Fitri Yani - F0a018006 - Uas Tpi...
Fitri Yani - F0a018006 - Uas Tpi...
FITRI YANI
F0A018006
1
I. PENDAHULUAN
Senyawa CSH ini berupa gel yang akan terus terbentuk selama reaksi
hidrasi dan akan mengisi pori di antara air dan semen yang belum terhidrasi.
Karena volume air dan semen diasumsikan tetap, maka pada akhir reaksi
hidrasi volume pori yang tersisa akan menjadi minimum. Hal ini yang
menjadikan semen bersifat sebagai bahan pengikat (binder) yang mempunyai
kekuatan mekanik. Karena bahan tambahan ini bereaksi dengan Ca(OH)2 dan
1
2
membentuk CSH, maka fraksi volume CSH akan lebih tinggi dan Ca(OH)2 lebih
kecil dibandingkan pada semen Portland.
Selain adanya zat aditif fly ash dan trass, ditambahkan pula limestone yang
berfungsi meningkatkan kuat tekan pada semen. Hal ini terjadi karena
limestone mempunyai bentuk fisik yang mudah halus, sehingga dengan nilai
kehalusan tersebut, limestone dapat menutup rongga-rongga yang terdapat di
dalam semen sehingga bisa meningkatkan kuat tekan. Kehalusan semen akan
mempengaruhi konsistensi normal dan waktu pengikatan. Semakin halus suatu
semen maka semakin besar luas permukaannya, sehingga air yang diperlukan
untuk mencapai konsistensi normal semakin tinggi. Reaksi hidrasi dan waktu
pengikatan semakin cepat, serta panas hidrasi dan kuat tekan semakin tinggi,
bila semen terlalu kasar maka kuat tekan, plastisitas, dan kestabilannya akan
rendah. Pada
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2. Memberikan informasi uji kuat tekanan pada semen Portland semen dan
hasil analisa.
4
2.1 Semen
Semen adalah bahan-bahan yang mengandung mineral kapur (CaO),
alumina (Al2O3), dan besi oksida (Fe2O3). Sember bahan baku tersebut dapat
diperoleh dari berbagai jenis batuan dan mineral yang mengandung keempat
senyawa oksida tersebut. Bahan campuran semen diantaranya adalah batu
kapur, tanah liat, pasir silika dan pasir besi. Sumber kapur pada semen
diperoleh dari limestone yaitu bahan yang paling besar proporsinya. Clay dan
shale merupakan sumber silika dan alumina, sedangkan besi oksida diperoleh
dari penambangan pasir besi. Desain campuran yang tepat sesuai dengan
kualitas jenis semen yang akan diproduksi dipengaruhi oleh proporsi dan
komposisi kimia masing-masing bahan baku. Pada indutri semen terdapat dua
jenis proses, yaitu dry process dan wet process. Pada dry process tahapan
peggilingan (grinding) dan pencampuran (blending) bahan baku dilakukan dalam
proses kering, namun pada wet process, campuran bahan bakunya dilakukan
pada kondisi basah (Hidayat, 2009).
Semen hidraulik campuran kapur (CaO) dengan abi vulkanik kering
bereaksi perlahan dengan air pada suhu rendah membentuk padatan yang
awet. Semen Portland merupakan campuran serbuk gerusan halus dari
senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh reaksi dari kapur, silika, alumina dan
besi oksida pada suhu tinggi. Kapur (CaO) dapat berasal dari batu gamping atau
tambang kapur dan silika (SiO2) serta alumina (Al2O3) sering diperoleh dalam
lempung atau terak (slag). Komposisi terak bervariasi tetapi dapat dikatakan
sebagai aluminium silikat dengan rumus hampiran CaO Al2O3..(SiO2)2. Lelehan
terak memadat menjadi klinker (kerak) tanur sembur (blast furnace clinkers) jika
didinginkan tiba-tiba dengan memasukkannya kedalam air, material ini digerus
dan digiling menjadi serbuk halus, dicampur dengan kapur dalam
perbandingan yang benar dan dibakar dalam tanur putar horizontal pada suhu
sampai 15000C untuk menghasilkan klinker semen (semen mentah). Tahap
terakhir yang berupa penambahan gips (CaSO4.2H2O) untuk memperpanjang
waktu pemadatan (setting) akan mengakhiri proses pembuatannya (Oxtoby et
al., 2003).
Menurut Cassiophea (2013), bahwa semen portland adalah hasil
industri dari paduan bahan baku batu kapur atau gamping dan
lempung atau tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
akhir berupa padatan berbentuk bubuk atau bulk. Untuk menghasilkan
Semen Portland, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian
5
Gambar 1. Limestone
b. Batu Silika (SilicaStone / SiO2)
Batu Silika adalah bahan mentah semen yang kaya akan silika dioksida
dan alumina yang merupakan bahan aditif dan bahan untuk mengkonfersikan
kekurangan komposisi kimia pada pembuatan semen. Senyawa-senyawa yang
terkandung dalam batu silika ± 68% SiO2, ±13% Al2O3, ±16% Fe2O3, dan ±1%
CaO, batu silika digunakan sebanyak 10 %.
Batu silika semen padang diperoleh dari deposit dari bukit ngalau yang
merupakan pertambangan milik PT. Semen Padang. Pertambangan ini berada
1,5 km dari pabrik dengan luas ± 60 hektar. Kebutuhan batu silika untuk
6
seluruh produksi PT Semen Padang adalah 4.500 ton/hari dengan kadar air
SiO2 minimal 65% .
Gambar 2. Silikastone
c. Tanah Liat (Clay / Al2O3)
Tanah liat adalah senyawa alumina silika yang dalam pembuatan
semen adalah sebagai sumber alumina oksida (Al2O3) dan dipakai
sebanyak 8 %. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam tanah liat
adalah ± 42% SiO2, 27% Al2O3, 3-7% Fe2O3.
Untuk pengambilannya tanah liat diperoleh dari bukit atas, namun
karena depositnya yang semakin sedikit, maka saat ini penyediaan
tanah liat dilakukan oleh pihak ke-3, yaitu PT. Igasar dan PT. Yasiga
Andalas digunung Sarik.
Gambar 3. Clay
d. Pasir Besi (Irond Sand / Fe2O3)
Pasir besi digunakan sebagai sumber Fe2O3 dengan kandungan 53%
dan dipakai sebanyak 1-2 % dalam proses produksi yang didatangkan dari
Cilacap. Pasir besi ini berfungsi untuk memberi warna gelap pada semen dan
secara teoritis sebagai fluks dalam pembakaran dan menurunkan C 3A. selain
ironsand juga dapat digunakan copper slag.
Untuk pemakaian pasir besi di PT. Semen Padang didatangkan dari PT
Aneka Tambang Cilacap.
7
Gambar 4. Irondsand
Bahan baku tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan semen
adalah gypsum alam yang di impor dari Thailand dan Gypsum sintesis dari
Petrokimia Gresik sebanyak 17.000 ton/tahun. Gypsum digunakan sebagai
sumber kalsium sulfat (CaSO4.2H2O) dengan reaksi pembentukan menghasilkan
sedikit panas. Gypsum berfungsi sebagai zat pengatur proses setting atau
penahan agar semen tidak cepat mengering dan mengeras. Penambahan
gypsum pada klinker berfungsi sebagai retarder yaitu zat yang dapat
mengendalikan atau mengatur proses pengerasan semen atau mengatur
kecepatan reaksi bila ditambah air.
Bahan aditif / material Ke-3, bahan ditif merupakan bahan
mentah yang ditambahkan ke dalam rawmix atau klinker untuk
menghasilkan semen jenis tertentu. Bahan aditif yang digunakan adalah
:
a. Pozzolan, berfungsi sebagai kuat tekan dan umur panjang pada bangunan.
b. Lime Stone, berfungsi sebagai kekuatan semen, nilai kehalusan dan residu.
c. Fly Ash, berfungsi sebagai kuat tekan dan memiliki kemampuan mengikat.
8
besar luas permukaannya, sehingga air yang diperlukan untuk mencapai konsistensi
normal semakin tinggi. Reaksi hidrasi dan waktu pengikatan semakin cepat, serta panas
hidrasi dan kuat tekan semakin tinggi. Bila semen terlalu kasar maka kuat tekan,
plastisitas, dan kestabilannya akan rendah.
(limestone) yang semakin besar pada blended cement, maka kadar CaO yang
diperoleh semakin tinggi. Hal ini disebabkan unsur terbanyak dari batu kapur
adalah CaCO3 dengan kandungan CaCO3 di dalam limestone berkisar antara 80-
99%. Di samping itu juga merupakan senyawa yang bereaksi dengan senyawa
silika, alumina, dan besi yang akan membentuk senyawa potensial penyusun
utama semen yaitu C3S dan C2S. Penentuan kadar CaO tidak ada batasan
khusus yang diberikan SNI 15-7064-2004. Penambahan aditif limestone yang
semakin besar pada blended cement berpengaruh pada penurunan kadar MgO.
MgO diperoleh dari peruraian (dekomposisi) dolomite, CaCO 3, dan MgCO3 yang
terdapat dalam batu kapur dan kandungan oksida logam MgO juga bisa berasal
dari mineral-mineral tanah liat. Standar SNI 15-7064-2004 untuk kadar MgO
adalah maksimum 6.0%. Kadar MgO yang terlalu tinggi di dalam semen pada
efek jangka panjang menyebabkan semen mengalami ekspansi sehingga dapat
menimbulkan kerusakan pada konstruksi bangunan. Selain itu juga
menyebabkan kualitas semen menurun. Gypsum ditambahkan dalam semen
bertujuan untuk mengatur pengikatan semen selama proses hidrasi
berlangsung (sebagai retarder). Pada hidrasi semen C 3A segera bereaksi dengan
air membentuk 3CaO.Al2O3.3H2O senyawa ini bereaksi dengan air membentuk
ettringite. Namun bila terlalu banyak gypsum akan menimbulkan kerugian pada
sifat ekspansi (keretakan semen) dan menurunkan kuat tekan. Penambahan
aditif (limestone) yang meningkat pada blended cement berpengaruh pada
penurunan kadar SO3. Batas maksimum yang ditentukan oleh SNI 15-7064-
2004 adalah maksimum 4,0%. Tingginya kadar SO3 di dalam semen terjadi
karena kadar SO3 di dalam clinker terlalu tinggi sebesar 1,17% sehingga SO 3
yang seharusnya hanya disumbangkan oleh gypsum dapat tambahan dari
clinker dan clinker merupakan komponen utama dalam semen. Tingginya
kandungan SO3 dalam clinker diakibatkan adanya sirkulasi dalam proses
pembakaran di dalam tanur putar.
4.3 Uji Kuat Tekan Semen (Compressive Strength)
Kuat tekan dapat diartikan sebagai kemampuan suatu material
menahan suatu beban tekan. Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting
bagi semen. Perbedaan kuat tekan semen dapat dilihat dari komposisi mineral,
kandungan kapur bebas, magnesium, kandungan gypsum, temperatur,
perbandingan air dengan semen, kualitas agregat, cara pengerjaan, dan
perlakuan. Kecepatan pengembangan kuat tekan semen sangat dipengaruhi
oleh komposisi kimia mineral semen yang ada, seperti telah kita ketahui bahwa
semen mengandung 4 mineral utama yaitu C 3S, C2S, C3A, dan C4AF yang
mempunyai reaktifitas masing-masing berbeda sewaktu bertemu dengan air.
12
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan data analisis komposisi kimia seman menunjukkan bahwa
pengaruh penambahan aditif limestone terhadap kualitas komposisi kimia
blended cement yaitu semakin banyak aditif limestone yang ditambahkan
pada blended cement maka kualitas komposisi kimia blended cement
semakin rendah. Berdasarkan analisis kuat tekan semen, kuat tekan semen
yang baik apabila nilai kuat tekan selama 1 hari, 3 hari, 7 hari, dan 28 hari
semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, didapat harga kuat tekan
semen yang tertinggi yaitu nilai kuat tekan pada umur 2 hari.
2. Dalam pengujian ini, digunakan standar ASTM C 109. Alat yang digunakan
adalah mixer mortar, bowl, paddle, pisau, caliper, flow table, container,
tamper, cube mold, cabinet, tempat perendaman, toni teknik, kuas, dan lap.
Bahan yang digunakan adalah semen, air, dan pasir.
5.2 Saran
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka disarankan bahwa :
1. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut hasil penambahan aditif limestone
terhadap kualitas komposisi kimia seharusnya lebih bervariasi penambahan
aditif limestone agar dapat membandingkan hasilnya.
2. Pada analisa uji tekanan semen agar didapatkan akurat diperhatikan pada
proses pengadukan menggunakan mixer mortar agar tercampur sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Octoby, D.W., Gillis. H.P dan Nachtrieb. N.H. 2009. Kimia Modern Edisi Keempat
Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Semen
16
17
Fitri Yani
F0A018006
Dosen Pengampu:
1. Dr. Leny Marlinda, S.T., M.T.
2. Heriyanti, S.T., M.Sc., M.Eng.
3. Edwin Permana, S.T., M.T.
Hasil
XRF
Hasil
19
Hasil
20