Makalah Topik 1 - Kelompok 1
Makalah Topik 1 - Kelompok 1
MAKALAH
Luthfiyanisa (2006595620)
DEPOK
2020
DAFTAR ISI
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHALUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang
sebagai media penularan penyakit.
2. Mengetahui alasan udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang dapat
menjadi media penularan penyakit.
3. Mengetahui mekanisme penularan mikroorganisme dan parasite pada masing-
masing media.
4. Mengetahui upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar media tidak
menjadi media penularan penyakit.
2 Universitas Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari udara, air, makanan, tanah, vector, dan binatang sebagai media
penularan penyakit
2.1.1 Udara merupakan bagian dari atmosfer bumi, yaitu campuran beberapa gas
yang mengelilingi bumi. Komponen penyusun udara yang paling penting
adalah oksigen, terkandung 21% di udara. 77% diantaranya adalah
nitrogen, sedangkan 2% adalah gas-gas penyusun lainnya. (airborne
disease).
2.1.2 Air adalah kebutuhan penting bagi makhluk hidup.semuan makhluk sangat
membutuhkan air bersih untukpertumbuhan. Namun air dapat menjadi
media penularan penyakit jika sanitasinya kurang baik. (waterborne
disease).
2.1.3 Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia. Menurut Depkes RI
(2007) makanan adalah semua bahan dalam bentuk olahan yang dimakan
oleh manusia kecuali air dan obat-obatan. Makanan dapat terkontaminasi
oleh mikroba apabila dalam pengolahannya tidak diperhatikan sanitasinya.
2.1.4 Tanah merupakan kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang
tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral,bahan
organic, air, dan udara dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.
(Prof. Dr. Ir. H. Sarwono Hardjowigeno, M.Sc. 2003).
2.1.5 Vektor adalah hewan avertebrata yang menyebabkan penyakit dari satu
inang ke inang yang lain.
2.1.6 Binatang merupakan mahluk hidup yang dapat bergerak namun tidak
berakal. Binatang dapat menyebarkan penyakit dari binatang itu sendiri
atau mikroorganisme yang tumbuh di binatang tersebut.
2.2 Kondisi yang membuat udara, air, makanan, tanah dapat berperan sebagai media
penularan penyakit
2.2.1 faktor-faktor dalam udara sebagai media penularan penyakit seperti :
3 Universitas Indonesia
- Angin, mengakibatkan pergerakan udara dimana akan terjadi suatu
proses penyebaran sehingga penyakit bisa menjadi menyebar luar ke
berbagai penjuru.
- Temperatur/suhu, sama seperti pencemaran pada udara Jika suhu udara
tinggi akan menyebabkan udara semakin renggang sehingga konsentrasi
pencemar rendah, dan sebaliknya jika suhu udara rendah atau dingin
keadaan udara akan semakin padat sehingga konsentrasi pencemar di
udara akan tinggi yang akan menyebabkan berbagai penyakit.
- Kelembaban, jika kelembaban tinggi, maka kadar uap air di udara dapat
bereaksi dengan penyakit udara menjadi zat lain.
2.2.2 Waterborne diseases, menurut definisi, adalah penyakit yang ditularkan
melalui konsumsi air yang terkontaminasi. Penyakit yang ditularkan
melalui air yang penting termasuk penyakit diare, kolera, shigella, tifus,
hepatitis A dan E, dan poliomielitis. Waterborne terbagi menjadi empat
sebagai berikut :
- Waterborne diseases, penyakit yang ditularkan melalui konsumsi air
yang terkontaminasi.
- Water Washed Diseases, penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air
untuk pemeliharaan hygiene perorangan.
- Water Based Diseases, mikroorganisme dalam air yang tidak diobati
atau terkontaminasi.
- Water Related Vectors, penyakit yang ditularkan melalui vektor
penyakit yang sebagian atau seluruhnya perindukan hidupnya
tergantung pada air misalnya Malaria, Demam berdarah, Filariasis,
Yellow fever, dan sebagainya.
2.2.3 Soilborne adalah penyebaran agen penyebab penyakit melalui tanah, ada
berbagai hal yang menyebabkan soilborne terjadi, seperti banjir, tiupan
angin yang kencang dan juga pengangkutan tanah dari daerah endemik ke
daerah lainnya. penyakit yang ada hubungannya dengan tanah dapat dibagi
menjadi 4:
- Disebabkan patogen oportunistik atau muncul dari mikroorganisme
biota tanah (Aspergillus fumigatus).
4 Universitas Indonesia
- Menyebabkan keracunan karena konsumsi makanan yang
terkontaminasi (Bacillus cereus).
- Disebabkan oleh endemik patogen ke tanah (Clostridium tatani).
- Disebabkan oleh masuknya patogen ke dalam tanah melalui ekskreta
(buangan) dari hewan dan manusia
2.2.4 Foodborne adalah peneybaran penyakit melalui makanan, (Purnawijayanti,
2001) terdapat dapat dua cara dalam penyebaran sebagai berikut :
Kontaminasi silang, adalah perpindahan bakteri atau
mikroorganisme lain dari suatu zat ke zat lainnya
Kontaminasi langsung, kontaminasi yang terjadi pada makanan
mentah, karena ketidaktahuan atau kelalaian baik disengaja maupun
tidak.
Lalu dalam kontaminasi makanan terdapat kategori mikroba-mikroba
seperti berikut :
- Intoksikasi
- Infeksi
- Toksikoinfeksi
Terjadi ketika sel bakteri hidup atau patogen masuk ke dalam tubuh
sehingga dapat memproduksi racun dalam tubuh (Clostridium
perfringens).
2.2.5 Kondisi yang membuat vector & binatang dapat berperan sebagai media
penularan penyakit
5 Universitas Indonesia
Vector dan binatang dapat berperan sebagai media penularan penyakit
ketika mereka memiliki kontak dengan mikroorganisme yang menyebabkan
penyakit dan membawa mikroorganisme tersebut ke tubuh mereka. Ketika
vector & binatang tersebut memiliki kontak dengan organisme lain, maka
vector & binatang tersebut telah menjadi media penularan penyakit. Sebagai
contoh, Ketika lalat mengangkut mikroorganisme yang menyebabkan disentri
di kaki atau rambut tubuhnya dan mentransmisikannya kepada manusia melalui
makanan, maka lalat tersebut telah menjadi media penularan penyakit.
Vektor & binatang yang sering berperan sebagai penular penyakit :\
Pinjai (Xenopsylla cheopsis), memiliki ciri-ciri :
• Tidak bersayap
• Kaki sangat kuat dan panjang, berguna untuk meloncat.
• Mempunyai mata tunggal.
• Tipe menusuk dan mengisap.
• Scgmcntasi tubuh tidak jclas (batas antara kepala - dada tidakjelas)
• Ektoparasit pada hcwan berdarah panas (mamalia, burung,dll)
• Ukuran ± 1,5-3,3mm
• Metamorfosis sempurna, yaitu telur - larva - pupa – dcwasa
Xenopsylla cheopis sering dijurnpai pada tikus hidup di daerah tropis dan
dalam lingkungan yang hang at di seluruh dunia. Xenopsylla cheopis
mempunyai bcberapa peranan dalam pcnyebaran penyakit diantaranya:
- Pes
Pes mcrupakan penyakit karantina internasional di Indonesia tennasuk
penyakit yang timbul kembali(reeme1ging disease)dan dapat menyebabkan
kejadian luar biasa. Penyakit pes itu dapat ditularkan langsung maupun tidak
langsung. Secara tidak langsung pes ditularkan melalui gigitan vektor yakni
pinjal positif Yersinia pestis. Menurut WHO dalam Plague Manual:
Epidemiology, Distribution, Surveillance and Control, pinjal yang mcrupakan
vector pes di Boyolali adalah Xenopsylla cheopis dan Stivalius cognatus.
Proses itu terjadi ketika tikus yang terinvestasi pinjal (terinfeksi Yersinia
pestis) mati, kemudian pinjal positif Yersinia pestis itu akan scgera
meninggalkan tikus dan menggigit orang sehat.
6 Universitas Indonesia
- Murine Typhus
Penyakit ini ditemukan urnumnya di kota pelabuhan !aut dan didaerah
populasi padat tempat didapatkan tikus dan pinjal. Xenopsylla cheopis selain
scbagai vektor pcnyakit pes merupakan pinjal yang dapat bertindak sebagai
vcktor penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia typhi disebut Murine
Typhus. Rickettsia typhi memperoleh bahan makanan dari darah yang
diambil olch spcsics inang. Rickettsia typhi masuk dan tumbuh di dalam scl
epitel usus dari kutu dan keluar bersama dengan tinja yang dikcluarkan pinjal.
Rickettsia typhi yang berada pada tinja dari kutu tcrsebut menjangkiti tikus
dan manusia melalui inokulasi intrakutan dengan penggarukan kulit, atau
perpindahan oleh jari ke dalam membran lendir. Selain itu bakteri ini juga
mampu menjangkiti manusia dan tikus melalui gigitan oleh kutu tikus
tersebut.
7 Universitas Indonesia
telurnya pada kondisi permukaan air yang bersih secara individual. Telur
yang memilki bentuk elips warnanya hitam dan juga terpisah satu dengan
yang lain. Telurnya dapat menetes dalam waktu 1-2 hari kemudian akan
berubah jentik. Memiliki ciri-ciri :
• ukuran sedang dengan warna tubuh hitam kecoklatan
• tubuh dan juga tungkainya ditutupi oleh sisik dengan garis-garis putih
keperakan
• bagian punggung tubuh tampak ada dua garis yang melengkung vertikal
yaitu bagian kiri dan bagian kanan
• Pada umumnya, sisik tubuh nyamuk mudah rontok atau lepas sehingga
menyulitkan identifikasi pada nyamuk tua
• Ukuran dan warna nyamuk jenis ini terlihat sering berbeda antar populasi,
tergantung pada kondisi di lingkungan dan juga nutrisi yang didapat
nyamuk selama masa perkembangan.
8 Universitas Indonesia
• Lumpuh, Kejang, mati
- Rabies bentuk ganas (furious rabies)
• Sangat galak, gelisah, hiperaktif
• Bersembunyi di tempat gelap dan dingin
• Nafsu makan menjadi berkurang
• Menjadi lebih sensitif terhadap suara dan cahaya
• Memakan benda-benda asing seperti batu, kayu dll
• lumpuh, kejang, mati
9 Universitas Indonesia
menyebabkan gatal nokturnal (pruritus ani) dan enuresis. Cacing dapat
mengobstruksi apendik menyebabkan apendisitis.
10 Universitas Indonesia
2.3.3 Media makanan
Contoh mikroorganisme/parasite : Echinococcus granulosus
Manusia tertulari cacing ini karena makan makanan atau minuman yang
terkontaminasi telur Echinococcus granulosus yang berasal dari feces
anjing yang sakit. Di dalam duodenum telur akan menetas menjadi larva.
Larva ini akan menembus dinding duodenum, masuk ke dalam aliran darah
dan menyebar ke seluruh tubuh, misalnya paru-paru, hati, otak. Pada organ-
organ ini, larva berkembang menjadi kista hidatid. Sekitar 60-70% dari
larva akan menjadi kista hydatid (hydatidcyst) di dalam liver dan klien
mengalami hidatiasis. Di dalam siklus hidup Echinococcus granulosus akan
menjadi lengkap bila kista hydatid ini dimakan oleh carnivora, misalnya
anjing
Pada awalnya kista hydatid ini tidak menimbulkan gejala, akan tetapi
dengan semakin besarnya kista, dapat menyebabkan batuk dengan
hemoptisis pada penyakit paru-paru hidatidiasis, hepatomegali dengan sakit
perut dan ketidaknyamanan, tekanan dari perluasan kista, pecahnya kista
berakibat reaksi alergi yang parah anafilaksis.
11 Universitas Indonesia
Cacing dewasa ini hidup di dalam kolon asendens dan sekum dengan
bagian anteriornya yang seperti cambuk masuk ke dalam mukosa usus
(Gambar 3.2). Seekor cacing betina diperkirakan bisa menghasilkan telur
kurang lebih 3.000-10.000 butir setiap harinya. Ukuran telur 50 µm,
berbentuk seperti tempayan, kulit berwarna oranye, dan isi berwarna
kuning. Telur yang telah dibuahi keluar dari host bersama feses klien. Telur
tersebut menjadi matang dalam waktu 3-6 minggu pada tanah yang lembab
dan tempat yang teduh. Telur yang matang adalah telur yang berisi larva
dan merupakan bentuk infektif. Infeksi langsung apabila host baru secara
tidak sengaja menelan telur matang. Larva kemudian keluar melalui dinding
telur dan masuk ke dalam usus halus. Setelah dewasa cacing turun ke usus
bagian distal dan masuk ke daerah kolon. Masa pertumbuhan mulai dari
telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina bertelur kurang lebih 30-90
hari. Cacing ini pada manusia terutama hidup di sekum, tepi dapat juga
ditemukan di kolon asendens. Pada infeksi berat terutama pada anak cacing
ini tersebar di seluruh kolon rektum. Kadang terlihat di mukosa rektum
yang mengalami prolaps akibat mengejannya klien saat defekasi.
12 Universitas Indonesia
menjadi gamet (gametogenesis), gamet jantan (mikrogamet), dan gamet
betina (makrogamet). Dalam beberapa menit mikrogamet akan membuahi
makrogamet (fertilisasi) dalam waktu 3 jam setelah nyamuk menghisap
darah terbentuk ookinet. Selanjutnya ookista akan pecah dan melepaskan
sporozoit ke dalam sirkulasi darah nyamuk, dan bergerak menuju kelenjar
ludah nyamuk kemudian akan ditransmisi kepada manusia lainnya melalui
tusukan/gigitan nyamuk yang terinfeksi ini. Siklus perkembangan
Plasmodium dalam nyamuk berkisar 7-20 hari dan akhirnya berkembang
menjadi sporozoit yang bersifat infektif dan nyamuk Anopheles yang
terinfeksi ini akan bersifat infektif sepanjang hidupnya.
13 Universitas Indonesia
akan pecah dan calon kepala berkembang menjadi cacing dewasa dengan
cara tumbuh secara bertahap. Dalam waktu 12 minggu sudah dapat
menghasilkan telur lagi.
Orang yang terinfeksi mungkin mengeluh sakit epigastrium, nafsu
makan bertambah, lemas, dan berat badan berkurang. Kadang-kadang
disertai vertigo, nausea, muntah, sakit kepala, diare dan dapat menyebabkan
obstruksi ileus.
2.4 Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah media tersebut menjadi media
penularan penyakit
2.4.1 Upaya mencegah udara agar tidak menjadi media penularan
mikroorganisme
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan dalam segi media yaitu
:
- Sterilisasi udara menggunakan sinar UV (lampu sinar UV atau tabung
UV)
- Menggunakan HEPA filter pada ruangan
- Menggunakan saringan electron-presiparator
- Sterilisasi udara dengan metode ozon
- Memberikan pencahayaan cukup, sirkulasi baik, dan mengatur
kelembaban udara
- Menanam tanaman hijau sebagai pembersihan udara
14 Universitas Indonesia
Dan terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah udara sebagai
media penularan mikroorganisme dalam segi host :
15 Universitas Indonesia
enzim pada mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu klorin efektif untuk
membunuh mikroorganisme dan parasite. Klorin atau biasa disebut kaporit
biasanya digunakan untuk menjernihkan air kolam renang, disinfeksi
barang laundry agar selalu steril, dan membuat bersih permukaan suatu
wadah.
16 Universitas Indonesia
makanan lainnya. Perilaku cermat harus diterapkan dalam menyimpan
makanan mentah, dengan cara menutup makanan tersebut dan
memasukannya ke dalam lemari es dengan tidak mencampur dengan bahan
makanan lainnya.
d. Disinfeksi Thermal
Untuk membunuh mikroorganisme dan parasite secara efektif dengan
melakukan disinfeksi thermal. Disinfeksi thermal berfungsi mensterilkan
alat makan ketikan alat makan tersebut berkontak langsung dengan air
panas dalam suhu 700C selama 100 menit atau 900C selama 1 menit.
- Memakai alas kaki pada saat diluar rumah atau memakai pelindung
tanah saat akan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan tanah
- Membersihkan bagian tubuh menggunakan air mengalir setelah
melakukan aktivtas yang berhubungan dengan tanah
- Menggunakan WC atau jamban yang baik
- Tidak membuang limbah kimia ke tanah secara langsung
17 Universitas Indonesia
a. Biologi
- Dengan mahluk hidup lain, contohnya untuk mengurangi nyamuk maka
kita bisa menggunakan menggunakan tokek atau cicak.
- Meningkatkan sitasi, sitasi sangan penting untuk mencegah vektor
karena vektor tidak hidup ditempat yang bersih.
- Menghancurkan rantai makanan atau kehidupan, contohnya nyamuk
kita bisa memutuskan rantai kehidupan seperti 3M (menguras, menutup,
mengubur).
b. Kimiawi
- Penggunaan insektisida, insektisida sangat ampuh untuk membasmih
vektor namun jika dipakai secara tidak proporsional akan membuat
vektor menjadi kebal terhadap insektisida dan menyebabkan rusaknya
lingkungan.
- Fogging, dilakukan dengan cara membunuh nyamuk menggunakan zat
kimiawi. Tapi, tanpa disadari, penyakit demam berdarah (DBD) masih
menjadi salah satu permasalahan kesehatan di masyarakat Indonesia.
Karenanya kita disarankan agar menjaga kebersihan lingkungan, untuk
menutup kesempatan perkembangbiakan nyamuk aides aigepty.
c. Fisik
- Rat baiting, merupakan jebakan untuk menangkap tikus dan banyak
modelnya seperti mengunakan perekat, menggunakan ember yang berisi
air dan lain-lainnya.
- Raket listrik, alat ini sangat ampuh dalam membunuh nyamuk
menggunakan listrik sebagai utamanya.
- Menyiram dengan air panas pada telur serangga, seperti halnya telur
ayam direbus akan langsung merusak perkembangan embrio dalam telur
tersebut.
18 Universitas Indonesia
- Dengan eeliminasi hewan secara positif dan vaksinasi
- Memantau kesehatan ternak dan tata letak
- Mensosialisasikan gejala klinis awal penyakit zoonis kepada peternakan
atau rumah potong hewan.
- Menjaga kebersihan kandang
- Menggunakan APD apabila mengurus hewan yang sakit
- Memasak dengan benar daging sapi, unggas dan makanan laut.
- Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi hewan.
- Jika tergigit anjing atau kucing, segera bilas dan cuci dengan sabun,
19 Universitas Indonesia
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20 Universitas Indonesia
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
21 Universitas Indonesia
Priyanto, D., 2011. Serba Serbi Lingkungan. PERAN AIR DALAM PENYEBARAN
PENYAKIT, [online] 7(1), pp.27-28. Available at:
<http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/article/download/760/715
> [Accessed 5 October 2020].
Windraswara, R. and Rizki, A., 2017. Analisis Daerah Rawan Air Dan Rawan
Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Daerah Padat Penduduk Dengan Water
Stress Index Calculation. Jurnal of Health Education, [online] 2(2), pp.171-178.
Available at:
<https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/22615/10712
> [Accessed 5 October 2020].
Nugroho, A., 2014. ejournal Kemenkes. PERAN TANAH SEBAGAI RESERVOIR
PENYAKIT, [online] 6(1), pp.27-32. Available at:
<http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/vk/article/download/3789/3650
> [Accessed 5 October 2020].
K. Herman, B. Michael. (2003). Handbook of Environmental Health Vol. 1. Florida:
CRC Press
H.F. Robert. (2019). Essentials of Environmental Health 3rd Edition. Burlington: Jones
& Bartlett Learning
Ustiawan, A. (2008). Xenopsylla cheopis. [online]. Tersedia di:
http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/. diakses 6 Oktober 2020.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). INFODATIN Situasi Rabies di Indonesia. [online].
Tersedia di:
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%2
0r abies%202017.pdf. Diakses 6 Oktober 2020
Phelame, Selome. (2014). Tips to prevent waterbone diseases. Tersedia di:
https://zeenews.india.com/news/health/tips/tips-to-prevent-water-borne-
diseases_29325.html. [Diakses 7 Oktober 2020].
22 Universitas Indonesia
Nugraha Budy, Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi & Parasitologi, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Mitra Kencana Tasik Malaya.
23 Universitas Indonesia