Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Deret Hitung dan Deret


Ukur, Penerapannya di
bidang Ekonomi

Deret Hitung dan Deret Ukur dapat diterapkan


dalam kehidupan yang berhubungan dengan
ekonomi dan bisnis

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Ekonomi dan Bisnis Manajemen S1 MK 84006 Dra. Yuni Astuti, MS

Abstract Kompetensi
Membahas deret hitung dan deret ukur Mahasiswa diharapkan mengenal dan
dalam kehidupan sehari-hari yang memahami penggunaan deret hitung
berhubungan dengan ekonomi dan dan deret ukur dalam menyelesaikan
busnis masalah ekonomi dan bisnis
I. DERET HITUNG

Deret hitung adalah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan penjumlahan


terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku dari deret hitung
dinamakan pembeda, ini merupakan selisih antara nilai-nilai dua suku yang berturutan.

Contoh :

a). 7, 12, 17, 22, 27. 32 ( pembeda = 5)

b). 93, 83, 73, 63, 53, 43 ( pembeda = -10)

1.1. Suku ke n dari Deret Hitung

Besarnya nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret hitung dapat dihitung melalui sebuah
rumus :

7, 12, 17, 22, 27 32

S1 S2 S3 S4 S5 S6

S1 = 7 = a

S2 = 12 = a + b = a + (2-1)b

S3 = 17 = a + 2b = a + ( 3-1)b

S4 = 22 = a + 3b = a + ( 4-1)b

maka dapat dibuat rumus : S n  a  ( n  1)b , dimana :

a : suku pertama atau S1

b : pembeda

n : Indeks suku

Berdasarkan rumus di atas, dengan mudah dan cepat dapat menghitungnilai-nilai suku
tertentu. Misalkan menghitung nilai suku ke 10 dan ke 23 dari deret hitung di atas.

S10 = a + (n-1) b = 7 + (10 – 1) 5 = 7 + 45 = 52

‘17 Matematika Bisnis


2 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
S23 = a + (n-1) b = 7 + ( 23 – 1) 5 = 7 + 110 = 117

1.2. Jumlah n suku

Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku tertentu adalah jumlah nilai suku-
sukunya, sejak suku pertama ( S1 atau a) sampai dengan suku ke n (Sn) yang bersangkutan.

n
J n   Si  S1  S 2  ........  S n
i 1

4
J 4   S i  S1  S 2  S 3  S 4 ,
i 1

5
J 5   Si  S1  S 2  S3  S 4  S5 Berdasarkan rumus Sn = a + (n-1)b,
i 1

maka masing-masing S dapat diuraikan :

J4 = a + (a+b) + (a+2b) + ( a+ 3b) = 4a + 6b

J5 = a+ (a+b) + ( a+2b) + (a + 3b) + ( a + 4b) = 5a + 10b

Kemudian masing –masing J dapat ditulis ulang dalam bentuk :

4
J 4  4a  6b  4a  ( 4  1)b
2

5 n
J 5  5a  10b  5a  (5  1)b , J n  na  ( n  1)b atau
2 2

n n
Jn   2a   n  1 b =  a  a  (n  1)b
2 2

n
Jn  (a  S n )
2

Untuk menghitung jumlah sebuah deret hitung sampai suku tertentu (n) terdapat 4 bentuk
rumus yang dapat digunakan :

‘17 Matematika Bisnis


3 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
n
n
J n   Si  S1  S 2  ........  S n Jn   2a   n  1 b
i 1 2

n n
Jn  (a  S n ) J n  na  ( n  1)b
2 2

Berapakah jumlah sebuah deret hitung sampai suku ke 10 ?

10
J 10  (7  S10 )  5 7  52   295 J 10  70  5(9)5  295
2

II. DERET UKUR

Deret ukur adalah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan perkalian


terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku sebuah deret
ukur dinamakan pengganda, yaitu merupakan hasil bagi nilai suatu suku terhadap nilai suku
didepannya.

Contoh :

a). 5, 10, 20, 40, 80, 160 ( pengganda = 2 )

b). 512, 256, 128, 64, 32, 16 ( pengganda = 0,5 )

2.1 Suku ke n dari Deret Ukur

S1 = 5=a

S2 = 10 = ap = ap2-1

S3 = 20 = app = ap2 = ap3-1

S4= 40 = appp = ap3 = ap4-1 Maka dapat dibuat rumus :

S n  ap n 1 Dimana : a : suku pertama

p : pengganda

n : indeks suku

‘17 Matematika Bisnis


4 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berdasarkan rumus di atas, dapat dihitung nilai suku ke 10 dari deret ukur dalam contoh a).
dan b). diatas

101
a). S10  (5)( 2)  (5)(512)  2560

b). S10  (512)(0,5)101  (512)(1 / 512)  1

2.2. Jumlah n suku

Jumlah sebuah deret ukur sampai dengan suku tertentu adalah jumlah nilai suku-sukunya
dari suku pertama sampai dengan suku ke n

n
J n   S i  S1  S 2  S 3  .........  S n , Berdasarkan S n  ap n 1 maka masing-masing S
i 1

dapat dijabarkan sbb:

J n  a  ap  ap 2  ap 3  ........  ap n 2  ap n 1 (1)

Jika persamaan (1) dikalikan dengan bilangan pengganda p, maka :

pJ n  ap  ap 2  ap 3  ap 4  ........  ap n 1  ap n (2)

Ke dua persamaan tersebut dikurangkan, sehingga didapatkan selisih sbb :

J n  pJ n  a  ap n

J n (1  p )  a (1  p n ) , dapat dibuat rumus jumlah deret ukur sampai dengan suku

ke n, yaitu :

a (1  p n ) a  p n  1
Jn  atau Jn 
1 p p 1

a (1  p n )
Apabila p <1 sebaiknya menggunakan rms. Jn 
1 p

‘17 Matematika Bisnis


5 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a  p n  1
Apabola p 1 sebaiknya menggunakan rumus J n 
p 1

Pada deret ukur a). 5, 10, 20, 40, 80, 160 ( pengganda = 2 )

b). 512, 256, 128, 64, 32, 16 ( pengganda = 0,5 )

Berapa jumlah deret ukur sampai suku ke 10 ?

a).

Jn 
a  p n  1
= J 10 
 

5 210  1 5(1023)
 5115
p 1 2 1 1

b).

a (1  p n ) 512(1  0,510 ) 5121023 / 1024


Jn  = J 10   1023
1 p 1  0,5 0,5

Berapa Jumlah Deret Ukur sampai suku ke 5 ?

Jawab :

2.3. Latihan Soal :

‘17 Matematika Bisnis


6 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Dari sebuah deret hitung yang suku pertamanya 200 dan pembeda antar suku-

sukunya 25, hitunglah :

a). S5 c). J5

b). S10 d). J10

2. Dari sebuah deret ukur yang suku-sukunya 10, 30, 90, 270, ………….., hitunglah :

a). S6 c). J6

b). S15 d). J15

3. Deret ukur X mempunyai nilai a = 512 dan p = 0,5, sedangkan deret ukur Y mempunyai
nilai S3 = 16 dan p = 4. Pada suku keberapa nilai suku-suku dari kedua deret ini sama ?

4. Perolehan keuntungan kapital (capital gain) seorang pialang berpola deret hitung. Pada
bulan ke 5 aktivitasnya di Bursa Saham ia beruntung Rp 700 ribu. Selama 7 bulan
pertama, ia meraih keuntungan total sebesar Rp 4,62 juta.

Pertanyaan :

a). Berapa besar keuntungannya pada bulan pertama aktivitasnya ?

b). Berapa pula keuntungannya yang diperoleh pada bulan ke 10 ?

c). Hitunglah keuntungan kapital total pialang selama setahun pertama operasinya di Bursa
Saham.

PENERAPAN EKONOMI DERET HITUNG DAN DERET UKUR

1. Model Perkembangan Usaha

‘17 Matematika Bisnis


7 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika perkembangan variabel-variabel tertentu dalam kegiatan usaha, misalnya
produksi, biaya, pendapatan, penggunaan tenaga kerja, atau penanaman modal berpola
seperti deret hitung, maka prinsip-prinsip deret hitung dapat digunakan untuk menganalisis
perkembangan variabel tsb.

Kasus 1

Perusahaan genteng “ Sokajaya” menghasilkan 3000 buah genteng pada bulan pertama
produksinya. Dengan penambahan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas, perusahaan
mampu menambah produksinya sebanyak 500 buah setiap bulan. Jika perkembangan
produksinya konstan, berapa buah genteng yang dihasilkannya pada bulan ke lima ? Berapa
buah yang telah dihasilkan sampai dengan bulan tersebut ?

Jawab :

a = 3000 S n  a  ( n  1)b

b = 500 = 3000 + ( 5-1 ) 500 = 5.000

n
n=5 Jn  (a  S n )
2

5
=  3.000  5.000  20.000
2

Jumlah produksi genteng pada bulan ke lima adalah 5.000 buah, sedangkan jumlah
seluruh genteng yang dihasilkan sampai bulan tersebut : 20.000 buah.

Kasus 2.

Besarnya penerimaan PT cemerlang dari hasil penjualan barangnya Rp 720 juta pada
tahun kelima dan Rp 980 juta pada tahun ketujuh. Apabila perkembangan penerimaan
penjualan tersebut berpola seperti deret hitung, berapa perkembangan penerimaannya per
tahun? Berapa besar penerimaan pada tahun pertama dan pada tahun keberapa peneri
maannya sebesar Rp 460 juta ?

Jawab : S n  a  ( n  1)b S7 = a + 6b 980 = a + 6b

S5 = a + 4b 720 = a + 4b

‘17 Matematika Bisnis


8 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
_____________

260 = 2 b ----- b = 130

Jd perkembangan penerimaan per tahun sebesar Rp 130 juta .

a + 4b = 720 -- a = 720 – 4b = 720 – 4(130) = 200

Penerimaan pada tahun pertama sebesar Rp 200 juta

S n  a  ( n  1)b --- 460 = 200 + ( n – 1) 130

460 = 200 + 130 n - 130

390 = 130 n --------- n = 3

Penerimaan sebesar Rp 460 juta diterima pada tahun ke 3

2. Model Bunga Majemuk

Model bunga majemuk merupakan penerapan deret ukur dalam kasus simpan pinjam dan
kasus investasi. Dengan model ini dapat dihitung, misalnya

- Besarnya pengembalian kredit dimasa datang berdasarkan tingkat bunganya.


- Untuk mengukur nilai sekarang dari suatu jumlah hasil investasi yang akan diteri ma
dimasa datang.
Jumlah dimasa datang dari suatu jumlah sekarang adalah :

Fn  P(1  i ) n Fn : Jumlah dimasa datang, P : jumlah sekarang ,

i : tingkat bunga per tahun

n : jumlah tahun

Rumus di atas mengandung anggapan bahwa bunga diperhitungkan dibayarkan satu kali
dalam setahun

Apabila bunga diperhitungkan dibayarkan lebih dari satu kali (misalnya m kali, masing-
masing i/m per termin) dalam setahun, maka jumlah di masa mendatang menjadi :

‘17 Matematika Bisnis


9 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
i mn
Fn  P (1  ) m : frekuensi pembayaran bunga dalam setahun.
m

i mn
Suku (1 + i) dan (1 + ) dalam dunia bisnis disebut “factor bunga majemuk”,
m

Yaitu suatu bilangan lebih besar dari 1 yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah
dimasa datang dari suatu jumlah sekarang.

Nilai sekarang dari suatu jumlah uang tertentu dimasa datang adalah :

1 1
P F P F
(1  i ) n atau  i 
mn

1  
 m

Kasus 3.

Seorang nasabah meminjam uang di Bank sebanyak 5 juta rupiah untuk jangka waktu 3
tahun dengan tingkat bunga 2% pertahun. Berapa jumlah seluruh uang yang akan
dikembalikan pada saat pelunasan? Seandainya perhitungan pembayan bunga bukan tiap
tahun, melainkan tiap semester, berapa jumlah yang harus dikembalikan ?

Jawab :

p = 5.000.000, n = 3, i = 2% = 0,02

Fn  P(1  i ) n ------ F3  5.000.000(1  0,02)


3

= 5.000.000 ( 1,061208) = 5.306.040

Jadi setelah 3 tahun nasabah harus mengembalikan uang sebesar Rp 5.306.040,- yaitu
pada saat pelunasan.

Apabila bunga diperhitungkan dibayarkan tiap semester ( m =2 , maka :

i mn
Fn  P (1  ) ------- F3  5.000.000(1  0,01) 6
m

= 5.000.000 (1,06152) = 5.307.800

Jumlah yang harus dikembalikanmenjadi lebih banyak.

Kasus : 4.

‘17 Matematika Bisnis


10 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tabungan seorang mahasiswa akan menjadi sebesar Rp 532.400,- tiga tahun yang akan
datang. Jika tingkat bunga bank yang berlaku 10% per tahun. Berapa tabungan mahasis wa
tsb. pada saat sekarang?.

Jawab :

F = 532.400,-

n =3

i = 10% = 0,1

1
P .F
1  i  n

1
 .532.400  400000
1  0,1 3

Jadi besarnya tabungan sekarang adalah Rp 400.000,-

3. Model Pertumbuhan Penduduk

Menurut Malthus : Penduduk dunia tumbuh mengikuti pola deret ukur.

Secara Matematik dapat dirumuskan :

Pt = P1 R t-1 dimana : R=1+r

P1 : Jumlah pada tahun pertama (basis)

Pt : Jumlah pada tahun ke t

r : % pertumbuhan per tahun

t : indeks waktu (tahun)

Kasus : 5.

‘17 Matematika Bisnis


11 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penduduk suatu kota berjumlah 1.000.000 jiwa pada tahun 1991. Tingkat pertumbuhan
4%/thn. Hitunglah jumlah penduduk kota tersebut pada tahun 2006. Jika mulai tahun 2006
pertumbuhannya menurun menjadi 2,5%, berapa jumlahnya 11 tahun kemudian?

Jawab :

P1 : 1 juta Pada Tahun 2006 = P16 = 1 juta (1,04)15

r : 0,04 = 1.000.000 (1,800943)

R : 1,04 = 1.800.943 jiwa

P1 : 1.800.943 Pada 11 tahun kemudian = P11 = 1.800.943 (1,025)10

r : 0,025 = 2.305.359 jiwa

R : 1,025

Dengan memanfaatkan kaidah logaritma :

P11 = 1.800.943 (1,025)10

Log P11 = Log 1.800.943 (1,025)10

Log P11 = Log 1.800.943 + 10 Log 1,025

Log P11 = 6,255499+0,107239

Log P11 = 6,362738  P11 = antilog 6,362738 = 2.305.359

LATIHAN SOAL

1. Pak Agus 6 tahun yang lalu menabung di sebuah bank dengan setoran pertama Rp
1000.000,- dan kini telah mencapai Rp 2.700.000,- dengan pembayaran bunga
tabungan setiap bulan. Berapakah sebenarnya bunga tabungan (%) pak Agus
tersebut ?

2. Tentukanlah waktu yang diperlukan oleh seseorang yang berinvestasi, dengan


tingkat pengembalian 10 % per tahun dan bunga dibayar per bulan, agar
investasinya menjadi empat kali dari semula.

Daftar Pustaka
‘17 Matematika Bisnis
12 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dumairy. 1999. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE.Yogyakarta.

Kalangi, J.B. 2003. Matematika Ekonomi dan Bisnis. Salemba Empat. Jakarta

‘17 Matematika Bisnis


13 Dra. Yuni Astuti, MS
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai