Menggunakan simbol huruf besar dan kecil untuk membedakan ciri-ciri antara curah hujan
dan temperatur. Simbol ini juga digunakan dalam menentukan pembagian daerah iklim
berdasarkan temperatur bulan terdingin dan juga bulan terpanas. Lima kelompok utama dalam
klasifikasi ini yaitu iklim tropis (A), iklim kering/sub-tropis (B), iklim sedang (C), iklim dingin
(D), dan iklim kutub (E).
Temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18°C, curah hujan tahunan tinggi (rata-rata lebih
dari 70 cm/tahun). Jenis vegetasinya sangat beraneka ragam. Iklim ini dibagi lagi menjadi
tiga tipe yakni :
● Hutan hujan tropis (Af), daerah ini banyak memiliki hutan- hutan yang lebat, dan
terdapat di beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera dan Kalimantan.
Monsoon tropika (Am), merupakan daerah peralihan yang mana jumlah hujan
Iklim Tropis
●
ketika bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada saat bulan kering.
Daerah ini juga masih terdapat hutan- hutan yang cukup lebat, dan persebarannya
antara lain di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat.
● Savana (Aw), merupakan wilayah yang mempunyai musim kering yang panjang.
Jumlah hujan pada bulan basah tidak akan mampu mengimbangi kekurangan hujan
ketika bulan kering. Tidak banyak vegetasi yang bisa tumbuh di tempat seperti ini.
Beberapa tanaman yang tumbuh seperti rumput dan pepohonan yang jarang, dan
persebarannya di Indonesia antara lain di Nusa Tenggara dan Madura.
Iklim Sub-Tropis
Terdapat di daerah gurun, curah hujan terendah 25,5 mm/tahun. Tingkat penguapan
tinggi, dan temperatur pada bulan yang terdingin mencapai 18,3°C. Salah satu
tanaman yang dapat bertahan adalah kaktus. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe yaitu
iklim stepa (Bs) dan juga iklim padang pasir (Bw).
Iklim tipe ini yakni terjadi ketika temperatur bulan terdingin berkisar 18°C sampai –3°
Iklim Sedang
C. Iklim ini dibagi menjadi tiga tipe yaitu iklim sedang dengan musim panas
yang kering (Cs), iklim sedang dengan musim dingin yang kering (Cw),
serta iklim sedang yang lembab (Cf).
Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan
Iklim Dingin
terdingin –3°C. Pada daerah dengan iklim dingin ini dibagi menjadi dua tipe yakni
iklim dingin dengan musim dingin yang kering (Dw) dan iklim dingin
tanpa periode siang (Df).
Terdapat di daerah Arctic dan Antartika. Adapun suhunya tidak pernah lebih dari 10°C,
Iklim Kutub
serta tidak memiliki musim panas yang benar-benar panas. Dibagi menjadi dua tipe
iklim yakni iklim tundra (ET) dan iklim Es Salju Abadi (EF).
KONSEP
Strategi dari bangunan pasif yaitu
mengambil keuntungan langsung dari
PASSIVE BUILDING DESAIN
PRINSIP
Prinsip desain pasif yang utama
adalah orientasi tapak bangunan yaitu
memposisikan untuk bangunan sesuai
jalur matahari, penanaman pohon
atau pembuatan teritisan yang lebar.
UNSUR
Unsur lain yang cukup penting adalah
penggunaan material yang dapat
mengisolasi panas pada dinding dan
atap agar dapat menjaga suhu interior
bangunan menjadi konsisten dan
nyaman.
Orientasi bangunan dengan penggunaan atap
matahari
● Comfort ventilation
● Night ventilation cooling
● Radiant cooling
● Earth/soil cooling
VENTILASI COMFORT
Menyediakan ventilasi untuk menghasilkan kenyamanan
manusia langsung, terutama di siang hari. Baruch Givoni,
menyajikan ambang batas untuk pengoperasian berbagai
jenis sistem pendingin pasif. Nilai ambang suhu ambien
maksimum untuk variabilitas ventilasi kenyamanan ia
memberikan sebagai 28-32 derajat suatu kecepatan udara
dalam ruangan dari 1,5-2,0m/s tergantung pada
persyaratan kenyamanan. Hal ini didasarkan pada
pengamatan bahwa suhu udara dalam ruangan mendekati
suhu udara di luar ruangan dengan meningkatnya
ventilasi udara.
NIGHT VENTILATION
adalah penggunaan udara malam yang dingin untuk
mendinginkan struktur bangunan sehingga dapat
menyerap keuntungan panas di siang hari ini mengurangi
kenaikan suhu siang hari. Hal ini biasanya diterapkan
pada bangunan yang tidak ditempati di malam hari,
meskipun sebuah bangunan diduduki mungkin akan
berventilasi pula.
arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitannya iklim daerah tersebut. Dari pemaparan
diatas yang menjelaskan tentang unsur-unsur yang mempengaruhi iklim (suhu,
kelembaban udara, angin) maka terbentuklah perbedaan iklim di berbagai wilayah di bumi
ini yang didasari oleh beberapa faktor seperti letaknya terhadap garis lintang (iklim
makro) ataupun terhadap keadaan lingkungan sekitar (iklim mikro). Dari perbedaan
tersebut, maka sudah sepantasnya dalam perencanaan dan perancangan bangunan di
wilayah tersebut haruslah memiliki dasar yang kuat seperti aspek kenyamanan thermal
(interior, eksterior, dan selubung bangunan. Sehingga akhirnya, bangunan itu dapat
memberikan kenyamanan yang maksimal bagi penghuni atau pengguna didalamnya tanpa
menjauhkan diri dari iklim yang melingkupinya.