Judul Percobaan
Reaksi Karbohidrat
B. Tujuan Percobaan
Sebelum melakukan percobaan, mahasiswa harus memahami sturktur
glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa. Setelah melakukan percobaan ini
dengan menggunakan pereaksi yang ada, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas.
C. Landasan Teori
Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai
struktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa organik. Senyawa
organik dibangun terutama oleh karbon dan hidrogen dan dapat mengandung
unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Definisi asli dari kimia organik ini berasal dari organisme hidup, namun telah
dibuktikan bahwa ada suatu perkecualian. Kimia organik termasuk disiplin
ilmu kimia yang spesifik membahas suatu studi mengenai struktur, sifat,
komposisi, reaksi dan persiapan (sintesis atau arti lainnya) tentang
persenyawaan kimiawi (Subandi, 2010: 1-4).
Sebenarnya sukar sekali untuk mengetahui sifat-sifat umum senyawa-
senyawa organik karena jumlah senyawa organik sangat banyak. Sebagian
besar senyawa organik tidak larut dalam air, tetapi dapat larut di dalam pelarut-
pelarut non polar seperti eter, benzena dan kloroform. Namun senyawa-
senyawa organik yang mempunyai radikal polar seperti –OH, -SO3H dan –
COOH dapat larut dalam air. Jadi, ini berbeda dengan sifat-sifat senyawa
anorganik yang pada umumnya dapat larut dalam air dan tidak larut dalam
pelarut-pelarut organik. Umumnya, senyawa organik mudah terbakar. Berbeda
dengan senyawa anorganik yang pada umumnya sukar terbakar. Bila dibakar,
mula-mula suatu senyawa-senyawa organik menjadi hitam atau mengarang
kemudian menjadi uap dan gas. Pengarangan ini menunjukkan bahwa adanya
karbon (Sumardjo, 2008: 32).
Definisi asli dari kimia “organik” berasal dari kesalahan persepsi atas
campuran organik yang selalu dihubungkan dengan kehidupan. Tidak semua
senyawa organik mendukung kehidupan di bumi sepenuhnya, tetapi kehidupan
seperti yang telah kita ketahui bergantung pula pada sebagian besar kimia
anorganik. Sebagai contoh : beberapa enzim bergantung pada logam transisi,
seperti besi dan tembaga dan senyawa bahan seperti cangkang atau kulit, gigi
dan tulang terdiri atas sebagian bahan organik dan sebagian bahan anorganik.
Terlepas dari bahan dasar karbon, kimia anorganik hanya menguraikan
senyawa karbon sederhana, dengan struktur molekul yang tidak mengandung
karbon menjadi rantai karbon (seperti dioksida, asam, karbonat, karbida dan
mineral). Hal ini tidak berarti bahwa senyawa karbon tunggal tidak ada (yaitu :
metana dan turunan sederhana) (Subandi, 2010: 5).
Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri atas unsur karbon, hidrogen
dan oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2
Atom H dan 1 atom O. Krabohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan
binatang yang berperan struktural dan metabolik. Pada tumbuhan untuk sintesis
CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum atau selulosa melalui proses
fotosintesis sedangkan pada binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat
sehingga tergantung pada binatang. Karbohidrat merupakan sumber energi dan
cadangan energi yang melalui proses metabolisme. Nama lain dari karbohidrat
adalah sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum yang berarti gula).
Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai
suatu polihidroksialdehid atau polihidroksiketon yang mengandung unsur-
unsur karbon (C), Hidrogen (H) dan oksigen (O) dengan rumus umum
karbohidrat adalah CnH2nOn (Yuliana, 2018: 5).
Karbohidrat atau disakarida adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi
keton. Sakarida dibedakan atas tiga kelompok yaitu monosakarida
oligasakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah gula sakarida yang
sederhana yang mudah larut dalam air. Oligosakarida terbentuk dari dua
sampai sepuluh unit monosakarida tiap molekul, maka dikenal sebagai
disakarida, trisakarida dan lainnya, tergantung dari jumlah unit monosakarida
yang ada tiap molekul. Polisakarida adalah senyawa yang mempunyai massa
molekul tinggi, misalnya pati dan selulosa (Tim Dosen Kimia, 2019: 8).
Nama karbohidrat dikemukakan pertama kali oleh para ahli Perancis.
Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organik yang
tersusun atas unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Senyawa-senyawa ini, dua
unsur yang terakhir memiliki perbandingan 2:1, seperti perbandingan hidrogen
dan oksigen pada air. Mereka menggangap bahwa senyawa-senyawa ini
merupakan hidrat dari karbon. Tahun 1880-an disadari bahwa anggapan hidrat
dari karbon merupakan anggapan yang keliru dan karbohidrat yang sebenarnya
adalah polihidroksi aldehida dan atau polihidroksi keton atau turunan dari
keduanya. Meskipun nama karbohidrat tidak menggambarkan nama yang tepat,
nama ini smapai sekarang masih banyak digunakan. Sakarida atau zat gula
adalah nama yang sering dipakai sebagai pengganti dari nama karbohidrat itu
sendiri (Sumardjo, 2008: 205).
Menurut Julianto (2015: 30), fungsi biologi dari karbohidrat adalah
sebagai berikut :
1. Tongkat kehidupan bagi kebanyakan organisme
2. Pusat metabolisme tanaman hijau dan organisme fotosintetik lainnyua
3. Pati dan glikogen berperan sebagai penyedia sementara glukosa
4. Polimer protein berperan sebagai unsur struktural dan penyangga dalam
dinding sel bakteri dan tumbuhan dan pada jarinagn pengikat dan dinding
sel organisme hewan
5. Karbohidrat berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka
6. Karbohidrat berfungsi sebagai perekat diantara sel
7. Karbohidrat berfungsi sebagai pemberi spesifisitas biologi pada permukaan
sel hewan.
Penambahan glukosa dan sukrosa berpengaruh terhadap rasa. Rasa manis
yang dihasilkan dipengaruhi adanya gula tebu (sukrosa) dan sirup jagung
(glukosa). Semakin banyak sukrosa maka semakin manis suatu larutan. Gula
berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang mempunyai
daya larut yang tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan aktivitas air dan
mengikat air (Zalizar, 2016: 52).
Adapun contoh sakarida adalah sebagai berikut :
O OH
H OH O
HO H HO H
H OH H OH
H OH H OH
OH OH
D - G lu k o s a D -F ru k to sa
B e n t u k a ld o s a B e n tu k K e to sa
+ -
C + 2A g + 2O H C + 2 A g + H 2O
R H R OH
C e rm in p e ra k
-
C + C u 2+ + 2 O H C + C u 2O + H 2O
R H R OH
W a rn a co k e la t
F. Hasil Pengamatan
1. Uji Molisch
Perlakuan Hasil
G. Pembahasan
Karbohidrat atau disakarida adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi
keton. Sakarida dibedakan atas tiga kelompok yaitu monosakarida,
oligasakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah gula sakarida yang
sederhana yang mudah larut dalam air. Oligasakarida terbentuk dari dua
sampai sepuluh unit monosakarida tiap molekul. Polisakarida adalah senyawa
yang mempunyai massa molekul tinggi. Prinsip dasar percobaan ini adalah
identifikasi karbohidrat dengan berbagai pengujian. Prinsip kerja percobaan ini
adalah penambahan berbagai pereaksi sesuai dengan pengujiannya masing-
masing. Tujuan dilakukannya percobaan adalah mahasiswa dapat memahami
sturktur glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa. Setelah melakukan percobaan
ini dengan menggunakan pereaksi yang ada, diharapkan mahasiswa dapat
membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi dan
membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas.
1. Uji Molisch
Tujuan dilakukan untuk mengujikan suatu larutan sampel apakah
sampel tersebut termasuk golongan karbohidrat atau bukan. Percobaan ini
digunakan larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa sebagai sampel
karbohidrat yang ingin diujikan. Masing-masing larutan gula tersebut
ditambahkan larutan α-naftol yang berwarna coklat yang berfungsi untuk
mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel sehingga menghasilkan
larutan bening dan terdapat endapan coklat yang merupakan warna dari
larutan α-naftol. Kemudian masing-masing larutan ditambahkan H2SO4
pekat melalui dinding tabung agar perubahan yang terjadi dapat terlihat
jelas, dengan menggunakan pipet tetes. Setelah penambahan H2SO4 maka
terbentuk dua lapisan zat cair dan pada batas antara kedua lapisan itu
terbentuk cincin warna ungu pada masing-masing tabung yang berisi larutan
gula. Terbentuknya cincin ungu di antara lapisan ini disebabkan terjadinya
reaksi antara furfural dengan α-naftol, sehingga dapat diketahui bahwa
larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa, termasuk golongan
karbohidrat. Adapun reaksi yang terjadi :
Glukosa dengan α-naftol :
OH OH
O HC HC
H OH
OH
H
H + H2SO4 C + 2 C C
O
HO OH HOH2C OH HOCH O CH
H OH OH
furfural alfa naftol
Glukosa OH
cincin ungu
2. Uji Tollens
Dilakukan untuk menentukan apakah larutan sukrosa dan glukosa
suatu gula pereduksi atau gula non pereduksi. Larutan gula yaitu, sukrosa
dan glukosa masing-masing ditambahkan dengan pereaksi Tollens yang
berwarna kuning. Fungsi penambahan pereaksi tollens adalah sebagai
pereaksi yang mengidentifikasi bahwa adanya gula pereduksi.
Berdasarkan percobaan, pada glukosa terbentuk cermin perak. Hal
ini menandakan bahwa glukosa merupakan gula pereduksi, sedangkan
pada sukrosa setelah direaksikan dengan pereaksi Tollens tidak terbentuk
cermin perak, ini sesuai dengan teori, bahwa sukrosa sebenarnya adalah
gula non pereduksi. Pada glukosa menghasilkan uji positif dengan Tollens
dan sukrosa menghasilkan uji negatif dengan Tollens. Sukrosa bereaksi
negatif karena sukrosa tersusun atas monosakarida yaitu fruktosa yang
memiliki gugus ketosa dan glukosa yang memiliki gugus aldosa, keduanya
berikatan melalui atom oksigen pada atom-atom hemiasetal/hemiketal
sehingga tidak lagi mempunyai sifat aldehid atau alfa hidroksi keton
sehingga tidak dapat mereduksi pereaksi Tollens. Adapun persamaan
reaksinya :
CH2OH CH2OH
H O H H OH
OH
H
H + 2 Ag(NH3)2+ OH
H
H
-
COO + 2 Ag+ + 4 NH3 + H2O
HO OH (pereaksi Tollens) HO (cermin perak)
H OH H OH
(glukosa)
CH2OH
H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Ag(NH3)2+ + OH-
HO CH 2OH
H OH HO H (pereaksi Tollens)
(sukrosa)
3. Uji Benedict
Bertujuan untuk mengetahui adanya gula-gula pereduksi pada larutan
sampel yang terdiri dari fruktosa dan glukosa (monosakarida) serta sukrosa
dan laktosa (disakarida). Semua gula tersebut direaksikan dengan pereaksi
Benedict yang berwarna biru menghasilkan larutan biru pada keempat
larutan gula. Fungsi penambahan Benedict adalah sebagai pereaksi yang
mengidentifikasi adanya gula pereduksi. Setelah melakukan penambahan
Benedict, dilakukan pemanasan untuk mempercepat suatu reaksi. Setelah
pemanasan terbentuk endapan merah bata pada glukosa dan fruktosa.
Sedangkan pada sukrosa dan laktosa larutan tetap berwarna biru. Laktosa
seharusnya mengalami perubahan yaitu terbentuk endapan merah bata tetapi
terdapat kesalahan dalam pemakaian larutan yang kurang yakin atas bahan
tersebut apakah adalah laktosa atau bukan.
Terbentuknya endapan merah bata pada glukosa, fruktosa, dan laktosa
menunjukkan bahwa ketiga gula tersebut digolongkan sebagai gula
pereduksi. Hal ini terjadi karena pada glukosa dapat mereduksi ion Cu2+
dalam larutan Fehling menjadi Cu+ yang mengendap Cu2O, disebabkan
karena glukosa mengandung gugus aldehid atau aldose bebas, sedangkan
fruktosa meskipun termasuk dalam golongan ketosa, tetapi masih bias
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ karena fruktosa mengandung gugus ketosa
(hemiketal) bebas. Begitu pun juga dengan laktosa, dapat mereduksi ion
Cu2+ menjadi Cu+ karena ikatan karbon anomeriknya terdapat gugus keton
bebas. Berbeda halnya dengan sukrosa, yang tidak menghasilkan endapan
merah bata, artinya sukrosa tidak dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ karena
sukrosa tidak memiliki gugus aldehid atau keton bebas (strukturnya
berikatan pada gugus hemiasetalnya). Reaksi yang terjadi yaitu :
Glukosa :
CH2OH CH2OH
H O H H OH
O
OH
H
H + 2 Cu
2+
+ 5 OH -
OH
H
H C + 2 Cu2O + 3 H2O
HO OH HO O- (endapan merah bata)
H OH H OH
(glukosa)
Fruktosa :
CH2OH
HOCH2 O H H OH
HO + 2 Cu2+ + 5 OH- OH
H
H CH2OH + 2 Cu2O + 3 H2O
H
H CH 2OH HO (endapan merah bata)
HO H H OH
(fruktosa)
Laktosa :
CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH
O H O OH H O OH H O OH
H H
OH
H
H OH
H
H OH
H
H + OH
H
H
O
HO H HO H HO H
H OH H OH H OH H OH
Sukrosa :
CH2OH
H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Cu2+ + 5 OH- tidak terbentuk
HO CH 2OH endapan merah
H OH HO H bata
(sukrosa)
4. Uji Osazon
Bertujuan untuk menguji adanya gugus aldehid atau keton bebas pada
larutan sampel gula (fruktosa, glukosa, laktosa dan sukrosa). Keempat
sampel gula direaksikan dengan fenilhidrazin yang berwarna kuning. Fungsi
penambahan fenilhidrazin adalah sebagai pereaksi yang akan
mengidentifikasi adanya gugus aldehid atau keton bebas. Perubahan yang
diperoleh adalah larutan terdapat dua lapisan yaitu bagian atas berwarna
bening dan bagian bawah berwarna cokelat. Hal ini berarti terdapat gugus
aldehid atau keton bebas pada sampel tersebut. Tetapi terjadi kesalahan,
seharusnya hanya glukosa, laktosa dan fruktosa yang mengalami perubahan
sedangkan sukrosa tidak dapat bereaksi dengan fenilhidrazin. Kemudian
larutan dikocok agar mempercepat terjadinya reaksi.
Campuran yang terdiri dari empat sampel kemudian dipanaskan untuk
mempercepat terjadinya reaksi dan kemudian didinginkan di dalam air es
sampai terbentuk hablur kuning. Fungsi didinginkan adalah mendorong
terbentuknya hablur kuning. Berdasarkan teori, uji positif terjadi pada
glukosa, fruktosa dan laktosa yaitu terbentuk hablur warna kuning yang
disebut osazon. Pada glukosa, terbentuk hablur/kristal berwarna kuning
karena memiliki gugus aldehid (aldosa) bebas, sedangkan pada fruktosa
juga terbentuk hablur kuning (osazon) karena terdapat gugus keton (ketosa)
bebas pada strukturnya. Sama halnya dengan laktosa, meskipun termasuk
dalam golongan disakarida, laktosa masih mempunyai gugus aldehid
(aldosa) bebas sehingga bisa bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk
hablur kuning yang disebut osazon. Berbeda halnya dengan sukrosa, ketika
direaksikan dengan fenilhidrazin, tidak terjadi uji positif karena gugus
aldehid (hemiasetal) dan keton (hemiketal) saling berikatan melalui atom
oksigen dan tidak lagi memiliki sifat aldehid bebas pada strukturnya
Kemudian larutan dikeringkan agar mendapatkan kristal yang tidak
dalam keadaan basah karena titik leleh hanya dapat ditentukan jika
kristalnya dalam keadaan kering. Proses pengeringan terjadi kesalahan
karena kristal yang diperoleh menguap dan habis. Hal ini terjadi karena
adanya adanya kekeruhan pada larutan fenilhidrazin. Seharusnya setelah
dikeringkan, kristal di tentukan titik lelehnya di alat thiere, tetapi karena
kristal yang dikeringkan telah habis menguap sehingga tidak dapat
ditentukan titik lelehnya. Berdasarkan teori, seharusnya yang diperoleh titik
leleh glukosa, fruktosa, laktosa dan sukrosa berturut-turut adalah 146 oC,
103 oC,2 02 oC dan 186 oC . Adapun reaksi yang terjadi :
Reaksi sukrosa:
CH2OH
H O H CH2OH O H
OHH H O H OH + H2N NH
HO CH2OH
H OH OH H
Sukrosa
Reaksi glukosa :
H H
C O C N NH
H OH C O
HO H + H2N NH HO H
H OH H OH
H OH H OH
CH2OH CH2OH
D-Glukosa
H
C N NH
C N NH
HO H
H OH
H OH
CH2OH
Osazon Kuning
Reaksi fruktosa:
H
CH2 OH C N NH
C O H C OH
HO H + H2N NH HO H
H OH H OH
H OH H OH
CH2 OH CH2OH
D-Glukosa
H
C N NH
H C O
C N NH
HO H
C N NH H2N NH
H OH
HO H
H OH
H OH
CH2OH
H OH
CH2OH
Frukto Osazon
Reaksi laktosa :
CH2OH CH2OH
OH O O OH
OHH H O OHH H + H2 N NH
H OH
H OH H OH
H
C N NH
H C O
C N NH
HO H
C N NH H2N NH
H OH
HO H
H OH
H OH
CH2 OH
H OH
Galaktosazon
CH2OH
Glukosazon
CH2OH
HOCH2 O H
O H
H
2 Cu2+
OH
H
H + H HO + Cl-
H CH 2OH
2 OH-
HO OH
HO H
H OH
(glukosa) (fruktosa)
CH2OH CH2OH
O H OH
H O
H
OH
H
H C + H2O + Cu2O + OH H CH2OH
HO O- HO
(endapan H OH
H OH merah bata)
(asam glukonat) (asam fruktonat)
6. Identifikasi Gula
Sampel gula yang tidak diketahui, dilakukan pengujian dengan
Molisch, di mana ditambahkan α-naftol ke dalam larutan sampel gula di
mana pembentukan α-naftol berfungsi utnuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat. Kemudian campuran ditambahkan H2SO4 untuk mempercepat
reaksi. Dalam percobaan ini, sampel gula menghasilkan uji positif yang
ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada larutan. Hal ini
berarti, dalam larutan sampel gula merupakan karbohidrat.
Selanjutnya, dilakukan uji Tollens untuk mengidentifikasi sampel
apakah termasuk gula pereduksi atau non pereduksi. Setelah dilakukan
perlakuan seperti sampel glukosa dan sukrosa, larutan membentuk cermin
perak yang berarti termasuk gula pereduksi. Kemudian pengujian dengan
larutan Benedict, dilakukan perlakuan seperti uji benedict seperti
percobaan sebelumnya. Setelah pemanasan, warna pada larutan tidak
berubah, yakni tetap warna biru yang merupakan warna pereaksi Benedict.
Hal ini menandakan larutan sampel bereaksi negatif dengan Fehling yang
artinys sampel gula merupakan gula non pereduksi. Karena tidak dapat
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang jika bereaksi ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata (Cu2O).
Larutan sampel x dilakukan uji osazon dan diperoleh bahwa tidak
terbentuk hablur kuning karena terjadi kesalahan dalam pemanasan dan
pendinginan yang terlalu cepat dilakukannya. Hal ini seharusnya berarti
bahwa larutan sampel x adalah termasuk gugus keton atau aldehid bebas.
Larutan sampel terhidrolisis, dengan larutan asam yaitu HCl 10%. Di mana
HCl berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Setelah didinginkan,
campuran dinetralkan dengan larutan NaOH 10%. Larutan netral diuji
dengan menggunakan kertas lakmus biru, yang tidak berubah warna. Hasil
hidrolisis kemudian direaksikan dengan Fehling, kemudian dipanaskan
untuk mempercepat reaksi. Setelah pemanasan, terbentuk endapan merah
bata. Hal ini menandakan bahwa hasil hidrolisis dari larutan sampel gula
merupakan gula pereduksi karena dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang
menghasilkan endapan Cu2O.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka dapat diketahui
bahwa larutan sampel x adalah larutan glukosa. Ditinjau dari hasil
positifnya disetiap uji. Glukosa termasuk gula pereduksi dan termasuk
gugus keton atau aldehid bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun, Mufid dan Linda Suyati. 2018. Bioelectricity of Various Carbon Sources
on Series Circuit from Microbial Fuel Cell System using Lactobacillus
plantum. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. Vo. 21 No. 2.
Rahmasari, Hamita dan Wahono Hadi Susanto. 2014. Ekstraksi Osmosis pada
Pembuatan Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah : Sukrosa dan
Lama Osmosis. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 2 No. 3.
Tim Dosen Kimia. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Makassar:
Jurusan Kimia Universitas Negeri Makassar.
Yuliana, Anna. 2018. Buku Ajar Biokimia Farmasi. Surabaya: Jakad Publising.
Zalizar, Lili, Ema Ratna Sapitri, Nilam Karunia Putri, dkk. Perbandingan
Penambahan Glukosa dan Sukrosa terhadap Kualitas Permen Susu Kambing
Peranakan Etawa (PE) Berdasarkan Preferensi Konsumsi. Senaspro 2016.
Vol. 3 No. 34.