I. Pendahuluan
I. Pendahuluan
I. PENDAHULUAN
2.1. Penyakit
Penyakit ikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan suatu fungsi atau struktur dari alat tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan
tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan tiga faktor, yaitu
kondisi lingkungan (kondisi dalam air), kondisi inang (ikan), dan adanya jasad
patogen (jasad penyakit). Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit itu
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan,
sehingga mekanisme pertahanan diri yang memilikinya menjadi lemah dan
akhirnya mudah diserang penyakit. (Ghufran M.H., et al 2004)
Penyakit adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada
ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan dapat
disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisilinkungan yang kurang
menunjang kehidupan lain. Dengan demikian, timbulnya serangan penyakit ikan
di kolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi
lingkungan dan organisme penyakit. Interaksi yang tidak serasi ini telah
menyebabkan stres pada ikan sehingga mekanisme pertahanan diri dari yang
dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit (Lukistyowati
dan Morina, 2005).
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang
dalam tubuh ikan, sehingga organ tubuh ikan terganggu, akan terganggu pula
seluruh jaringan tubuh ikan (Gusrina, 2008).
Hal yang sering menyebabkan terjadinya penyakit yang disebabkan oleh
organisme parasit adalah terjadinya infeksi sekunder. Tubuh ikan dapat terluka
karena gesekan dengan benda keras, jika terlambat mengobatinya maka tubuh
ikan dapat mengalami infeksi skunder karena serangan organisme parasit. Infeksi
sekunder yang disebabkan oleh organisme parasit terbukti telah menimbulkan
banyak kematian pada ikan (Dailami, 2001).
4
yang sakit. Cara lain untuk memberi nama penyakit adalah menurut agen
penyebab infeksi, misalnya vibriosis sp, atau menurut jenis penyakit patologis,
misalnya penyakit ginjal benjol-benjol karena penambahan jumlah sel. Apabila
nama-nama penyakit diberi menurut satu prinsip maka akan lebih mudah
(Ghufran M.H., et al 2004).
Metode pemeriksaan ektoparasit pada permukaan tubuh dilakukan dengan
cara scraping (Noga, 2010). Pengerokan dilakukan dari ujung anterior kepala
hingga posterior sirip ekor, pengerokan dilakukan pada kedua sisi tubuh ikan dan
juga semua bagian sirip kemudian dilakukan pengamatan di bawah mikroskop
dengan perbesaran 100x. Pemeriksaan insang ikan bandeng dilakukan secara
natif, yaitu dengan memeriksa secara langsung lamela insang dengan
menggunakan mikroskop perbesaran 40x dan 100x.
Dalam identifikasi atau dianogsa suatu penyakit, satu-satunya hal yang
perlu dilakukan adalah mengenal adanya suatu penyakit khusus atau lebih yang
berhubungan dengan ketida normalan dan mengidentifikasi penyebab-
penyebabnya. Bila penyebab penyakit pada ikan sudah teridentifikasi, langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah menentukan jenis dan cara pengobatan
yang paling tepat (Ghufran M.H., et al 2004).
Dalam identifikasi penyakit ikan, akan lebih mudah seseorang mempunyai
kemampuan yang cukup. Seseorang yang hendak melakukan identifikasi, selain
harus mengetahui tanda-tanda ikan yang terserang penyakit, nama-nama penyakit
ikan dan teknik mendianogsa, juga harus mengetahui cara berjangkit dan
penularan suatu penyakit.
pada bagian permukaan tubuh ikan (kulit, sirip, insang) disebut ektoparsit dan
sedangkan parasit yang hidup pada tubuh internal ikan dan otot daging disebut
endoparasit (Lukistyowati, 2005)
Menurut Widyastuti et al (2002), pada umunya tiap jenis parasit
mempunyai inang tertentu (inang spesifik). Spesifik ini sangat jelas pada jumlah
besar parasit ikan. Parasit yang menyerang ikan dapat dibedakan dalam dua
kelompok yaitu :
1. Ektoparasit
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya ditubuh ikan bagian luar seperti
pada kulit, sirip, sisik, anus, mata, operculum dan insang. Ektoparasit khususnya
merupakan kelompok besar organisme patogen didaerah iklim sedang dan daerah
tropis. Ektoparasit yang sering menyerang atau menyebabkan kematian pada ikan
budidaya maupun ikan aqurium antara lain : ichthyophthirius multifilis,
Trichodina sp, Oodum sp, Gyrodactilus sp, Dactilogyrus sp dan Lerneae.
a. Gyrodactyliasis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit helmin yang termasuk kedalam kelas
monogenia, Sub klas Polyonchoinea, ordo Gyrocylidea, dan famili
Gyrodactylidae. Parasit ini ditemukan pada kulit dan sirip ikan. Bentuk tubuhnya
kecil dan memanjang (oval), bagian posterior terdapat ophisthaptor dengan 16 kait
tepi dan sepasang kait tengah (anchor), serta tidak mempunyai bintik mata, pada
ujung anterior terdapat dua tonjolan/cuping.
b. Dactylogyriasis
Penyebab penyakit ini adalah cacing golongan Monogenia, genus
Dactylogyrus. Biasanya parasit ini bersama-sama dengan Gyrodactylus
menyerang benih ikan mas terutama yang berukuran 3 – 10 cm. Infeksi parasit ini
biasanya tidak fatal, kecuali bila intensitas penyerangan sangat tinggi.
Parasit ini memiliki ciri khas yaitu; bentuk tubuh pipih dorsoventral dan
bilateral simetris, mempunyai ophistaptor yang dilengkapi dengan 14 kait tepi dan
sepasang kait pusat (anchor), warna transparan, mempunyai bintik mata 2 pasang,
panjang tubuh 1 – 2 mm, pada bagian anterior mempunyai empat lekukan.
2. Endoparasit
10
Tabel 1. Jenis parasit pada ikan air tawar di Indonesia yang dapat dideteksi
dengan mata telanjang pada pada ikan air tawar.
No Jenis Parasit Pengamatan Reaksi dengan Inang Gambar
Parasitologi
1 Ichthyopthirius Banyak bintik putih Produksi lendir yang
multifilis pada permukaan tubuh berlebihan pada
(Protozoa bersiliata) permukaan tubuh.
2 Argulus japonicus Parasit berbentuk Menyebabkan erosi
(Kopepoda) bundar,panjang 5 lendir (kasat) dan
mm,bergerak pada pendarahan pada
permukaan tubuh. permukaan tubuh,ikan
kurus.
11
Tabel 2. Parasit yang diamati secara Mikroskopis pada ikan air tawar.
No Spesies Morfologi Inang Tempat Gambar
1. Inchthyophthirius Bentuk bundar sampai Botia, Dalam kulit dan
Multifilis oval, berselia patin insang
(protozoa bersiliata)
2 Trichodina spp. Bentuk seperti piring/ Patin, Pada kulit dan
(Prptozoa bersiliata)cawan, diameter ± 50 Nila, insang
µm, memiliki silia Mas,
disekelilingnya dan
Botia
3 Oodinium sp. Berbentuk bundar Patin, Pada Kulit dan
(Protozoa sampai oval, diameter Botia insang
Dinoflagellata) ± 20-80 µm, memiliki
fillamen seperti akar
4 Chilodonella cyprini Berbentuk seperti Mas Pada insang
(Protozoa bersiliata) serpihan daun,
berukuran 30-70 x 20-
40 µm.
5 Epistylis sp. Berbentuk seperti Nila, Pada kulit
(Protozoa bersiliata silinder tipis atau Mas,
berkoloni) lonceng dengan Botia
tangakai yang panjang
dan nonkontraktil,
panjang kira-kira 0,4-
0,5 µm.
12
Berikut ini ada beberapa jenis parasit yang sering ditemukan dan yang
menyerang ikan air tawar, antara lain:
1. Argulus sp
13
Penyakit kutu ikan atau yang sering disebut dengan “Argulosis” sering
dijumpai pada ikan-ikan budidaya dan disebabkan oleh Argulus sp. Parasit ini
termasuk kelas Crustacea, sub kelas Branchiura dan famili Argulidae. Adapun
spesies Argulus yang dikenal antara lain seperti Argulus indicus, A.siamensisi dan
A.foliaceus.
Ciri-ciri ikan yang terserang Argulus sp ini adalah : tubuhnya menjadi
kurus dan sangat lemah karena kekurangan darah sehingga dapat menyebabkan
kematian pada ikan-ikan yang berukuran kecil. Bekas serangan parasit terlihat
kemerah-merahan karena terjadi pendarahan. Adanya luka pada tubuh ikan
tersebut akan mempertinggi kemungkinan ikan untuk terserang infeksi sekunder
yang kadang-kadang juga menyebabkan kematian.
2. Lernea cyprinaceae
Parasit Lernea cyrinaceae merupakan sejenis udang renik yang berbentuk
bulat panjang seperti cacing. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : tidak memiliki
karapas, antenula uniramus, mandibula memiliki pulpus; disamping itu ciri
khasnya memiliki 9 somit tubuh dan 6 pasang anggota tubuh, sejumlah
anggotanya yang parasitik tidak menunjukkan ciri tersebut.
3. Ergasilus sp
Parasit ini dapat menyebabkan penyakit pada insang dimana jumlah
populasinya dapat mencapai ribuan. Selain di insang parasit ini juga dijumpai di
kulit dan disirip ikan. Ergasilus yang biasa menyerang insang ikan adalah
Ergasilus sieboldii, Ergasilus briani, Ergasilus boettgeri, Ergasilus minor dan
Ergasilus ikan yang terserang parasit ini menunjukkan pendarahan di insang dan
ikan ikan sulit bernafas. (M.Ghufran H. Kordi K, 2004).
14
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4 : Bahan yang digunakan dalam Identifikasi Ektoparasit dan Endoparasit
No Nama Bahan Kegunaan
1 Ikan Air Tawar Sebagai sampel
2 Tissue Untuk pembersih
3 Sarung tangan Untuk pelindung tangan
4 Masker Melindungi dari kontaminasi
5 Larutan fisiologis Untuk fiksasi
6 Alkohol 70% Clearing (untuk mensterilkan alat)
15
5. Dibawah ini adalah rumus yang digunakan pada saat menghitung intensitas
dan prevalensi :
a. Hitung intensitas (I) (tingkat keganasan suatu parasit) dengan
menggunakan rumus ;
I=
P= 100 %
I=
P= 100 %
4.1. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian mengenai identifikasi
parasit pada ikan lokal air tawar di Krueng Inoeng Kecamatan Senagan Timur
Kabupaten Nagan Raya ditemukan satu jenis parasit. Jenis-jenis parasit yang
ditemukan pada penelitian adalah Trematoda. Data selengkapnya disajikan pada
Tabel 5.
Keterangan gambar :
1 2 3
.. .. ..
4.2.Pembahasan
lebih tinggi di bulan April dan Mei. Hal ini menunjukkan bahwa suhu memainkan
peran penting dalam serangan dan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk
reproduksi ektoparasit.
Tidak banyak jumlah ektoparasit dan endoparasit yang menginfeksi ikan
di Krueng Inoeng diduga terkait dengan kondisi habitat yang masih baik. Karena
parasit biasanya hanya mampu hidup pada kondisi suhu yang tidak baik.
24
V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1. Jenis ektoparasit yang menginfeksi ikan Naleh (Poropuntius sp) ialah jenis
parasit Trematoda dalam bentuk (Metasekaria).
2. Prevalensi yang terdapat pada penelitian ini adalah 11%, yang tingkat
serangannya adalah rendah.
3. Intesitas yang terdapat pada ikan Naleh (Poropuntius sp) ini adalah hanya
satu ekor/individu.
5.2. Saran
Perlu penilitian lanjutan untuk mengetahui jenis parasit spesies apa saja
yang terdapat di Daerah Aliran Krueng Inoeng, dengan waktu yang lebih lama.
25
DAFTAR PUSTAKA
Bhakti, S. 2011. Prevalensi dan Identifikasi Ektoparasit pada Ikan Koi (Cyprinus
carpio) di Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias di Jawa Timur. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.
Callinan, R.B., dan Rowland, S.J. (1995). Penyakit bertengger perak. In: S.J.
Rowland dan C. Bryant (Eds), Silver Perch Budaya. Prosiding Perak Perch
Lokakarya, Grafton dan Narrandera, April 1994 Austasia Budidaya, Sandy
Bay, Tasmania. Pp 67-75.
Ghuffran H. dan Kordi K. 2004. Penanggulangan Hama dan Pnyakit Ikan. Pt.
Asdi Mahasatya. Jakarta.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fhis Cultured in The Tropics. London
and Philadelphia.
26
Khan, N. M., Aziz, F., Afzal, M., Rab, A., Sahar, L., Ali, R. and Naqvi, S. M. H.
(2003). Parasitic infestation in different fresh water fish of mini dams of
Potohar Region,
Sukadi, F., 2004. Kebijakan pengendalian hama dan penyakit ikan dalam
mendukung akselerasi pengembangan perikanan budidaya. Disampaikan
pada SeminarNasional Penyakit Ikan dan Udang IV di Univ. Jenderal
Soedirman,Purwokerto, 18 – 19 Mei 2004.
Tasawar, Z., Arshad, M. and Hayat, C.S. (2001) Copepod Ectoparasites of Labeo
rohita. Pakistan Journal of Biological Sciences 1: 676-677.
Fryer, 1961; Paperna, 1968., Afrika tropis air (Danau Volta dan Afrika Timur
Danau sistem
Kayis, S. Ozceplep, T., Capkin, E. and Altinok, I. (2009) Protozoan and metazoan
parasites of cultured fish in Turkey and their applied treatments. The Israel
Journal of Aquaculture–Bamidgeh 61: 93-102..
Piasecki et al., 2004, dan Bednarska et al., 2009. Jurnal Ectoparasites dan Eksotis
Air Tawar Ikan Gurami (Cypriniformes: Cyprinidae).
Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. [1] Jenis cacing
Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi
dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan
mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya.
Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini
hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau. [2]
Amri, K.. 2006. Budidaya Udang Windu Secara Intesif. Penerbit Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Anonymous, 2004. Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak. Departemen Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Direktorat Pembudidayaan.
Jakarta.
Ghufran M. Kordi H. Panggulangan K,. 2004, .Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Bina
Adiaksara. Jakarta.
Haliman, R. W., Adijaya, D. S., 2006. Udang vaname. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta
Hanggono, B., 2006. Peranan Biosekuriti Dalam Budidaya Udang Vaname. Makalah
Pelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya Udang Vaname 6 – 11
Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo
Lestari, Y. N, Subyakto, S., Triastutik, G., Hanggono, B., Nursanto, D.B., 2006. Waspadai
IMNV (Infectious Myonecrosis Virus). Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
Santoso, D. 2006. Penerapan GAP (Good Aquaculture Practices) Pada Budidaya Udang di
Tambak. Makalah Pelatihan Best Management Practices (BMP) Budidaya Udang
Vaname 6 – 11 Juni 2006. Balai Budidaya Air Payau Situbondo
Suyanto, S.R., Mujiman. A., 2005. Budidaya Udang Windu. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Anshary, H. 2008. Tingkat Infeksi Parasit Pada Ikan Mas koi (Cyprinus carpio)
Pada Beberapa Lokasi Budidaya Ikan Hias Di Makassar dan Gowa. Jurnal Sains
dan Teknologi. Makassar