A. Peran Ikan dalam ekosistem perairan Di dalam ekosistem perairan, ikan memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan. Ikan menduduki posisi dalam rantai makanan yang cukup penting, dengan jumlah indidvidu dan komposisi jenis yang sangat banyak menyebabkan ikan berperan penting dalam ekonomi dan ekologi samudra. Sebagai jembatan penghubung antara kelompok herbivora dan kelompok trofik selanjutnya, ikan berada pada posisi yang strategis dalam rantai makanan.
B. Mengapa Ikan dijadikan sebagai alat biomonitoring
Ikan adalah salah satu biota air yang dapat digunakan sebagai bioindikator tingkat pencemaran air sungai dengan menentukan kandungan logam berat di dalam tubuh ikan. Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya suatu pencemaran dalam lingkungan. Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Kandungan logam berat pada tubuh ikan erat kaitannya dengan pembuangan limbah industri di sekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai, danau, dan laut(Anand, 1978). Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistribusi pada ikan bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan, aktivitas mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis dan unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut (Darmono, 1995).
C. Keuntungan Ikan sebagai indikator
Menurut Vile (2011) keuntungan menggunakan ikan sebagai indikator kesehatan lingkungan, yaitu : (1) Ikan adalah indikator yang baik untuk efek jangka panjang (beberapa tahun) dan kondisi habitat yang luas karena mereka relatif berumur panjang dan bergerak. (2). Ikan pada umumnya mencakup berbagai spesies yang mewakili berbagai tingkat tropik (omnivora, herbivora, insektivora, planktivora, dan piscivora). Mereka cenderung mengintegrasikan efek dari tingkat trofik yang lebih rendah; dengan demikian struktur kumpulan ikan mencerminkan kesehatan lingkungan yang terintegrasi. (3). Ikan berada di bagian atas rantai makanan akuatik dan dikonsumsi oleh manusia, menjadikannya subjek penting dalam menilai kontaminasi. (4). Ikan relatif mudah dikumpulkan dan diidentifikasi pada tingkat spesies. Sebagian spesimen dapat disortir dan diidentifikasi di lapangan dan dilepaskan tanpa cedera. Persyaratan lingkungan dari ikan secara umum relatif sudah diketahui. Informasi tentang distribusi ikan biasanya tersedia.
D. Kelemahan Ikan sebagai indikator
Kelemahan ikan sebagai indikator pencemaran yaitu tidak dapat digunakan sebagai petunjuk jenis pencemaran air tersebut. Untuk mengatahui jenis pencemaran pada air harus dilakukan pengujian kimia di laboratorium dengan memerlukan keahlian yang khusus. Apabila terjadi bahan pencemar dalam perairan, maka hewan yang sangat peka akan hilang karena tidak mampu bertahan hidup. Sebaran dari ikan mengelompok yang dipengaruhi oleh faktor hidrologi seperti arus dan kondisi substrat dasar E. Contoh contoh Ikan sebagai bioindikator 1. Ikan Batak (Neolissochillus sumatranus) Ikan Batak dikenal masyarakat batak sebagai ikan adat di Sumatera Utara, digunakan sebagai syarat pada upacara adat seperti pernikahan dan kelahiran anak. Ikan batak memiliki daging yang tebal, rasanya enak, manis, kaya minyak ikan, dan harganya sangat mahal. Namun, populasi ikan tersebut mulai menurun dan terancam punah akibat degradasi lingkungan seperti pencemaran dan penangkapan berlebih. Keberadaan zat pencemar dalam perairan akan mempengaruhi makhluk hidup yang ada didalamnya. Masuknya zat pencemar ke dalam tubuh biota air dapat melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan. 2. Ikan mas Ikan mas merupakan ikan standar internasional uji toksisitas, sedangkan ikan nila dalam klasifikasi hewan termasuk satu kelas dengan ikan mas. Oleh karena itu kedua jenis ikan tersebut diduga mempunyai respon yang hampir sama terhadap senyawa toksik, sehingga protein pengikat logam berat (thionein) yang dimiliki oleh kedua jenis ikan tersebut masingmasing dapat berikatan dengan logam berat membentuk metallothionein yang dapat digunakan sebagai biomarker pencemaran logam berat (Cd, Pb dan Hg) di perairan. Metallothionein (MT) merupakan polipeptida yang memiliki banyak ikatan cystein (cys) yang disandikan oleh gen, mempunyai berat molekul rendah, dan berfungsi sebagai peptida pengikat logam (metal binding peptides)
F. Indeks yang spesifik untuk menentukan kualitas air
Klasifikasi dan kriteria kualitas air di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, kualitas air diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu : a) Kelas I dapat digunakan sebagai air minum atau untuk keperluan konsumsi lainnya. b) Kelas II : dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman c) Kelas III : dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan mengairi tanaman. d) Kelas IV : dapat digunakan untuk mengairi tanaman Kualitas air dapat diketahui nilainya dengan mengukur peubah fisika, kimia dan biologi. Monitoring kualitas air secara fisik dapat dilakukan dengan mengukur peubah-peubahnya seperti suhu, muatan sedimen, kecepatan aliran, ukuran batuan dasar sungai, turbiditas/ kekeruhan, warna, bau, dan jenis vegetasi di sekitar sungai. Peubah-peubah yang digunakan pada pemantauan fisik merupakan informasi pendukung dalam penentuan kualitas air secara kimia dan biologi. Hingga saat ini, dikenalada dua jenis pendugaan kualitas air yaitu fisik kimia dan biologi (Rahayu, dkk, 2009). Daftar Pustaka Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit Universitas Indonesia. Press. Jakarta. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Universitas Indonesia Press. Jakarta Rahayu, Rudy, Meine, Indra, dan Bruno. 2009. Monitoring Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor: World Agroforestry Centre Vile, J. (2011). Fish IBI report 2010 sampling round 3, year 1 of 5. New Jersey Department of Environmental Protection.