Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS INDONESIA

MIKROBIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN

MEDIA PENULARAN MIKROORGANISME DAN PARASIT

MAKALAH

Farras Putri Aulia (2006595532)

Luthfiyanisa (2006595620)

Muhammad Adrian Dharmawan (2006595702)

Qonita Anis Zain (2006471454)

Safira Aisyah (2006471763)

Ummu Humairoh (2006471725)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN

DEPOK

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 1


BAB I ............................................................................................................................................ 2
PENDAHALUAN ............................................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian dari udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang sebagai media
penularan penyakit 3
2.2 Kondisi yang membuat udara, air, makanan, tanah dapat berperan sebagai media
penularan penyakit.................................................................................................................. 3
2.3 Mekanisme penularan penyakit dan contoh mikroorganisme/parasite pada masing-
masing media serta siklus penularannya ................................................................................ 9
2.4 Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah media tersebut menjadi media penularan
penyakit ................................................................................................................................. 14
BAB III ........................................................................................................................................ 20
PENUTUP ................................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 20
BAB IV ........................................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 21

1 Universitas Indonesia
BAB I

PENDAHALUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme merupakan organisme yang sangat kecil sehingga
dibutuhkan mikroskop untuk melihatnya. Mikroorganisme sangat dekat
dengan kehidupan manusia, dapat ditemukan di udara, air, tanah, makanan
yang dikonsumsi, dan tempat-tempat lain. Mikoorganisme terbagi menjadi
bakteri, virus, jamur, dan parasite.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan udara, air, makanan, tanah, vector, dan
binatang sebagai media penularan penyakit?
2. Mengapa udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang dapat
menjadi media penularan penyakit?
3. Bagaimana mekanisme penularan mikroorganisme dan parasit di
masing-masing media tersebut?
4. Bagaimana upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar masing-
masing media tidak menjadi media penularan penyakit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang
sebagai media penularan penyakit.
2. Mengetahui alasan udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang dapat
menjadi media penularan penyakit.
3. Mengetahui mekanisme penularan mikroorganisme dan parasite pada masing-
masing media.
4. Mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar media tidak
menjadi media penularan penyakit.

2 Universitas Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang sebagai media
penularan penyakit
2.1.1 Udara merupakan bagian dari atmosfer bumi, yaitu campuran beberapa gas
yang mengelilingi bumi. Komponen penyusun udara yang paling penting
adalah oksigen, terkandung 21% di udara. 77% diantaranya adalah
nitrogen, sedangkan 2% adalah gas-gas penyusun lainnya. (airborne
disease).
2.1.2 Air adalah kebutuhan penting bagi makhluk hidup.semuan makhluk sangat
membutuhkan air bersih untukpertumbuhan. Namun air dapat menjadi
media penularan penyakit jika sanitasinya kurang baik. (waterborne
disease).
2.1.3 Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Menurut Depkes RI
(2007) makanan adalah semua bahan dalam bentuk olahan yang dimakan
oleh manusia kecuali air dan obat-obatan. Makanan dapat terkontaminasi
oleh mikroba apabila dalam pengolahannya tidak diperhatikan sanitasinya.
2.1.4 Tanah merupakan kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang
tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral,bahan
organic, air, dan udara dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.
(Prof. Dr. Ir. H. Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2003).
2.1.5 Vektor adalah hewan avertebrata yang menyebabkan penyakit dari satu
inang ke inang yang lain.
2.1.6 Binatang merupakan mahluk hidup yang dapat bergerak namun tidak
berakal. Binatang dapat menyebarkan penyakit dari binatang itu sendiri
atau mikroorganisme yang tumbuh di binatang tersebut.

2.2 Kondisi yang membuat udara, air, makanan, tanah dapat berperan sebagai media
penularan penyakit
2.2.1 faktor-faktor dalam udara sebagai media penularan penyakit seperti :

3 Universitas Indonesia
- Angin, mengakibatkan pergerakan udara dimana akan terjadi suatu
proses penyebaran sehingga penyakit bisa menjadi menyebar luar ke
berbagai penjuru.
- Temperatur/suhu, sama seperti pencemaran pada udara Jika suhu udara
tinggi akan menyebabkan udara semakin renggang sehingga konsentrasi
pencemar rendah, dan sebaliknya jika suhu udara rendah atau dingin
keadaan udara akan semakin padat sehingga konsentrasi pencemar di
udara akan tinggi yang akan menyebabkan berbagai penyakit.
- Kelembaban, jika kelembaban tinggi, maka kadar uap air di udara dapat
bereaksi dengan penyakit udara menjadi zat lain.
2.2.2 Waterborne diseases, menurut definisi, adalah penyakit yang ditularkan
melalui konsumsi air yang terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan
melalui air yang penting termasuk penyakit diare, kolera, shigella, tifus,
hepatitis A dan E, dan poliomielitis. Waterborne terbagi menjadi empat
sebagai berikut :
- Waterborne diseases, penyakit yang ditularkan melalui konsumsi air
yang terkontaminasi.
- Water Washed Diseases, penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air
untuk pemeliharaan hygiene perorangan.
- Water Based Diseases, mikroorganisme dalam air yang tidak diobati
atau terkontaminasi.
- Water Related Vectors, penyakit yang ditularkan melalui vektor
penyakit yang sebagian atau seluruhnya perindukan hidupnya
tergantung pada air misalnya Malaria, Demam berdarah, Filariasis,
Yellow fever, dan sebagainya.
2.2.3 Soilborne adalah penyebaran agen penyebab penyakit melalui tanah, ada
berbagai hal yang menyebabkan soilborne terjadi, seperti banjir, tiupan
angin yang kencang dan juga pengangkutan tanah dari daerah endemik ke
daerah lainnya. penyakit yang ada hubungannya dengan tanah dapat dibagi
menjadi 4:
- Disebabkan patogen oportunistik atau muncul dari mikroorganisme
biota tanah (Aspergillus fumigatus).

4 Universitas Indonesia
- Menyebabkan keracunan karena konsumsi makanan yang
terkontaminasi (Bacillus cereus).
- Disebabkan oleh endemik patogen ke tanah (Clostridium tatani).
- Disebabkan oleh masuknya patogen ke dalam tanah melalui ekskreta
(buangan) dari hewan dan manusia
2.2.4 Foodborne adalah peneybaran penyakit melalui makanan, (Purnawijayanti,
2001) terdapat dapat dua cara dalam penyebaran sebagai berikut :
 Kontaminasi silang, adalah perpindahan bakteri atau
mikroorganisme lain dari suatu zat ke zat lainnya
 Kontaminasi langsung, kontaminasi yang terjadi pada makanan
mentah, karena ketidaktahuan atau kelalaian baik disengaja maupun
tidak.
Lalu dalam kontaminasi makanan terdapat kategori mikroba-mikroba
seperti berikut :

- Intoksikasi

Mengandung toksin bakteri maupun jamur, dapat berasal dari


kontaminasi kimia atau mikroorganisme toksigenik (Staphylococcus
aureus).

- Infeksi

Disebabkan akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung bakteri


hidup yang tumbuh dan berkembang di saluran usus manusia
(Salmonella sp.).

- Toksikoinfeksi

Terjadi ketika sel bakteri hidup atau patogen masuk ke dalam tubuh
sehingga dapat memproduksi racun dalam tubuh (Clostridium
perfringens).

2.2.5 Kondisi yang membuat vector & binatang dapat berperan sebagai media
penularan penyakit

5 Universitas Indonesia
Vector dan binatang dapat berperan sebagai media penularan penyakit
ketika mereka memiliki kontak dengan mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit dan membawa mikroorganisme tersebut ke tubuh mereka. Ketika
vector & binatang tersebut memiliki kontak dengan organisme lain, maka
vector & binatang tersebut telah menjadi media penularan penyakit. Sebagai
contoh, Ketika lalat mengangkut mikroorganisme yang menyebabkan disentri
di kaki atau rambut tubuhnya dan mentransmisikannya kepada manusia melalui
makanan, maka lalat tersebut telah menjadi media penularan penyakit.
Vektor & binatang yang sering berperan sebagai penular penyakit :\
Pinjai (Xenopsylla cheopsis), memiliki ciri-ciri :
• Tidak bersayap
• Kaki sangat kuat dan panjang, berguna untuk meloncat.
• Mempunyai mata tunggal.
• Tipe menusuk dan mengisap.
• Scgmcntasi tubuh tidak jclas (batas antara kepala - dada tidakjelas)
• Ektoparasit pada hcwan berdarah panas (mamalia, burung,dll)
• Ukuran ± 1,5-3,3mm
• Metamorfosis sempurna, yaitu telur - larva - pupa – dcwasa
Xenopsylla cheopis sering dijurnpai pada tikus hidup di daerah tropis dan
dalam lingkungan yang hang at di seluruh dunia. Xenopsylla cheopis
mempunyai bcberapa peranan dalam pcnyebaran penyakit diantaranya:
- Pes
Pes mcrupakan penyakit karantina internasional di Indonesia tennasuk
penyakit yang timbul kembali(reeme1ging disease)dan dapat menyebabkan
kejadian luar biasa. Penyakit pes itu dapat ditularkan langsung maupun tidak
langsung. Secara tidak langsung pes ditularkan melalui gigitan vektor yakni
pinjal positif Yersinia pestis. Menurut WHO dalam Plague Manual:
Epidemiology, Distribution, Surveillance and Control, pinjal yang mcrupakan
vector pes di Boyolali adalah Xenopsylla cheopis dan Stivalius cognatus.
Proses itu terjadi ketika tikus yang terinvestasi pinjal (terinfeksi Yersinia
pestis) mati, kemudian pinjal positif Yersinia pestis itu akan scgera
meninggalkan tikus dan menggigit orang sehat.

6 Universitas Indonesia
- Murine Typhus
Penyakit ini ditemukan urnumnya di kota pelabuhan !aut dan didaerah
populasi padat tempat didapatkan tikus dan pinjal. Xenopsylla cheopis selain
scbagai vektor pcnyakit pes merupakan pinjal yang dapat bertindak sebagai
vcktor penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia typhi disebut Murine
Typhus. Rickettsia typhi memperoleh bahan makanan dari darah yang
diambil olch spcsics inang. Rickettsia typhi masuk dan tumbuh di dalam scl
epitel usus dari kutu dan keluar bersama dengan tinja yang dikcluarkan pinjal.
Rickettsia typhi yang berada pada tinja dari kutu tcrsebut menjangkiti tikus
dan manusia melalui inokulasi intrakutan dengan penggarukan kulit, atau
perpindahan oleh jari ke dalam membran lendir. Selain itu bakteri ini juga
mampu menjangkiti manusia dan tikus melalui gigitan oleh kutu tikus
tersebut.

- Nyamuk (Aedes aegypti)


Aedes aegypti adalah jenis nyamuk penyebab penyakit DBD
sebagai pembawa utama (primary vektor) virus dengue (WHO, 2009).
Nyamuk jenis Aedes aegypti yang sudah menghisap virus dengue sebagai
penular penyakit demam berdarah. Adanya penularan itu karena setiap
nyamuk itu mengggit, nyamuk tersebut menghisap darah yang aan
menghasilkan air liur dengan bantuan alat tusuknya supaya darahnya yang
telah dihisap tidak dapat membeku. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai
persebaran dengue yang sangat luas hampir semua mencakup daerah yang
tropis maupun subtropis diseluiruh dunia. Hal ini membawa siklus
persebarannya baik di desa, kota maupun disekitar daerah penduduk yang
padat (Silalahi, 2014). Beberapa penularan penyakit DBD yang disebabkan
nyamuk Aedes aegypti yaitu mulai dari perilaku menggigit, perilku istirahat
dan juga jangkauan terbang untuk disebarkannya virus dengue (Yudastuti,
2005).
Nyamuk Aedes aegypti siklus hidupnya mempunyai empat fase
yaitu dari mulai telur, jentik, pupa, sampai menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk jenis ini mempunyai siklus hidup sempurna. Spesies ini meletakkan

7 Universitas Indonesia
telurnya pada kondisi permukaan air yang bersih secara individual. Telur
yang memilki bentuk elips warnanya hitam dan juga terpisah satu dengan
yang lain. Telurnya dapat menetes dalam waktu 1-2 hari kemudian akan
berubah jentik. Memiliki ciri-ciri :
• ukuran sedang dengan warna tubuh hitam kecoklatan
• tubuh dan juga tungkainya ditutupi oleh sisik dengan garis-garis putih
keperakan
• bagian punggung tubuh tampak ada dua garis yang melengkung vertikal
yaitu bagian kiri dan bagian kanan
• Pada umumnya, sisik tubuh nyamuk mudah rontok atau lepas sehingga
menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua
• Ukuran dan warna nyamuk jenis ini terlihat sering berbeda antar populasi,
tergantung pada kondisi di lingkungan dan juga nutrisi yang didapat
nyamuk selama masa perkembangan.

Anjing (Canis Familiaris)


Menurut WHO, anjing domestik merupakan reservoir yang paling
umum dari virus rabies, dengan lebih dari 95% kematian manusia yang
disebabkan oleh anjing yang memiliki virus rabies. Rabies merupakan
penyakit zoonosis yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan
manusia. Virus rabies ditransmisikan melalui air liur hewan terinfeksi
rabies dan umumnya masuk ke tubuh melalui inltrasi air liur yang
mengandung virus dari hewan rabies ke dalam luka (misalnya goresan),
atau dengan paparan langsung permukaan mukosa air liur dari hewan yang
terinfeksi (misalnya gigitan). Virus rabies tidak bisa menyusup/melewati
kulit dalam kondisi utuh (tanpa luka). Begitu sampai ke otak, virus rabies
dapat bereplikasi lebih lanjut, sehingga menghasilkan tanda klinis pada
pasien. Ciri-ciri anjing yang terinfeksi rabies :
- Rabies bentuk tenang (dumb rabies) :
• Hipersalivasi (mengeluarkan saliva yang berlebihan)
• Suara hewan menjadi berubah (menjadi parau)
• Terjadi kelumpuhan pada bagian wajah dan rahang bawah

8 Universitas Indonesia
• Lumpuh, Kejang, mati
- Rabies bentuk ganas (furious rabies)
• Sangat galak, gelisah, hiperaktif
• Bersembunyi di tempat gelap dan dingin
• Nafsu makan menjadi berkurang
• Menjadi lebih sensitif terhadap suara dan cahaya
• Memakan benda-benda asing seperti batu, kayu dll
• lumpuh, kejang, mati

2.3 Mekanisme penularan penyakit dan contoh mikroorganisme/parasite pada masing-


masing media serta siklus penularannya
2.3.1 Media Udara
Contoh mikroorganisme/parasite : Enterobius vermicularis (Oxyuris
vermikularis/cacing kremi)
Infeksi cacing kremi terjadi melalui infeksi langsung pasien (fecal-
oral), inhalasi Aerosol debu di udara yang terkontaminasi. Habitat cacing
dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar, dan di usus halus yang
berdekatan dengan rongga sekum. Makanannya adalah isi dari usus. Cacing
dewasa tinggal di usus besar. Setelah pembuahan, cacing jantan mati.
Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur,
bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus.
Hal ini terjadi pada malam hari. Telur jarang dikelurkan di usus, sehingga
jarang ditemukan di dalam tinja. Telur menjadi matang dalam waktu kira-
kira 6 jam setelah dikeluarkan pada suhu badan. Telur resisten terhadap
desinfektan dan udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup
sampai 13 hari. Waktu yang diperlukan untuk siklus hidupnya, mulai dari
tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang
bermigrasi ke daerah perineal, berlangsung kira-kira 2- 2 bulan.
Beberapa gejala karena infeksi cacing Enterobius vermicularis yaitu
kurang nafsu makan, berat badan turun, dan insomnia. Migrasi dari cacing
menyebabkan reaksi alergi di sekitar anus dan pada malam hari

9 Universitas Indonesia
menyebabkan gatal nokturnal (pruritus ani) dan enuresis. Cacing dapat
mengobstruksi apendik menyebabkan apendisitis.

Gambar 1. Mekanisme penularan


Enterobius vermicularis

2.3.2 Media air


Contoh mikroorganisme/parasite : Fasciola hepatica
Host cacing ini adalah kambing dan sapi, kadang parasit ini ditemukan
pada manusia. Telur cacing berukuran 140x90 mikron, telur menjadi
matang dalam air setelah 9-15 hari dan berisi mirasidium. Telur kemudian
menetas dan mirasidium keluar dan mencari keong air, di dalam keong air
terjadi perkembangan menjadi serkaria. Serkaria keluar dari keong air dan
berenang mencari host perantara II, yaitu tumbuhan air. Infeksi terjadi
dengan makan tumbuhan air yang mengandung serkaria. Migrasi cacing
dewasa muda ke empedu menimbulkan kerusakan parenkim hati. Saluran
empedu mengalami peradangan, penebalan, dan sumbatan sehingga
menimbulkan sirosis periportal. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan
telur dalam tinja, cairan duodenum atau cairan empedu.

Gambar 2. Mekanisme penularan


Fasciola hepatica

10 Universitas Indonesia
2.3.3 Media makanan
Contoh mikroorganisme/parasite : Echinococcus granulosus
Manusia tertulari cacing ini karena makan makanan atau minuman yang
terkontaminasi telur Echinococcus granulosus yang berasal dari feces
anjing yang sakit. Di dalam duodenum telur akan menetas menjadi larva.
Larva ini akan menembus dinding duodenum, masuk ke dalam aliran darah
dan menyebar ke seluruh tubuh, misalnya paru-paru, hati, otak. Pada organ-
organ ini, larva berkembang menjadi kista hidatid. Sekitar 60-70% dari
larva akan menjadi kista hydatid (hydatidcyst) di dalam liver dan klien
mengalami hidatiasis. Di dalam siklus hidup Echinococcus granulosus akan
menjadi lengkap bila kista hydatid ini dimakan oleh carnivora, misalnya
anjing
Pada awalnya kista hydatid ini tidak menimbulkan gejala, akan tetapi
dengan semakin besarnya kista, dapat menyebabkan batuk dengan
hemoptisis pada penyakit paru-paru hidatidiasis, hepatomegali dengan sakit
perut dan ketidaknyamanan, tekanan dari perluasan kista, pecahnya kista
berakibat reaksi alergi yang parah anafilaksis.

Gambar 3 . Mekanisme penularan


Echinococcus granulosus

2.3.4 Media tanah


Contoh mikroorganisme/parasite : Trichuris trichiura (Trichocephalus
dispar) (cacing cambuk)

11 Universitas Indonesia
Cacing dewasa ini hidup di dalam kolon asendens dan sekum dengan
bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus
(Gambar 3.2). Seekor cacing betina diperkirakan bisa menghasilkan telur
kurang lebih 3.000-10.000 butir setiap harinya. Ukuran telur 50 µm,
berbentuk seperti tempayan, kulit berwarna oranye, dan isi berwarna
kuning. Telur yang telah dibuahi keluar dari host bersama feses klien. Telur
tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu pada tanah yang lembab
dan tempat yang teduh. Telur yang matang adalah telur yang berisi larva
dan merupakan bentuk infektif. Infeksi langsung apabila host baru secara
tidak sengaja menelan telur matang. Larva kemudian keluar melalui dinding
telur dan masuk ke dalam usus halus. Setelah dewasa cacing turun ke usus
bagian distal dan masuk ke daerah kolon. Masa pertumbuhan mulai dari
telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina bertelur kurang lebih 30-90
hari. Cacing ini pada manusia terutama hidup di sekum, tepi dapat juga
ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak cacing
ini tersebar di seluruh kolon rektum. Kadang terlihat di mukosa rektum
yang mengalami prolaps akibat mengejannya klien saat defekasi.

Gambar 4. Mekanisme penularan


Trichuris trichiura

2.3.5 Media vector


Contoh mikroorganisme/parasite : Plasmodium sp
Di mulai gametosit matang di dalam darah penderita yang terhisap oleh
nyamuk, akan mengalami proses pematangan di dalam usus nyamuk untuk

12 Universitas Indonesia
menjadi gamet (gametogenesis), gamet jantan (mikrogamet), dan gamet
betina (makrogamet). Dalam beberapa menit mikrogamet akan membuahi
makrogamet (fertilisasi) dalam waktu 3 jam setelah nyamuk menghisap
darah terbentuk ookinet. Selanjutnya ookista akan pecah dan melepaskan
sporozoit ke dalam sirkulasi darah nyamuk, dan bergerak menuju kelenjar
ludah nyamuk kemudian akan ditransmisi kepada manusia lainnya melalui
tusukan/gigitan nyamuk yang terinfeksi ini. Siklus perkembangan
Plasmodium dalam nyamuk berkisar 7-20 hari dan akhirnya berkembang
menjadi sporozoit yang bersifat infektif dan nyamuk Anopheles yang
terinfeksi ini akan bersifat infektif sepanjang hidupnya.

Gambar 5. Mekanisme penularan


Plasmodium sp

2.3.6 Media binatang


Contoh mikroorganisme/parasite : Taenia saginata
Telur cacing yang keluar bersama feces klien bila jatuh di tanah dan
termakan oleh sapi atau kerbau, di dalam intestinum sapi akan menetas
menjadi larva. Larva ini akan menembus dinding usus, masuk ke dalam
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh sapi. Bila sampai ke jaringan
otot, akan menetap dan berkembang menjadi calon kepala yang terlindung
dalam kista (ysticercus). Manusia yang bersifat sebagai host definitif akan
tertular Taenia saginata bila memakan kista (cystisercus) daging sapi
mentah atau daging sapi yang belum masak betul. Di dalam usus dinding
cysticercus

13 Universitas Indonesia
akan pecah dan calon kepala berkembang menjadi cacing dewasa dengan
cara tumbuh secara bertahap. Dalam waktu 12 minggu sudah dapat
menghasilkan telur lagi.
Orang yang terinfeksi mungkin mengeluh sakit epigastrium, nafsu
makan bertambah, lemas, dan berat badan berkurang. Kadang-kadang
disertai vertigo, nausea, muntah, sakit kepala, diare dan dapat menyebabkan
obstruksi ileus.

Gambar 6. Mekanisme penularan


Taenia saginata

2.4 Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah media tersebut menjadi media
penularan penyakit
2.4.1 Upaya mencegah udara agar tidak menjadi media penularan
mikroorganisme
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan dalam segi media yaitu
:
- Sterilisasi udara menggunakan sinar UV (lampu sinar UV atau tabung
UV)
- Menggunakan HEPA filter pada ruangan
- Menggunakan saringan electron-presiparator
- Sterilisasi udara dengan metode ozon
- Memberikan pencahayaan cukup, sirkulasi baik, dan mengatur
kelembaban udara
- Menanam tanaman hijau sebagai pembersihan udara

14 Universitas Indonesia
Dan terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah udara sebagai
media penularan mikroorganisme dalam segi host :

- Menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah


- Berada di tempat yang mempunyai sirkulasi udara yang baik
- Menerapkan gaya hidup sehat sehari-hari
- Menjauhi polusi udara

2.4.2 Upaya mencegah air agar tidak menjadi media penularan


mikroorganisme
Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan agar air yang kita konsumsi tidak
menjadi media penularan.
a. Mengonsumsi air hanya air yang dimasak
Dengan memasak air di suhu 1000C selama 5 menit mampu mematikan
mikroorganisme yang ada di air. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan
parasit dan mikroorganisme tidak dapat hidup di suhu 1000C. Setelah
dipastikan air terbebas dari parasit maka air sudah dapat dikonsumse. Selain
itu, hindari meminum air langsung dari mata air yang belum dipastikan
tingkat sterilnya karena masih mengandung banyak mikroorganisme.
b. Mencuci tempat air setiap hari
Tempat air yang kita gunakan sehari-hari seperti gelas, tempat penampung
airdapat menjadi sarang mikroorganisme. Oleh karena itu, harus
dibersihkan secara berkala. Selain itu, saluran air juga harus dipastikan
terhindar dari mikroorganisme.
c. Membuang genangan air
Genangan air mungkin saja terdapat mikroorganisme dan parasite. Karena
letaknya dibiarkan terbuka sehingga mikroorganisme dan parasite dapat
langsung berada di genangan tersebut. Maka dari itu, kita tidak boleh
membiarkan ada genangan air di rumah kita.
d. Melakukan disinfeksi kimiawi menggunakan Klorin (Sodium Hipoklorit)
Klorin merupakan antimikroba yang memiliki spectrum luas, namun tidak
aktif terhadap materi organic. Sodium hipoklorit akan mengoksidasi protein
suatu mikroorganisme sehingga membrane sel rusak dan terjadi inaktivasi

15 Universitas Indonesia
enzim pada mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu klorin efektif untuk
membunuh mikroorganisme dan parasite. Klorin atau biasa disebut kaporit
biasanya digunakan untuk menjernihkan air kolam renang, disinfeksi
barang laundry agar selalu steril, dan membuat bersih permukaan suatu
wadah.

2.4.3 Upaya mencegah makanan agar tidak menjadi media penularan


mikroorgansime
Untuk mencegah makanan menjadi salah satu penularan mikroorganisme
dan parasite maka perlu dilakukan beberapa upaya. Langkah pencegahan
sebagai langkah preventif yang dapat dilakukan individu adalah selalu
menjaga kebersihan makanan yang akan dikonsumsi, melakukan
pengolahan makanan dan pemantauan suhu optimum pada makanan yang
akan dikonsumsi, serta memperhatikan metode atau cara penyimpanan
makanan yang baik.
a. Kebersihan
Mikroorganisme dan parasite dapat berada dimanapun, bahkan di tangan
kita bisa menjadi tempat mikroorganisme tersebut. Maka dari itu, kita harus
rutin mencuci tangan sebelum makan agar terhindar dari bahaya parasite.
b. Pemantauan suhu
Suhu yang tidak tepat pada penyimpanan makanan malah akan menjadi
tempat tinggal mikroorganisme. Karena ia masih dapat hidup diantara suhu
50C hingga 600C dan menyebabkan racun di makanan. Oleh karena itu,
suhu yang tepat untuk menyimpah makanan di lemari es adalah tidak lebih
dari 50C dan dilengkapi aliran udara. Lalu, makanan yang mentah tidak
dibiarkan terlalu lama di suhu ruangan karena dapat mempercepat
pertumbuhan mikroorganisme. Untuk membunuh mikroorganisme pada
makanan kita harus memasak dan mengolah di suhu yang tepat sehingga
makanan yang akan dikonsumsi matang dan terhindar dari mikroorganisme.
c. Cara menyimpan
Jenis bahan makanan seperti, daging, ikan, daging ungags, dan sayur
mentah adalah bahan makanan yang berpotensi mengandung
mikroorganisme sebelum diolah yang dapat mengontaminasi bahan

16 Universitas Indonesia
makanan lainnya. Perilaku cermat harus diterapkan dalam menyimpan
makanan mentah, dengan cara menutup makanan tersebut dan
memasukannya ke dalam lemari es dengan tidak mencampur dengan bahan
makanan lainnya.
d. Disinfeksi Thermal
Untuk membunuh mikroorganisme dan parasite secara efektif dengan
melakukan disinfeksi thermal. Disinfeksi thermal berfungsi mensterilkan
alat makan ketikan alat makan tersebut berkontak langsung dengan air
panas dalam suhu 700C selama 100 menit atau 900C selama 1 menit.

2.4.5 Upaya mencegah tanah agar tidak menjadi media penularan


mikroorganisme
Untuk mencegah tanah menjadi media penularan mikroorganisme dalam
segi media dapat dilakukan upaya seperti :
- Remediasi
- Bioremediasi
- Fitoremediasi
- Menggunakan disinfektan
- Sanitasi lingkungan

Sedangkan pada segi host dapat dilakukan upaya seperti :

- Memakai alas kaki pada saat diluar rumah atau memakai pelindung
tanah saat akan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan tanah
- Membersihkan bagian tubuh menggunakan air mengalir setelah
melakukan aktivtas yang berhubungan dengan tanah
- Menggunakan WC atau jamban yang baik
- Tidak membuang limbah kimia ke tanah secara langsung

2.4.6 Upaya mencegah vector agar tidak menjadi media penularan


mikroorganisme
Dalam upaya mecegahan vektor dibagi menjadi tiga yaitu, secara biologi,
secara kimiawi, dan secara fisik.

17 Universitas Indonesia
a. Biologi
- Dengan mahluk hidup lain, contohnya untuk mengurangi nyamuk maka
kita bisa menggunakan menggunakan tokek atau cicak.
- Meningkatkan sitasi, sitasi sangan penting untuk mencegah vektor
karena vektor tidak hidup ditempat yang bersih.
- Menghancurkan rantai makanan atau kehidupan, contohnya nyamuk
kita bisa memutuskan rantai kehidupan seperti 3M (menguras, menutup,
mengubur).

b. Kimiawi
- Penggunaan insektisida, insektisida sangat ampuh untuk membasmih
vektor namun jika dipakai secara tidak proporsional akan membuat
vektor menjadi kebal terhadap insektisida dan menyebabkan rusaknya
lingkungan.
- Fogging, dilakukan dengan cara membunuh nyamuk menggunakan zat
kimiawi. Tapi, tanpa disadari, penyakit demam berdarah (DBD) masih
menjadi salah satu permasalahan kesehatan di masyarakat Indonesia.
Karenanya kita disarankan agar menjaga kebersihan lingkungan, untuk
menutup kesempatan perkembangbiakan nyamuk aides aigepty.

c. Fisik
- Rat baiting, merupakan jebakan untuk menangkap tikus dan banyak
modelnya seperti mengunakan perekat, menggunakan ember yang berisi
air dan lain-lainnya.
- Raket listrik, alat ini sangat ampuh dalam membunuh nyamuk
menggunakan listrik sebagai utamanya.
- Menyiram dengan air panas pada telur serangga, seperti halnya telur
ayam direbus akan langsung merusak perkembangan embrio dalam telur
tersebut.

2.4.7 Upaya mencegah binatang agar tidak menjadi media penularan


mikroorganisme
Beberapa upaya yang dapat dilakukan yaitu :

18 Universitas Indonesia
- Dengan eeliminasi hewan secara positif dan vaksinasi
- Memantau kesehatan ternak dan tata letak
- Mensosialisasikan gejala klinis awal penyakit zoonis kepada peternakan
atau rumah potong hewan.
- Menjaga kebersihan kandang
- Menggunakan APD apabila mengurus hewan yang sakit
- Memasak dengan benar daging sapi, unggas dan makanan laut.
- Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi hewan.
- Jika tergigit anjing atau kucing, segera bilas dan cuci dengan sabun,

19 Universitas Indonesia
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran


mikroskopik karena dalam melihatnya dibutuhkan alat yaitu mikroskop.
Mikroorganisme terbagi atas bakteri, virus , virus, jamur dan parasite.
Mikroorganisme tersebut dalam penyebarannya membutukan media
seperti udara, air, tanah, makanan, vector, maupun binatang. Namun
terdapat kondisi khusus yang menyebabkan media yang disebutkan
dapat menjadi media penularan. Seperti kurangnya sanitasi, kebersihan
lingkungan yang tidak terlalu bersih dan lain sebagainya. Dalam
mencegahnya terdapat beberapa cara seperti membersihkan lingkungan
secara rutin agar tidak ada tikus penyebab pes, memvaksinasi hewan
peliharaan agar tidak sakit.

20 Universitas Indonesia
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, K. Muslim, B. (2018) Penyehatan Udara [online] available at


<http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Penyehatan-Udara_SC.pdf> [Accessed 7 October
2020].

Setyaningrum, S. (2019) Kontaminasi Patogen pada Sumber Air dan Upaya


Penyisihan Patogen dalam Proses Produksi Air Bersih [online] available at
<https://www.researchgate.net/publication/287571325_Kontaminasi_Patoge
n_pada_Sumber_Air_dan_Upaya_Penyisihan_Patogen_dalam_Proses_Produk
si_Ai r_Bersih>[Accessed 7 October 2020].

Puspawati, C. Haryono, P. (2018) Penyehatan Tanah [online] available at


<http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Penyehatan-Tanah_SC.pdf > [Accessed 7 October
2020].

Mandewi, N. (2018) [online] available at <http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/341/5/BAB%20II.pdf> [Accessed 7 October 2020].

Ariani, N. (2017) [online] available at


http://repository.unimus.ac.id/401/3/1.12.%20BAB%20II.pdf [Accessed 8
October 2020].

ROKOM, 2019. Suhu Udara Meningkat, Kemenkes Imbau Waspadai Munculnya


Berbagai Penyakit - Sehat Negeriku. [online] Sehat Negeriku. Available at:
<http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20191025/2832101/suhu-
udara-meningkat-kemenkes-imbau-waspadai-munculnya-berbagai-penyakit/>
[Accessed 10 November 2020].
Djafri, D., 2009. MANAJEMENKESEHATANDAERAHWISATA. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, [online] Vol.3(No.1), pp.1-3. Available at:
<http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/47/44> [Accessed
10 November 2020].

21 Universitas Indonesia
Priyanto, D., 2011. Serba Serbi Lingkungan. PERAN AIR DALAM PENYEBARAN
PENYAKIT, [online] 7(1), pp.27-28. Available at:
<http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/article/download/760/715
> [Accessed 5 October 2020].
Windraswara, R. and Rizki, A., 2017. Analisis Daerah Rawan Air Dan Rawan
Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Daerah Padat Penduduk Dengan Water
Stress Index Calculation. Jurnal of Health Education, [online] 2(2), pp.171-178.
Available at:
<https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/22615/10712
> [Accessed 5 October 2020].
Nugroho, A., 2014. ejournal Kemenkes. PERAN TANAH SEBAGAI RESERVOIR
PENYAKIT, [online] 6(1), pp.27-32. Available at:
<http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/vk/article/download/3789/3650
> [Accessed 5 October 2020].
K. Herman, B. Michael. (2003). Handbook of Environmental Health Vol. 1. Florida:
CRC Press
H.F. Robert. (2019). Essentials of Environmental Health 3rd Edition. Burlington: Jones
& Bartlett Learning
Ustiawan, A. (2008). Xenopsylla cheopis. [online]. Tersedia di:
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/. diakses 6 Oktober 2020.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). INFODATIN Situasi Rabies di Indonesia. [online].
Tersedia di:
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%2
0r abies%202017.pdf. Diakses 6 Oktober 2020
Phelame, Selome. (2014). Tips to prevent waterbone diseases. Tersedia di:
https://zeenews.india.com/news/health/tips/tips-to-prevent-water-borne-
diseases_29325.html. [Diakses 7 Oktober 2020].

Safira, Mega. Penularan Peyakit Melalui Makanan (foodborne disease). [Online]


Available at:
<http://www.academia.edu/download/63317390/Mega_Safira_Artikel2020051
5 -91642-1ufhhy9.pdf > [Accessed 16 November 2020].

22 Universitas Indonesia
Nugraha Budy, Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mitra Kencana Tasik Malaya.

Paul G. Engelkirk,Janet L. Duben-Engelkirk, Laboratory Diagnosis of Infectious


Diseases: Essentials of Diagnostic : laboratory diagnostic of selected helminth
infection,Lippincott Williams & Wilkins

Prasetyo Heru, 2005, Pengantar Praktikum Protozoologi Kedokteran, edisi 2,


AirlanggaUniversity Press.

23 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai