Profil Kab Ponorogo
Profil Kab Ponorogo
PROFIL KABUPATEN
PONOROGO
Kabupaten Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah
1.371,78 km2 yang secara administratif terbagi ke dalam 21 Kecamatan dan 305 desa/
kelurahan. Menurut kondisi geografisnya, Kabupaten Ponorogo terletak antara 111º17’ –
111º52’ Bujur Timur (BT) dan 7º49’ – 8º20’ Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian antara 92
sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub area, yaitu
area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh
belas Kecamatan lainnya merupakan daerah dataran rendah.
Jarak Ibu Kota Kabupaten Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur (Surabaya)
kurang lebih 200 Km ke arah Timur Laut dan ke Ibu Kota Negara (Jakarta) kurang lebih 800
Km ke arah Barat. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Ponorogo adalah sebagai
berikut :
11 Jetis 2.241 14
1. Sektor Pertanian
Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Timur,
yang mempunyai luas lahan sawah 34.867 Ha, terdiri dari daerah irigasi teknis seluas 30.158
Ha, setengah teknis seluas 625 Ha, non teknis seluas 2.228 Ha dan tadah hujan seluas 1.856
Ha. Adapun produksi pertanian di Kabupaten Ponorogo antara lain :
- Tanaman Padi
- Komoditi Jagung
Sebaran wilayah komoditi jagung di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sawoo, Pulung, Jambon, Bungkal,
Sambit. Rata-rata luas panen jagung dalam 6 tahun terakhir sebesar 27.511 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 1.439.3846 Kw yang berarti bahwa rata-rata
produksi jagung sebesar 52,54 Kw/Ha.
Sebaran wilayah komoditi ubi kayu di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Sawoo, Sambit, Pulung,
Jambon. Rata-rata luas panen ubi kayu dalam 6 tahun terakhir sebesar 25.866 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 4.875.266 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi
ubi kayu sebesar 188,27 Kw/Ha.
Sebaran wilayah komoditi ubi jalar di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, Sambit,
Pudak. Rata-rata luas panen ubi jalar dalam 6 tahun terakhir sebesar 121 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 12.154 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi ubi
jalar sebesar 113,81 Kw/Ha.
2. Sektor Perkebunan
- Komoditi Cengkeh
Sebaran wilayah komoditi cengkeh di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung dan Ngebel.
Rata-rata luas panen cengkeh dalam 6 tahun terakhir sebesar 1.664,78 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 3.499,16 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi
cengkeh sebesar 2,11 Kw/Ha.
- - Komoditi Kopi
Sebaran wilayah komoditi kopi di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen dan
produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Pulung dan Ngebel. Rata-rata
luas panen kopi dalam 6 tahun terakhir sebesar 211,70 Ha/Tahun dengan rata-rata
produksi sebesar 571,84 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi kopi sebesar 2,76
Kw/Ha.
Sebaran wilayah komoditi jambu mente di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal
panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sampung dan Ngrayun. Rata-
rata luas panen jambu mente dalam 6 tahun terakhir sebesar 720,06 Ha/Tahun dengan
rata-rata produksi sebesar 1.669,20 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi jambu
mente sebesar 2,32 Kw/Ha.
Sebaran wilayah komoditi tebu di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Babadan, Jenangan, Ponorogo,
Siman, Slahung dan Bungkal. Rata-rata luas panen tebu dalam 6 tahun terakhir sebesar
1.896,39 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 87.170,01 Kw yang berarti bahwa
rata-rata produksi tebu sebesar 46,08 Kw/Ha. Dapat dilihat pada tabel berikut :
- Komoditi Panili
Sebaran wilayah komoditi panili di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sawoo, Ngrayun, Pulung, Sooko dan
Ngebel. Rata-rata luas panen panili dalam 6 tahun terakhir sebesar 13,22 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 13,20 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi panili
sebesar 0,77 Kw/Ha.
- Komoditi Kakao
Sebaran wilayah komoditi kakao di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal panen
dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Ngrayun, Sooko, Pulung,
dan Jenangan. Rata-rata luas panen kakao dalam 6 tahun terakhir sebesar 45,94
Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 189,83 Kw yang berarti bahwa rata-rata
produksi kakao sebesar 4,13 Kw/Ha.
- Komoditi Sawo
Sebaran wilayah komoditi sawo di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Sukorejo, Sawoo, dan Siman. Rata-rata produksi sawo
dalam 6 tahun terakhir sebesar 25866 Kw per tahun.
- Komoditi Alpokat
Sebaran wilayah komoditi apokat di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Sooko, Pulung dan Ngebel. Rata-rata produksi apokat
dalam 6 tahun terakhir sebesar 17.723,50 Kw per tahun
- Komoditi Blimbing
Sebaran wilayah komoditi blimbing di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Jenangan, Kauman dan Sambit. Rata-rata
produksi blimbing dalam 6 tahun terakhir sebesar 1.635,17 Kw per tahun.
Sebaran wilayah komoditi manggis di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko, Pulung, Jenangan dan Babadan. Rata-
rata produksi manggis dalam 6 tahun terakhir sebesar 4.970,17 Kw per tahun.
- Komoditi Nangka
Sebaran wilayah komoditi nangka di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Sambit, Jenangan dan Sawoo. Rata-rata produksi
nangka dalam 6 tahun terakhir sebesar 25.853,17 Kw per tahun. Dapat dilihat 1.25
Sebaran wilayah komoditi jeruk keprok di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi
yang terbesar terpusat di kecamatan Jambon, Sooko dan Pulung. Rata-rata produksi
jeruk keprok dalam 6 tahun terakhir sebesar 196.541,50 Kw per tahun. Adapun produksi
jeruk keprok di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut :
- Komoditi Durian
Sebaran wilayah komoditi durian di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang
terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko, Jenangan dan Pulung. Rata-rata
prduksi durian dalam 6 tahun terakhir sebesar 50.254 Kw per tahun.
3. Sektor Peternakan
4. Sektor Kehutanan
Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang juga diandalkan oleh Kabupaten
Ponorogo hal itu terlihat dari jumlah produksi dan ikutannya yang cukup memberikan
pemasukan pendapatan asli daerah seperti pada tabel berikut
Pembangunan sektor kehutanan sebagai salah satu kawasan pelestarian alam yang
dilakukan oleh Kabupaten Ponorogo adalah pembangunan sektor kehutanan secara
terpadu yaitu pengelolaan ekologi kawasan pelestarian alam dan pengelolaan sosial-
ekonomi pada daerah sekitar hutan dengan model Social Forestry. Kondisi tersebut
diharpkan pembangunan sektor kehutanan dapat memberikan manfaat langsung
maupun manfaat secara tidak langsung yang mempunyai tujuan dalam rangka
menunjang pembangunan Kabapaten Ponorogo secara keseluruhan.
1. Sektor Pariwisata
a. Potensi
1. Potensi wisata alam berupa telaga, sendang maupun air terjun yang didukung
dengan kegiatan wisata buatan seperti taman wisata Alam Ngembang, Masjid
Tegalsari, dan pusat souvenir khas Ponorogo semakin lengkap dengan dukungan
potensi wisata budaya berupa reog Ponorogo, Larungan dan Grebeg Suro
2. Pemasaran reog Ponorogo sebagai ciri khas Kabupaten Ponorogo sampai dengan
skala Nasional
3. Dukungan masyarakat terhadap kegiatan Reog Ponorogo yang sangat besar mampu
mengangkat kegiatat ini hingga taraf nasional bahkan internasional dan menjadikan
ciri khas bagi Kabupaten Ponorogo
b. Masalah
1. Pengelolaan Kegiatan Wisata belum optimal
2. kurangnya keberadaan akomodasi wisata
3. terbatasnya even-even serta atraksi yang ditawarkan di Kabupaten Ponorogo
4. Potensi pariwisata yang besar dan sangat banyak belum mampu bersaing dalam
skala regional dan nasional, dan banyaknya obyek wisata menjadikan sukar untuk
mengembangkan dalam skala besar secara bersamaan. Kurangnya pengembangan
keterkaitan obyek wisata sebagai satu kesatuan sistem;
5. kurangnya pengembangan atraksi baik oleh pemerintah maupun investor
c. Prospek Pengembangan
1. Pembentukan pengembangan pariwisata dengan sistem unggulan dan pembuatan
paket-paket wisata yang beragam mulai dari wisata alam dan wisata buatan
kemudian ke wisata budaya pada puasat kota.
2. Pembuatan link wisata nasional
3. Menampilkan wisata budaya yang mendunia menjadi daya tarik utama untuk
mempromosikan wisata unggulan Kabupaten Ponorogo
4. keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan kegiatan pariwisata mampu
menciptakan multiplier Effect bagi perekonomian masyarakat
2. Pertambangan
a. Potensi
• Kabupaten Ponorogo memiliki sumber daya potensial yang berupa mineral batuan
yang merupakan salah satu penunjang pembangunan perekonomian di Kabupaten
Ponorogo. Jenis pertambangan bahan galian/tambang meliputi batu kapur, pasir
kuarsa, pasir batu, kalsit, trass, kaolin, bentonit, marmer, zeolit, toseki, feldspar,
piropilit, fospat, emas, tembaga, tanah hitam dan seng.
• Selain itu Kabupaten Ponorogo memiliki potensi gas panas bumi yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber energi seperti pembangkit tenaga listrik dan
pendukung sektor pariwisata, pertanian/perkebunan dan perikanan.
b. Masalah
1. kegiatan pertambangan oleh masyarakat belum optimal karena kurangnya sarana
prasarana masyarakat dan masih dikelola secara tradisional
2. kegiatan pertambangan kurang memperhatikan kelestarian lingkungan di sekitar
kawasan tambang seperti kerusakan lingkungan sungai akibat kegiatan
pertambangan liar (Tanpa Ijin).
3. Kawasan pertambangan belum dikelola dengan baik, terutama penanganan lahan
pasca penambangan, serta belum teridentifikasinya besaran tambang yang ada.
Tanpa adanya reklamasi dan pengembalian pada rona awal, maka eksploitasi
penambangan rawan perusakan lingkungan dalam jangka panjang;
c. Prospek Pengembangan
1. Pengembangan kawasan pertambangan dengan cara mempertimbangkan potensi
bahan galian, kondisi hidrologi dan geologi dalam kaitanya untuk pelestarian alam
2. pengelolahan bekas bahan galian penambangan harus di rehabilitasi struktur
tanahnya dan pengembalian muka tanah dengan tanah subur.
3. penanaman pohon/tanaman keras (jati, mahoni, dll) untuk mengembalikan
kesuburan tanah yang hilang sehingga seoptimal mungkin rona awal dapat
dikembalikan.
Data jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo yang dihasilkan dari proyeksi BPS yaitu
sebesar 865.809 jiwa pada tahun 2014. Kecamatan Ponorogo mempunyai jumlah
penduduk terbesar, yaitu 76.383 jiwa, diikuti Kecamatan Babadan 64.947 jiwa dan
Kecamatan Ngrayun sebanyak 56.237 jiwa. Sementara kepadatan penduduk Kabupaten
Ponorogo pada tahun 2014 mencapai 631 jiwa per km2. Kepadatan penduduk tertinggi
terdapat di Kecamatan Ponorogo yaitu 3.424 jiwa per km2 dan terendah di Kecamatan
Pudak yaitu 190 jiwa per km2.
Tabel 2. 4
Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo
JumlahPenduduk (Jiwa)
No Kecamatan Sex Rasio
Laki- Laki Perempuan Total
1 Ngrayun 28090 28147 56237 99,8
2 Slahung 24271 25170 49441 96,43
3 Bungkal 16990 17564 34554 96,73
4 Sambit 17688 18006 35694 98,23
5 Sawoo 26647 27651 54298 96,37
6 Sooko 10869 11085 21954 98,05
7 Pudak 4598 4691 9289 98,02
8 Pulung 23280 23310 46590 99,87
9 Mlarak 20582 16143 36725 127,5
10 Siman 21695 20974 42669 103,44
11 Jetis 14143 14919 29062 94,8
12 Balong 20353 21303 41656 95,54
13 Kauman 19523 19927 39450 97,97
14 Jambon 19253 19884 39137 96,83
15 Badegan 14608 14739 29347 99,11
16 Sampung 17645 18050 35695 97,76
17 Sukorejo 25609 24947 50556 102,65
18 Ponorogo 37832 38551 76383 98,13
19 Babadan 32568 32379 64947 100,58
2.4. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan
RTRW Kabupaten/Kota
Keseluruhan realisasi anggaran pendapatan daerah pada tahun 2014 adalah sebesar
1.704,809 milyar rupiah, meningkat sebesar 3,79 persen dari yang ditargetkan. Sedangkan
realisasi anggaran belanja pada tahun 2014 sebesar 1.626,511 milyar rupiah atau turun 7,27
persen dari yang ditargetkan.
Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa sampai Desember 2014 posisi dana bank
mencapai 4,23 triliun rupiah, yang meliputi dana dalam bentuk giro sebesar 247,62 milyar
rupiah, deposito 765,15 milyar rupiah dan tabungan 3,2 triliun rupiah. Jumlah koperasi pada
tahun 2014 mencapai 916 unit dengan rincian 26 koperasi berbentuk KUD dan 890 koperasi
Non KUD.
Angka PDRB Kabupaten Ponorogo atas dasar harga berlaku (ADHB) selama kurun waktu
tiga tahun terakhir adalah masing-masing 11.047,55 milyar rupiah (2013), 12.150,33 milyar
rupiah (2014) dan 13.441,45 milyar rupiah (2015).
Sementara angka PDRB Kabupaten Ponorogo atas dasar harga konstan (ADHK) 2011,
selama kurun waktu tiga tahun terakhir masingmasing 10.038,3 milyar rupiah (2011),
10.557,3 milyar rupiah (2014) dan 11.114,27 milyar rupiah (2015). Peranan sektoral terhadap
pembentukan PDRB menurut ADHB tahun 2014, terbesar pada sektor pertanian 31,80
persen. Sedangkan peranan terkecil adalah sektor listrik dan gas yaitu sebesar 0,07 persen.
Dari PDRB atas dasar harga konstan 2011, diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Ponorogo selam tiga tahun terakhir masingmasing 5,98 persen (2013), 5,17
persen (2014), dan 5,28 persen (2015).
i. GAMBARAN TOPOGRAFI
Ketinggian tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis kegiatan penduduk.
Kabupaten Ponorogo terletak pada ketinggian antara 25 - > 1.000 m di atas permukaan
laut, dengan ketinggian terbanyak berada di antara 100 – 500 m di atas permukaan laut.
Kondisi lahan bertopografi datar sampai berbukit.
Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal yang
dinyatakan dalam prosen (%). Kondisi kelerengan di wilayah Kabupaten Ponorogo cukup
beragam dari kemiringan yang relatif datar (0 – 2 %) hingga kemiringan yang tajam (di atas
40%).
Keadaan Hidrologi di Kabupaten Ponorogo terdiri atas sumber – sumber air yang berasal
dari air tanah, air permukaan dan curah hujan. Sebagian daerah yang mempunyai
Wilayah Kabupaten Ponorogo termasuk beriklim tropis dengan suhu rata-rata 27,8° C. Pada
tahun 1998, bulan Maret mempunyai rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 462 dengan
hari hujan 20 dan bulan Agustus mempunyai rata-rata curah hujan terendah sebesar 21
dengan hari hujan 2.