Anda di halaman 1dari 12

PS.

Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

2.1 Proses Terjadinya Hujan


Presipitasi termasuk di dalamnya adalah hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es.
Di daerah tropis termasuk Indonesia yang memberikan sumbangan paling besar adalah
hujan. Syarat-syarat terjadinya hujan adalah adanya kenaikan udara yang mengandung
uap air dan kemudian menjadi dingin dan terjadi kondensasi. Air berkondensasi dari gas
(vapor) menjadi cair (liquid). Bila suhu mencapai di bawah titik beku maka akan
terbentuk kristal es. Kondensasi memerlukan suatu ruang atau tempat yang dinamakan
inti kondensasi (condentation nucleus) dimana molekul air menyatu dengan sendirinya.
Partikel debu yang mengambang di udara dapat berfungsi sebagai inti kondensasi,
partikel ini mengandung ion yang merupakan inti yang efektif karena secara
elektrostatis dapat menarik molekul air. Ion yang berada di atmosfer terdiri dari partikel
garam (evaporasi dari laut), ulfur, dan nitrogen. Diameter dari partikel ini berkisar
antara 10-3 - 10µm dan nama dari partikel ini adalah aerosol.
Butir-butir air yang kecil makin membesar karena kondensasi dan karena saling
menyatu dengan sesamanya selama terbawa oleh udara yang turbulen, sampai cukup
besar sehingga gaya gravitasi mengakibatkan butir-butir air ini jatuh sebagai hujan.
Pada waktu jatuhnya butir-butir air ini terjadi proses evaporasi sehingga ukuran butiran
air mengecil dan terbawa kembali menjadi aerosol melalui aliran udara turbulen.
Kekuatan arus udara + 0,5 cm/s cukup untuk membawa 10µm butir air. Kristal es
dengan berat yang sama dapat terbawa dengan kecepatan yang lebih rendah karena
memiliki ukuran yang lebih besar.
Siklus kondensasi dari jatuhnya butir air, evaporasi dan naiknya butir air ke udara
terjadi rata-rata 10 kali sebelum mencapai ukuran kritis + 0,1 mm, dimana cukup besar
untuk jatuh sebagai hujan.

II - 1
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Butir air cukup


berat untuk
jatuh (~ 0,1
mm )

Beberapa Beberapa
butir air butir air
Ukuran mengecil bertambah
butiran air karena besar karena
bertambah evaporasi saling beradu
besar dan melekat
satu sama lain

Butir air Butir air dengan


terbentuk ukuran 3 – 5 mm
akibat pecah
kondensasi

Udara Hujan jatuh (0,1 –


lembab 3 mm)

sumber : Chow, Maidment, May, Larry, Applied Hydrologi, 1988

2.2 Tipe Hujan


Hujan Konvektif, Terjadi di daerah tropis pada musim kemarau dimana udara yang
berada dekat dengan permukaan tanah mengalami pemanasan yang intensif. Pemanasan
menyebabkan rapat massa berkurang, sehingga udara basah naik ke atas dan mengalami
pendinginan sehingga terjadi pendinginan dan kondensasi. Lihat gambar 1.

II - 2
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Udara Awan
panas

Gambar 2.1 Hujan Konvektif

Hujan Siklonik, Terjadi jika massa udara yang relatif ringan bertemu dengan massa
udara yang relatif berat, maka udara panas yang lembab dan ringan akan bergerak ke atas
udara yang dingin dan berat sehingga terjadilah kondensasi dan terjadilah hujan. Hujan
siklonik mempunyai sifat terjadi dalam waktu pendek dan penyebaran terbatas.

Udara Awan
panas
Udara
dingin

Gambar 2.2 Hujan Siklonik

Hujan Orografik, Jika massa udara lembab terangkat ke atas oleh angin yang terangkat
karena adanya gunung, pegunungan, daratan tinggi sehingga terbentuk awan dan hujan.
Sisi gunung yang dilalui oleh udara tersebut banyak mendapat hujan yang disebut lereng
hujan sedangkan sisi belakangnya yang dilalui udara keringdisebut lereng bayangan
hujan. Lihat gambar 3.

II - 3
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Awan

Daerah
bayangan
hujan

Gambar 2.3 Hujan Orografik

Faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi :


 Adanya uap air di Atmosphere
 Faktor-faktor meteorologis
 Lokasi daerah, sehubungan dengan sistim sirkulasi secara umum
 Rintangan yang disebabkan oleh gunung-gunung dan lain - lain.

2.3 Pencatat Hujan


Data-data tinggi hujan atau besarnya curah hujan hanya bisa ditentukan dengan
pengukuran langsung dengan alat pengukur hujan atau juga disebut takaran hujan rain
gauge. Dilihat dari cara kerjanya terdapat 2 jenis yaitu :

1. Alat pengukur/penakar hujan biasa


2. Alat pengukur/penakar hujan automatis (automatic rain-gauge/recorder)
Istilah presipitasi selanjutnya, hanya diartikan sebagai jumlah air hujan yang terukur/
tertampung dalam alat pencatat hujan. Satuan hujan dalam : mm atau inch.

Tujuan pengukuran : mengukur banyaknya dan intensitas hujan yang turun pada
permukaan datar tanpa memperhatikan adanya infiltrasi, pengaliran atau penguapan.

1) Alat penakar hujan biasa


Pada dasarnya alat ini terdiri dari : corong dengan diameter tertentu (umumnya 8")
diperlengkapi dengan cincin bibir tajam agar ada batas yang tajam antara air yang masuk

II - 4
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

dalam corong dan yang tidak diukur, cincin bibir terbuat dari lembaga atau kuningan agar
tidak mudah berkarat, dengan adanya pipa pada corong, diharapkan kemungkinan
penguapan dapat di perkecil dan dapat diabaikan dalam menentukan tinggi hujan. Botol
penampung air hujan, penopang corong dan sebuah gelas ukur. Tiap hari / pagi hari,
corong penangkap hujan diangkat, botol diambill dan diganti yang kosong. Air di dalam
botol penampung diukur dengan memakai gelas ukur, untuk mengukur jumlah hujan
yang dinyatakan dalam mm atau (inch) tiap 1 hari atau 24 jam, misalnya h = 15 mm/24
jam. Sebelum pengukuran dilakukan harus sudah mempunyai data komulatif
sebelumnya (hujan kumulatif untuk periode 24 jam).

Sedangkan untuk berbagai keperluan dan analisa dibutuhkan intensitas hujan yang terjadi
dalam satuan waktu tertentu (mm/jam).

 Penakar biasa

Corong dengan luas permukaan


datar (A)

h > 1,5 m 𝑉
𝑑=
h < 0,4 m
𝐴
V

 Penakar rata tanah

Kisi-kisi agar rumput tidak


Pasir, untuk mencegah cipratan
tumbuh
air

II - 5
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

 Penakar hujan Inggris

A Perisai

H = 1 m (WHO)

H = 0,4 m (Inggris)

3m
Gambar 2.4 Alat pengukur/penakar hujan biasa

Kerugian alat pengukur hujan biasa

 Pada hujan lebat, kemungkinan air berada pada tabung luber, sehingga hasil
pengukuran tidak memperlihatkan keadaan sebenarnya.
 Sejumlah air (± 1%) tidak merupakan pengaruh hujan, misal proses kohesi.
 Intensitas (jumlah hujan/satuan waktu) tidak bisa didapat dengan merata-ratakan
jumlah hujan dalam 1 hari/24 jam, karena pada umumnya hujan tidak turun terus-
menerus selama 24 jam dan nilai kederasan serta intensitas penuangan air yang
berbeda memberi pengaruh yang berbeda.

Syarat-syarat penempatan alat pengukur hujan biasa (operational hydrologis).

 Harus diletakan di tempat yang bebas halangan, supaya tidak ada pengaruh hujan
tidak langsung misalnya : pengaruh air tumbuh-tumbuhan yang terbawa angin.
Umumnya 45% terhadap horizontal tidak ada halangan, atau alat tersebut di tempatkan

II - 6
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

pada jarak antara 2 sampai 4 x tinggi objek terdekat.


 Mulut penakar diletakkan + 120 cm dari permukaan tanah, untuk mencegah adanya
air hujan yang terpantul dan tidak boleh miring, sebab dengan miringnya mulut penakar
berarti lebih sedikit air yang tertampung dan makin tinggi mulut penakar makin
banyak koreksi yang harus dilakukan terhadap hasil pengukuran.
 Alat pengukur hujan tidak pernah di etakkan pada tepi atau di atas bukit, apabila
masih bisa memilih lokasi yang datar, pilihan lokasi pada tepi/di atas bukit dapat
dilakukan asal di tempat terlindung dari angin kencang/puyuh.
 Harus dipagari, supaya tidak terganggu oleh binatang/manusia. Jarak alat terhadap
pagar lebih kurang 2 sampai 4 kali tinggi pagar.
 Diusahakan dekat dengan tenaga pengamat.
 Syarat-syarat teknis alat harus dipenuhi (harus standard).

2) Alat Penakar H u j a n Automatik


3 (tiga) tipe alat perekam hujan automatis adalah :

 Weighing bucket rain-gauge


 Float type rain gauge
 Tipping bucket rain gauge
Alat perekam hujan i n i , d apat dipakai juga untuk menentukan kecepatan atau kederasan
hujan untuk suatu jangka waktu pendek.

Prinsip kerja :

1. Bucket atau cawan atau tempat penampungan air diletakkan di atas pegas yang dapat
bergerak turun apabila dibebani (air hujan).
2. Pinsil atau alat tulis dikaitkan pada bucket dan dihubungkan dengan gulungan kertas
grafik.
3. Gulungan kertas grafis dapat selalu berputar dari tenaga baterai/accu.
4. Bila terjadi hujan, bucket akan bergerak turun karena beban air dan pinsil akan
menggores kertas grafis sehingga membentuk garis gratis turun sesuai dengan tingkat
kederasan hujan.
5. Intensitas hujan adalah perbandingan antara tinggi hujan dengan waktu hujan

II - 7
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Intensitas hujan a = A h / A t ( mm/jam )

Gambar 2.5 Prinsip Kerja Penakar Hujan Automatik

a. Weighing bucket rain gauge


(Type yang sering dipakai)

Pergerakan ember dikarenakan pertambahan berat akibat air, diteruskan ke pena


yang akan merekam pergerakannya di atas grafik. Silinder yang dibungkus dengan
kertas milimeter blok berputar sesuai dengan waktu.

Grafik dan silinder ini dikendalikan oleh jam.

II - 8
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

Gambar 2.6 Weighing bucket rain gauge

b. Fload type automatic rain gauge


Alat ukur hujan ens sifon, dengan prinsip cara kerja sebagai berikut :

 corong menerima air hujan; kemudian masuk ke tabung di bawahnya.


 pelampung naik, sebagaimana permukaan m.a. naik di dalam tabung di bawah.
 pergerakannya direkam oleh pena dengan bergeraknya slinder/grafik berikut
waktu/jamnya.
 untuk membatasi besarnya tabung, maka dipasang pipa isap (hevel), bila air dalam
tabung naik melampaui batas tertentu (mencapai batas syphon atas), pipa isap
akan bekerja sebagai syphon sehingga air meluap ke luar, maka seluruh air pada
tabung terkosongkan.

c. Tipping bucket type rain-gauge


(Alat pengukur hujan tipe penampung bergerak).

Sesuai dengan fungsinya atas ini dikategorikan menjadi penampung bagian atas
terdiri tabung dan corong.

Penampung bagian bawah dilengkapi dengan penampung bergerak (tipping bucket),


bentuknya simetris, dapat bergerak pada sumbunya simetris, dapat bergerak pada

II - 9
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

sumbu horizon. Apabila sebelah pihak terisi penuh, maka titik berat berubah, bucket
bergerak, air tumpah membawa pihak yang satunya kepada posisi di bawah corong,
dan seterusnya.

Gambar 2.7 Tipping bucket gauge

Penakar hujan type tipping bucket ini jarang dipakai, karena :

 Kesulitan pengukuran laju presipitasi dalam kertas rekaman pada interval pendek
selama hujan lebat.
 Alat ini harus dikalibrasi (ditera/dikoreksi) terhadap intensitas dengan
menggunakan alat penakar biasa.
 Hujan yang tertampung cenderung mengandung karat dan kotoran dari
poros/sumbunya.
 Tidak ada hujan yang tercatat selama bergeraknya penampung.

d. Pengukuran hujan dengan radar


Cara terbaru mengukur hujan adalah dengan microwave radar, radar dipakai untuk
mendapatkan informasi kasar dari distribusi hujan.

Prinsip kerja

Layar radar menginterpretasikan intensitas hujan, apabila jumlah refleksi energi


tergantung kepada : ukuran butir-butir hujan dan jarak terhadap pemancar

II - 10
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

(pendekatan).

2.4 SEBAB-SEBAB KESALAHAN DALAM MEREKAM PENGUKURAN (ALAT


PENAKAR HUJAN AUTOMATIK)

1. Kesalahan dalam membaca skala.


2. Kehilangan air hujan yang tidak terukur akibat percikan air dan akibat angin.
3. Kemiringan mulut penakar/collector mempengaruhi jumlah air yang tertangkap
beda 10% kemiringan menyebabkan 1,5 % pengurangan air hujan.
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN ALAT PBNGUKUR HUJAN OTOMATIS

1. Hujan direkam secara otomatis, sehingga tidak perlu ditunggui terus menerus dan
dapat di letakkan pada lokasi yang jauh dari pengamat.
2. Hasil rekaman memberikan gambaran terhadap nilai itensitas setiap saat.
3. Dapat memperkecil kesalahan pembacaan.
KERUGIAN

1. Biaya lebih mahal.

2. Kesalahan elektris dan mekanik bisa terjadi.

2.5 Kriteria Pemilihan Alat Pengukur Hujan


1. Mutu atau kualitas alat
2. Sebanding dengan alat-alat pengukur hujan yang sudah ada di daerah yang sama.
3. Biaya pemasangan,
4. Kesulitan pemeliharaan (sehubungan dengan mudah masuknya debu dan kotoran),
kesulitan untuk diobservasi/ditinjau.
5. Tidak mudah rusak/dicuri.

2.6 Kriteria Penentuan Jumlah/Keterangan/Kerapatan Jaringan Pos-pos Hujan/


Klimatologi
1. Tujuan dari study, misal untuk distribusi hujan, mencari data hujan rata2, surface run

II - 11
PS. Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana

off
2. Sifat klimatologi daerah tersebut (misal ; homogen atau heterogen).
3. Keadaan daerah yang bersangkutan (misal : keadaan tanahnya yang memungkinkan
pengembangan pertanian dan sebagainya).
4. Jumlah pengamat.

Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian Presipitasi dan berikan contoh-contoh yang terjadi di bumi.
2. Sebutkan alat penakar hujan Automatik yang saudara ketahui dan jelaskan prinsip
cara bekerjanya.
3. Jelaskan cara-cara penempatan Pos Meteorologi dan alat penakar hujan di lapangan
dan berikan sketsanya.
4. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing dari pemakaian alat penakar hujan
biasa dan alat penakar hujan automatik.
5. Jelaskan kriteria pemilihan pemakaian alat penakar hujan yang saudara rencanakan
dan berikan pertimbangannya.

II - 12

Anda mungkin juga menyukai