Anda di halaman 1dari 6

Etiologi dan Faktor Risiko

Di negara-negara maju anemia aplastik sering bersifat idiopatik. Kelainan ini


dapat dipicu oleh obat-obatan seperti kloramfenikol dan felbamate atau oleh toksin
seperti benzene. Anemia aplastik dapat terjadi setelah infeksi, khususnya hepatitis
dan mononucleosis infeksiosa. Imunokompresi hematopoiesis diduga merupakan
mekanisme penting pada pasien anemia aplastic pasca-infeksi dan idiopatik.1
Penyakit ini lebih jarang dijumpai di negara Barat dibandingkan di Asia termasuk
Indonesia, perbedaan insidens ini diperkirakan oleh karena adanya faktor lingkungan
seperti pemakaian obat-obat yang tidak pada tempatnya, pemakaian pestisida serta
insidens virus hepatitis yang lebih tinggi. Secara etiologi, anemia aplastik dibagi 2
golongan besar yaitu faktor kongenital dan faktor didapat.2
Tabel 2
1. Klasifikasi Etiologi Anemia Aplastik

Primer
1. Kelainan Kongenital
1. Fanconi
2. Nonfanconi
3. Dyskeratosis kongenital
2. Idiopatik
Sekunder
1. Akibat radiasi, bahan kimia atau obat
2. Akibat obat – obat idiosinkratik
3. Karena penyebab lain : Infeksi virus : hepatitis virus /virus lain

Etiologi terkait Anemia Aplastik.3,4


1. Anemia Aplastik yang Didapat (Acquired Aplastic Anemia)
Infeksi  Hepatitis-associated, typically seronegative
 Epstein-Barr Virus
 Cytomegalovirus
 Parvovirus (krisis aplastik sementara, pure red cell aplasia)
 Infeksi Mycobacterial
 Human Immunodeficiency Virus
 Human Herpes Virus 6
 Varicella Zoster Virus
 Measles/Campak
 Adenovirus
 Dan lain-lain
Nutritional  Defisiensi Tembaga
 Vitamin B12
 Folic acid
Obat-obatan  Non-steroidal anti-inflammatory drugs
Toxic Indometasin, fenilbutazon, naproxen, diklofenak,
 Idiosyncratic piroksikam, sulfasalazine
 Antibiotik:
Kloramfenikol (tidak ada bukti untuk tetes mata dan
tablet), sulphonamide, kotrimoksazol, linezolid
 Antikonvulsan:
Fenitoin, carbamazepine
 Sulfonamides
 Many additional agents rarely associated with aplastic anemia
 Chloramphenicol
Chemicals  Benzene
 Inseksitisida
 Pestisida: Organoklorin dan organofosfat,
pentachlorophenol, DDT dan karbamat
Lain-lain  Penyakit-penyakit Imun
     Eosinofilik fasciitis
Systemic lupus erythematosus
     Hipoimunoglobulinemia
     Timoma dan carcinoma timus
     Penyakit graft-versus-host pada imunodefisiensi
 Graft-versus-Host-Disease
 Radiasi
Idiopathic  Etiologi yang tidak diketahui, istilah ini dapat digantikan
dengan istilah “Immune-mediated Aplastic Anemia”

Anemia Aplatik yang diturunkan (Inherited Aplastic Anemia)


Anemia Fanconi
   Diskeratosis kongenita
   Sindrom Shwachman-Diamond
   Disgenesis reticular
   Amegakariositik trombositopenia
   Anemia aplastik familial
   Preleukemia (monosomi 7, dan lain-lain.)
   Sindroma nonhematologi (Down, Dubowitz, Seckel)

Faktor Risiko Anemia Aplastik


Faktor risiko terjadinya anemia aplastik, antara lain:
 Berasal dari wilayah Asia. diperkirakan oleh karena adanya faktor lingkungan
seperti pemakaian obat-obat yang tidak pada tempatnya, pemakaian pestisida
serta insidens virus hepatitis yang lebih tinggi
 Memiliki kelainan sistem imun misalnya penyakit autoimun seperti lupus
 Mengidap kanker sehingga menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
 Terpapar lama pada zat kimia berbahaya.
 Pemakaian obat-obatan seperti kloramfenikol dalam jangka panjang
 Riwayat keluarga dengan penyakit anemia aplastik
Radiasi
Aplasia sumsum tulang merupakan akibat akut yang utama dari radiasi
dimana stem sel dan progenitor sel rusak. Radiasi dapat merusak DNA dimana
jaringan- jaringan dengan mitosis yang aktif seperti jaringan hematopoiesis sangat
sensitif. Bila stem sel hematopoiesis yang terkena maka terjadi anemia aplastik.

Radiasi dapat berpengaruh pula pada stroma sumsum tulang dan


menyebabkan fibrosis. Efek radiasi terhadap sumsum tulang tergantung dari jenis
radiasi, dosis dan luasnya paparan sumsum tulang terhadap radiasi. Radiasi
berenergi tinggi dapat digunakan sebagai terapi dengan dosis tinggi tanpa tanda-
tanda kerusakan sumsum tulang asalkan lapangan penyinaran tidak mengenai
sebagian besar sumsum tulang.
Pada
pasien yang menerima radiasi seluruh tubuh efek radiasi tergantung dari
dosis yang diterima. Efek pada sumsum tulang akan sedikit pada dosis kurang
dari 1 Sv (ekuivalen dengan 1 Gy atau 100 rads untuk sinar X). Jumlah sel darah
dapat berkurang secara reversibel pada dosis radiasi antara 1 dan 2,5 Sv (100 dan
250 rads). Kehilangan stem sel yang ireversibel terjadi pada dosis radiasi yang
lebih tinggi. Bahkan pasien dapat meninggal disebabkan kerusakan sumsum
tulang pada dosis radiasi 5 sampai 10 Sv kecuali pasien menerima transplantasi
sumsum tulang. Paparan jangka panjang dosis rendah radiasi eksterna juga dapat
menyebabkan anemia aplastik.

Bahan-bahan Kimia
Bahan
kimia seperti benzene dan derivat benzene berhubungan dengan
anemia aplastik dan akut myelositik leukemia (AML). Beberapa bahan kimia
yang lain seperti insektisida dan logam berat juga berhubungan dengan anemia
yang berhubungan dengan kerusakan sumsum tulang dan pansitopenia.
Obat-obatan
Anemia
aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat
berlebihan. Praktis semua obat dapat menyebabkan anemia aplastik pada
seseorang dengan predisposisi genetik. Yang sering menyebabkan anemia aplastik
adalah kloramfenikol. Obat-obatan lain yang juga sering dilaporkan adalah
fenilbutazon, senyawa sulfur, emas, dan antikonvulsan, obat-obatan sitotoksik
misalnya mieleran atau nitrosourea.

Infeksi
Anemia aplastik dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus hepatitis,
virus Epstein-Barr, HIV dan rubella. Virus hepatitis merupakan penyebab yang
paling sering. Pansitopenia berat dapat timbul satu sampai dua bulan setelah
terinfeksi hepatitis. Walaupun anemia aplastik jarang diakibatkan hepatitis akan
tetapi terdapat hubungan antara hepatitis seronegatif fulminan dengan anemia
aplastik. Parvovirus B19 dapat menyebabkan krisis aplasia sementara pada
penderita anemia hemolitik kongenital (sickle cell anemia, sferositosis herediter,
dan lain-lain). Pada pasien yang imunokompromise dimana gagal memproduksi
neutralizing antibodi terhadap Parvovirus suatu bentuk kronis red cell aplasia

5,6,7
dapat terjadi.

Infeksi
virus biasanya berhubungan dengan supresi minimal pada sumsum
tulang, biasanya terlihat neutropenia dan sedikit jarang trombositopenia. Virus
dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang secara langsung yaitu dengan
infeksi dan sitolisis sel hematopoiesis atau secara tidak langsung melalui induksi
imun sekunder, inisiasi proses autoimun yang menyebabkan pengurangan stem

4
sel dan progenitor sel atau destruksi jaringan stroma penunjang.

Faktor Genetik
Kelompok
ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan sebagian
dari padanya diturukan menurut hukum mendell, contohnya anemia Fanconi.
Anemia Fanconi merupakan kelainan autosomal resesif yang ditandai oleh
hipoplasia sumsung tulang disertai pigmentasi coklat dikulit, hipoplasia ibu jari
atau radius, mikrosefali, retardasi mental dan seksual, kelainan ginjal dan limpa.
Meskipun anemia aplastik paling banyak bersifat idiopatik, namun faktor
herediter juga diketahui dapat menyebabkan terjadinya anemia aplastik yang
diturunkan. Beberapa etiologi anemia aplastik yang diturunkan antara lain
pansitopenia konstitusional Fanconi, difisiensi pankreas pada anak, serta
gangguan herediter pemasukan asam folat ke dalam sel.

DAFTAR PUSTAKA
1. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson H, Behrman RE. Nelson
textbook of pediatrics. 19 ed. Philadelphia; Elsevier Inc: 2011. P.610.
2. Bakta, IM. Hematologi Klinik ringkas. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC: Jakarta. 2003. P: 98-109.
3. Barone A, Lucarelli A, Daniella O. Diagnosis and management of
acquired aplastic anemia in childhood. Guidelines from the Marrow Failure
Study Group of the Pediatric Haemato-Oncology Italian Association
(AIEOP). Elsevier 2016; 40-47.
4. Hartung HD, Olson TS. Acquired Aplastic Anemia in Children.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3894991/.

Anda mungkin juga menyukai