Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang


Dewasa ini, banyak bidang usaha yang bermunculan dalam berbagai bidang ilmu yang ada. Indonesia
merupakan negeri maritim dengan kekayaan perairan mencapai 70%. Kekayaan ini belum dimanfaatkan
dengan maksimal sehingga masih banyak peluan usaha dalam bidang ini seperti budidaya ikan konsumsi dan
ikan hias.
Dalam pemanfaatan sumber daya yang akan dieksplor kita harus mengetahui tata cara yang baik
sehingga tidak terjadi kerusakan akibat pemanfaatan yang dilakukan. Untuk itu, makalah ini menyampaikan
salah satu usaha dalam bidang perairan, yaitu budidaya ikan bandeng.
2.      Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah Biologi perairan jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Biotik merupakan satu kesatuan makhluk hidup yang tinggal pada suatu wilayah tertentu, meliputi
produsen, konsumen, dan dekomposer. Abiotik merupakan tempat tinggal atau lingkungan yang menjadi
habitat biotik.
Setiap faktor saling mempengaruhi kehidupan organisme dalam suatu ekosistem perairan termasuk
mempengaruhi pertumbuhan. Pada pemeliharaan ikan ini kualitas air, kepadatan ikan, serta jumlah dan
kualitas pakan pun harus selalu diperhatikan. Kepadatan ikan sangat penting untuk kenyamanan hidup. Ikan
yang terlalu padat dapat menimbulkan stres karena kualitas air cepat menjadi jelek. Bahkan, oksigen terlarut
cepat habis. Selain itu, pada ikan tertentu dapat terjadi gesekan antar ikan sehingga menimbulkan luka.
Akibatnya, penampilan ikan menjadi jelek atau bahkan dapat menimbulkan kematian.
Jumlah dan kualitas pakan merupakan faktor penting. Bila pakannya terlalu sedikit, ikan akan sukar tumbuh.
Sebaliknya bila terlalu banyak, kondisi air menjadi jelek, terutama pakan buatan. Pemberian pakan dengan
frekuensi lebih sering dan jumlah yang tidak terlalu banyak akan lebih baik dibanding diberikan sekaligus
dalam jumlah banyak.
Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor internal yang meliputi keturunan, sex,
umur dan serangan penyakit. Dalam suatu kultur, factor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan
mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Tetapi kalau alam tidak ada control yang
dapat diterapkan. Juga factor sex tidak dapat dikontrol. Ada ikan betina pertumbuhannya lebih baik dari ikan
jantan dan sebaliknya ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai perbedaan pertumbuhannya lebih baik dari
ikan jantan. Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali kiranya mempengaruhi pertumbuhan yaitu
kecepatan pertumbuhan menjadi lambat.
Umur telah diketahui dengan jelas berperan terhadap pertumbuhan. Pertumbuhan cepat terjadi pada ikan
ketika berumur 3- 5 tahun. Pada ikan tua walaupun pertumbuhan itu terus tetapi berjalan lamba. Ikan tua
pada umumnya kekurangan makanan berlebihan untuk pertumbuhan, karena sebagian besar makanannya
digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan.
Sedangkan Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang dapat
mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi (penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah
penyakit yang timbul disebabkan oleh masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh
dalam maupun bagian tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit.
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan, kekurangan
makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk. Penyakit yang muncul pada ikan selain di
pengaruhi kondisi ikan yang lemah juga cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit
tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit pada ikan antara lain :
1. Adanya serangan organisme parasit, virus, bakteri dan jamur.
2. Lingkungan yang tercemar (amonia, sulfida atau bahanbahan kimia beracun)
3. Lingkungan dengan fluktuasi ; suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
4. Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
5. Kondisi tubuh ikan sendiri yang lemah, karena faktor genetik (kurang kuat menghadapi perubahan lingkungan).
Oleh karena itu untuk mencegah serangan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan cara antara
lain mengetahui sifat dari organisme yang menyebabkan penyakit, pemberian pakan yang sesuai
(keseimbangan gizi yang cukup), hasil keturunan yang unggul dan penanganan benih ikan yang baik (saat
panen dan transportasi benih).
Dalam hal penanganan saat tranportasi benih, agar benih ikan tidak mengalami stress perlu perlakuan
sebagai berikut antara lain; dengan pemberian KMnO4, fluktuasi suhu yang tidak tinggi, penambahan O2 yang
tinggi, pH yang normal, menghilangkan bahan yang beracun serta kepadatan benih dalam wadah yang
optimal.
Penyakit dapat diartikan sebagai organisme yang hidup dan berkembang di dalam tubuh ikan
sehingga organ tubuh ikan terganggu. Jika salah satu atau sebagian organ tubuh terganggu, akan terganggu
pula seluruh jaringan tubuh ikan . Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja,
melainkan melalui proses hubungan antara tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan (kondisi di dalam air), kondisi
inang (ikan) dan kondisi jasad patogen (agen penyakit). Dari ketiga hubungan faktor tersebut dapat
mengakibatkan ikan sakit. Sumber penyakit atau agen penyakit itu antara lain adalah parasit, cendawan atau
jamur, bakteri dan virus. Factor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan fisika air, bahan buangan
metabolic, dan ketersediaan pakan.

A. Kualitas Air Untuk Pembesaran Ikan

Kualitas lingkungan perairan adalah suatu kelayakan lingkungan perairan untuk kisaran tertentu. Sementara
itu, perairan ideal adalah perairan yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam menyelesaikan daur
hidupnya.
Menurut Ismoyo (1994) kualitas air adalah suatu keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi suatu
perairan yang dibandingkan dengan persyaratan untukkeperluan tertentu, seperti kualitas air untuk air minum,
pertanian dan perikanan, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas
air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya.
Menurut Mc Gauhey (1968) beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kualitas air:
1. Tingkat pemanfaatan dari penggunaan air
2. Faktor kualitas alami sebelum dimanfaatkan
3. Faktor yang menyebabkan kualitas air bervariasi
4. Perubahan kualitas air secara alami
5. Faktor-faktor khusus yang mempengaruhi kualitas air
6. Persyaratan kualitas air dalam penggunaan air
7. Pengaruh perubahan dan keefektifan kriteria kualitas air
8. Perkembangan teknologi untuk memperbaiki kualitas air
9. Kualitas air yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Parameter fisik dalam kualitas air merupakan parameter yang bersifat fisik, dalam arti dapat dideteksi
oleh panca indera manusia yaitu melalui visual, penciuman, peraba dan perasa. Perubahan warna dan
peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual, sedangkan penciuman dapat mendeteksi adanya
perubahan bau pada air serta peraba pada kulit dapat membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan
lain sebagainya dapat dideteksi oleh lidah (indera perasa). Hasil indikasi dari panca indera ini hanya dapat
dijadikan indikasi awal karena bersifat subyektif, bila diperlukan untuk menentukan kondisi tertentu, misal
kualitas air tersebut telah menurun atau tidak harus dilakukan analisis pemeriksaan air di laboratorium dengan
metode analisis yang telah ditentukan. Sedangkan parameter kimia yang didefinisikan sebagai sekumpulan
bahan/zat kimia yang keberadaannya dalam air mempengaruhi kualitas air. Selanjutnya secara keseluruhan
parameter biologi mampu memberikan indikasi apakah kualitas air pada suatu perairan masih baik atau sudah
kurang baik, hal ini dinyatakan dalam jumlah dan jenis biota perairan yang masih dapat hidup dalam perairan.

Adapun Parameter fisika, kimia, dan biologi antara lain :


1. DO (Oksigen Terlarut)
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme. Perubahan konsentrasi
oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan.
Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada
akhirnya dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan oksigen terlarut digunakan untuk
proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup didalam air maupun
hewan teristrial. Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan
buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung (Hardjojo dan 0,0-
15,0 mg/l.
2. Salinitas
Menurut Holiday (1967), salinitas mempunyai peranan penting untuk kelangsungan hidup dan
metabolisme ikan, disamping faktor lingkungan maupun factor genetik spesies ikan tersebut. Sebaran salinitas
di laut dipengaruhi oleh beberapa factor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran air
sungai. Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat pula melakukan pengadukan lapisan atas hingga
membentuk lapisan homogen sampai kira-kira setebal 50-70 meter atau lebih tergantung dari intensitas
pengadukan. Lapisan dengan salinitas homogen, maka suhu juga biasanya homogen, selanjutnya pada lapisan
bawah terdapat lapisan pekat dengan degradasi densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara
lapisan atas dengan lapisan bawah.
3. Suhu
Pengaruh suhu secara tidak langsung dapat menentukan stratifikasi massa air, stratifikasi suhu di
suatu perairan ditentukan oleh keadaan cuaca dan sifat setiap perairan seperti pergantian pemanasan dan
pengadukan, pemasukan atau pengeluaran air, bentuk dan ukuran suatu perairan. Suhu air yang layak untuk
budidaya ikan laut adalah 27 – 32 0C (Mayunar et al., 1995; Sumaryanto et al.,2001). Kenaikan suhu perairan
juga menurunkan kelarutan oksigen dalam air, memberikan pengaruh langsung terhadap aktivitas ikan
disamping akan menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organism perairan (Brown dan Gratzek, 1980).
Selanjutnya Kinne (1972) menyatakan bahwa suhu air berkisar antara 35 – 40 0C merupakan suhu kritis bagi
kehidupan organisme yang dapat menyebabkan kematian.
4. pH
pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam air, besarannya
dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH berkisar antara 0 – 14, nilai pH kurang
dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa,
untuk pH =7 disebut sebagai netral (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005). Perairan dengan pH < 4 merupakan
perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5
merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas
perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit,
biasanya berkisar antara 7,7 – 8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-
garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992).
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk kehidupan di perairan
karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor abiotik utama
yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan, sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis
(Boyd, 1982).
5. Intensitas Cahaya dan Kecerahan
Umumnya fotosintesis bertambah sejalan dengan bertambahnya intensitas cahaya sampai pada suatu
nilai optimum tertentu (cahaya saturasi), diatas nilai tersebut cahaya merupakan penghambat bagi fotosintesis
(cahaya inhibisi). Sedangkan semakin ke dalam perairan intensitas cahaya akan semakin berkurang dan
merupakan factor pembatas sampai pada suatu kedalaman dimana fotosintesis sama dengan respirasi.
Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut kedalaman kompensasi.
Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam kolom air hanya tinggal 1 % dari seluruh
intensitas cahaya yang mengalami penetrasi dipermukaan air.Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh
kekeruhan dan keberadaan awan sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman
6. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga menyebabkan
air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan
air mengandung begitu banyak partikel tersuspensi sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan
kotor. Adapun penyebab kekeruhan ini antara lain meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang
tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil tersuspensi lainnya. Tingkat kekeruhan air di perairan
mempengaruhi tingkat kedalaman pencahayaan matahari, semakin keruh suatu badan air maka semakin
menghambat sinar matahari masuk ke dalam air. Pengaruh tingkat pencahayaan matahari sangat besar pada
metabolism makhluk hidup dalam air, jika cahaya matahari yang masuk berkurang maka makhluk hidup dalam
air terganggu, khususnya makhluk hidup pada kedalaman air tertentu, demikian pula sebaliknya.

B. Ketersediaan Pakan
Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena hanya dengan pakan yang
baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dergan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah
pakan yanq mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral
Pemupukan kolam telah merangsang tumbuhnya fitoplankton, zooplankton, maupun binatang yang hidup di
dasar, seperti cacing, siput, jentik-jentik nyamuk dan chironomus (cuk). Semua itu dapat menjadi makanan
ikan. Namun, ikan juga masih perlu pakan tambahan berupa pelet yang mengandung protein 30-40% dengan
kandungan lemak tidak lebih dan 3%.. Perlu pula ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan
daun-daunan/ sayuran yang duris-iris. Boleh juga diberi makan tumbuhan air seperti ganggeng (Hydrilla).
Banyaknya pelet sebagai pakaninduk kira-kira 3% berat biomassa per hari.
BAB 3
PEMBAHASAN

1.      Faktor Fisik dan Kimia Pada Budidaya Ikan Bandeng

Perikanan darat adalah usaha perikanan yang meliputi segala penangkapan dan pemeliharaan ikan
yang dilakukan di dalam batas garis pantai. Salah satu kegiatan perikanan darat yang banyak terdapat di
pesisir pantai adalah budidaya ikan bandeng di dalam tambak. Istilah tambak berasal dari bahasa Jawa yaitu
“nambak”, yang artinya membendung air dengan pematang sehingga terkumpul pada suatu tempat (Soeseno,
1988 : 2). Tambak dapat dibangun apabila memenuhi syarat yang paling utama, yaitu telah dibuatnya
bendungan sebagai tempat penampungan air yang berasal dari air laut serta memiliki sarana saluran air yang
memudahkan penambahan air maupun pembuangan air pada waktu panen.
Menurut Murtidjo, berdasarkan salinitasnya tambak dapat dibagi menjadi :
a.       Tambak bersalinitas tinggi, adalah tambak yang sangat dekat dengan garis pantai.
b.       Tambak bersalinitas menengah, adalah tambak yang agak jauh dari garis pantai,
c.        Tambak bersalinitas rendah, adalah tambak yang terletak sangat jauh dari garis pantai, tetapi dekat dengan
sungai.
Usaha budidaya tambak terutama ikan bandeng secara teoritis lebih memberikan prospek ekonomi
yang lebih menjanjikan, mengingat ikan bandeng hingga saat ini tetap menjadi komoditas budidaya yang
paling banyak diproduksi dan Ikan bandeng mempunyai nama latin chanos-chanos, yang merupakan sejenis
ikan laut yang tersebar dari pantai Afrika Timur sampai kepulauan Timotu, sebelah timur Tahiti, dan dari
selatan Jepang sampai Australia Utara. Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau.
Ikan bandeng ini mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor
bercabang dan sisiknya halus. Warnanya putih gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian bawah dan agak
gelap pada punggungnya. Usaha budidaya tambak ikan bandeng secara teoritis lebih memberikan prospek
ekonomi yang lebih menjanjikan, mengingat ikan bandeng hingga saat ini tetap menjadi komoditas budidaya
yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di Indonesia.
Dalam membudidayakan ikan bandeng di dalam tambak, ada beberapa ketentuan yang perlu
diperhatikan sehingga para petani tidak banyak menemui hambatan. Hal ini dikarenakan dalam mengusahakan
tambak selain didukung oleh kondisi fisik juga didukung oleh kondisi non fisik yang ada pada lingkungan.
Menurut Afrianto, ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan :
1.       Pemilihan tempat atau lokasi dan kondisi lingkungan berdasarkan pada tekstur tanah, topografi, temperatur
air, dan kualitas, serta kuantitas air.
2.       Perencanaan usaha budidaya ikan yang meliputi ukuran unit usaha, penyediaan air,
3.       Perencanaan pembuatan tambak yang didasarkan pada pertimbangan biologis dan ekonomis serta cara
pengelolaannya.
Faktor-faktor yang mendukung usaha budidaya ikan bandeng ini meliputi faktor fisik kimia dan faktor
non fisik kimia (sosial ekonomi). Tambak yang diusahakan haruslah dapat memberikan keuntungan dan
berlangsung secara terus menerus. Faktor-faktor fisik kimia yang harus diperhatikan dalam pembuatan tambak
adalah:
1.      Keadaan tanah (letak, topografi, pH, dan tekstur tanah).
2.      Mampu menjamin ketrsediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan;
- Pergantian air minimal; 200 % per hari.
- Suhu air, 26,5-31,0 0C.
- PH; 6,5-8,5.
- Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm.
- Alkalinitas 50-500 ppm.
- Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).
- Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik..
3.      Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu diketahui secara rinci.
4.      Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan,
speciesdominan, keberadaan predator dan kompretitor, serta penyakit
endemik harus diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan
proses produksi.

Menurut Slamet Soeseno, ada beberapa faktor lingkungan yang sangat dominan dalam budidaya ikan
bandeng, yaitu:
1.      Elevasi (ketinggian tempat) calon lokasi tambak.
2.      Keadaan tanah yang menjadi dasar tambak.
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu dan dalam suatu
wilayah/daerah tertentu juga. Iklim merupakan salah satu fenomena alamiah yang sangat menentukan dalam
keberhasilan budidaya. Karena ikan bandeng termasuk hewan rheotaksis positip (menentang arus) maka
faktor iklim, terutama curah hujan, perlu diperhitungkan dalam kaitannya dengan osilasi pasang. Air pasang
pada saat curah hujan tinggi biasanya mengakibatkan banjir di kawasan pantai. Walaupun banjir tidak sampai
merobohkan pematang pada tambak bandeng, tetapi bila ada aliran air di atas pematang maka semua
bandeng akan keluar dari tambak (berkaitan dengan sifat rheotaksis positip). Oleh karena itu, untuk
mengurangi biaya produksi maka lokasi yang dipilih sebaiknya tidak termasuk daerah kawasan banjir. Pada
musim kering, salinitas tinggi tidak terlampau mempengaruhi kelangsungan hidup bandeng bila air sering
diganti. Namun demikian, pada salinitas tinggi (> 60 ppt) pertumbuhan bandeng lebih lambat dan sangat peka
terhadap stress yang diakibatkan oleh rendahnya oksigen terlarut serta gangguan fisik saat panen. Untuk itu,
sebaiknya dipilih lokasi yang beriklim sedang yang tidak mengalami kemarau panjang.
Tanah datar yang letaknya berada dekat pantai sangat cocok untuk lokasi tambak. Pada tanah yang
bergelombang sebaiknya dibuat datar terlebih dahulu. Tanah yang paling baik adalah tanah paya-paya yang
dekat laut dan muara sungai. Daerah ini jarang mengalami kekeringan dan mempunyai unsur hara yang cukup
tinggi. Tanah yang digunakan untuk lokasi tambak dicari di daerah yang masih berada di daerah pasang surut.
Ketinggian seluruh tempat itu tidak boleh melebihi tinggi permukaan air pasang tertimggi dan juga tidak boleh
kurang (lebih rendah) dari permukaan air surut terendah. Untuk membuat tambak, ketinggiannya harus
disesuaikan dengan perbedaan pasang surut. Pada umumnya pasang surut di Indonesia adalah 1 – 2 meter,
kecuali di Jawa Timur yang mempunyai ketinggian pasang sampai 3 meter . Tanah merupakan tempat untuk
tumbuh tanaman dan tempat kehidupan hewan mikroorganisme yang mampu menghancurkan sampah-
sampah yang dibuang ke tanah. Di dalam tanah ini mengandung bahan-bahan organik yang diperlukan
tumbuhan. Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha pembudidayaan ikan bandeng.
Pada dasarnya tanah tersusun dari partikel-partikel pasir (sand), liat (clay), dan debu (silt) yang
proporsinya masing-masing akan menentukan teksturnya. Jadi tekstur tanah ditentukan oleh perbandingan
relatif dari ketiga jenis partikel tersebut. Tanah yang baik untuk dijadikan tambak adalah tanah yang liat dan
berlumpur. Tanah demikian sangat keras dan mempunyai kemampuan yang baik dalam menahan air.

2.    Hubungan Faktor Biotik dan Abiotik Perairan


Biotik merupakan organisme yang hidup pada suatu ekosistem tertentu yang hidupnya bergantung
pada kondisi alam sekitarnya atau lingkungannya. Sedangkan, abiotik merupakan lingkungan tempat tinggal
organisme yang meliputi semua benda mati yang ada.
Kedua faktor diatas saling mempengaruhi karena antara faktor mengalami interaksi dalam perjalanan
waktu. Faktor abiotik menyediakan wadah hidup serta unsur hara dalam tanah yang digunakan oleh tumbuhan
hijau untuk bahan baku proses fotosintesis. Tumbuhan hijau dengan bantuan energi matahari menghasilkan
energi serta oksigen yang digunakan herbivora untuk pertumbuhannya. Hewan herbivora dimangsa oleh
karnivora dan hewan karnivora dimangsa hewan karnivora lain atau omnivora. Transfer energi tersebut
berlanjut hingga kematian hewan strata teratas dan kemudian diuraikan oleh detritus menjadi bahan non-
organik dalam tanah.
Proses diatas juga terjadi pada ekosistem perairan yang di amati pada kolam alami di Desa
Namomblin, Kecamatan Namorambe. Proses rantai makanan terjadi dari jatuhnya daun kering ke permukaan
air kemudian daun terurai oleh detritus menjadi bahan non-organik (Nitrogen dan Fosfor). Fitoplankton yang
hidup pada perairan memanfaatkan N dan P untuk proses fotosintesis. Fitoplankton di makan zooplankton
kemudian zooplankton dimangsa ikan kecil dan ikan kecil dimangsa ikan besar. Bila tidak ada campur tangan
manusia maka siklus transfer energi ini terus berlanjut hingga hewan strata tertinggi mati dan diuraikan
dekomposer menjadi senyawa dalam tanah.
Karena kolam alami yang diamati merupakan kolam budidaya, maka ikan besar diambil untuk dijual
dan dikonsumsi manusia. Rantai makanan yang terjadi merupakan sebuah proses transfer energi dari
produsen ke konsumen hingga masuk dalam tanah sebagai senya organik dan non-organik.
DAFTAR PUSTAKA

Barus., T.A. 2004. Pengantal Limnologi. USU Press. Medan


Budidaya Bandeng. 2008. http//: www.tribun-timur.com/berita/ form98677 [27 Februari 2011]
Perairan. 2006.http://www.ilmukelautan.com/perairan/perairan pesisir/329-perairan [25 Februari 2011]

Anda mungkin juga menyukai