Judul Percobaan
Reaksi Karbohidrat
B. Tujuan Percobaan
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami struktur
glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa. Setelah melakukan percobaan ini, dengan
menggunakan pereaksi yang ada, diharapkan mahasiswa dapat:
1..Membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi.
2..Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal)
atau keton (hemiketal) bebas dan tidak bebas.
C. Landasan Teori
Karbohidrat terdapat dalam semua tumbuhan dan hewan dan pentin bagi
kehidupan. Lewat fotosistesis, tumbuhan mengonversi karbon dioksida atmosfer
menjadi karbohidrat terutama selulosa, pati dan gula. Selulosa adalah blok
pembangun pada dinding sel yang kaku dan jaringan kayu pada tumbuhan,
sedangkan pati adalah bentuk cadangan utama dari karbohidrat untuk nantinya
digunakan sebagai makanan atau sumber energi. Beberapa tumbuhan (tebu dan bit
gula) menghasilkan sukrosa yaitu gula pasir. Gula lain, yakni lukosa merupakan
komponen penting dalam darah, dan gula lainnya, ribosa dan 2-deoksiribosa, ialah
komponen material genetik RNA dan DNA (Hart, dkk. 2003: 486).
Nama karbohidrat ditemukan pertama kali oleh para ahli kimia Perancis.
Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organiknya yang
tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Namun pada tahun 1880-an
disadari bentuk karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksialdehida atau
polisakarida keton atau turunan keduanya. Meskipun nama karbohidrat tidak
menggambarkan nama yang tepat, namun nama ini sampai sekarang masih sering
digunakan sakarida atau zat gula adalah nama yang sering dipakai sebagai
pengganti nama karbohidrat (Sumardjo, 2008: 205). Karbohidrat adalah
senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat di alam.
Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O dan senyawa ini
disebut sebagai “hidrat dan karbon”, sehingga dinyatakan sebagai
karbohidrat (Fessenden dan Fessenden, 1986: 318).
Maltosa, laktosa, selubiosa, dan sukrosa adalah empat contoh disakarida
yang banyak terdapat di alam dan telah banyak diketahui sifat dan pemakaiannya.
Ketiga disakarida yang pertama memiliki sifat yang identik, sedangkan sifat
sukrosa sangat berbeda dari ketiganya. Maltosa, laktosa dan selubiosa mempunyai
sifat yang dapat mereduksi pereaksi fehling atau benedict dapat membentuk
osazon pada pemanasan dengan fenilhidrazin, dapat mengalami hidrolisis oleh
pengaruh basa atau pengaruh asam. Dan dapat menunjukkan peristiwa mutarotasi.
Sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi Fehling aatau pereaksi Benedict
tahan terhadap pengaruh hidrolisis basa, tidak membentuk osazon pada
pemanasan dengan fenilhidrazin dan tidan menunjukkan peristiwa
mutarotasi (Sumarjdo, 2008: 221).
Karbohidrat umumnya dilklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks karohidrat sederhana atau
monosakarida adalah karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi molekul yang
lebih sederhana. Berdasarkan gugus fungsi utamanya, monosakarida dapat
diklasifikasikan sebagai aldosa dan ketosa. Akhiran -osa digunakan untuk
menyatakan golongan karbohidrat sedangkan awalan aldo- dan keto- digunakan
untuk menyatakan gugus fungsi (golongan senyawa) yaitu aldehid dan keton.
Jumlah atom karbon pada monosakarida dinyatakan dengan tri-, tetr-, pent-, heks-,
dan seterusnya sebagai nama dasar. Contohnya: glukosa adalah suatu aldoheksosa
(suatu gula yang termasuk golongan aldehid dengan enam atom karbon) fruktosa
suatu ketoheksosa (suatu gula yang termasuk golongan keton dengan
enam atom karbon, dan ribosa merupakan aldopentosa (5 atom C). Sebagian
besar gula yang ada dialam merupakan aldopentosa dan
aldoheksosa (Parlan dan Wahjudi, 2005: 87-88)
Laktosa sering disebut gula susu (milk sugar). Laktosa membentuk kristal
yang memiliki sebuah molekul air kristal. Bentuk kristal laktosa besar dan
kelarutan laktosa dalam air kurang baik. Struktur kimia laktosa tersusun atas residu
unit ß-D-glukopiranosa yang mengikat residuunit ß-D-glukopiranosa . Sakarosa
atau sukrosa banyak diperoleh dalam tebu, oleh karena itu, sakarosa disebut gula
tebu. Kristal sukrosa berukuran besar dengan titik lebur 184ᵒC. Disakarida ini
larut dalam air, tetapi sukar larut dalam alkohol. Bila dipanaskan diatas titik
leburnya dapat membentuk karamel suatu zat warna yang tidak berbahaya dalam
industri makanan. Struktur sakarosa tersusun atas residu unit -D-glukopiranosa
yang mengikat residu unit -D-fruktofuranosa. Ikartan glikosida terjadi antara
atom C1 dari residu unit -D-glukopiranosa dan atom C2 dari residu unit -D-
fruktofuranosa. Akibatnya sukrosa tidak mempunyai radikal hidroksil laktol bebas.
CH 2OH CH 2OH CH 2OH
O H O OH H O H CH2OH O
H H
H H H
OH H OH H OH H O H HO
O
HO H HO CH 2OH
H OH HO H
H OH H OH
(sukrosa)
(laktosa)
E..Prosedur Kerja
1..Uji Molisch
a. Sebanyak 5 tabung reaksi kecil disiapkan.
b. Sebanyak 2 mL larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa serta larutan
sampel x dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi.
c. Masing-masing tabung ditambahkan ditambahkan 2 tetes larutan -naftol.
d. Sebanyak 1 mL H2SO4 pekat dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
reaksi melalui dinding tabung.
e. Perubahan warna diamati.
2..Uji Tollens
a. Sebanyak 3 tabung reaksi kecil disiapkan.
b. Masing-masing tabung reaksi dimasukkan 2 mL pereaksi Tollens.
c. Sebanyak 5 tetes larutan glukosa, sukrosa, dan sampel x ditambahkan kedalam
masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
d. Perubahan warna diamati
3..Uji Benedict
a. Sebanyak 5 tabung reaksi kecil disiapkan.
b. Sebanyak 3 mL pereaksi benedict dimasukkan kedalam masing-masing
tabung.
c. Masing-masing tabung yang berbeda ditambahkan 5 tetes glukosa, fruktosa,
laktosa, sukrosa, dan sampel x.
d. Campuran dipanaskan sampai terjadi perubahan warna
e. Perubahan warna diamati
4..Uji Osazon
a. Sebanyak 5 tabung reaksi kecil disiapkan
b. Sebanyak 4 mL larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa serta larutan
sampel x dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi.
c. Masing-masing tabung reaksi dimasukkan 1 mL Fenilhidrazin
d. Tabung reaksi ditutup dengan kapas
e. Campuran dipanaskan selama 30 menit kemudian didiginkan dengan es batu
f. Perubahan warna diamati
5..Hidrolisis sukrosa oleh asam
a. Sebanyak 2 tabung reaksi disiapkan.
b. Kedalam tabung reaksi besar ditambahkan 10 mL sukrosa dan kedalam tabung
reaksi sedang ditambahkan 10 mL sampel x.
c. Masing-masing tabung ditambahkan dengan 10 mL HCl 10%
d. Larutan dipanaskan selama 50 menit dan didinginkan.
e. Larutan dinetralkan dengan 3 mL NaOH 10% dan diuji dengan kertas lakmus.
f. Kemudian disiapkan 2 tabung reaksi kecil
g. Sebanyak 3 mL benedict ditambahkan kedalam masing-masing tabung reaksi
kecil.
h. Masing masing tabung reaksi kecil ditambahkan 10 tetes sukrosa dan sampel x
yang telah dihidrolisis
i. Larutan dipanaskan dan perubahan warna diamati.
E..Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
1. Uji Molisch
a. 2 mL glukosa + 2 tetes α-naftol + 1 ml Ada cincin ungu
H2SO4 pekat
b. 2 mL fruktosa + 2 tetes α -naftol + 1 ml
H2SO4 pekat Ada cincin ungu
c. 2 mL sukrosa + 2 tetes α-naftol + 1 ml
H2SO4 peka Ada cincin ungu
d. 2 mL laktosa + 2 tetes α -naftol + 1 ml
H2SO4 pekat Ada cincin ungu
e. Sampel x + 2 tetes α-naftol + 1 ml H2SO4
pekat Ada cincin ungu
2. Uji Tollens
a. 2 mL pereaksi tollens + 5 tetes Terbentuk cermin perak
glukosa pada dinding tabung
b. 2 mL pereaksi tollens + 5 tetes sukrosa Terbentuk cermin perak
pada dinding tabung
c. 2 mL pereaksi tollens + 5 tetes sampel x Terbentuk cermin perak
pada dinding tabung
No. Perlakuan Hasil
3. Uji Benedict
a. 3 mL larutan Benedict + 5 tetes glukosa endapan merah bata
+ dipanaskan
b. 3 mL larutan Benedict + 5 tetes fruktosa endapan merah bata
+ dipanaskan
c. 3 mL larutan Benedict + 5 tetes sukrosa + Biru muda
dipanaskan
d. 3 mL larutan Benedict + 5 tetes laktosa + endapan merah bata
dipanaskan
e. 3 mL larutan Benedict + 5 tetes sampel x endapan merah bata
+ dipanaskan
4. Uji Osazon
a. 4 mL laktosa + 1 mL fenilhidrazin + Larutan berwarna kuning
Dipanaskan + didingingkan
b. 4 mL glukosa + 1 mL fenilhidrazin + hablur kuning
Dipanaskan + didingingkan
c. 4 mL sukrosa + 1 mL fenilhidrazin + hablur kuning
Dipanaskan + didingingkan
d. 4 mL fruktosa + 1 mL fenilhidrazin + hablur kuning
Dipanaskan + didingingkan
e. 4 mL sampel x + 1 mL fenilhidrazin + hablur kuning
Dipanaskan + didingingkan
5 Hidrolisis sukrosa oleh asam
a. 1) 10 mL sukrosa + HCl 10 mL 10 % Larutan tidak berwarna
2) Dipanaskan kemudian didingingkan Larutan kekuningan
3) Diuji dengan lakmus Lakmus biru menjadi
merah
4) + 3 mL NaOH 10 % Lakmus merah menjadi
biru
5) + 3 mL Benedict dimasukkan pada Larutan berwarna biru
No. Perlakuan Hasil
tabung lain + 10 tetes larutan sukrosa
6) dipanaskan Larutan merah bata
b. 1) 10 mL sampel x + HCl 10 mL 10 % Larutan tidak berwarna
2) Dipanaskan kemudian didingingkan Larutan kekuningan
3) Diuji dengan lakmus Lakmus biru menjadi
merah
4) + 3 mL NaOH 10 % Lakmus merah menjadi
biru
5) + 3 mL Benedict dimasukkan pada Larutan berwarna biru
tabung lain + 10 tetes larutan
sampel x
6) dipanaskan Larutan berwarna hijau
G..Pembahasan
Karbohidrat adalah senyawa karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat
di alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O dan senyawa ini
disebut sebagai “hidrat dan karbon”, sehingga dinyatakan sebagai karbohidrat
(Fessenden dan Fessenden, 1986: 318). Percobaan ini bertujuan untuk
membedakan antara gula pereduksi dengan gula bukan pereduksi dan
membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal)
atau keton (hemiasetal) bebas dan tidak bebas.
1..Uji Molisch
Percobaan ini bertujuan untuk menguji suatu larutan yang mengandung
karbohidrat. Pada percobaan ini digunakan larutan glukosa, fruktosa, sukrosa,
laktosa, dan suatu sampel x yang tidak diketahui jenis dan nama larutannya.
Prinsip dari uji Molisch adalah kondensasi dari hidroksimetil furfural dengan
alfa-naftol membentuk cincin berwarna ungu. Uji Molisch merupakan uji umum
untuk karbohidrat. Pada uji molisch larutan karbohidrat dicampur dengan
pereaksi Molisch, yaitu larutan 5 % alfa naftol dalam alkohol. Kemudian
ditambah asam sulfat pekat dengan hati-hati. Warna violet yang terbentuk
menunjukkan adanya karbohidrat. Dasar dari uji ini adalah heksosa atau pentosa
mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetil
furfural atau furfural untuk kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan alfa
naftol membentuk senyawa berwarna khusus untuk polisakarida dan
disakarida (Sumardjo, 2008: 235).
Larutan gula yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa dan
sampel x. Dalam percobaan ini, semua larutan gula ditambahkan α-naftol yang
berfungsi sebagai reagen yang akan bereaksi dengan karbohidrat membentuk
senyawa furfural kompleks berwarna ungu. Setelah itu H2SO4 pekat
ditambahkan ke dalam masing-masing larutan gula melalui dinding tabung, hal
ini dikarenakan larutan H2SO4 bersifat eksotermis sehingga panas dari larutan
tersebut dapat melubangi dasar tabung reaksi, selain itu agar larutan gula berada
di atas H2SO4 tanpa terjadi pencampuran. Digunakan H2SO4 karena dalam
larutan asam, monosakarida umunya stabil, namun apabila ditambahkan asam
kuat pekat monosakarida menghasilkan furfural. Penambahan H2SO4 bertujuan
untuk memberikan suasana asam dan menghidrolisis ikatan pada sakarida
sehingga menghasilkan senyawa fulfural. Fulfural ini kemudian bereaksi
dengan α- naftol sehingga membentuk senyawa yang berwarna ungu sehingga
akan terbentuk cincin ungu. Setelah penambahan asam sulfat maka larutan
terbentuk tiga lapisan, dimana pada lapisan tengah terbentuk cincin berwarna
ungu pada masing-masing tabung yang berisi larutan gula. Hal ini disebabkan
karena karbohidrat oleh asam sulfat akan dihidrolisis menjadi monosakarida dan
selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi menjadi furfural atau hidroksi
metil furfural. Pada percobaan ini semua larutan gula bereaksi positif, namun
cincin ungu yang terbentuk mempunyai intensitas warna yang beda. Perbedaan
intensitas warna terjadi karena gula yang digunakan berasal dari monosakarida
dan ada juga yang berasal dari disakarida.
Kelima bahan terdapat perbedaan intensitas warna, hal ini dikarenakan
gula yang digunakan berasal dari monosakarida dan disakarida. Dimana gula
yang berasal dari disakarida membutuhkan waktu yang lama untuk membentuk
cincin ungu dibandingkan monosakarida, karena disakarida merupakan
gabungan dari dua monosakarida. Hal ini sesuai teori, dimana menurut Qalsum,
dkk. (2015: 170), warna larutan standar glukosa berubah dari tak berwarna
menjadi warna ungu. Hal ini terjadi karena asam sulfat pekat ketika direaksikan
dengan α-naftol dan glukosa dan menyebabkan glukosa terhidrasi menjadi
senyawa hidroksimetil furfural. Senyawa ini ketika bereaksi dengan α-naftol
akan menghasilkan cincin berwarna ungu. Adapun reaksinya:
a..Glukosa
OH OH
O HC HC
H OH
H
OH H + H2SO4 C + 2 C C
O
HO OH HOH2C OH HOCH O CH
H OH OH
furfural alfa naftol
Glukosa OH
cincin ungu
b..Fruktosa
OH
HO O HC HC
O H
H HO + H2SO4 C + 2 C C
O
H
OH HOH2C OH HOCH O CH
OH H OH
furfural alfa naftol
Fruktosa OH
cincin ungu
c..Sukrosa
OH OH
HO O HC HC
H OH O H
H C + 2 C C
OH H O H HO + H2SO4
O
HO
OH HOH2C OH HOCH O CH
H OH OH H OH
furfural alfa naftol
Sukrosa OH
cincin ungu
d..Laktosa
OH OH OH
O HC HC
H OH H
H H C + 2
OH H O OH H OH +H2SO4 O
C C
HO HOH2C OH HOCH O CH
H OH H OH OH
furfural alfa naftol
laktosa
Sukrosa OH
cincin ungu
2..Uji Tollens
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah larutan mengandung
gugus aldehid bebas pada glukosa, sukrosa, dan sampel x. Uji Tollens merupakan
uji khusus untuk karbohidrat pereduksi (Sumardjo, 2008: 235). Larutan yang akan
diuji yaitu glukosa, sukrosa, dan sampel x. Ketiga larutan masing-masing ditambah
dengan pereaksi Tollens, kemudian dipanaskan. Tujuan pemanasan yaitu agar
reaksi dapat terjadi dengan cepat. Uji positif pada percobaan ini yaitu
menghasilkan cermin perak pada dasar tabung reaksi.
Hasil percobaan diperoleh bahwa pada larutan glukosa dan sampel x
terbentuk cermin perak. Hal sesuai dengan teori (Sumardjo, 2008: 206)
menyatakan bahwa glukosa merupakan golongan aldoheksosa yaitu aldosa yang
mempunyai struktur kimia gugus aldehida bebas atau gugus formil bebas sehingga
glukosa adalah termasuk gula pereduksi yang dapat mereduksi pereaksi Tollens.
Untuk larutan sampel x terbentuk cermin perak menandakan bahwa sampel x
mengandung gugus aldehid. Sementara untuk sukrosa tidak terbentuk cermin
perak. Hal ini berarti bahwa sukrosa tidak memiliki gugus aldehid bebas sesuai
dengan teori (Sumardjo, 2008: 224) yaitu struktur sukrosa tersusun atas glukosa
dan fruktosa yang keduanya berikatan melalui atom oksigen pada atom-atom
hemiasetal atau hemiketal sehingga sukrosa tidak lagi memiliki radikal laktol
bebas, sehingga sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi Tollens. Adapun reaksinya
sebagai berikut:
a. Glukosa
CH 2OH CH 2OH
H O H H OH
OH
H
H + 2 Ag(NH3)2 +
OH
H
H COO
-
+ 2 Ag+ + 4 NH3 + H2O
HO OH (pereaksi Tollens) HO (cermin perak)
H OH H OH
(glukosa)
b. Sukrosa
CH 2OH
H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Ag(NH3)2+ + OH-
HO CH 2OH
H OH HO H (pereaksi Tollens)
(sukrosa)
3..Uji Benedict
Uji Benedict bertujuan untuk larutan termasuk gula pereduksi atau gula non
pereduksi pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan sampel x. Prinsip
dari uji ini adalah gugus aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang
terkandung dalam sampel mereduksi ion Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana
alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi Cu2O. Uji positif dari percobaan ini
yaitu terbentuk endapan merah bata. Kelima larutan gula masing-masing
direaksikan dengan pereaksi benedict menghasilkan larutan berwarna biru. Fungsi
pereaksi Benedict yaitu untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu
larutan gula. Setelah ditambah pereaksi Benedict campuran dipanaskan. Tujuan
pemanasan yaitu untuk mempercepat reaksi.
Hasil percobaan diperoleh bahwa semua larutan terbentuk endapan merah
bata. Dimana glukosa dapat dioksidasi oleh Cu2+ karena termasuk golongan aldosa
dan memiliki gugus aldehid bebas. Sementara untuk struktur laktosa, dapat
direduksi ion Cu2+menjadi Cu+ karena ikatan karbon anomeriknya terdapat gugus
keton bebas. Sementara untuk fruktosa meskipun termasuk kedalam golongan
ketosa, tetapi masih bisa mereduksi ion Cu2+ menjdai Cu+ karena fruktosa
mengandung ketosa (hemiketal) bebas. Untuk sampel x juga menghasilkan
endapan merah bata yang menandakan bahwa struktur sampel x dapat mereduksi
ion Cu2+menjadi Cu+. Pembentukan endapan merah bata membuktikan bahwa
larutan glukosa, fruktosa, laktosa, dan sampel x merupakan gula pereduksi.
Reaksi sukrosa dan pereaksi benedict tidak menghasilkan endapan merah
bata. Hal ini dengan teori (Sumardjo, 2008: 224) yang menyatakan bahwa sukrosa
merupakan gula yang tersusun atas dua monosakarida yaitu glukosa dan fruktosa
melalui ikatan glikosida yang menyebabkan sukrosa tidak memiliki gugus laktol
atau gugus aldehid dan keton bebas sehingga tidak dapat mereduksi pereaksi
Benedict. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut.
a. Glukosa
CH 2OH CH 2OH
H O H H OH
O
OH
H
H
2+
+ 2 Cu + 5 OH- OH
H
H C + 2 Cu2O + 3 H2O
HO OH -
HO O (endapan merah bata)
H OH H OH
(glukosa)
b. Fruktosa
CH 2OH
HOCH2 O H OH
H
HO + 2 Cu
2+
+ 5 OH- OH
H
H CH 2OH + 2 Cu2O + 3 H2O
H
H CH 2OH HO (endapan merah bata)
HO H H OH
(fruktosa)
c. Laktosa
CH 2OH CH 2OH
O H O
H O O
OH
H
H C + OH
H
H C + Cu2O + 6 H2O
- -
HO O HO O
(endapan
H OH H OH merah bata)
d. Sukrosa
CH 2OH
H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Cu2+ + 5 OH- tidak terbentuk
HO CH 2OH endapan merah
H OH HO H bata
(sukrosa)
4..Uji Osazon
Uji Osazon bertujuan untuk membedakan antara disakarida yang
mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton (kemiketal) bebas dan
dapat duigunakan sebagai identifikasi macam-macam gula. Uji positif dari
percobaan ini adalah terbentuk hablur kuning.
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Pada
percobaan ini, larutan gula yang diuji yaitu glukosa, fruktosa, sukrosa , laktosa,
dan sampel x direaksikan dengan fenilhidrazin membentuk hablur kuning.
Adapun warna kuning yang dihasilkan merupakan warna dari fenilhidrazin,
sehingga belum terjadi reaksi. Oleh karena itu, dilakukan pemanasan yang
bertujuan untuk mempercepat reaksi, pada proses pemanasan kelima tabung reaksi
disumbat dengan kapas yang berfungsi agar tidak terkontaminasi dengan udara
dan untuk mempercepat terbentuknya hablur. Glukosa, fruktosa, sukrosa dan
sampel x menghasilkan hablur kuning. Hal ini sesuai dengan teori karena dalam
penjelasan menurut (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 10), bahwa gula yang
mengandung gugus aldehid atau keton akan menbentuk hablur kuning apabila
direaksikan dengan fenilhidrazin berlebih. Namun seharusnya dengan sukrosa
tidak terbentuk hablur kuning karena sukrosa tidak mengandung gugus aldehid
maupun keton. Dimana menurut teori (Mirontoneng, 2019: 112) melalui hidrolisis,
sukrosa akan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada molekul
sukrosa tidak terdapat gugus aldehida atau keton bebas dan tidak mempunyai
gugus –OH glikosidik sehingga sukrosa tidak dapat mereduksi ion-ion Cu2+ atau
Ag+ dan juga tidak membentuk osazon.
Pengujian ini memberikan uji positif kecuali sukrosa karena terbentuknya
hablur berwarna kuning, hal tersebut terjadi karena kurang telitinya praktikan
dalam menggunakan alat yang telah terkontaminasi dengan bahan-bahan lain
terutama dari pipet tetes yang telah digunakan untuk memipet larutan gula yang
mengandung gugus aldehid atau keton. Adapun reaksinya:
a. Glukosa
O H
N NH
H OH
H OH
HO H NH NH2 HO H berlebih
H OH + H OH
H OH
H OH
OH
OH
Glukosa
H
N NH
NH N
HO H
H2O + NH3 + H OH
H OH
OH
b. Sukrosa
OH
H O H HO OH HN NH2
O
H
O
OH H H OH +
HO OH
H OH OH H
sukrosa
c. Fruktosa
OH
H
O N NH
HO H H OH
H OH NH NH2 HO H berlebih
+ H OH
H OH
H OH
OH
fruktosa fenilhidrazin OH
H
N NH
NH N
HO H
H2O + NH3 + H OH
H OH
OH
d..laktosa
OH OH
H O H H O OH HN NH2
H H
O
OH H OH H +
HO H
H OH H OH
Laktosa
H H
N NH N NH
N NH N NH
HO H HO H
H OH + HO H
H OH H OH
OH OH
glukosazon Galaktosazon
5..Hidrolisis sukrosa oleh asam
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah asam dapat
menghidrolisis sukrosa menjadi gugus-gugus penyusunnya. Sukrosa merupakan
suatu disakarida yaitu gula yang disusun oleh dua monosakarida yaitu fruktosa dan
glukosa. Menurut teori (Sumardjo, 2008: 221). Hidrolisis disakarida dengan cara
memanaskan disakarida bersama-sama asam mineral encer atau oleh pengaruh
enzim disakaridase akan menghasilkan komponen-komponen penyusunnya.
Hirolisis dilakukan dengan menambahkan HCl 10 %. Larutan HCl ini berfungsi
sebagai asam yang akan menghidrolisis sukrosa. Dua larutan yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu sukrosa dan larutan sampel x. Setelah dilakukan
penambahan HCl kedua larutan dipanaskan untuk memprcepat terjadinya reaksi.
Larutan didinginkan dan ditambah NaOH. Fungsi penambahan NaOH yaitu untuk
menetralkan larutan. Tujuan penetralan larutan yaitu untuk memperoleh komponen
penyusun dengan jumlah yang sama dimana menurut Hart (1983: 348)
menyatakan bahwa hidrolisis sukrosa menghasilkan D-glukosa dan gula D-
ketofruktosa dalam jumlah yang sama. Proses penetralan dilakukan dengan
menguji larutan dengan penambahan kertas lakmus biru merah biru. Tujuan
lain penetralan yaitu agar hasil hidrolisis dari sukrosa dapat bereaksi dengan
pereaksi Benedict karena Benedict hanya dapat bereaksi dalam suasana netral.
Campuran yang telah dinetralkan ditambahkan Benedict yang berwarna
biru kemudian dipanaskan menghasilkan endapan merah bata. Hal ini
membuktikan bahwa pada sukrosa telah terjadi hidrolisis oleh HCl dan
menghasilkan gugus penyusunnya yaitu glukosa dan fruktosa. Dimana
pembentukan endapan merah bata menunjukkan bahwa dalam larutan
mengandung gula pereduksi yakni glukosa dan fruktosa. Sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa uji benedict bertujuan untuk untuk mengetahui adanya gula
pereduksi dalam larutan sampel yang ditandai dengan dihasilkannya endapan
merah bata (Kusbandari, 2015: 38). Sementara pada sampel x juga terbentuk
endapan merah bata. Sampel x yang diketahui melalui pengujian sebelumnya yaitu
termasuk gula monosakarida tidak dapat lagi terhidrolisis sehingga setelah
penambahan HCl strukturnya tidak berubah. Hal ini sesuai dengan
teori (Riswiyanto, 2009: 366) menyatakan bahwa monosakarida adalah suatu
karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi molekul yang lebih
sederhana. Dalam hal ini sampel x diketahui merupakan glukosa yang mempunyai
gugus aldehid bebas atau merupakan suatu gula pereduksi maka larutan ini dapat
mereduksi pereaksi benedict. Adapun reaksinya yaitu sebagai berikut.
CH 2OH CH 2OH
HOCH2 O H
H O H CH2OH O H O H
H
H HO
OH
H
H O H HO + HCl OH H + H
H CH 2OH
HO CH 2OH HO OH
HO H
H OH HO H H OH
CH 2OH
HOCH2 O H
O H
H 2 Cu2+
OH
H
H + H HO + Cl-
H CH 2OH
2 OH-
HO OH
HO H
H OH
(glukosa) (fruktosa)
CH 2OH CH 2OH
O H OH
H O
H H
Cu2O + OH H CH 2OH
OH H C + H2O +
HO O - HO
(endapan H OH
H OH merah bata)
(asam glukonat) (asam fruktonat)
6. Identifikas gula
Percobaan ini dilakukan dengan mengidentifikasi sampel x yang
merupakan suatu karbohidrat. Uji positif pada percobaan ini untuk masing masing
percobaan adalah: uji Molisch memiliki uji positif terbentuknya cincin ungu, pada
uji Tollens terbentuknya cermin perak, uji Benedict terbentuknya endapan merah
bata, dan pada uji Osazon adalah hablur kuning, sedangkan hidrolisis sukrosa
oleh asam memiliki uji positif endapan merah bata. Hasil yang diperoleh ketika
sampel x di uji Molisch, Tollens,Benedict dan Osazon, sampel x positif
padapengujian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sampel x tersebut
merupakan gula pereduksi yang bebas yaitu glukosa.
H..Kesimpulan dan Saran
1..Kesimpulan
a. Untuk menentukan atau mengetahui suatu karbohidrat dapat dilakukan dengan
Uji Molisch. Sementara untuk membedakan gula pereduksi dan gula
nonpereduksi maka dapat dilakukan uji tollens dan uji benedict. Dimana dalam
percobaan diketahui bahwa yang termasuk kedalam gula pereduksi yaitu
glukosa, fruktosa, laktosa, dan sampel x. Sedangkan yang merupakan gula
nonpereduksi yaitu sukrosa.
b.Glukosa dan fruktosa termasuk golongan aldosa dan ketosa karena memiliki
gugus aldehid dan keton bebas, sedangkan sukrosa tidak memiliki gugus
aldehid atau keton bebas karena adanya ikatan gli kosida.
2..Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih memperhatikan
kebersihan alat yang diguanakan. Khususnya pada penggunaan tabung reaksi dan
pipet tetes. Sebelum digunakan alat harus dicuci bersih dan dikeringkan agar
bahan tidak terkontaminasi dengan pengotor sehingga hasil yang diperoleh sesuai
dengan keinginan.
DAFTAR PUSTAKA
Anandita, Faradisa., Syaiful Bahri., dan Jaya Hardi. 2016. Ekstraksi dan Karakterisasi
Glukomanan dari Tepung Biji Salak. Kovalen. Vol 2 No 2.
Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold., Leslie E. Craine., dan David J. Hart. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah
Singkat. Jakarta: Erlangga.
Qalsum, Umi., Anang Wahid Muhammad Diah., dan Supriadi. 2015. Analisis Kadar
Karbohidrat, Lemak, dan Protein dan Protein dari Tepung Bijih Mangga
(Mangifera Indica L) Jenis Gadung. Jurnal Akademika Kimia 4. Vol. 4, No. 4.
ISSN 2302-6030, 2477-5189.
Tim Dosen Kimia Organik II. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Makassar:
FMIPA Universitas Negeri Makassar