Anda di halaman 1dari 7

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN MODEL PEMBELAJARAN ABAD 21

Pendekatan Pembelajaran Abad 21


Keberadaan Abad ke-21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0 yang mana pada
abad ke-21 menjadikan abad keterbukaan atau abad globalisasi. Pada saat ini Indonesia memasuki
dan bahkan sedang berjalan era revolusi industri 4.0 yang diyakini akan membuka kesempatan
kerja dan juga lapangan pekerjaan yang lebih luas dan sangat banyak serta membangun pekerjaan
manusia menjadi lebih cepat, mudah dan hasil yang memuaskan. Dapat diartikan kehidupan
manusia pada abad ke21 mengalami banyak perubahan dan juga pada abad ini meminta kualitas
sumber daya manusia yang berkualitas dalam segala usaha dan hasil kerjanya. Perubahan pada era
ini tidak dapat dipungkiri oleh siapapun. Sebagaimana telah diketahui bahwa pada abad ke-21
sudah berubah total dalam segi masyarakatnya, lingkungannya dan juga dalam kesehariannya.
Pada abad ke-21 tidak hanya mengandalkan pengetahuan tetapi keterampilan pun ikut berperan
dalam pembelajaran abad ke-21. Keterampilan merupakan komponen penting yang dibutuhkan
dalam berbagai bidang di kehidupan. Trilling & Fadel dalam (Wijaya, Sudjimat, 2016: 267)
berpendapat bahwa keterampilan abad ke-21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and
innovation skills, dan (3) Information media and technology skills.

Strategi Pembelajaran Abad 21


Dalam pembelajaran abad 21, guru dituntut memulai satu langkah perubahan yaitu merubah
pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat
pada siswa. guru sangat menetukan kualitas output dan outcome yang dihasilkan oleh sekolah
karena dialah yang membuat perencanaan pembelajaran, menjalankan rencana pembelajaran yang
telah dibuat juga menilai pembelajaran yang telah dilakukan.Strategi mengajar menjadi salah satu
komponen yang harus ada dalam pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode yang efektif.
Penggunaan strategi atau metode mengajar harus dapat menciptakan terjadinya interaksi antara
siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat
dilakukan secara maksimal.
Metode mengajar berfungsi sentral dalam pembelajaran yaitu sebagai alat dan cara untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Memanfaatkan berbagai sumber belajar seiring dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini banyak sekali sumber-
sumber belajar yang memuat berbagai informasi. Dalam pembelajaran abad 21, guru dituntut
memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada
guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. guru sangat menetukan kualitas output
dan outcome yang dihasilkan oleh sekolah karena dialah yang membuat perencanaan pembelajaran,
menjalankan rencana pembelajaran yang telah dibuat juga menilai pembelajaran yang telah
dilakukan.

Pada abad 21 ini, sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif (creative
thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving),
berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa disebut
dengan 4C.

1. Communication (komunikasi)

Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang berlangsung dalam


dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan manusia baik dalam konteks
intrapersonal, kelompok maupun massa.Berkomunikasi artinya perkembangan bicara dan bahasa
yang mempunyai muatan emosi dan sosial, yaitu bagaimana sesi komunikasi itu dapat
berlangsung secara timbal balik. Komunikasi merupakan suatu aktifitas yang sangat sering
dilakukan oleh setiap orang dalam lingkup apapun, dimanapun, dan kapanpun.Karena
komunikasi sangatlah penting bagi kehidupan kita. Semua orang membutuhkan komunikasi
karena adanya komunikasi semuanya menjadi lebih mengerti.

Komunikasi mempertemukan antara komunikan dengan komunikator. Komunikan yang


menerima sedangkan komunikator yang menyampaikan pesan. Berinteraksi dengan cara
berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata tetapi juga bisa menggunakan gerak mimik
tubuh seperti tersenyum, mengedipkan mata, melambaikan tangan, juga bisa menggunakan
persaan yang ada dalam hati seseorang. Tetapi pesan komunikasi akan bisa diterima oleh
komunikan apabila komunikan mengerti apa yang komunikator sampaikan.

2. Collaborative (kolaborasi)

Peserta didik akan belajar dengan lebih baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses
pembelajaran dalam suatu kelompokkelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan mengingatnya
lebih lama dibandingkan jika materi ajar tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, misalnya bentuk
dalam ceramah, tanpa memandang bahan ajarnya. Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran
kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat
beranggotakan dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang.

Lebih lanjut Wasono dan Hariyanto mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif


dapat terjadi setiap saat, tidak harus di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif dapat berlangsung antar siswa
yang berbeda kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif dapat
bersifat informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu
terstruktur dengan ketat.

Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam
menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil
peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)

Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis
asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat
dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi
secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Tujuan berpikir kritis
sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar.
Dengan kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran
kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di pendidikan tinggi.

4. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)

Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 16-17) proses kreatif hanya akan
terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif
sebagai berikut:

Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang serupa untuk


memecahkan suatu masalah.
Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna
memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa.
Originality (keaslian), yaitu kemapuan memberikan respon yang unik atau luar biasa.

Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci


untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai
tanggapan terhadap suatu situasi.

 Kreativitas anak dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor
seperti berikut:
 Memberikan rangsangan mental yang baik Rangsangan diberikan pada aspek kognitif
maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak.
 Menciptakan lingkungan kondusif Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar
memudahkan anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan
dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya.
 Peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas Guru yang kreatif akan memberikan
stimulasi yang tepat pada anak agar anak didiknya menjadi kreatif.
 Peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang
memberikan kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan
kreativitas.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Berikut ini ada beberapa cara /teknik pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi
pembelajaran abad 21 yaitu meliputi :
1. Pembelajaran berpusat pada peserta
2. Multi interaksi dalam proses pendidikan
3. Lingkungan belajar yang lebih luas
4. Peserta didik aktif dalam proses pembelajaran
5. Apa yang dipelajari kontekstual dengan anak
6. Pembelajaran berbasis tim
7. Objek yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan anak
8. Semua indra anak didayagunakan dalam proses belajar
9. Menggunakan multimedia (khususnya ICT)
10. Hubungan guru dengan siswa adalah kerjasama untuk belajar bersama
11. Peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan individual, sehingga layanan
pembelajaran lebih individual juga
12. Kesadaran jamak (bukan individual)
13. Multi disiplin
14. Otonomi dan kepercayaan
15. Mengembangkan pemikiran kreatif dan kritis
16. Guru dan siswa sama-sama belajar

Model – Model Pembelajaran Abad 21


Discovery Learning
Adapun peran guru dalam model discovery learning ini antara lain :
Dahar (1989) mengemukakan beberapa peran guru dalam pembelajaran dengan
penemuan ,yakni sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada
pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-
fakta yang berlawanan.
c. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif,ikonik, dan simbolik.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teorotis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan
terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan
saran –saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik
pada waktu yang tepat.

Inquiry Learning
Pembelajaran Inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis dan mencari
dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Model pembelajaran Inquiry Learning beorientasi pada siswa yang bertujuan
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam
pembelajaran ini siswa tak hanya di tuntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya secara optimal
(Sanjaya,2006:195)
Inquiry Learning Meningkatkan kemampuan berfikir siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri materi yang akan dipelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa
kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meni ngkatkan motivasi,dan partisipasi belajar,
meningkatkan tingkah laku yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil belajar.

PBL (Problem Base Learning)


Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir
kritis,sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Langkah-langkah PBL
1. Pengajuan permasalahan
Soal yang diajukan tidak terstruktur dengan baik dalam penyelesaiannya diperlukan informasi
dan data lebih lanjut.
2. Apa yang diketahui dari permasalahan.
Melihat permasalhan dari segi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kelompok
mendiskusikan dan menyepakatibatasan-batasan mengenai permasalahan tersebut.
3. Apa yang tidak diketahui dari permasalahan ?
Kelompok membuat daftar pertanyaan yang harus dijawab untuk permasalahan. Kelompok
perlu merumuskan tujuan pembelajaran,menentukan informasi yang dibutuhkan,dan
bagaimana informasi itu diperoleh.
4. Alternatif Pemecahan
Anggota kelompok mendidkusikan , mengevaluasi, dan mengorganisir hipotesis dan
mengubah hipotesis. Menentukan dan mengalokasikan tugas- tugas, mengembangkan
rencana untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
5. Laporan dan Persentase hasil
Kelompok akan menulis laporan hasil kerja kelompoknya.Setiap kelompok menjelaskan
konsep yang terkandung dalam permasalahan yang diajukan dan penyelesaian yang mereka
ajukan.
6. Pengembangan Materi.
Guru akan mengembangkan materi yang akan dipelajari lebih lanjut dan mendalam dan
memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang diajukan oleh setiap kelompok
dalam laporannya.

Model Pembelajaran Projek Basic Learning (PjBL)


Menurut (Kemendikbud, 2013) PjBL adalah metode pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi,penilaian,interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk
hasil belajar. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Model Pembelajaran Production Based Training atau Production Based Education and
Training (PBT/PBET).
Model ini merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses
produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual
mengikuti aliran kerja industry mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan
evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi. Pelaksanaan
model ini difokuskan pada potensi siswa, kebutuhan wilayah untuk menghasilkan tamatan
yang professional, serta mempunyai relevansi yang tinggi, dengan memperhatikan prinsip-
prinsip efektifitas dan efisiensi.

Model Blended Learning (MBL)


Model Blended Learning adalah kegiatan pembelajaran yang menggabungkan
kegiatan belajar tatap muka dengan kegiatan belajar online. Dari aspek teori belajar,
pendekatan, serta model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. MBL
merupakan pembelajaran yang memadukan kelebihan tatap muka dan kelebihan
pembelajaran online. MBL dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk
terjadinya interaksi antara sesame peserta didik, dan peserta didik dengan pendidiknya tanpa
dibatasi ruang dan waktu (dewey ,1938 dan Morore dalam Comey (2009:9) ), mengemukakan
bahwa interaksi antar siswa dan interaksi antara siswa dan guru merupakan factor kunci
dalam proses belajar siswa dan merupakan elemen penting dalam menciptakan pengalaman
belajar yang efektif.
Menurut Moore dalam Comey (2009:9-10) ada tiga tipe interaksi, yaitu :
Learner-content interaction,
Learner instruktur interaction,
Learner learner interaction, serta
Learner interface interaction

DAFTAR PUSTAKA
Barus, D. R. (2019). Model–Model Pembelajaran Yang Disarankan Untuk Tingkat Smk
Dalam Menghadapi Abad 21.
Khotimah, H. (2022). strategi pembelajaran di abad ke-21.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Jakarta:
Kemendikbud
Mardhiyah, R. H., Aldriani, S. N. F., Chitta, F., & Zulfikar, M. R. (2021). Pentingnya
keterampilan belajar di abad 21 sebagai tuntutan dalam pengembangan sumber daya
manusia. Lectura: Jurnal Pendidikan, 12(1), 29-40.
Nabilah, Nana. (2020). Pengembangan Keterampilan Abad 21 Dalam Pembelajaran Fisika Di
Sekolah Menengah Atas Menggunakan Model Creative Problem Solving

Anda mungkin juga menyukai