Anda di halaman 1dari 25

TUGAS 1

MATAKULIAH

NTSI6027 TEORI DAN PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN

MAKALAH PEMILIHAN BAHAN LAPISAN


PERKERASAN LENTUR

Disusun oleh : Kelompok 3


Nabiilah Yatmikasari

Mukhammad Hafiz

Muhammad Affan Bachtiar

Khristia Ningsih Cantikawati

Khoharudin Ali

PROGRAM STUDI S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pemilihan
Bahan Lapisan Perkerasan Lentur mata kuliah Teori dan Praktikum Perkerasan Jalan.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Drs. H. Bambang Supriyanto, S.T., M.T.
yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. kami menyadari,
bahwa Makalah Pemilihan Bahan Lapisan Perkerasan Lentur yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya,
dan juga ditengah kondisi pandemi yang cukup menyulitkan dalam memahami
kondisi dilapangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga Makalah Pemilihan Bahan Lapisan
Perkerasan Lentur ini bisa menambah wawasan kita semua.

Malang, 7 Maret 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. iii
I. Latar Belakang.......................................................................................................1
II. Lapisan Surface Course ........................................................................................3
1. Dasar Teori.................................................................................................3
2. Maksud dan Tujuan....................................................................................4
3. Langkah-Langkah.......................................................................................4
4. Hasil ...........................................................................................................5
5. Pembahasan ...............................................................................................5
III. Lapisan Base Course...........................................................................................7
1. Dasar Teori................................................................................................7
2. Maksud dan Tujuan...................................................................................8
3. Langkah-Langkah......................................................................................8
4. Hasil ..........................................................................................................9
5. Pembahasan .............................................................................................10
IV. Lapisan Sub Base Course..................................................................................11
1. Dasar Teori..............................................................................................11
2. Maksud dan Tujuan..................................................................................12
3. Langkah-Langkah.....................................................................................13
4. Hasil .........................................................................................................14
5. Pembahasan .............................................................................................15
V. Lapisan Sub Base...............................................................................................16
1. Dasar Teori...............................................................................................16
2. Maksud dan Tujuan..................................................................................17
3. Langkah-Langkah.....................................................................................17
VI. Kesimpulan .......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................21

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.4.1 Faktor Regional (FR) ..………………………………………………5


Tabel 2.4.2 Lintas Ekivalen Rencana ……………………………………………5
Tabel 3.4.1 Persyaratan Lapis Pondasi Agregat …………………………………9
Tabel 3.4.2 Batas–Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan..………………..10
Tabel 4.4.1 Persyaratan Lapis Pondasi Agregat ….…………………………….14
Tabel 4.4.2 Persyaratan Gradasi Lapis Pondasi Agregat………………….……14
Tabel 5.4.1 Klasifikasi Tanah Sistem AASTHO………………….……14

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Komponen Lapisan Tanah Perkerasan Lentur ………………………1

iii
I. Latar Belakang
Perkerasan lentur atau flexible pavement adalah salah satu jenis perkerasan
yang menjadikan aspal sebagai bahan pengikatnya, sifat lapisan perkerasannya
menopang serta menyebarkan beban kendaraan yang melintas sampai ke tanah
dasar. Perkerasan lentur umumnya digunakan pada lalu lintas ringan yang memiliki
beban kecil sebab, beban kendaraan berat serta kondisi cuaca sangat berpengaruh
pada strukturnya. (Sukirman, 1999)
Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan yang dihamparkan diatas tanah
dasar yang telah dipadatkan terlebih dahulu. Beberapa lapisan itu berfungsi sebagai
penerima beban lalu lintas yang kemudian akan disebarkan ke lapisan yang ada di
bawahnya. (Sukirman, 1999). Komponen perkerasan lentur adalah sebagai berikut:

1. Tanah Dasar (sub grade)


Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar
untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

2. Lapis Pondasi Bawah (sub base course)


Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar.

3. Lapis Pondasi (base course)


Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak
menggunakan lapis pondasi bawah).

4. Lapis Permukaan (surface course)

Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.

1
Gambar 1. Komponen Lapisan Tanah Perkerasan Lentur
Perencanaan perkerasan lentur dengan menggunakan metode bina marga
dilakukan melalui beberapa urutan prioritas, sebelum merencanakan diperlukan
nilai hasil dari urutan yang di prioritaskan, diantaranya: Jenis kerusakan jalan,
survey lalu lintas harian rata-rata, beban kumulatif sumbu kendaraan (ESA4),
kelelahan pada lapisan aspal (ESA5), harga CBR dan daya dukung tanah dasar.
(Direktorat Jenderal Bina Marga, 2017)

2
II. Lapisan Surface Course (Lapisan Permukaan)
1. TEORI
Lapisan Surface Course (Lapis Permukaan) adalah lapisan yang
terletak di paling atas pada suatu jalan raya yang biasanya kita pijak dan
bersentuhan langsung dengan ban kendaraan
Lapisan ini berfungsi sebagai:
a. Menerima beban langsung dari lalu lintas dan menyebarkan
untuk mengurangi tegangan pada lapisan bawah struktur jalan.
b. Menyediakan permukaan jalan yang aman dan kesat (anti selip)
c. Menyediakan permukaan yang baik bentuknya dan rata sehingga
nyaman dilalui
d. Menyediakan drainase yang baik dari permukaan kedap air,
sehingga melindungi struktur perkerasan jalan dari perubahan
cuaca
e. Memberikan permukaan yang “meyakinkan” sehingga memberi
rasa aman bagi pengguna jalan

Tegangan yang besar akibat beban lalu lintas yang makin berat saat
ini telah mengakibatkan terjadinya pengembangan material-material baru.
Dilihat dari aspek permukaan jalan yang aman, maka kekesatan permukaan
jalan merupakan hal yang utama. Hal lainnya yang penting adalah bentuk
penampang melintang normal (sumbu jalan lebih tinggi dari tepi jalan) dan
besarnya superelevasi di tikungan. Umumnya angka kekesatan dinyatakan
dari hasil uji alat ukur tahanan gesek. Permukaan jalan yang baik
mempunyai angka kekesatan > 65, sedangkan yang buruk memiliki nilai
sekitar 40. Material agregat yang digunakan untuk lapis aus di uji ketahanan
ausnya di laboratorium untuk menghasilkan parameter ‘polished stone
value’. Uji pada permukaan perkerasan juga dilakukan dengan alat uji
ketahanan gesek yang dapat langsung digunakan pada jalan yang
sesungguhnya. Nilai polished stone yang besar memiliki arti bahwa agregat
semakin tahan aus, dan bentuk sisi permukaannya halus dan tidak tajam.

3
• Material
Pada konstruksi perkerasan baru, ketebalan lapis permukaan
berkisar antara 45 mm dan 105 mm. Namun demikian pada peningkatan
jalan untuk memperkuat struktur jalan yang ada, ketebalan lapis permukaan
ini dapat sangat bervariasi.
Jenis bahan yang dipilih untuk lapis permukaan disesuaikan dengan beban
lalu lintas yang diperkirakan, sedangkan ukuran nominal agregat (20, 28,
atau 40 mm) tergantung pada ketebalan lapisannya. semakin tebal lapis
permukaan jalan maka semakin besar ukuran agregat yang di pakai.
• Bahan yang digunakan untuk lapis permukaan (Surface course)
o Aspal campuran panas (Hot Mix) dengan jenisA TB, A
TS8, HRS, HRSS I AC
o Aspal campuran dingin (Cold mix) dengan jenis Slurry
seal, DGEM, OGEM dan Macadam emulsion.
o Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen).
o Labur Aspal SatuLapis (Burtu).
o Labur Aspal Dua Lapis (Burtu).
o Laburan Aspal (Buras)
o Lapisan tipis as buton murni (Latasbum)
o Lapisanas buton agregat (Lasbutag)
o Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)
2. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mempersiapkan bahan untuk lapisan surface
course dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengujian apa yang diperlukan
dalam mempersiapkan bahan untuk lapisan Surface course.
c. Mahasiswa dapat mengenal bahan – bahan yang digunakan
untuk lapisan Surface course.
3. LANGKAH LANGKAH
Langkah – langkah tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan Klasifikasi Tanah Unified dan AASTHO
b. Menentukan nilai daya dukung tanah dasar, dengan menggunakan CBR

4
c. Menentukan umur rencana jalan
d. Menentukan Faktor pertumbuhan lalu lintas
e. Menentukan factor regional ( FR )
f. Menentukan Indeks Permukaan ( IP )
g. Menentukan kekuatan relative ( a )
h. Menentukan Batas minimum tebal lapisan perkerasan
4. HASIL
Pada langkah-langkah di atas, dikatakan bahwa lapisan permukaan
memerlukan rencana dengan menentukan factor regional dan indeks
permukaan yang akan dijelaskan berikut.:

Tabel 2.4.1 Faktor Regional ( FR )

Tabel 2.4.2 Lintas Ekivalen Rencana

5. PEMBAHASAN

Analisa dan pembahasan dilakukan terhadap data-data hasil pengujian


dan perhitungan. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa analisa dan
pembahasan di antaranya adalah sebagai berikut :

5
a. Analisa pengujian CBR
b. Analisa perhitungan Lintas Ekivalen Rencana
c. Analisa penentuan tebal permukaan jalan

Selanjutnya hasil dari penelitian dijelaskan dalam bentuk tabel dan grafik, serta
dianalisa untuk diambil kesimpulan.

6
III. Lapisan Base Course (Lapisan Pondasi Atas)
1. TEORI
Lapisan Base Course (Lapis Pondasi Atas) adalah lapisan perkerasan
yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan
pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a. Bantalan perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban
roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya
b. Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat
dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.

Persyaratan material lapis pondasi lebih ketat dibandingkan dengan


persyaratan lapis pondasi bawah atau tanah-dasar. Material yang umum
digunakan di lndonesia untuk lapisan pondasi atas sesuai dengan jenis
konstruksinya adalah:
a. Tanah campur semen (soil cement base)
b. Aggregat klas A (sistim podasi aggregate)
c. Kerikil (Pondasi Macadam)

Bahan-bahan lapis pondasi harus cukup kuat dan awet, sehingga dapat
menahan beban – beban yang bekerja padanya. Oleh karena itu, sebelum
menentukan bahan-bahan untuk lapis pondasi, maka perlu dilakukan
pengujian bahan. Untuk bahan lalu-lintas tinggi, material lapis pondasi juga
sering distabilisasi dengan aspal, semen, kapur, kalsium khlorida, sodium
khlorida, abu terbang (flyash).

Menurut SNI 1732-1989-F dan Pt T-01-2002-B, macam-macam bahan


alam yang mempunyai CBR ≥ 50% dan indeks plastisitas (PI) ≤ 4 dapat
digunakan untuk lapis pondasi, contohnya: batu pecah, kerikil pecah dan
tanah yang telah distabilisasi dengan bahan tertentu seperti semen atau kapur.
Sedang DPU (2005) mensyaratkan lapis pondasi mempunyai CBR antara 65-
95% (bergantung pada klasifikasinya) dan PI ≤ 6.

7
2. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mempersiapkan bahan untuk lapisan base
course dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengujian apa yang diperlukan
dalam mempersiapkan bahan untuk lapisan base course.
c. Mahasiswa dapat mengenal bahan – bahan yang digunakan
untuk lapisan base course.

3. LANGKAH – LANGKAH

Berdasarkan keterangan di atas, maka diperlukan data – data tanah


sehingga sebelum menyediakan material diperlukan adanya pengujian
material, seperti :
1. Gradasi butiran dengan menggunakan analisa saringan
2. Pengujian Indeks Properties
3. Atterberg Limit

Langkah – langkah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :


a. Klasifikasi Tanah
Tanah secara umum dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesif dan
tanah tidak kohesif, istilah ini terlalu umum sehingga memungkinkan
terjadinya identifikasi yang sama pada beberapa jenis tanah. Sejumlah sistem
klasifikasi tanah telah dipergunakan pada akhir-akhir ini, sistem klasifikasi
tanah yang umum digunakan adalah sistem klasifikasi Unified dan AASTHO.
b. Analisa Saringan
Analisa saringan bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran butir
suatu contoh tanah. Variasi ukuran dari suatu campuran harus mempunyai
gradasi yang baik sesuai dengan standart analisa saringan dari ASTM. Sifat-
sifat suatu jenis tanah tergantung pada ukuran butirnya. Untuk itu pengukuran
besar butir tanah paling sering dilakukan dalam laboratorium. Penentuan
deskripsi tanah atau klasifikasi tanah dapat diketahui dari pembagian besar
butiran tanah tersebut.
c. Pengujian Batas Atteberg

8
d. Pencampuran Kuori
Adapun pencampuran kuori dilakukan jika dalam pengujian CBR, batas
cair, dan abrasi agregat tidak masuk dalam persyaratan sebagai lapis pondasi
atas kelas A. Pencampuran kuori dilakukan dengan cara mencampurkan dua
kuori yang bergradasi sangat baik dengan satu kuori bergradasi baik sampai
benda uji masuk dalam persyaratan pengujian lapis pondasi atas kelas A.
Metode pencampuran yang digunakan adalah metode Trial & Error.
Lalu, akan dilakukan perencanaan tebal perkerasan jalan baru
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
• Daya Dukung Tanah Dasar
• Faktor Regional
• Indeks Permukaan
• Indeks Tebal Perkerasan
• Tebal Perkerasan

4. HASIL
Pada penjabaran di atas, dikatakan bahwa lapisan pondasi atas
memerlukan agregat kelas A. Agregat kelas A dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 3.4.1 Persyaratan Lapis Pondasi Agregat

9
Tabel 3.4.2 Batas – Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan

5. PEMBAHASAN

Analisa dan pembahasan dilakukan terhadap data-data hasil pengujian


di laboratorium. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa analisa dan
pembahasan di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Analisa pengujian Indeks Properties Tanah
b. Analisa pengujian Gradasi Butiran Tanah
c. Analisa pengujian Atteberg Limit
d. Analisa pengujian CBR

Selanjutnya hasil uji laboratorium dijelaskan dalam bentuk tabel dan grafik,
serta dianalisa untuk diambil kesimpulan.

10
IV. Lapisan Subbase Course (Lapisan Pondasi Bawah)
1. TEORI

Lapiasan Pondasi Bawah (Subbase Course) adalah lapis perkerasan


yang terletak antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar dan berfungsi
sebagai:
a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda pada
tanah dasar,
b. Efesiensi pengunaan material,
c. Mengurangi ketebalan lapis keras yang ada diatasnya,
d. Sebagai lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul pada pondasi.
e. Sebagai lapisan pertama agar memudahkan pekerjaan selanjutnya,
f. Sebagai pemecah partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
Material yang umum digunakan untuk lapisan pondasi bawah sesuai
dengan jenis konstruksinya adalah:
a. Batu belah dengan balas pasir (sistim telford)
b. Tanah campur semen (soil cement base)
c. Agregat kelas B (sistim pondasi agregat)
Secara tipikal, bahan lapisan pondasi bawah terdiri dari material
granuler dipadatkan (baik dirawat maupun tidak) atau lapisan tanah yang
distabilisasi dengan bahan tambahan tertentu. Material lapisan pondasi bawah
(subbase) biasanya dirancang lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan
material lapisan pondasi atas (base).
Menurut SNI-1732-1989-F dan Pt T-01-2002-B, macam-macam bahan
dengan CBR ≥ 20% dan indeks plastisitas (PI) ≤ 10, yaitu material yang lebih
baik dari tanah-dasar, dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi bawah.
Sedang DPU (2005) mensyaratkan CBR minimum 35% (agregat kelas C) dan
PI antara 4 – 9. Campuran-campuran tanah dengan semen portland atau kapur
dalam beberapa hal juga dianjurkan, agar kestabilan struktur perkerasan
maksimal.
Untuk perkerasan kaku, NAVFAC-DM-5.4(1979) menyarankan semua
bahan lapisan pondasi bawah untuk perkerasan lentur dapat digunakan untuk
11
perkerasan kaku, dengan CBR minimum 30%. Bahan lapisan pondasi bawah
harus bergradasi baik sesuai AASHTO M-147. Batas cair (LL) ≤ 25 dan
indeks plastisitas (PI) ≤ 5. Asphalt institute (1999) mensyaratkan bahan
lapisan pondasi atas dan pondasi bawah.
SNI 03-6388-2000 mensyaratkan bahan lapis pondasi bawah dengan
gradasi A, B, C, D, E atau F, harus memenuhi syarat umum seperti pada butir
(3). Jenis bahan dan gradasi yang diinginkan harus ditetapkan. Dalam ASTM
D 2940-98 disyaratkan gradasi untuk lapis pondasi bawah.
SNI 03-6388-2000 mendefinisikan:
a. Agregat kasar
Agregat kasar tertahan pada saringan 2 mm (no. 10) harus terdiri
dari butiran-butiran atau pecahan batu, kerikil atau slag yang
keras dan awet. Nilai keausan agregat kasar, sesuai dengan SNI
03-2417-1991, tidak lebih dari 50%.
b. Agregat halus
Agregat halus lolos saringan 2 mm (no.10) harus terdiri dari pasir
alam atau abu batu dan mineral yang lolos saringan 0.075 mm
(no.200). Agregat halus lolos saringan 0.075 mm (no.200) harus
tidak lebih dari 2/3 fraksi lolos saringan 0.425 (no.40). Fraksi
yang lolos saringan 0.425 mm (no.40) tidak boleh memiliki batas
cair (LL) lebih dari 25 dan batas plastis (PL) tidak boleh lebih dari
6.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


a. Mahasiswa dapat mempersiapkan bahan untuk lapisan base course
dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengujian apa yang diperlukan dalam
mempersiapkan bahan untuk lapisan sub base course.
c. Mahasiswa dapat mengenal bahan – bahan yang digunakan untuk
lapisan sub base course.

12
3. LANGKAH – LANGKAH

Berdasarkan keterangan di atas, maka diperlukan data – data tanah


sehingga sebelum menyediakan material diperlukan adanya pengujian
material, seperti:
1. Klasifikasi Tanah
2. Gradasi butiran dengan menggunakan Analisa Saringan
3. Pengujian Indeks Properties
4. Atterberg Limit

Langkah – langkah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Klasifikasi Tanah
Tanah secara umum dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesif
dan tanah tidak kohesif, istilah ini terlalu umum sehingga
memungkinkan terjadinya identifikasi yang sama pada beberapa jenis
tanah. Sejumlah sistem klasifikasi tanah telah dipergunakan pada akhir-
akhir ini, sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan adalah sistem
klasifikasi Unified dan AASTHO.

b. Gradasi butiran dengan menggunakan Analisa Saringan


Analisa saringan bertujuan untuk menentukan pembagian ukuran
butir suatu contoh tanah. Variasi ukuran dari suatu campuran harus
mempunyai gradasi yang baik sesuai dengan standart analisa saringan
dari ASTM. Sifat-sifat suatu jenis tanah tergantung pada ukuran
butirnya. Untuk itu pengukuran besar butir tanah paling sering
dilakukan dalam laboratorium. Penentuan deskripsi tanah atau
klasifikasi tanah dapat diketahui dari pembagian besar butiran tanah
tersebut.

c. Pengujian Batas Atteberg


Pengujian Batas Atteberg memberikan cara untuk
menggambarkan batas-batas konsistensi dari tanah berbutir halus

13
dengan pertimbangan kandungan kadar airnya. Batas-batas tersebut
adalah batas 10 cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas
susut (shrinkage limit).

d. Pencampuran Kuori
Adapun pencampuran kuori dilakukan jika dalam pengujian
CBR, batas cair, dan abrasi agregat tidak masuk dalam persyaratan
sebagai lapis pondasi bawah kelas B. Pencampuran kuori dilakukan
dengan cara mencampurkan dua kuori yang bergradasi sangat baik
dengan satu kuori bergradasi baik sampai benda uji masuk dalam
persyaratan pengujian lapis pondasi bawah kelas B. metode
pencampuran yang di gunakan adalah metode Trial n Error.

4. HASIL
Pada penjabaran di atas, dikatakan bahwa lapisan pondasi atas
memerlukan agregat kelas B. Agregat kelas B dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 4.4.1 Persyaratan Lapis Pondasi Agregat

Tabel 4.4.2 Persyaratan Gradasi Lapis Pondasi Agregat

14
5. PEMBAHASAN

Analisa dan pembahasan dilakukan terhadap data-data hasil pengujian


di laboratorium. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa analisa dan
pembahasan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Analisa pengujian Indeks Propertis Tanah.
b. Analisa pengujian Gradasi Butiran Tanah.
c. Analisa pengujian Atterberg Limit.
d. Analisa pengujian CBR (California Bearing Ratio).
Selanjutnya hasil uji laboratorium dijelaskan dalam bentuk tabel dan grafik,
serta dianalisa untuk diambil kesimpulan.

15
V. LAPISAN SUB BASE COURSE (LAPISAN DASAR)
1. TEORI

Lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di
bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi
perkerasan jalan. Subgrade adalah tanah dasar di bagian paling bawah lapis
perkerasan jalan. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan
jika tanah aslinya baik atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau
tanah yang distabilisasi dan lain lain. Subgrade pada proyek jalan raya
memegang peranan penting dalam menentukan kualitas perkerasan jalan.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalansangat tergantung pada sifat-
sifat dan daya dukung tanah dasar.
Tanah dasar berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan. Sebagai
bahan perkerasan selain untuk sebagai tempat perletakan jalan raya, fungsi lain
dari tanah dasar adalah sebagai bahan yang mampu menahan beban lalulintas
dan untuk menghindari meresapnya air ke dalam lapisan perkerasan yang ada
diatasnya.
Ditinjau dari penyiapan tanah dasar, maka lapisan tanah dasar dapat dibuat
sebagai berikut :
· Lapisan tanah dasar, yang berasal dari tanah galian.
· Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
· Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Jenis-jenis tanah dasar Jenis Dilihat dari sifat-sifat dan gradasi butiran
tanah dasar, maka tanah dasar dapat dibedakan atas 3 (tiga) jenis sebagai berikut:
A. Tanah dasar berbutir kasar (Cohesionless Subgrade);
B. Tanah dasar berbutir halus (Cohesion Subgrade);
C. Tanah dasar dengan sifat mengembang yang besar (High Swelling
Subgrade)
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar
untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Menurut Spesifikasi, tanah
dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan
16
kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah
asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan
dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan semen dan lain lain.
Untuk daya dukung tanah ditentukan oleh CBR in site sesuai dengan SNI
03-1731-1989 atau CBR Laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989,
masing– masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan
jalan baru. Di sini apabila tanah dasar memiliki nilai CBR di bawah 2% maka
digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus setebal 15 cm
sehingga tanah dianggap memiliki CBR 5%.

2. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Mahasiswa dapat mempersiapkan bahan untuk lapisan sub base
course (Lapisan dasar) dengan tepat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengujian apa yang diperlukan dalam
mempersiapkan bahan untuk lapisan sub base course (Lapisan
dasar).
3. Mahasiswa dapat mengenal bahan – bahan yang digunakan untuk
lapisan sub base course (Lapisan dasar).

3. LANGKAH-LANGKAH

Pada prosedur pekerjaan lapisan subgrade, sebelum kegiatan Penghamparan


perkerasan dilakukan, bagian lapisan subgrade harus sudah dalam Keadaan siap
(kuat, padat, bersih dan dibentuk sesuai rencana). Adapun langkah
Langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Apabila tanah eksisting lebih tinggi dari elevasi rencana, maka dilakukan
Pekerjaan galian. Sedangkan apabila tanah eksisting lebih rendah dari
elevasirencana, maka dilakukan pekerjaan timbunan. Pada pekerjaan galian,
tanah Dasar dibentuk permukaan tanahnya dengan cara mengupas dengan
cangkul.
• Pekerjaan galian dimaksudkan untuk mendapatkan bagian tanah dasar
(subgrade) yang akan menentukan kekuatan dari susunan perkerasan di
Atasnya yang sesuai dengan rencana struktur.
17
• Pada pekerjaan timbunan, bagian-bagian yang harus ditimbun sampai
Mencapai ketinggian yang ditentukan, harus ditimbun menggunakan tanah
Timbunan yang cukup baik, bebas dari sisa (rumput/akar-akar lain-lainya).
Penimbunan harus dilakukan lapis demi lapis. Tebal maksimal hamparan 30
cm setiap lapisan. Kemudian tanah tersebut dilembabkan sebelum
Dilakukan pemadatan.
2. Pemadatan lapisan subgrade menggunakan Vibrator Roller atau Static
Roller (sambil diberi air secukupnya untuk mencapai kadar air optimum).
3. Setelah pemadatan tanah dasar selesai, lalu dilakukan perataan
menggunakan Motor Grader.

Lapisan subgrade harus sesuai dengan spesifikasi perencanaan jalan raya


Yang telah diatur didalam Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan Divisi
3 Mengenai pekerjaan tanah yang diterbitkan oleh binamarga. Spesifikasi
tersebut Menjelaskan tentang parameter bahan yang bisa digunakan untuk
sebagai syarat. Bahan lapisan subgrade. Disamping bahan yang digunakan,
perlu diperhatikan Proses pemadatan dilapangan yang menggunakan alat-alat
berat.

18
VI. Kesimpulan
Perkerasan lentur atau flexible pavement adalah salah satu jenis perkerasan
yang menjadikan aspal sebagai bahan pengikatnya, sifat lapisan perkerasannya
menopang serta menyebarkan beban kendaraan yang melintas sampai ke tanah
dasar. Perkerasan lentur umumnya digunakan pada lalu lintas ringan yang memiliki
beban kecil sebab, beban kendaraan berat serta kondisi cuaca sangat berpengaruh
pada strukturnya. Perkerasan Lentur terdiri dari beberapa lapisan dengan kriteria
bahan masing-masing yaitu;

1. Lapisan Permukaan (surface course)


Pada lapisan ini bahan yang digunakan ialah;

o Aspal campuran panas (Hot Mix) dengan jenisA TB, A TS8, HRS, HRSS
I AC
o Aspal campuran dingin (Cold mix) dengan jenis Slurry seal, DGEM,
OGEM dan Macadam emulsion.
o Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen).
o Labur Aspal SatuLapis (Burtu).
o Labur Aspal Dua Lapis (Burtu).
o Laburan Aspal (Buras)
o Lapisan tipis as buton murni (Latasbum)
o Lapisanas buton agregat (Lasbutag)
o Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)

2. Lapisan Base Course


Untuk lapisan base course bahan yang dapat digunakan mengikuti SNI
1732-1989-F dan Pt T-01-2002-B, macam-macam bahan alam yang
mempunyai CBR ≥ 50% dan indeks plastisitas (PI) ≤ 4 dapat digunakan untuk
lapis pondasi, contohnya: batu pecah, kerikil pecah dan tanah yang telah
distabilisasi dengan bahan tertentu seperti semen atau kapur. Sedang DPU
(2005) mensyaratkan lapis pondasi mempunyai CBR antara 65-95%
(bergantung pada klasifikasinya) dan PI ≤ 6.

19
3. Lapisan Sub Base Course
Secara tipikal, bahan lapisan pondasi bawah terdiri dari material
granuler dipadatkan (baik dirawat maupun tidak) atau lapisan tanah yang
distabilisasi dengan bahan tambahan tertentu. Material lapisan pondasi bawah
(subbase) biasanya dirancang lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan
material lapisan pondasi atas (base).
Menurut SNI-1732-1989-F dan Pt T-01-2002-B, macam-macam bahan
dengan CBR ≥ 20% dan indeks plastisitas (PI) ≤ 10, yaitu material yang lebih
baik dari tanah-dasar, dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi bawah.
Sedang DPU (2005) mensyaratkan CBR minimum 35% (agregat kelas C) dan
PI antara 4 – 9. Campuran-campuran tanah dengan semen portland atau kapur
dalam beberapa hal juga dianjurkan, agar kestabilan struktur perkerasan
maksimal.

4. Lapisan Sub Grade Course


Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian
atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan
dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Menurut
Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan
setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu
yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah
dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau
tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi
dengan semen dan lain lain. Sedangkan untuk lapisan ini tidak terdapat bahan
khusus dikarenakan hanya menggunakan tanah asli yg terdapat ditempat itu

20
DAFTAR PUSTAKA
Dapartemen Pekerjaan Umum. 2005. MODUL RDE - 12: BAHAN PERKERASAN
JALAN, (online).
(http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32405/mod_resource/content/1/200
5-12-Bahan%20Perkerasan%20Jalan.pdf), diakses pada 3 maret 2021.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2019. “Perancangan Perkerasan Jalan dan
Penyelidikan Tanah”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (UGM-
Press)
Kementerian Pekerjaan Umum. 2019. Modul Bahan Tanah Untuk Badan Jalan,
(online).
(Https://simantu.pu.go.id/epel/edok/1b2e8_1._Bahan_Tanah_Untuk_Bad
an_Jalan.pdf), diakses pada 4 maret 2021.
Puspito, I,H,. 2008. Perencanaan Perkerasan Jalan, (online),
(http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4292211007148780092923Fe
bruary2017.pdf), diakses 4 Maret 2021.
Septiadi, F,. 2015. PERENCANAAN CAMPURAN SUBBASE COARSE JALAN
MENGGUNAKAN TANAH GUMUK SILO DAN MAYANG KABUPATEN
JEMBER BERDASARKAN NILAI CBR, (online),
(https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/73437/SKRIPS
I%20FEFEN%20SEPTIADI-1-48.pdf?sequence=1), diakses 4 Maret
2021.
Setiawan, D,. 2016. Jenis Lapis Pemukaaan (Surface Course), (online),
(https://www.envi-c.com/2016/06/jenis-lapis-permukaan-jalan-
surface.html), diakses 4 Maret 2021.
Universitas Sumatera Utara. 2017. Lapisan Tanah Dasar Perkerasan (Subgrade),
(online).
(Http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67654/Chapter
%20II.pdf?Sequence=3&isallowed=y), diakses pada 4 maret 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai