Anda di halaman 1dari 31

Tugas matematika fisika

oleh
KELOMPOK : 1 (satu)
- Jelita panjaitan (8156176010)
- billian jawadi Lubis (8156176003)
- michael Justine t. (815617601033)
Bentuk umum bilangan kompleks
 Bentuk bilangan kompleks: a + b i
 a dan b bilangan real.
Dan i adalah satuan bilangan khayal atau
imajiner.
Nilai i

i   1 atau i  1
2
Operasi aljabar pada
bilangan kompleks

(a + b i ) + (c + d i ) = (a+c) + (b+d) i


(a + b i ) - (c + d i ) = (a-c) + (b-d) i
(a + b i ) x (c + d i ) = (ac-bd) + (ad+bc) i
Pembagian:

a  bi a  bi c  di ac  bd bc  ad
  2 ( 2 )i
c  di c  di c  di c  d 2
c d 2
Bilangan kompleks pada koordinat Kartesius
dan polar
z  x  iy  r (cos  i sin  )
Re z  x; Im z  y
  sudut z
| z | r  x 2  y 2  z~ z
~
zz  ( x  iy )( x  iy )  x  y
2 2

~
z  konjuget dari z
Formula Euler
i
e  cos   i sin  ..............(1)
z  x  iy
 r(cos θ  i sin θ)
i
 re ..............................(2)
Fungsi trigoniometri dalam
bilangan e
n
 1
e  lim 1    2,71828
n   n
i
e  cos   i sin 
 i
e  cos   i sin 
i  i
e e
sin  
2i
e i  e  i
cos  
2
Aplikasi pada RLC seri
it
I  Ime
R : VR  R I(t)  RI
dI
L : VL  L  iLI
dt
1
C : VC  1/C  Idt  I
i C
Deret Hitung
- Suku ke-n dari DH
- Jumlah n suku
Deret Ukur
- Suku ke-n dari DU
- Jumlah n suku
Dan penerapannya dalam dunia ekonomi

8
Deret : Rangkaian bilangan yang tersusun secara teratur dan memenuhi kaidah-kaidah tertentu.
Suku : Bilangan-bilangan yang merupakan unsur dan pembentuk deret.
Macam-macam deret :
- Deret Hitung
- Deret Ukur
- Deret Harmoni

9
Deret hitung : deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan penjumlahan terhadap sebuah bilangan tertentu.
Bilangan yang membedakan suku-suku dari deret hitung dinamakan pembeda, yang tak lain adalah selisih
antara nilai dua suku yang berurutan.
Contoh :
5, 10, 15, 20, 25, 30 (pembeda 5)
90, 80, 70, 60, 50, 40 (pembeda -10)

10
5, 10, 15, 20, 25, 30
S1, S2, S3, S4, S5, S6

S1 = 5 = a
S2 = 10 = a + b = a + (2 - 1)b Sn = a + (n - 1)b
S3 = 15 = a + 2b = a + (3 - 1)b
a = suku pertama / s1
S4 = 20 = a + 3b = a + (4 - 1)b
b = pembeda
S5 = 25 = a + 4b = a + (5 - 1)b
n = indeks suku
S6 = 30 = a + 5b = a + (6 - 1)b

11
Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku
tertentu tidak lain adalah jumlah nilai suku-sukunya.

n
J n   Si  S1  S 2  ...........  S n
i 1
4
J 4   Si  S1  S 2  S 3  S 4
i 1
5
J 5   S i  S1  S 2  S3  S 4  S5
i 1
6
J 6   S i  S1  S 2  S3  S 4  S 5  S 6
i 1 12
Berdasarkan rumus suku ke-n 
Sn = a + (n - 1)b, maka dapat diuraikan

J4 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) = 4a + 6b
J5 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b)
= 5a + 10b
J6 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b) + (a + 5b)
= 6a + 15b

13
Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku
tertentu tidak lain adalah jumlah nilai suku-sukunya.

n
J n   Si  S1  S 2  ...........  S n
i 1
4
J 4   Si  S1  S 2  S 3  S 4
i 1
5
J 5   S i  S1  S 2  S3  S 4  S5
i 1
6
J 6   S i  S1  S 2  S3  S 4  S 5  S 6
i 1 14
Berdasarkan rumus suku ke-n 
Sn = a + (n - 1)b, maka dapat diuraikan

J4 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) = 4a + 6b
J5 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b)
= 5a + 10b
J6 = a + (a + b) + (a + 2b) + (a + 3b) + (a + 4b) + (a + 5b)
= 6a + 15b

15
Masing-masing Ji dapat ditulis

4 
J 4  4a  6b  4a  (4  1)b 
2

5  n
J 5  5a  10b  5a  (5  1)b  J n  na  (n  1)b
2  2
6 
J 6  6a  15b  6a  (6  1)b
2 
n
atau J n   2a  (n  1)b
2
n
  a  a  (n  1)b Sn
2
n
 (a  S n ) 16
2
Deret ukur : deret yang perubahan suku-sukunya
berdasarkan perkalian terhadap sebuah bilangan
tertentu.
Bilangan yang membedakan suku-suku sebuah deret
ukur dinamakan pengganda.
Contoh :
1)5, 10, 20, 40, 80, 160 (pengganda 2)
2)512, 256, 128, 64, 32, 16 (pengganda 0,5)

17
S1  5  a 
2 1 
S 2  10  ap  ap 
S 3  20  app  ap 2  ap 31 
4 1 
S n  ap n-1

S 4  40  appp  ap  ap 
3

5 1 
S 5  80  apppp  ap  ap
4

S 6  160  appppp  ap 5  ap 6 1 

a  suku pertama
p  pengganda
n  indeks suku 18
n
J n   Si  S1  S 2  S3  S 4 ...........  S n
i 1

berdasarkan rumus S n  ap maka : n-1

n2 n 1
J n  a  ap  ap  ap  .......  ap
2 3
 ap (1)
jika dikalikan dengan bilangan pengganda p, maka :
n 1
pJ n  ap  ap  ap  ap  .......  ap  ap
2 3 4 n
(2)

selisih antara persamaan (1) dan persamaan (2) 19


selisih antara persamaan (1) dan persamaan (2)

J n  pJ n  a  ap n

J n (1  p)  a (1  p ) n

a (1  p )n
a ( p  1) n
Jn  atau J n 
1 p p 1
p 1 p 1

20
Jika perkembangan variabel-variabel tertentu
dalam kegiatan usaha, misalnya : produksi, biaya,
pendapatan, penggunaan tenaga kerja dll.
Memiliki pola seperti deret hitung, maka prinsip-
prinsip deret hitung dapat diterapkan dalam
menganalisis perkembangan vaiabel tersebut.

• Pelajari Kasus 1 dan 2 21


Bila bunga dibayar lebih sekali dalam setahun, misal m kali, maka :

i mn
Fn  P (1  )
m
m = frekuensi pembayaran bunga dalam setahun

Suku (1+i) dan (1 + i/m) disebut “faktor bunga


majemuk” (compounding interest factor), yaitu suatu
bilangan yang lebih besar dari 1, yang dapat dipakai
untuk menghitung jumlah dimasa mendatang dari
suatu jumlah sekarang.
22
Dengan manipulasi matematis, bisa diketahui nilai
sekarang (present value) :

1 1
P F atau P  F
(1  i ) n
(1  i / m) mn

Suku 1/(1+i)n dan 1/(1+i/m)mn dinamakan “faktor


diskonto” (discount factor), yaitu suatu bilangan
lebih kecil dari 1 yang dapat dipakai untuk
menghitung nilai sekarang dari suatu jumlah dimasa
datang.
23
Pt = P1 R t-1

Dimana
R =1+r
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt = jumlah pada tahun ke-t
r = persentase pertumbuhan per-tahun
t = indeks waktu (tahun)

24
Aplikasi Deret dalam Fisika

Fisika dasar adalah persoalan bandul
sederhana yang disimpangkan dan akan menga
lami
gerak periodik ketika dilepaskan akibat 
gaya gravitasi yang bertindak sebagai
gaya
pemulih seperti yang diperlihatkan pada
gambar berikut untuk bandul bermassa m 
Dengan panjang tali l.
25
26

Gambar Bandul Sederhana


Dari contoh pada aplikasi di atas, secara umum
 dapat disimpulkan
bahwa penguraian suatu fungsi ke dalam bentu
k deret pangkat:

f (x) = a0 + a1x + a2 x   + a3 x   + .... = ∑ an x n
Deret pada dasarnya adalah penjumlahan suatu ba
risan bilangan yang memiliki
keteraturan tertentu, secara simbolik deret dapat di
∑ bx  =b + bx + bx  + .....,       
 n−1 3 (5b)

tulis sebagai ∑ an , dengan Σ
n  x

menyatakan penjumlahan dan an adalah barisan y
ang terkait. Sebagai contoh deret selain
deret pangkat (4) misalnya adalah:

∑ n  1  2  3  .....

∑ bx n−1 b  bx  bx3  .....     

 
Deret Pangkat dan Uraian Taylor

Salah satu hampiran yang luas digunakan
 dalam Fisika adalah dengan
menguraikan suatu fungsi dengan menggun
akan basis deret pangkat .
Secara spesifik, penguraian suatu fungsi de
ngan basis
polinom x n dikenal dengan nama uraian 
Taylor.
Dalam menguraikan suatu fungsi dalam deret pang
kat tersebut harus diperhatikan
pula rentang nilai x yang membuat uraian tersebut 
konvergen. Untuk memperoleh rentang
tersebut dapat digunakan perangkat uji rasio.
Sebelum kita memposisikan diri untuk mencari rent
ang konvergensi, terlebih dahulu akan
kita bahas mengenai uraian Taylor berbasiskan der
et pangkat.

Anda mungkin juga menyukai