Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI

HIPERTENSI

Disusun oleh :

Aulia Isfahani

UNIVERSITAS MH. THAMRIN


ANALIS KESEHATAN SORE
2018
KATA PENGANTAR
 
          Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada saya sehingga dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
         Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi kita dalam proses
belajar terutama pada mata kuliah “Anatomi Fisiologi” terkhususnya yang berhubungan
dengan Hipertensi
         Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan metode-
metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami  sehingga dapat menambah wawasan
pemikiran para pembaca.
         Dalam penulisan makalah ini, Saya menyadari sepenuhnya adanya kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun.Saya harapkan dari para pembaca agar dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini.
        Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
 

Jakarta,  Desember 2018

Penulis

i
Daftar Isi

A. Kata Pengantar…………………………………………………………………...i
B. Daftar Isi…………………………………………………………………………ii
C. Pengertian Hipertensi…………………………………………………………….
D. Penyebab Hipertensi……………………………………………………………..
E. Gejala Hipertensi…………………………………………………………………
F. Diagnosis Hipertensi……………………………………………………………
G. Pencegahan Hipertensi…………………………………………………………..
H. Kesimpulan……………………………………………………………………….
I. Saran……………………………………………………………………………..
J. Daftar Pustaka……………………………………………………………………

ii
C. Pengertian Hipertensi

Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga


dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronisdengan tekanan darah di arteri meningkat.
Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk
mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik
dan diastolik, tergantung apakah otot jantung berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara
denyut (diastole). Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan
atas) 100–140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 60–90 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi
bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi sekunder. Sekitar
90–95% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan darah tinggi tanpa penyebab
medis yang jelas.[1] Kondisi lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin
menyebabkan 5-10% kasus lainnya (hipertensi sekunder).
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan
jantung), gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit arteri perifer, dan
penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang tekanan darah arteri terkait
dengan harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan pola makan dan gaya hidup dapat
memperbaiki kontrol tekanan darah dan mengurangi risiko terkait komplikasi kesehatan.
Meskipun demikian, obat seringkali diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup
saja terbukti tidak efektif atau tidak cukup dan biasanya obat harus diminum seumur hidup
sampai dokter memutuskan tidak perlu lagi minum obat. Seseorang yang pernah mengalami
tekanan darah tinggi, pada kondisi normal dapat saja mengalami tekanan darah kembali dan ini
yang harus diwaspadai, banyak kasus stroke terjadi pada saat seseorang lepas obat. Dan banyak
orang tidak menyangka bahwa seseorang yang biasanya mengalami tekanan darah rendah suatu
kali dapat juga mengalami tekanan darah tinggi. Oleh karena itu pengontrolan tekanan darah
secara rutin mutlak dilakukan

Berikut ini merupakan tabel klasifikasi atau penggolongan tekanan darah pada orang
dewasa yang disandur dari wikipedia

1
D. Penyebab Hipertensi

 Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling umum, meliputi
sebanyak 90–95% dari seluruh kasus hipertensi. Dalam hampir semua masyarakat
kontemporer, tekanan darah meningkat seiring penuaan dan risiko untuk menjadi
hipertensi di kemudian hari cukup tinggi. Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang
kompleks dan faktor lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit
berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi , demikian juga beberapa gen yang
jarang yang berpengaruh besar pada tekanan darah  tetapi dasar genetik dari hipertensi
masih belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan
darah. Faktor gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya mengurangi
asupan garam dalam makanan, meningkatkan konsumsi buah-buahan dan produk rendah
lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan Hipertensi (diet DASH)). Olah
Raga, penurunan berat badan dan menurunkan asupan alkohol juga membantu
menurunkan tekanan darah. Kemungkinan peranan faktor lain seperti stres, konsumsi
kafein, dan defisiensi Vitamin D kurang begitu jelas. Resistensi insulin, yang umum
ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom X (atau sindrom
metabolik), juga diduga ikut berperan dalam mengakibatkan hipertensi. Studi terbaru juga
memasukkan kejadian-kejadian pada awal kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu
merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi hipertensi esensial
dewasa. Namun, mekanisme yang menghubungkan paparan ini dengan hipertensi dewasa
tetap tidak jelas.

 Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang diketahui. Penyakit ginjal
adalah jenis penyebab sekunder yang umum berasal dari hipertensi. Hipertensi juga bisa
disebabkan oleh kondisi endokrin, seperti sindrom
Cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom
Conn atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma. Penyebab lain
dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti nafas saat
tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis (licorice) yang berlebihan, serta
obat resep, obat herbal, dan obat-obat terlarang.

2
E. Gejala Hipertensi
Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya melalui skrining,
atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa
orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala
dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam telinga), gangguan
penglihatan atau pingsan.
Pada pemeriksaan fisik, hipertensi juga dicurigai ketika terdeteksi adanya retinopati
hipertensi pada pemeriksaan fundus optik di belakang mata dengan menggunakan oftalmoskop.
Biasanya beratnya perubahan retinopati hipertensi dibagi atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang
lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat
memberi petunjuk berapa lama seseorang telah mengalami hipertensi.

 Hipertensi sekunder
Beberapa tanda dan gejala tambahan dapat menunjukkan hipertensi sekunder, yaitu
hipertensi akibat penyebab yang jelas seperti penyakit ginjal atau penyakit endokrin.
Contohnya, obesitas pada dada dan perut, intoleransi glukosa, wajah bulat seperti bulan
(moon facies), "punuk kerbau" (buffalo hump), dan striae ungu menandakan Sindrom
Cushing. Penyakit tiroid dan akromegali juga dapat menyebabkan hipertensi dan mempunyai
gejala dan tanda yang khas. Bising perut mungkin mengindikasikan stenosis arteri
renalis (penyempitan arteri yang mengedarkan darah ke ginjal). Berkurangnya tekanan darah
di kaki atau lambatnya atau hilangnya denyut arteri femoralis mungkin
menandakan koarktasio aorta (penyempitan aorta sesaat setelah meninggalkan jantung).
Hipertensi yang sangat bervariasi dengan sakit kepala, palpitasi, pucat, dan berkeringat harus
segera menimbulkan kecurigaan ke arah feokromositoma.
 Krisis hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi (sistolik lebih atau sama dengan 180
atau diastolik lebih atau sama dengan 110, kadang disebut hipertensi maligna atau akselerasi)
sering disebut sebagai "krisis hipertensi." Tekanan darah di atas tingkat ini memiliki risiko
yang tinggi untuk terjadinya komplikasi. Orang dengan tekanan darah pada kisaran ini
mungkin tidak memiliki gejala, tetapi lebih cenderung melaporkan sakit kepala (22% dari
kasus) dan pusing dibandingkan dengan populasi umum. Gejala lain krisis hipertensi
mencakup berkurangnya penglihatan atau sesak napas karena gagal jantung atau
rasa lesu karena gagal ginjal. Kebanyakan orang dengan krisis hipertensi diketahui memiliki
tekanan darah tinggi, tetapi pemicu tambahan mungkin menyebabkan peningkatan secara
tiba-tiba.
"Hipertensi emergensi", sebelumnya disebut sebagai "hipertensi maligna", terjadi saat
terdapat bukti kerusakan langsung pada satu organ atau lebih sebagai akibat meningkatnya
tekanan darah. Kerusakan ini bisa mencakup ensefalopati hipertensi, disebabkan oleh
pembengkakan dan gangguan fungsi otak, dan ditandai oleh sakit kepala dan gangguan
kesadaran (kebingungan atau rasa kantuk). Papiledema retina dan perdarahan fundus
serta eksudat adalah tanda lain kerusakan organ target. 
3
Nyeri dada dapat merupakan tanda kerusakan otot jantung (yang bisa berlanjut
menjadi serangan jantung) atau kadang diseksi aorta, robeknya dinding dalam aorta. Sesak
napas, batuk, dan ekspektorasi dahak bernoda
darah adalah ciri khas edema paru. Kondisi ini adalah pembengkakan jaringan paru
akibat gagal ventrikel kiri, ketidakmampuan ventrikel kiri jantung untuk memompa cukup
darah dari paru-paru ke sistem arteri. Penurunan fungsi ginjal secara cepat (cedera ginjal
akut/acute kidney injury) dan anemia hemolitik mikroangiopati (penghancuran sel-sel darah)
juga mungkin terjadi. Pada situasi ini, harus dilakukan penurunan tekanan darah secara cepat
untuk menghentikan kerusakan organ yang sedang terjadi. Sebaliknya, tidak ada bukti bahwa
tekanan darah perlu diturunkan secara cepat dalam keadaan hipertensi emergensi bila tidak
ada bukti kerusakan organ target. Penurunan tekanan darah yang terlalu agresif bukan berarti
tidak ada risiko. Penggunaan obat-obatan oral untuk menurunkan tekanan darah secara
bertahap selama 24 sampai 48 jam dianjurkan dalam kedaruratan hipertensi.

 Kehamilan
Hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi pada sekitar 8-10%
kehamilan. Kebanyakan wanita hamil yang mengalami hipertensi memiliki kondisi hipertensi
primer yang sudah ada sebelumnya. Tekanan darah tinggi dalam kehamilan dapat merupakan
tanda awal dari pre-eklampsia, suatu kondisi serius yang muncul setelah melewati
pertengahan masa kehamilan, dan dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Diagnosa
preeklampsia termasuk peningkatan tekanan darah dan adanya protein di dalam
urin. Preeklampsia muncul pada sekitar 5% kehamilan dan bertanggung jawab atas sekitar
16% dari semua kematian ibu secara global. Preeklampsia juga menyebabkan risiko kematian
bayi meningkat hingga dua kali lipat. Biasanya preeklampsia tidak menunjukkan gejala dan
keadaan ini terdeteksi pada pemeriksaan rutin. Bila terjadi preeklampsia, gejala yang paling
umum adalah sakit kepala, gangguan penglihatan (sering dalam bentuk “kilatan cahaya”),
muntah, nyeri epigastrium, dan edema (bengkak). Terkadang preeklampsia bisa berkembang
menjadi kondisi yang mengancam nyawa yang disebut eklampsia. Eklampsia adalah
suatu hipertensi emergensi dan menyebabkan beberapa komplikasi berat, seperti hilangnya
penglihatan, pembengkakan otak, kejang tonik-klonik atau konvulsi, gagal ginjal, edema
paru, dan koagulasi intravaskular diseminata (gangguan pembekuan darah).

 Bayi dan anak


Gagal tumbuh, kejang, iritabilitas, kurang energi, dan kesulitan bernafas bisa
dikaitkan dengan hipertensi pada bayi baru lahir dan bayi usia muda. Pada bayi yang lebih
besar dan anak, hipertensi bisa menyebabkan sakit kepala, iritabilitas tanpa penyebab yang
jelas, lesu, gagal tumbuh, pandangan kabur, mimisan, dan kelumpuhan wajah.

4
F. Diagnosis Hipertensi

Pemeriksaan yang dilakukan pada hipertensi

Sistem Pemeriksaan

Urinalisis mikroskopik, proteinuria,
Renal
darah BUN (ureum) dan/atau kreatinin

Darah natrium, kalium, kalsium, TSH (thyroid-stimulating
Endokrin
hormone).

Metaboli Glukosa darah puasa, kolesterol total,


k kolesterol HDL dan LDL, trigliserida

Lain-lain Hematokrit, elektrokardiogram, dan foto Röntgen dada

Sources: Harrison's principles of internal medicine others

Diagnosis hipertensi ditegakkan saat pasien menderita tekanan darah tinggi secara
persisten. Biasanya, untuk menegakkan diagnosis diperlukan tiga kali pengukuran
sfigmomanometer yang berbeda dengan interval satu bulan. Pemeriksaan awal pasien dengan
hipertensi mencakup anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap. Dengan tersedianya
pemantauan tekanan darah ambulatori 24 jam dan alat pengukur tekanan darah di rumah, demi
menghindari kekeliruan diagnosis pada pasien dengan hipertensi white coat (jenis hipertensi
yang disebabkan oleh stres saat bertemu dokter atau berada dalam suasana medis) telah
dihasilkan suatu perubahan protokol. Di Inggris, praktik terbaik yang dianjurkan saat ini adalah
dengan melakukan follow-up satu kali hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi di klinik
dengan pengukuran ambulatori. Follow-up juga dapat dilakukan, walaupun kurang ideal, dengan
memonitor tekanan darah di rumah selama kurun waktu tujuh hari.
Sekali diagnosis telah ditegakkan, dokter berusaha mengindentifikasi penyebabnya
berdasarkan faktor risiko dan gejala lainnya, bila ada. Hipertensi sekunder lebih sering
ditemukan pada anak usia prapubertas dan sebagian besar kasus disebabkan oleh penyakit ginjal.
Hipertensi primer atau esensial lebih umum pada orang dewasa dan memiliki berbagai faktor
risiko, di antaranya obesitas dan riwayat hipertensi dalam keluarga. 

5
Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab
hipertensi sekunder, dan untuk menentukan apakah hipertensi menyebabkan kerusakan pada
jantung, mata, dan ginjal. Pemeriksaan tambahan untuk diabetes dan kadar kolesterol
tinggidilakukan karena kondisi ini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan
mungkin memerlukan penanganan.
Kadar kreatinin darah diukur untuk menilai adanya gangguan ginjal, yang mungkin
merupakan penyebab atau akibat dari hipertensi. Kadar kreatinin darah saja dapat memberikan
dugaan yang terlalu tinggi untuk laju filtrasi glomerulus. Panduan terkini menganjurkan
penggunaan rumus prediktif seperti formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD)
untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus (eGFR). eGFR juga dapat memberikan nilai
awal/dasar fungsi ginjal yang dapat digunakan untuk memonitor efek samping obat
antihipertensi tertentu pada fungsi ginjal. Pemeriksaan protein pada sampel urin digunakan juga
sebagai indikator sekunder penyakit ginjal. Pemeriksaan Elektrokardiogram(EKG/ECG)
dilakukan untuk memeriksa tanda-tanda adanya beban yang berlebihan pada jantung akibat
tekanan darah tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat menunjukkan adanya penebalan dinding
jantung (hipertrofi ventrikel kiri) atau tanda bahwa jantung pernah mengalami gangguan ringan
seperti serangan jantung tanpa gejala (silent heart attack). Pemeriksaan foto Rontgen
dada atau ekokardiogram juga dapat dilakukan untuk melihat tanda pembesaran atau kerusakan
pada jantung.

6
G. Pencegahan Hipertensi
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak menyadarinya. Diperlukan
tindakan yang mencakup seluruh populasi untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan
meminimalkan kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya hidup
untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat. Pedoman British Hypertension
Society 2004 mengajukan perubahan gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US
National High BP Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi
sebagai berikut:

 Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25 kg/m2).


 Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100 mmol/ hari (<6 g
natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari). Banyak yang tidak menyadari bahwa makanan
ringan dan juga mie instan banyak mengandung garam, demikian juga vetsin yang
sebenarnya adalah monosodium glutamate, karena sodium sebenarnya adalah nama lain
dari natrium.
 Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat (≥30 menit per hari,
pada hampir setiap hari dalam seminggu).
 Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan tidak lebih dari 2
unit/hari pada perempuan.
 Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya, sedikitnya lima porsi per
hari).
Perubahan gaya hidup yang efektif dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-
masing obat antihipertensi. Kombinasi dari dua atau lebih perubahan gaya hidup dapat
memberikan hasil lebih baik.

7
H. Kesimpulan

Seseorang dikatakan terkena hipertensi jika mempunyai tekanan darah sistolik >
140 mmHg dan tekanan darah diastolic > 90 mmHg. Penyakit ini merupakan penyakit
yang berbahaya karena merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dibagi menajadi dua yaitu hipertensi primer atau merupakan
hipertensi yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Yang kedua adalah hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu misalnya
penyakit ginjal, penyakit endokrin atau karena penaykit koartasio aorta.

I. Saran
Setelah membaca makalah ini kami berpesan kepada para pembaca agar:
- Selalu menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan anugerah yang tak ternilai
harganya
- Selalu memperhatikan gizi makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. Makanan
yang bergizi tinggi dapat memenuhi kebutuhan tubuh kita
- Rajin berolah raga

8
J. Daftar Pustaka

Bustan, MN. 2007. Hipertensi dan Faktor Resiko Dalam Kajian Epidemiologi. Makassar

Sitorus, Sampe. 2009. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Sindereng.com

Wikipedia. 2018. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai