%)
Hb masih dalam batas normal artinya Ny.Hapsari tidak mengalami anemia.
o Gula darah : 38 mg/dL (N : 70 – 110 mg/dL)
Gula darah mengalami penurunan, hal ini diakibatkan karena keadaan
hiperinsulinemia.
o Gula 2 jpp : 109 mg/dL (N : <140 mg/dL)
o SGOT : 24 U/L (N : ≤37 U/L)
SGOT merupakan suatu enzim khusus yang berada di hati apabila terjadi
kerusakan. Pada pasien ini SGOT nya masih normal, berarti tidak ada
kerusakan pada organ hati.
o SGPT : 20 U/L (N : ≤40 U/L)
SGPT disini sesungguhnya sama dengan SGOT, namun kejanya lebih spesifik.
o Kolesterol : 148 mg/dL (N : < 200/dL)
o HbA1c : 8,5% (N : 4,8 -6,0 %; controlling DM : good : 2,5-6,0%
moderate/fair : 6,1-8,0%, poor :> 8%)
o Kadar Insulin : 12µU/mL (N : <6 µU/mL)
Kadar insulin mengalami peningkatan. Peningkatan sekresi insulin
menyebabkan hipoglikemia, sehingga peningkatan kadar insulin ini
merupakan salah satu faktor terjadinya hipoglikemia.
o Kadar C-peptide : 4 ng/mL (N: <2 ng/mL)
C-peptida digunakan untuk memonitor produksi insulin dan untuk membantu
menentukan penyebab gula darah rendah (hipoglikemia). Tes ini tidak
dianjurkan untuk membantu mendiagnosa penyakit diabetes, namun ketika
seseorang sudah didiagnosa dengan diabetes, mungkin dianjurkan untuk
diperiksa sendiri maupun bersama dengan tingkat insulin untuk membantu
menentukan berapa banyak insulin pankreas seseorang masih memproduksi.
Tingginya kadar C-peptida umumnya menunjukkan tingkat tinggi produksi
insulin endogen. Hal ini mungkin dalam respon terhadap kadar tinggi glukosa
darah yang disebabkan oleh asupan glukosa dan atau resistensi insulin.
Diagnosa :
Diagnosa diambil berdasarkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesa
Ny.Hapsari mengeluhkan mengalami penurunan kesadaran setelah meminum obat gula
sulfonilurea, selain itu juga dia merasa lemas, lemah, pusing, gemetar. Berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik yang didapat terjadi penurunan gula darah, penurunan HbA1c, dan
peningkatan insulin. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan Ny.
Hapsari didiagnosa terkena Hipoglikemia dan Hiperinsulinemia.
Penatalaksanaan :
o Infus glukosa /bolus glukosa 10%
o Infus glukosa maintenancedilakukan untuk menghilangkan gejala dan
mempertahankan kadar glukosa serum normal.glukosa serum harus diukur setiap 2
jam setelah terapi dimulai sampai beberapa pengukuran berada diatas 40 mg/dL.
Selanjutnya, kadar harus diperiksa setiap 4-6 jam dan pengobatan secara bertahap
dikurangi dan akhirnya dihentikan bila kadar glukosa serum telah berada pada kisaran
normal.
BAB III
PENUTUP
Dengan adanya masalah yang diberikan pada saat tutorial, kami mengambil
kesimpulan bahwa pada case ini Ny. Hapsari 46 tahun terkena hipoglikemia dimana kadar
glukosa darah di bawah batas normal yaitu < 50 mg/ dL. Selain itu merupakan salah satu
komplikasi yang dapat terjadi pada diabetes melitus, terutama karena terapi insulin
untuk itu, nyonya hapsari diterapi dengan Infus glukosa /bolus glukosa 10%. Infus
glukosa maintenancedilakukan untuk menghilangkan gejala dan mempertahankan kadar
glukosa serum normal.glukosa serum harus diukur setiap 2 jam setelah terapi dimulai sampai
beberapa pengukuran berada diatas 40 mg/dL. Selanjutnya, kadar harus diperiksa setiap 4-6
jam dan pengobatan secara bertahap dikurangi dan akhirnya dihentikan bila kadar glukosa
serum telah berada pada kisaran normal.
BAB IV
Daftar Pustaka