Pada abad 21 ini, sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif (creative
thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving),
berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa disebut
dengan 4C.
1. Communication (komunikasi)
2. Collaborative (kolaborasi)
Peserta didik akan belajar dengan lebih baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses
pembelajaran dalam suatu kelompokkelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan mengingatnya
lebih lama dibandingkan jika materi ajar tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, misalnya bentuk
dalam ceramah, tanpa memandang bahan ajarnya. Suatu pembelajaran termasuk pembelajaran
kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat
beranggotakan dua orang, beberapa orang atau bahkan lebih dari tujuh orang.
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi
dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam
menggali informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil
peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam
kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis
asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat
dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi
secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Tujuan berpikir kritis
sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar.
Dengan kemampuan untuk berpikir kritis siswa akan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.Seseorang tidak dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran
kritis berhubungan pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di pendidikan tinggi.
Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 16-17) proses kreatif hanya akan
terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif
sebagai berikut:
Kreativitas anak dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor
seperti berikut:
Memberikan rangsangan mental yang baik Rangsangan diberikan pada aspek kognitif
maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak.
Menciptakan lingkungan kondusif Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar
memudahkan anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan
dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas Guru yang kreatif akan memberikan
stimulasi yang tepat pada anak agar anak didiknya menjadi kreatif.
Peran serta orangtua Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang
memberikan kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan
kreativitas.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.
Berikut ini ada beberapa cara /teknik pembelajaran yang digunakan untuk memfasilitasi
pembelajaran abad 21 yaitu meliputi :
1. Pembelajaran berpusat pada peserta
2. Multi interaksi dalam proses pendidikan
3. Lingkungan belajar yang lebih luas
4. Peserta didik aktif dalam proses pembelajaran
5. Apa yang dipelajari kontekstual dengan anak
6. Pembelajaran berbasis tim
7. Objek yang dipelajari sesuai dengan kebutuhan anak
8. Semua indra anak didayagunakan dalam proses belajar
9. Menggunakan multimedia (khususnya ICT)
10. Hubungan guru dengan siswa adalah kerjasama untuk belajar bersama
11. Peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan individual, sehingga layanan
pembelajaran lebih individual juga
12. Kesadaran jamak (bukan individual)
13. Multi disiplin
14. Otonomi dan kepercayaan
15. Mengembangkan pemikiran kreatif dan kritis
16. Guru dan siswa sama-sama belajar
Inquiry Learning
Pembelajaran Inquiry adalah model pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berpikir secara kritis dan mencari
dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Model pembelajaran Inquiry Learning beorientasi pada siswa yang bertujuan
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian dalam
pembelajaran ini siswa tak hanya di tuntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya secara optimal
(Sanjaya,2006:195)
Inquiry Learning Meningkatkan kemampuan berfikir siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri materi yang akan dipelajarinya, melatih kepekaan diri, mengurangi rasa
kecemasan, menumbuhkan rasa percaya diri, meni ngkatkan motivasi,dan partisipasi belajar,
meningkatkan tingkah laku yang positif, meningkatkan prestasi dan hasil belajar.
Langkah-langkah PBL
1. Pengajuan permasalahan
Soal yang diajukan tidak terstruktur dengan baik dalam penyelesaiannya diperlukan informasi
dan data lebih lanjut.
2. Apa yang diketahui dari permasalahan.
Melihat permasalhan dari segi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kelompok
mendiskusikan dan menyepakatibatasan-batasan mengenai permasalahan tersebut.
3. Apa yang tidak diketahui dari permasalahan ?
Kelompok membuat daftar pertanyaan yang harus dijawab untuk permasalahan. Kelompok
perlu merumuskan tujuan pembelajaran,menentukan informasi yang dibutuhkan,dan
bagaimana informasi itu diperoleh.
4. Alternatif Pemecahan
Anggota kelompok mendidkusikan , mengevaluasi, dan mengorganisir hipotesis dan
mengubah hipotesis. Menentukan dan mengalokasikan tugas- tugas, mengembangkan
rencana untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
5. Laporan dan Persentase hasil
Kelompok akan menulis laporan hasil kerja kelompoknya.Setiap kelompok menjelaskan
konsep yang terkandung dalam permasalahan yang diajukan dan penyelesaian yang mereka
ajukan.
6. Pengembangan Materi.
Guru akan mengembangkan materi yang akan dipelajari lebih lanjut dan mendalam dan
memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-konsep yang diajukan oleh setiap kelompok
dalam laporannya.
Model Pembelajaran Production Based Training atau Production Based Education and
Training (PBT/PBET).
Model ini merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses
produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual
mengikuti aliran kerja industry mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan
evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi. Pelaksanaan
model ini difokuskan pada potensi siswa, kebutuhan wilayah untuk menghasilkan tamatan
yang professional, serta mempunyai relevansi yang tinggi, dengan memperhatikan prinsip-
prinsip efektifitas dan efisiensi.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, D. R. (2019). Model–Model Pembelajaran Yang Disarankan Untuk Tingkat Smk
Dalam Menghadapi Abad 21.
Khotimah, H. (2022). strategi pembelajaran di abad ke-21.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Modul Pelatihan Kurikulum 2013 Jakarta:
Kemendikbud
Mardhiyah, R. H., Aldriani, S. N. F., Chitta, F., & Zulfikar, M. R. (2021). Pentingnya
keterampilan belajar di abad 21 sebagai tuntutan dalam pengembangan sumber daya
manusia. Lectura: Jurnal Pendidikan, 12(1), 29-40.
Nabilah, Nana. (2020). Pengembangan Keterampilan Abad 21 Dalam Pembelajaran Fisika Di
Sekolah Menengah Atas Menggunakan Model Creative Problem Solving