Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad 21 merupakan abad yang penuh dengan persaingan yang berat

khususnya bagi bangsa indonesia karena pada abad ini, perkembangan

teknologi dan pendidikan mempengaruhi kehidupan pada masyarakat dunia

dalam berbagai aspek kehidupan diantaranya cara berkomunikasi, cara bekerja,

bersosialisasi, bermain dan cara belajar (Komalasari,2018).Pada abad 21 ini

mengetahui pengetahuan saja tidak cukup untuk menghadapi kehidupan yang

semakin kompleks dan berubah secara cepat serta untuk dapat bersaing dimasa

yang akan datang (Warsono dan Haryanto, 2012:1). Sejalan dengan ini,terdapat

beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang dalam memasuki

abad ke 21 yang dikenal dengan C4 yaitu, keterampilan berpikir kreatif dan

inovasi (critical thinking & innovation), kreativitas dan pemecahan masalah

(creativity & problem solving), komunikasi (communication) dan kolaborasi

(collaboration) (Trilling dan Fadel,2009).

Untuk menghadapi kemajuan teknologi pada abad 21,Pendidikan

memiliki peranan yang strategis karena terciptanya sumber daya yang

berkualitas dapat terwujud apabila pendidikan mampu membentuk generasi

muda yang terampil dalam memecahkan masalah,berfikir kritis,

bermusyawarah, bijak dalam membuat keputusan, serta secara efektif dapat

mengomunikasikan gagasannya dan mampu bekerja seefisien mungkin baik

individu maupun kelompok (Nugroho,2019). Pada abad 21 dalam

pembelajaran kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi atau Higher Order

1
2

Thinking Skill (HOTS) merupakan sebuah tuntutan atau kebutuhan untuk

menyikapi kemajuan teknologi yang semakin terbuka, modern dan mengglobal

dalam suatu ruang lingkup masyarakat dan lingkungan agar peserta didik dapat

mengkonstruksikan argumen yang tepat dan efektif dalam membuat sebuah

keputusan (Nugroho,2018:4-5). Pentingnya pendidikan harus disadari oleh

masyarakat di dunia khususnya di indonesia,sehingga pada abad yang akan

datang terutama di abad 21, mereka mampu mampu bersaing dan menghadapi

berbagai tantangan.

Meskipun saat ini dunia telah memasuki abad ke 21 faktanya menurut

beberapa survei yang telah dilakukan,kualitas pendidikan khusunya di

indonesia masih tergolong rendah. Kondisi ini dapat dilihat dari peringkat

prestasi peserta didik berdasarkan hasil survei TIMSS 2011 yang menyatakan

bahwa Indonesia menduduki peringkat 36 dari 40 negara peserta. Berdasarkan

data tersebut,menunjukkan bahwa persentase jawaban benar peserta didik

Indonesia pada ranah pengetahuan sebesar 31%, sedangkan untuk peserta didik

internasional sebesar 49%. Pada ranah aplikasi,persentase jawaban benar

peserta didik Indonesia sebesar 23%,sedangkan untuk peserta didik

internasional sebesar 39%. Pada ranah penalaran,persentase jawaban benar

peserta didik indonesia sebesar 17%,sedangkan untuk peserta didik

internasional sebesar 30%. Dari ketiga domain proses kognitif peserta didik

tersebut kemampuan penalaran memiliki persentase yang paling rendah

sehingga hasil survei tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir

kritis peserta didik tergolong masih rendah, karena berpikir kritis secara

keseluruhan melibatkan penalaran (Muhfahroyin,2009)


3

Menurut Gunawan (2007: 177) Berpikir kritis merupakan kemampuan

berfikir induktif seperti mengenalis hubungan, menganalisis masalah yang

bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan penyelesaian), menentukan

sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang

relevan. Menurut Paul dan Elder (2007),seorang yang berpikir secara kritis

mampu memunculkan pertanyaan dan masalah yang vital dan merumuskannya

secara jelas dan tepat. Hal ini yang menjadikan kemampuan berpikir kritis

sangat perlu dimiliki oleh setiap peserta didik untuk dapat menghadapi

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain berfikir kritis aspek lain yang harus diperhatikan adalah

kemampuan berkomunikasi. Menurut Effendy (dalam Astuti, 2012)

kemampuan berkomunikasi sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan

siswa dalam menyampaikan pendapat mereka masing-masing serta dapat

mendengarkan pendapat dari orang lain. kemampuan komunikasi berperan

sebagai kunci untuk menghadapi perubahan paradigma kehidupan di abad 21

(Haryanti & Suwarma,2018). Sejalan dengan hal ini dalam komunikasi terdapat

proses penyampaian pertanyaan, ide dan solusi secara lisan maupun tulisan

yang digunakan dalam berbagai situasi, sehingga dengan berkomunikasi

dengan baik siswa diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan

memperoleh, mengolah, memanfaatkan informasi, berinteraksi dengan

masyarakat dan menyelesaikan masalah secara sistematis dan

menginterpretasikannya ke dalam bahasa lisan dan tulisan yang mudah di

pahami yang diperlukan untuk bertahan hidup bahkan membangun peradapan


4

pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif (Ariani,2017). Oleh karena

itu kemampuan komonikasi harus diberdayakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan penelitian kemampuan berkomonikasi di beberapa

sekolah di indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari

penelitian (Choiriyah dkk,2013) yang menyatakan bahwa dari 28 anak

sebanyak 57% anak yang memiliki kemampuan berkomonikasi lisan yang

rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian jannah (2016) diperoleh hasil yang

menunujukan bahwa dari 14 siswa kelas V SD 5 siswa atau 35,71% memiliki

kemampuan berkomonikasi lisan yang baik, sedangakan sisanya 9 siswa atau

64,29% memiliki kemampuan berkomonikasi lisan yang kurang baik.

Berdasarkan penelitian Ningsih (2016) menyatakan bahwa rata rata siswa kelas

X SMA tidak berani bertanya sebanyak 87,625%,tidak berani menjawab

58,485%,dan 58,485% tidak berani menanggapi penjelasan guru ketika proses

pembelajaran berlangsung.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis dan berkomonikasi lisan siswa

juga dialami oleh siswa MA Darul ulum II Desa Bujur berdasarkan observasi

yang dilakukan pada hari senin 20 januari 2020, pembelajaran biologi di MA

Darul ulum II Desa Bujur pada saat ini masih berpusat pada guru (teacher

centered), selain itu siswa lebih banyak diam dan kurang terlibat dalam proses

pembelajaran yang mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam

berpikir kritis dan berkomunikasi lisan . Kemudian berdasarkan hasil

wawancara dengan guru bidang studi Biologi, beliau mengatakan dalam

pembelajaran siswa sulit menjawab soal yang jawabannya tidak terdapat di

LKS,siswa kurang mampu menyelesaikan soal berbasis masalah, siswa lebih


5

banyak diam dan enggan bertanya pada saat proses pembelajaran .Padahal saat

proses pembelajaran, siswa hendaknya tidak hanya sekedar menerima

informasi, mengingat, dan menghafal saja tetapi siswa dituntut untuk terampil

berkomunikasi ().Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa guru kurang

memberdayakan kemampuan berfikir kritis siswa dan berkomunikasi lisan

siswa, dimana pada saat proses pembelajaran guru biologi masih menggunakan

model pembelajaran konvensional seperti ceramah, tanya jawab dan

penugasan. Hal ini mengakibatkan suasana pembelajaran kurang efektif dan

efesien yang mengakibatkan siswa merasa sulit dalam memecahkan

masalah,serta merasa sulit ketika dihadapkan pada soal yang sulit,dan tidak

memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat secara individu.

Berdasarkan permasalahan di atas maka kemampuan berpikir kritis dan

berkomunikasi lisan siswa harus ditingkatkan dengan melakukan perubahan-

perubahan dalam suatu pembelajaran. Dalam hal ini, perlu dirancang suatu

pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi pemikirannya

baik dengan guru, teman maupun terhadap materi pembelajaran itu sendiri,

sehingga dapat membiasakan siswa untuk berperan aktif dalam proses

pembelajaran serta siswa dapat mengkonstruksi pemikirannya baik dengan

guru dan teman-temannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Prayitno (1997:4)

yang menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya tidak

sekedar menerima informasi, mengingat, dan menghafal, tetapi siswa dituntut

untuk terampil berbicara, terampil untuk bertanya, mengemukakan pendapat

dan gagasan di muka forum, melibatkan diri secara aktif, serta memperkaya

diri dengan ide-ide. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
6

kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi lisan siswa yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah model

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,sehingga peserta didik dapat

bereperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu alternatif yang yang dapat

digunakan unktuk mendukung hal tersebut adalah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang berpotensi dapat menumbuhkan kesadaran bahwa peserta

didik perlu berpikir, menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan kemampuan

dan pengetahuan mereka” (Daryanto, 2014:36). Menurut Slavin (dalam

Rusman, 2010) menyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan sekaligus dapat

meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai

pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan

peserta didik dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Berdasarkan pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koperatif sangat

cocok dalam memberdayakan kemampuan berfikir kritis dan berkomonikasi

lisan peserta didik.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe

model pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong partisipasi aktif siswa di

dalam kelas adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think- Pair-

Share). Model pembelajaran TPS (Think- Pair-Share) merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi


7

siswa serta memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan

pertisipasinya kepada orang lain. (Vitriani dkk 2014). Selain itu model TPS

(Think- Pair-Share) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir,

merespon dan saling membantu (Husna,2014).

Pada model TPS (Think- Pair-Share) terdapat tiga tahapan yaitu Think

(berfikir), Pair (berpasangan) dan Share (berbagi). Pada tahap Think, peserta

didik diberi waktu terlebih dahulu untuk memikirkan dan memahami

permasalahan yang diberikan (Huda, 2014:206).Waktu tersebut diharapkan

dapat digunakan oleh peserta didik untuk mencari solusi permasalahan yang

diberikan berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Dengan adanya waktu

berpikir ini tentu saja dapat meningkatkan kreatifitas peserta didik dalam

berpikir dan mengungkapkan pendapatnya,sehingga kemampuan berfikir kritis

mereka dapat berkembang. Pada tahap Pair (berpasangan) siswa berpasang-

pasangan untuk mendiskusikan pertanyaan yang tadi mereka pikirkan.

Sedangkan pada tahap Share (berbagi) peserta didik diberikan waktu untuk

memaparkan hasil diskusi. Sejalan dengan hal itu menurut Hartini,dkk (2016)

pada tahap Pair (berpasangan) dan Share (berbagi) kemampuan berkomunikasi

sangat diperlukan untuk menyampaikan ide-ide kepada orang lain agar dapat

dipahami,sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan

berkomunikasi. Oleh karena itu, model pembelajaran TPS dapat melatih

kemampuan berpikir kritis dan berkomonikasi lisan peserta didik.

Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa model

pembelajaran TPS dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di

bandingkan dengan model pembelajaran konvensional.Hal ini terlihat dari


8

persentase kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I yaitu 56,43% (Cukup

Kritis), dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi72,50%

(Arrosidi,dkk.2019). Hasil penelitian lain juga mengungkapkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan model pembelajran TPS terhadap kemampuan

berfikir krtitis siswa (Septian,dkk.2013). Penelitian hamidah,dkk.2015) juga

mengungkapkan bahwa terdapat hasil yang signifikan model TPS terhadap

kemampuan berfikir kritis . Adapun penelitian yang mengkaji tentang

pengaruh model TPS terhadap kemampuan berkomonikasi lisan dalam

pembelajaran biologi jarang di lakukan.Salah satu penelitian yang

mengungkapkan pengaruh TPS terhadap kemampuan berkomonikasi adalah

penelitian yang dilakukan oleh Muhammad (2017). Dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa penerapan model TPS dapat meningkatkan kemampuan

berkomonikasi siswa yang ditunjukan oleh nilai rata rata kelas eksperimen

77,857 sangat baik sementara dikelas control 64,107 cukup baik. Berdasarkan

latar belakang diatas maka, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Berpikir

Kritis dan Kemampuan berkomunikasi lisan Siswa Pada mata pelajaran

Biologi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang sesuai

adalah :

1. Adakah pengaruh model pembelajaran TPS (Think Pair Share) terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa MA Darul ulum kelas X ?


9

2. Adakah pengaruh model pembelajaran TPS (Think Pair Share) terhadap

kemampuan komunikasi lisan siswa MA Darul ulum kelas X ?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TPS (Think Pair Share)

terhada kemampuan berpikir kritis siswa MA Darul ulum kelas X

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TPS (Think Pair Share)

terhadap kemampuan komunikasi lisan siswa MA Darul ulum kelas X

D. Batasan masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan model TPS (Think

Pair Share) Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan kemampuan

berpikir kritis dan komunikasi lisan.

2. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini kurang lebih selama 2 bulan,

yaitu dari bulan Maret sampai April, mencakup pokok bahasan dalam KD.

3.10 dan KD. 3.11.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat dijadikan pengalaman untuk melatih siswa dalam

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan komunikasi

lisan sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran.


10

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rekomendasi bagi

guru dalam menggunakan inovasi model pembelajaran yang berpotensi

besar dalam memberdayakan kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan

komunikasi lisan pada siswa.

3. Bagi Peneliti

Adanya penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam

menghasilkan karya penelitian yang bermanfaat dalam upaya peningkatan

kualitas pendidikan, terciptanya pembelajaran yang menarik, inovatif, dan

berpotensi besar dalam memberdayakan kemampuan berpikir kritis dan

komunikasi lisan di sekolah.

F. Difinisi oprasional

1. Kemampuan berpikir kritis

Berpikir kritis adalah proses berpikir yang dilakukan dengan sengaja

dengan melibatkan proses pemecahan masalah, membuat keputusan,

melakukan evaluasi dan penilaian terhadap permasalah yang dihadapi yang

memiliki tujuan memperoleh keputusan atau solusi logis atas suatu masalah

dengan senantiasa melakukan refleksi terhadap hasil pemikiran.kemampuan

berfikir kritis harus dimiliki peserta didik agar mampu memecahkan

masalah, mengkomunikasikan ide,menumbuhkan hal positif dalam

lingkungan, dapat mempertimbangkan pendapat orang lain ,mampu

mengungkapkan pendapatnya sendir,serta dapat melakukan analisis dan

evaluasi.
11

2. Kemampuan berkomonikasi lisan

Kemampuan berkomonikasi lisan merupkan kemampuan suatu proses

penyampaian pesan secara lisan dari suatu sumber ke penerima dengan

maksud untuk mempengaruhi penerima pesan

3. Model Think Pair Share (TPS)

Model Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran yang

memberikan waktu lebih banyak terhadap siswa untuk memikirkan jawaban

atas pertanyaan/permasalahan yang diajukan oleh guru, siswa diberi

kesempatan untuk menanggapi jawaban yang dikemukakan oleh sesama

temannya, serta siswa dipercaya untuk membantu temannya dalam berbagai

kesempatan, baik itu dalam menyelesaikan tugas maupun dalam memahami

materi pelajaran.

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran TPS (Think Pair Share) terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa MA Darul ulum kelas X

2. Terdapat pengaruh model pembelajaran TPS (Think Pair Share) terhadap

kemampuan berkomonikasi lisan siswa MA Darul ulum kelas X

Anda mungkin juga menyukai