Laporan Praktikum Parasit Dan Penyakit Hewan Akuatik
Laporan Praktikum Parasit Dan Penyakit Hewan Akuatik
AKUATIK
OLEH:
1314521006
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2016
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka.............................................................................................3
2.1 Penyakit Ikan.................................................................................................3
2.1.1 Parasit....................................................................................................4
2.1.2 Ektoparasit.............................................................................................5
2.1.3 Jenis Jenis Ektoparasit...........................................................................6
2.2 Klasifikasi Ikan Lele ....................................................................................11
2.2.1 Morfologi Ikan Lele..............................................................................12
2.2.2 Ciri Ciri Ikan Lele Terserang Penyakit………………………………...13
2.3 Klasifikasi Ikan Mas.....................................................................................13
2.3.1 Morfologi Ikan Mas...............................................................................14
2.4 Klasifikasi Udang..........................................................................................15
2.4.1 Morfologi Udang...................................................................................16
Bab III Metodologi Praktikum...................................................................................17
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan...................................................................17
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................................17
3.3 Prosedur Praktikum.......................................................................................17
3.3.1 Pengamatan Kondisi Fisik.....................................................................17
3.3.2 Pengamatan Ektoparasit........................................................................18
3.3.3 Pengamatan Endoparasit.......................................................................20
Bab IV Hasil dan Pembahasan...................................................................................28
ii
4.1 Hasil..............................................................................................................22
4.2 Pembahasan...................................................................................................28
Bab V Penutup...........................................................................................................30
5.1 Kesimpulan...................................................................................................30
5.2 Saran..............................................................................................................30
Daftar Pustaka............................................................................................................31
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
v
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum Penyakit dan Parasit Hewan Akuatik ini
adalah :
1. Apa saja jenis parasit dan organ ikan yang terserang parasit ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum Penyakit dan Parasit Hewan Akuatik ini adalah :
vi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vii
1. Penyakit Infeksi
2.1.1 Parasit
Organisme parasit adalah organisme yang hidup di dalam atau pada
tubuh organisme lain dan mendapatkan makanan untuk hidupnya tanpa
memberi hubungan timbal balik yang menguntungkan bagi organisme yang
menjadi tempat hidupnya (Brotowidjoyo, 1987). Parasit adalah hewan atau
tumbuhan yang hidup atas pengorbanan inangnya, yaitu dengan suatu cara
parasit itu menyakiti inangnya sendiri (Noble & Noble, 1989).
Parasit merupakan organisme yang hidup pada organisme lain yang
mengambil makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme
tempatnya makan (inang) akan mengalami kerugian (Kabata, 1985 dalam
Prasetiyawan, 2011). Parasitisme adalah hubungan dari salah satu spesies
parasit dengan inangnya. Inang perperan sebagai tempat untuk memperoleh
viii
makanan dan nutrisi bagi parasit, sehingga tubuh inang merupakan lingkungan
yang paling utama untuk habitat parasit (Adelaide et al., 2011).
Penyakit akibat infeksi parasit menjadi salah satu ancaman keberhasilan
akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat tebar tinggi pada
area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat
mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit infeksi. Kondisi dengan
padat tebar tinggi akan menyebabkan ikan mudah stress sehingga menyebabkan
ikan menjadi mudah terserang penyakit. Selain itu kualitas air, volume air, dan
alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang
tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan
kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat (Irianto, 2005).
Berdasarkan sifat hidupnya parasit dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu obligat dan fakultatif. Golongan obligat yaitu parasit yang hanya bisa
hidup jika berada pada inang. Golongan fakultatif yaitu parasit yang mampu
hidup di lingkungan air jika tidak ada inang disekitarnya (Adelaide et al.,2011).
Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit (Syakuri
et al., 2004).
2.1.2 Ektoparasit
Ektoparasit merupakan organisme parasit yang menginfeksi bagian luar
dari inang (ikan) dan dapat menimbulkan kerugian pada budidaya ikan
(Stickney, 1994 dalam Purbomartono, 2005). Pada ikan budidaya, ektoparasit
dapat menimbulkan mortalitas yang tinggi terutama pada fase pembenihan yang
merupakan periode sensitif terhadap serangan ektoparasit (Purbomartono,
2005). Ektoparasit pada ikan air tawar seringkali menjadi wabah penyakit pada
kegiatan usaha budidaya ikan (Mukaromah, 2011).
ix
2.1.3 Jenis Jenis Ektoparasit
Ektoparasit berdasarkan sistematika penyebabnya digolongkan menjadi
tiga, yaitu ektoparasit protozoa, ektoparasit cacing, dan ektoparasit udang renik
(Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
b. Trichodina sp.
Trichodina sp. merupakan parasit yang menyerang bagian luar ikan yaitu
pada bagian kulit dan bagian insang ikan (Klinger & Floyd, 1998 dalam
Mukaromah, 2011). Sel Trichodina sp. berbentuk bundar seperti cawan,
dengan diameter 50 μm, bulu getar terangkai pada kedua sisi sel, dan
memiliki makro serta mikronukleus (Irianto, 2005). Ikan yang sering
terkena penyakit ini ditandai oleh adanya bintik-bintik putih keabu-abuan
pada bagian tubuh ikan, terutama pada bagian kepala dan sirip, juga dapat
mengakibatka peningkatan produksi lendir (Irawan, 2000).
x
c. Ichthyophthirius multifiliis
Ichthyophthirius multifiliis merupakan salah satu anggota protozoa yang
sering menyerang dan menimbulkan suatu penyakit pada ikan air tawar,
baik ikan konsumsi ataupun ikan hias. Protozoa ini mempunyai ukuran yang
relatif kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang krena hanya
berdiameter 0,5-1 mm (Kordi, 2004).
Ichthyophthirius multifiliis merupakan protozoa berbulu getar, parasit
obligat pada ikan air tawar yang harus menemukan inang baru dalam 48 jam
(pada suhu sekitar 25-27oC) (Irianto, 2005). Ichthyophthirius multifiliis
dikenal sebagai penyakit bintik putih dan sangat umum terjadi pada ikan-
ikan peliharaan dalam akuarium atau tangki pembenihan (Mukaromah,
2011). Organisme ini menyebabkan penyakit yang dikenal dengan white
spot, karena pada infeksi tinggi dapat menyebabkan bintik-bintik putih pada
tubuh. Secara klinis ikan yang terinfeksi menjadi hiperaktif dan berenang
sambil menggesekkan tubuhnya pada bebatuan atau dinding kolam (Irianto,
2005). Bagian tubuh ikan yang sering terinfeksi oleh organisme ini adalah
bagian dari tubuh luar ikan, terutama lapisan lendir kulit, sirip, dan insang
(Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam Mukaromah, 2011).
d. Myxobolus sp.
Myxobolus sp. menyebabkan penyakit yang disebut Myxoboliasis pada
ikan (Kabata, 1985). Spesies ini menghasilkan semacam kista yang
kemudian akan pecah. Bentuk membulat dan melebar pada bagian anterior.
Parasit ini tidak hanya tinggal di insang ikan, merupakan parasit obligat
pada jaringan-jaringan ikat, hati, dan ginjal. Siklus hidupnya belum semua
diketahui, tetapi jenis parasit ini membentuk spora pada insang atau di
bawah kulit ikan (Daelami, 2001).
xi
e. Epistylis sp.
Epistylis sp. merupakan parasit yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk koloni dan dapat mengakibatkan luka yang dapat dijadikan
suatu pintu masuknya bakteri (Mukaromah, 2011). Epistylis sp. berbentuk
silinder tipis seperti lonceng bertangkai berukuran 0,4-0,5 nm. Hidup
berkoloni dan biasanya ditemukan di kulit dan insang (Kabata, 1985).
Epistylis sp. merupakan protozoa bertangkai dan bercabang, memiki bulu
getar, dan hidup bebas dengan melekat pada tanaman air. Pada kondisi
kualitas air kaya akan bahan organik, maka Epistylis sp. dapat berubah
menjadi organisme penyakit. Secara klinis, ikan yang sakit menunjukkan
adanya borok atau adanya massa seperti kapas yang tumbuh di kulit, sisik,
dan sirip sehingga menimbulkan bercak-bercak merah atau borok yang
memerah (Irianto, 2005).
f. Oodinum sp.
Oodinium sp. berbentuk bundar, berdiameter 20-80 nm dengan filamen
seperti akar, biasanya menyerang jaringan kulit dan sel-sel kulit ikan.
Infeksi terjadi bukan di bagian kulit saja tetapi pada rongga mulut dan pada
bagian insang sehingga insang mengalami pembengkakan. Jenis parasit ini
hidup pada inang, apabila dalam 24 jam tidak menemukan inang maka jenis
parasit ini akan mati (Daelami, 2001). Jenis parasit ini dapat dikenali pada
ikan yang terinfeksi, yaitu gerakan ikan menjadi lemas dan tidak tahan
terhadap permukaan sehingga dapat menyebabkan kematian masal yang
disebabkan karena kerusakan kulit dan insang (Kordi, 2004).
g. Vorticella sp.
Vorticella sp. memiliki bentuk seperti lonceng terbalik dengan tangkai
bersilia yang mengandung fibril (Kabata, 1985). Vorticella sp. dapat hidup
di air tawar dan di air laut serta dapat menempel di tumbuhan atau hewan.
xii
Reproduksi aseksualnya dengan cara pembelahan proses budding
(Mukaromah, 2011).
h. Chillodonella sp.
Chillodonella sp. merupakan parasit yang menyerang bagian luar ikan,
yaitu sirip dan insang. Parasit ini kadang ditemukan dalam jumlah yang
sangat banyak menyerang ikan air tawar. Parasit jenis ini memiliki ciri–ciri
tubuh yang pipih dorsoventral, kaku, oval, dengan bagian permukaan dorsal
yang cekung dan bagian ventralnya berbentuk pipih dan bersilia. Infeksi
Chillodonella sp. baik berada pada permukaan tubuh maupun filamen
insang ikan akan mengakibatkan sekresi mucus berlebihan dan iritasi
(Klinger & Floyd, 1998 dalam Mukaromah, 2011).
b. Gyrodactylus sp.
Gyrodactylus sp. adalah ektoparasit yang sering menyerang ikan pada
bagian kulit maupun insang (Klinger & Floyd, 1998 dalam Purwoko, 2004).
Organisme jenis ini dapat diisolasi dari permukaan tubuh ikan, insang, dan
xiii
sirip (Anonim, 2009). Ikan yang terserang biasanya banyak mengeluarkan
lendir, warna tubuhnya pucat, ikan lemas tidak suka bergerak dan siripnya
kuncup, insang pucat, pertumbuhan ikan terhambat, nafsu makan ikan
berkurang, maka dapat dipastikan ikan tersebut terserang penyakit ini
(Kordi, 2004).
b. Ergasiliosis sp.
Ergasiliosis sp. merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh
ektoparasit genus Ergasilus. Ikan yang terserang organisme ini biasanya
operkulum membuka dan tidak menutup secara sempurna, selain itu
menyerang organ lain seperti sirip dan jaringan dekat mata. Akibatnya,
terjadi kelainan bentuk insang, penyempitan pembuluh darah, kematian
jaringan insang dan jaringan tubuh, produksi lendir yang berlebihan, dan
dapat mengakibatkan tingginya mortalitas pada ikan (Tim Karya Tani
Mandiri, 2009).
c. Caligusias sp.
Ikan yang terserang penyakit parasit ini akan terlihat adanya parasit yang
menempel pada permukaan tubuh ikan, karena permukaan tubuh dan sirip
xiv
merupakan organ target dari parasit ini. Penularannya biasanya melalui ikan
budidaya yang terinfeksi (kontak langsung), air mengandung larva parasit
dan ikan liar sebagai carrier (Tim Karya Tani Mandiri, 2009).
d. Argulus sp.
Argulus sp. merupakan ektoparasit sejenis udang renik yang mempunyai
bentuk tubuh bulat pipih seperti kutu, sehingga sering disebut sebagai kutu
ikan. Tubuhnya dilengkapi dengan pengait untuk mengaitkan tubuhnya pada
inang. Ciri ikan yang terserang penyakit ini adalah tubuhnya kurus, lemah,
dan kurang darah akibat dihisap darahnya. Luka bekas alat hisap inilah yang
merupakan bagian yang mudah diserang bakteri dan jamur, sehingga dapat
terjadi infeksi sekunder yang menyebabkan ikan akan mengalami kematian
masal (Afrianto & Liviawaty, 1992 dalam Rokhmawati, 2006). Argulus sp.
selain menyerang insang juga menyerang pada bagian tubuh (Klinger &
Floyd, 1998 dalam Mukaromah, 2011).
Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan dengan
tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang menyembul dari
daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias spp. yang berasal dari
bahasa Yunani "chlaros", berarti "kuat dan lincah". Dalam bahasa Inggris lele disebut
dengan beberapa nama, seperti catfish, mudfish dan walking catfish. Klasifikasi ikan
lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa (2004)
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
xv
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Dilihat dari ciri morfologinya ikan lele dumbo (C. gariepinus) berbeda
dengan jenis ikan lainnya seperti ikan nila, ikan gurami, maupun ikan mas. Lele
dumbo (C. gariepinus) memiliki bentuk badan yang memanjang tanpa sisik
sama sekali dan licin, dengan bagian kepala gepeng dan panjang hampir
seperempat dari panjang tubuhnya, batok kepala umumnya keras dan meruncing
ke belakang, memiliki mulut yang lebar (sesuai dengan besar tubuhnya)
(Khairuman & Amri, 2008). Lele dumbo juga memiliki ciri yang khas yaitu
memiliki sungut yang berada di sekitar mulut yang berjumlah 8 buah atau 4
pasang sungut yang terdiri dari 2 buah sungut nasal, 2 buah sungut mandibular
luar, 2 buah sungut mandibular dalam, 2 buah sungut maxilar (Khairuman &
Amri, 2008). Selain memiliki 4 pasang sungut, lele dumbo memiliki 5 buah
sirip yang terdiri dari sirip berpasangan yang meliputi sirip dada, sirip perut,
dan sirip dubur sedangkan sirip tunggal meliputi sirip punggung dan sirip ekor
(Saanin, 1986). Ikan lele dumbo (C. garepinus) memiliki alat penapasan
tambahan yang disebut aborescent organ (Pamunjtak, 2010). Alat pernapasan
tersebut merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah.
Aborescent organ terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh
dua pelat tulang kepala. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk
seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler darah (Najiyati, 2010).
xvi
2.2.2 Ciri Ciri Ikan Lele yang Terserang Penyakit
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
xvii
Superclass : Pisces
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Family : Cypridae
Subfamily : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
xviii
carpio) dijuluki sebagai bottom feeder atau pemakan dasar. Di alam, danau atau
sungai tempat hidupnya, ikan ini hidup menepi sambil mengincar makanan
berupa binatang-binatang kecil yang biasanya hidup dilapisan lumpur tepi
danau atau sungai (Susanto,2004).
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
xix
Species : PenaeusmonodonFabricus
Seluruh tubuh tertutup oleh kerangka luar yang disebut eksoskeleton, yang
terbuat dari zat chitin. Bagian kepala ditutupi oleh cangkang kepala yang
ujungnya meruncing disebut rostrum. Kerangka tersebut mengeras, kecuali pada
sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini
memudahkan mereka untuk bergerak (Suyanto dan Mujiman, 1994). Udang
betina lebih cepat tumbuh daripada udang jantan, sehingga pada umur yang
sama tubuh udang betina lebih besar daripada udang jantan (Soetomo, 2000).
xx
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Penyakit dan Parasit Hewan Akuatik, dilaksanakan pada hari Selasa
Tanggal 15 Desember 2015 pukul 08.30 WITA bertempat di Laboratorium
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas
Udayana.
xxi
mengerucut.
Luka Dilihat permukaan tubuh ikan dengan teliti, apakah terdapat
penyakit makro yang terlihat oleh mata biasa atau dengan
bantuan kaca pembesar.
Benjolan Memperhatikan seluruh bagian tubuh ikan untuk melihat
benjolan yang terdapat pada tubuh ikan.
Warna Memperhatikan warna ikan yang sedang praktikan amati
xxii
g. Dilakukan kegiatan 1-6 sebanyak 3 ulangan
xxiii
e. Diamati dan diidentifikasi jenis parasit yang ditemukan serta dihitung
jumlahnya berdasarkan spesies.
f. Diulangi kegiatan 1-5 sebanyak 3 kali ulangan.
xxiv
b. Diambil organ ikan berupa hati, isi usus dan lambungikan lalu diletakkan
pada objek glass yang berbeda.
c. Organ yang telah diambil dikerok menggunakan gunting atau skapel untuk
mempertipis objek dan memudahkan untuk melakukan pengamatan
d. Ditetesi preparat dengan 1 tetes akuades di bagian permukaan
menggunakan pipet hingga merata
e. Ditutup preparat menggunakan cover glass
f. Dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop
g. Diamati dan diidentifikasi jenis parasit yang ditemukan serta dihitung
jumlahnya berdasarkan spesies.
xxv
h. Diulangi kegiatan 1-7 sebanyak 3 kali pengulangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kelompok 1
Organ Target Gejala Klinis
1. Warna tubuh ikan berwarna hitam
keabuan
2. Terdapat banyak lemak didalam
rongga tubuh ikan
3. Usus berwarna putih kemerahan dan
xxvi
berukuran kecil
4. Lambung berwarna putih kemerahan
dan berukuran kecil
5. Hati berwarna merah dan berukuran
kecil
Insang Ikan Mas
Parasit
Dactylogyrus sp. Tricodina sp.
Kelompok 2
Organ Target Gejala Klinis
1. Insang berwarna merah segar
2. Pada gill filamen terdapat bercak
hitam
xxvii
Insang Ikan Mas
Parasit
Argulus sp Dactylogyrus sp.
Kelompok 3
Organ Target Gejala Klinis
1. Warna tubuh tampak pucat
2. Sirip ekor, perut dan punggung
terdapat geripis
3. Insang berwarna merah pucat
xxviii
Insang Ikan Mas
Parasit
Argulus sp Dactylogyrus sp.
Kelompok 4
Organ Target Gejala Klinis
1. Insang tampak pucat kemerahan
2. Terdapat noda-noda hitam pada gill
filament
xxix
Kelompok 5
Organ Target Gejala Klinis
1. Insang berwarna merah
2. Bentuk insang normal jika diamati
dengan mata telanjang
3. Pada pengamatan dibawah
mikroskop terdapat Dactylogyrus
xxx
Kelompok 6
Organ Target Gejala Klinis
1. Insang berwarna merah cerah
2. Terlihat bercak merah pada
lembaran insang
3. Mata normal
4. Sirip normal
xxxi
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Penyakit dan Parasit Hewan Akuatik ini, identifikasi parasit
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan secara mikroskopis yakni pemeriksaan
endoparasit dan pemeriksaan ektoparasit pada beberapa organ ikan. Pada pemeriksaan
ektoparasit, dilakukan metode skin scraping (kerokan kulit) pada kulit ikan untuk
mendapatkan lendir ikan sebagai spesimen, metode wet mount (metode preparat
basah) yang dilakukan dengan menjadikan lendir, sisik dan insang sebagai specimen.
Adapun pemeriksaan endoparasit, dilakukan dengan 3 metode yakni metode smear
(metode usap), metode stamp, dan metode squash. Ketiga metode tersebut
mengguankan sampel hati ikan yang dipotong kira-kira 1 cm sebagai specimen.
Dari hasil pengamatan terhadap ikan mas, ikan lele, dan udang, parasit hanya
terdapat pada ikan mas. Dimana parasit yang menyerang ikan mas tersebut adalah
xxxii
Dactylogulus sp., Argulus sp., Tricodina sp., dimana ditemukan pada insang ikan.
Menurut Gusrina (2008), Dactylogylus sp. merupakan parasit yang sering menyerang
ikan air laut maupun air tawar terutama ikan mas. Dactylogylus sp. ini banyak
ditemukan di insang. (secara umum Dactylogyrus lebih menyukai insang) (Dedi,
2010). Parasit ini merupakan jenis parasit yang bersifat ektoparasit (menyerang di
bagian luar tubuh ikan). Dactylogylus sp. ini dapat menyerang ikan secara eksternal
karena kedua parasit ini tersuspensi di air sehingga bagian-bagian awal yang terkena
parasit ini adalah organ luar salah satunya insang. Insang ikan sangat mudah terkena
penyakit/parasit karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa insang ini terdiri
dari bagian yang berjajar dan panjang yang memilki selaput yang tipis. Hal ini
menyebabkan insang sangat mudah terkena penyakit apalagi insang ini berfungsi
sebagai jalur penyaringan air yang keluar masuk ke dalam tubuh ikan.
Menurut Gusrina (2008), Insang yang terserang parasit ini terlihat warna
insangnya berubah menjadi pucat dan keputih-putihan dan memproduksi lendir yang
berlebih. Hal ini tentunya akan mengganggu pertukaran gas yang terjadi di insang.
Hal ini akan berakibat pada terganggunya pernapasan dan osmoregulasi ikan.
Ditambahkan pula oleh Irawan (2004), bahwa ikan yang terserang Dactylogyrus sp
biasanya akan menjadi kurus, berenang menyentak-nyentak, tutup insang tidak dapat
menutup dengan sempurna karena insangnya rusak, dan kulit ikan kelihatan tak
bening lagi.
xxxiii
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Jenis parasit yang ditemukan pada ikan mas yaitu Dactylogulus sp., Argulus
sp., Tricodina sp.
xxxiv
3. Gejala-gejala klinis pada ikan yang ditimbulkan apabila ikan terserang
parasit Dactylogylus sp. antara lain warna insangnya berubah menjadi pucat
dan memproduksi lendir yang berlebihan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diajukan pada praktikum ini adalah praktikan
diharapkan lebih memahami metode-metode untuk melakukan pengamatan parasit,
supaya tidak terjadi kendala waktu karena pengoperasian alat yang kurang efisien,
dan juga untuk persiapan praktikum agar lebih di optimalkan lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
xxxv
Anonim. 2007. Metode Standar Pemeriksaan HPIK Golongan Bakteri . Pusat
Karantina Ikan.66 Hal.
Ariaty, L. 1991. Morfologi Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio), Nila Merah
(Oreochromis sp), dan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) dari Sukabumi.
(Skripsi). FPIK Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Austin, B dan D. A. Austin 2007. Bacterial Fish Patogens Diseases of Farmed and
Wild Fish. Praxis Publising: Germany.
Kabata Z., 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in Tropics. Taylor and
Francisco Ltd. London.
Kismiyanti, Sri S.S.R. Wahid N. Y. dan Kusdarwati, R. 2009. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Gram Negatif Pada Luka Ikan Mas Koki (Carassius auratus ) Akibat
Infeksi Ektoparasit Argulus Sp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol 1
No 2.
xxxvi
xxxvii