Tugas 1 Kelompok 3
Tugas 1 Kelompok 3
MATAKULIAH
Mukhammad Hafiz
Khoharudin Ali
PROGRAM STUDI S1
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pemilihan
Bahan Lapisan Perkerasan Lentur mata kuliah Teori dan Praktikum Perkerasan Jalan.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Drs. H. Bambang Supriyanto, S.T., M.T.
yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. kami menyadari,
bahwa Makalah Pemilihan Bahan Lapisan Perkerasan Lentur yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya,
dan juga ditengah kondisi pandemi yang cukup menyulitkan dalam memahami
kondisi dilapangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi
lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga Makalah Pemilihan Bahan Lapisan
Perkerasan Lentur ini bisa menambah wawasan kita semua.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI Halaman
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iii
I. Latar Belakang
Perkerasan lentur atau flexible pavement adalah salah satu jenis perkerasan
yang menjadikan aspal sebagai bahan pengikatnya, sifat lapisan perkerasannya
menopang serta menyebarkan beban kendaraan yang melintas sampai ke tanah
dasar. Perkerasan lentur umumnya digunakan pada lalu lintas ringan yang memiliki
beban kecil sebab, beban kendaraan berat serta kondisi cuaca sangat berpengaruh
pada strukturnya. (Sukirman, 1999)
Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan yang dihamparkan diatas tanah
dasar yang telah dipadatkan terlebih dahulu. Beberapa lapisan itu berfungsi sebagai
penerima beban lalu lintas yang kemudian akan disebarkan ke lapisan yang ada di
bawahnya. (Sukirman, 1999). Komponen perkerasan lentur adalah sebagai berikut:
1
Gambar 1. Komponen Lapisan Tanah Perkerasan Lentur
Perencanaan perkerasan lentur dengan menggunakan metode bina marga
dilakukan melalui beberapa urutan prioritas, sebelum merencanakan diperlukan
nilai hasil dari urutan yang di prioritaskan, diantaranya: Jenis kerusakan jalan,
survey lalu lintas harian rata-rata, beban kumulatif sumbu kendaraan (ESA4),
kelelahan pada lapisan aspal (ESA5), harga CBR dan daya dukung tanah dasar.
(Direktorat Jenderal Bina Marga, 2017)
2
II. Lapisan Surface Course (Lapisan Permukaan)
1. TEORI
Lapisan Surface Course (Lapis Permukaan) adalah lapisan yang
terletak di paling atas pada suatu jalan raya yang biasanya kita pijak dan
bersentuhan langsung dengan ban kendaraan
Lapisan ini berfungsi sebagai:
a. Menerima beban langsung dari lalu lintas dan menyebarkan
untuk mengurangi tegangan pada lapisan bawah struktur jalan.
b. Menyediakan permukaan jalan yang aman dan kesat (anti selip)
c. Menyediakan permukaan yang baik bentuknya dan rata sehingga
nyaman dilalui
d. Menyediakan drainase yang baik dari permukaan kedap air,
sehingga melindungi struktur perkerasan jalan dari perubahan
cuaca
e. Memberikan permukaan yang “meyakinkan” sehingga memberi
rasa aman bagi pengguna jalan
Tegangan yang besar akibat beban lalu lintas yang makin berat saat
ini telah mengakibatkan terjadinya pengembangan material-material baru.
Dilihat dari aspek permukaan jalan yang aman, maka kekesatan permukaan
jalan merupakan hal yang utama. Hal lainnya yang penting adalah bentuk
penampang melintang normal (sumbu jalan lebih tinggi dari tepi jalan) dan
besarnya superelevasi di tikungan. Umumnya angka kekesatan dinyatakan
dari hasil uji alat ukur tahanan gesek. Permukaan jalan yang baik
mempunyai angka kekesatan > 65, sedangkan yang buruk memiliki nilai
sekitar 40. Material agregat yang digunakan untuk lapis aus di uji ketahanan
ausnya di laboratorium untuk menghasilkan parameter ‘polished stone
value’. Uji pada permukaan perkerasan juga dilakukan dengan alat uji
ketahanan gesek yang dapat langsung digunakan pada jalan yang
sesungguhnya. Nilai polished stone yang besar memiliki arti bahwa agregat
semakin tahan aus, dan bentuk sisi permukaannya halus dan tidak tajam.
3
• Material
Pada konstruksi perkerasan baru, ketebalan lapis permukaan
berkisar antara 45 mm dan 105 mm. Namun demikian pada peningkatan
jalan untuk memperkuat struktur jalan yang ada, ketebalan lapis permukaan
ini dapat sangat bervariasi.
Jenis bahan yang dipilih untuk lapis permukaan disesuaikan dengan beban
lalu lintas yang diperkirakan, sedangkan ukuran nominal agregat (20, 28,
atau 40 mm) tergantung pada ketebalan lapisannya. semakin tebal lapis
permukaan jalan maka semakin besar ukuran agregat yang di pakai.
• Bahan yang digunakan untuk lapis permukaan (Surface course)
o Aspal campuran panas (Hot Mix) dengan jenisA TB, A
TS8, HRS, HRSS I AC
o Aspal campuran dingin (Cold mix) dengan jenis Slurry
seal, DGEM, OGEM dan Macadam emulsion.
o Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen).
o Labur Aspal SatuLapis (Burtu).
o Labur Aspal Dua Lapis (Burtu).
o Laburan Aspal (Buras)
o Lapisan tipis as buton murni (Latasbum)
o Lapisanas buton agregat (Lasbutag)
o Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)
2. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mempersiapkan bahan untuk lapisan surface
course dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengujian apa yang diperlukan
dalam mempersiapkan bahan untuk lapisan Surface course.
c. Mahasiswa dapat mengenal bahan – bahan yang digunakan
untuk lapisan Surface course.
3. LANGKAH LANGKAH
Langkah – langkah tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan Klasifikasi Tanah Unified dan AASTHO
b. Menentukan nilai daya dukung tanah dasar, dengan menggunakan CBR
4
c. Menentukan umur rencana jalan
d. Menentukan Faktor pertumbuhan lalu lintas
e. Menentukan factor regional ( FR )
f. Menentukan Indeks Permukaan ( IP )
g. Menentukan kekuatan relative ( a )
h. Menentukan Batas minimum tebal lapisan perkerasan
4. HASIL
Pada langkah-langkah di atas, dikatakan bahwa lapisan permukaan
memerlukan rencana dengan menentukan factor regional dan indeks
permukaan yang akan dijelaskan berikut.:
5. PEMBAHASAN
5
a. Analisa pengujian CBR
b. Analisa perhitungan Lintas Ekivalen Rencana
c. Analisa penentuan tebal permukaan jalan
Selanjutnya hasil dari penelitian dijelaskan dalam bentuk tabel dan grafik, serta
dianalisa untuk diambil kesimpulan.
6
III. Lapisan Base Course (Lapisan Pondasi Atas)
1. TEORI
Lapisan Base Course (Lapis Pondasi Atas) adalah lapisan perkerasan
yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan. Lapisan
pondasi atas ini berfungsi sebagai :
a. Bantalan perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban
roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya
b. Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat
dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.
Bahan-bahan lapis pondasi harus cukup kuat dan awet, sehingga dapat
menahan beban – beban yang bekerja padanya. Oleh karena itu, sebelum
menentukan bahan-bahan untuk lapis pondasi, maka perlu dilakukan
pengujian bahan. Untuk bahan lalu-lintas tinggi, material lapis pondasi juga
sering distabilisasi dengan aspal, semen, kapur, kalsium khlorida, sodium
khlorida, abu terbang (flyash).
7
2. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mempersiapkan bahan untuk lapisan base
course dengan tepat.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengujian apa yang diperlukan
dalam mempersiapkan bahan untuk lapisan base course.
c. Mahasiswa dapat mengenal bahan – bahan yang digunakan
untuk lapisan base course.
3. LANGKAH – LANGKAH
8
d. Pencampuran Kuori
Adapun pencampuran kuori dilakukan jika dalam pengujian CBR, batas
cair, dan abrasi agregat tidak masuk dalam persyaratan sebagai lapis pondasi
atas kelas A. Pencampuran kuori dilakukan dengan cara mencampurkan dua
kuori yang bergradasi sangat baik dengan satu kuori bergradasi baik sampai
benda uji masuk dalam persyaratan pengujian lapis pondasi atas kelas A.
Metode pencampuran yang digunakan adalah metode Trial & Error.
Lalu, akan dilakukan perencanaan tebal perkerasan jalan baru
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
• Daya Dukung Tanah Dasar
• Faktor Regional
• Indeks Permukaan
• Indeks Tebal Perkerasan
• Tebal Perkerasan
4. HASIL
Pada penjabaran di atas, dikatakan bahwa lapisan pondasi atas
memerlukan agregat kelas A. Agregat kelas A dijelaskan pada tabel berikut :
9
Tabel 3.4.2 Batas – Batas Minimum Tebal Lapisan Perkerasan
5. PEMBAHASAN
Selanjutnya hasil uji laboratorium dijelaskan dalam bentuk tabel dan grafik,
serta dianalisa untuk diambil kesimpulan.
10
IV. Lapisan Subbase Course (Lapisan Pondasi Bawah)
1. TEORI
12
3. LANGKAH – LANGKAH
a. Klasifikasi Tanah
Tanah secara umum dapat diklasifikasikan sebagai tanah kohesif
dan tanah tidak kohesif, istilah ini terlalu umum sehingga
memungkinkan terjadinya identifikasi yang sama pada beberapa jenis
tanah. Sejumlah sistem klasifikasi tanah telah dipergunakan pada akhir-
akhir ini, sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan adalah sistem
klasifikasi Unified dan AASTHO.
13
dengan pertimbangan kandungan kadar airnya. Batas-batas tersebut
adalah batas 10 cair (liquid limit), batas plastis (plastic limit), dan batas
susut (shrinkage limit).
d. Pencampuran Kuori
Adapun pencampuran kuori dilakukan jika dalam pengujian
CBR, batas cair, dan abrasi agregat tidak masuk dalam persyaratan
sebagai lapis pondasi bawah kelas B. Pencampuran kuori dilakukan
dengan cara mencampurkan dua kuori yang bergradasi sangat baik
dengan satu kuori bergradasi baik sampai benda uji masuk dalam
persyaratan pengujian lapis pondasi bawah kelas B. metode
pencampuran yang di gunakan adalah metode Trial n Error.
4. HASIL
Pada penjabaran di atas, dikatakan bahwa lapisan pondasi atas
memerlukan agregat kelas B. Agregat kelas B dijelaskan pada tabel berikut:
14
5. PEMBAHASAN
15
V. LAPISAN SUB BASE COURSE (LAPISAN DASAR)
1. TEORI
Lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di
bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi
perkerasan jalan. Subgrade adalah tanah dasar di bagian paling bawah lapis
perkerasan jalan. Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan
jika tanah aslinya baik atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau
tanah yang distabilisasi dan lain lain. Subgrade pada proyek jalan raya
memegang peranan penting dalam menentukan kualitas perkerasan jalan.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalansangat tergantung pada sifat-
sifat dan daya dukung tanah dasar.
Tanah dasar berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan. Sebagai
bahan perkerasan selain untuk sebagai tempat perletakan jalan raya, fungsi lain
dari tanah dasar adalah sebagai bahan yang mampu menahan beban lalulintas
dan untuk menghindari meresapnya air ke dalam lapisan perkerasan yang ada
diatasnya.
Ditinjau dari penyiapan tanah dasar, maka lapisan tanah dasar dapat dibuat
sebagai berikut :
· Lapisan tanah dasar, yang berasal dari tanah galian.
· Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
· Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Jenis-jenis tanah dasar Jenis Dilihat dari sifat-sifat dan gradasi butiran
tanah dasar, maka tanah dasar dapat dibedakan atas 3 (tiga) jenis sebagai berikut:
A. Tanah dasar berbutir kasar (Cohesionless Subgrade);
B. Tanah dasar berbutir halus (Cohesion Subgrade);
C. Tanah dasar dengan sifat mengembang yang besar (High Swelling
Subgrade)
Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau
permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar
untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. Menurut Spesifikasi, tanah
dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang
mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan
16
kepadatan dan daya dukungnya (CBR). Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah
asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan
dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dengan semen dan lain lain.
Untuk daya dukung tanah ditentukan oleh CBR in site sesuai dengan SNI
03-1731-1989 atau CBR Laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989,
masing– masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan
jalan baru. Di sini apabila tanah dasar memiliki nilai CBR di bawah 2% maka
digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus setebal 15 cm
sehingga tanah dianggap memiliki CBR 5%.
3. LANGKAH-LANGKAH
18
VI. Kesimpulan
Perkerasan lentur atau flexible pavement adalah salah satu jenis perkerasan
yang menjadikan aspal sebagai bahan pengikatnya, sifat lapisan perkerasannya
menopang serta menyebarkan beban kendaraan yang melintas sampai ke tanah
dasar. Perkerasan lentur umumnya digunakan pada lalu lintas ringan yang memiliki
beban kecil sebab, beban kendaraan berat serta kondisi cuaca sangat berpengaruh
pada strukturnya. Perkerasan Lentur terdiri dari beberapa lapisan dengan kriteria
bahan masing-masing yaitu;
o Aspal campuran panas (Hot Mix) dengan jenisA TB, A TS8, HRS, HRSS
I AC
o Aspal campuran dingin (Cold mix) dengan jenis Slurry seal, DGEM,
OGEM dan Macadam emulsion.
o Lapisan Penetrasi Macadam (Lapen).
o Labur Aspal SatuLapis (Burtu).
o Labur Aspal Dua Lapis (Burtu).
o Laburan Aspal (Buras)
o Lapisan tipis as buton murni (Latasbum)
o Lapisanas buton agregat (Lasbutag)
o Lapisan tipis aspal pasir (Latasir)
19
3. Lapisan Sub Base Course
Secara tipikal, bahan lapisan pondasi bawah terdiri dari material
granuler dipadatkan (baik dirawat maupun tidak) atau lapisan tanah yang
distabilisasi dengan bahan tambahan tertentu. Material lapisan pondasi bawah
(subbase) biasanya dirancang lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan
material lapisan pondasi atas (base).
Menurut SNI-1732-1989-F dan Pt T-01-2002-B, macam-macam bahan
dengan CBR ≥ 20% dan indeks plastisitas (PI) ≤ 10, yaitu material yang lebih
baik dari tanah-dasar, dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi bawah.
Sedang DPU (2005) mensyaratkan CBR minimum 35% (agregat kelas C) dan
PI antara 4 – 9. Campuran-campuran tanah dengan semen portland atau kapur
dalam beberapa hal juga dianjurkan, agar kestabilan struktur perkerasan
maksimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dapartemen Pekerjaan Umum. 2005. MODUL RDE - 12: BAHAN PERKERASAN
JALAN, (online).
(http://sibima.pu.go.id/pluginfile.php/32405/mod_resource/content/1/200
5-12-Bahan%20Perkerasan%20Jalan.pdf), diakses pada 3 maret 2021.
Hardiyatmo, Hary Christady. 2019. “Perancangan Perkerasan Jalan dan
Penyelidikan Tanah”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (UGM-
Press)
Kementerian Pekerjaan Umum. 2019. Modul Bahan Tanah Untuk Badan Jalan,
(online).
(Https://simantu.pu.go.id/epel/edok/1b2e8_1._Bahan_Tanah_Untuk_Bad
an_Jalan.pdf), diakses pada 4 maret 2021.
Puspito, I,H,. 2008. Perencanaan Perkerasan Jalan, (online),
(http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4292211007148780092923Fe
bruary2017.pdf), diakses 4 Maret 2021.
Septiadi, F,. 2015. PERENCANAAN CAMPURAN SUBBASE COARSE JALAN
MENGGUNAKAN TANAH GUMUK SILO DAN MAYANG KABUPATEN
JEMBER BERDASARKAN NILAI CBR, (online),
(https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/73437/SKRIPS
I%20FEFEN%20SEPTIADI-1-48.pdf?sequence=1), diakses 4 Maret
2021.
Setiawan, D,. 2016. Jenis Lapis Pemukaaan (Surface Course), (online),
(https://www.envi-c.com/2016/06/jenis-lapis-permukaan-jalan-
surface.html), diakses 4 Maret 2021.
Universitas Sumatera Utara. 2017. Lapisan Tanah Dasar Perkerasan (Subgrade),
(online).
(Http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67654/Chapter
%20II.pdf?Sequence=3&isallowed=y), diakses pada 4 maret 2021.
21