Anda di halaman 1dari 4

PENGENDALIAN CORYZA INFEKSIUS PADA AYAM

Penyakit infectious coryza atau infeksi Haemophilus paragallinarum yang disebabkan

oleh bakteri Gram (-). Merupakan penyakit saluran pernafasan bagian atas yang

menyebabkan gangguan pernafasan pada ayam.

ETIOLOGI

Infeksius coryza merupakan salah satu penyakit pernafasan pada unggas, khususnya

ayam, yang disebabkan oleh bakteri gram negative dan disebut Haemophilus paragallinarum

dengan ukuran kecil + 0,3 µm, bersifat mikroaerofilik dan tidak bergerak/non motil. Bakteri

ini akan sangat baik tumbuhnya bila dibiakkan dalam media agar darah dan dieramkan secara

mikroaerofilik. Sifat alami bakteri ini tidak bisa hidup lama dan akan mati dalam waktu 4 – 5

jam. Ayam yang sembuh dari serangan penyakit akan menjadi kebal untuk serotype yang

sama.

Penyebab penyakit ini pertama kali ditemukan oleh DE BLIECK (1932), seorang Belanda

pada tahun 1931- 1932, yang diberi nama Bacillus Haemoglobinophilus coryza gallinarum.

Di Indonesia penyakit snot menular telah dilaporkan sejak tahun 1974.

EPIDEMIOLOGI

1. SPESIES RENTAN

Infeksius coryza dapat menyerang ayam semua umur, tetapi yang paling peka adalah

ayam umur 18-23 minggu atau menjelang bertelur. Jika terinfeksi, kelompok ayam ini akan

sangat terlambat berproduksinya. Pada ayam yang sedang bertelur, penurunan produksi dapat

mencapai 10-40%.

2. PENGARUH LINGKUNGAN
Penyakit ini dapat menyerang semua jenis ayam, baik ayam Kampung, ayam petelur, dan

ayam potong/pedaging. Penyebaran penyakit ini hampir ditemukan di seluruh dunia, baik di

negara-negara maju maupun sedang berkembang, termasuk Indonesia, terutama di daerah

yang beriklim tropis. Wabah penyakit sering terjadi pada musim peralihan dari penghujan ke

musim kemarau atau sebaliknya.

3. SIFAT PENYAKIT

Penyakit berjalan akut dan kadang kadang kronis, dengan masa inkubasi 1-3 hari. Pada

sekelompok ayam penyakit ini dapat berlangsung antara 1-3 bulan. Angka kematian

umumnya rendah, yaitu antara 1-5% walau pernah ada laporan sampai 30%, tetapi angka

kesakitan dapat mencapai 80-100%.

4. CARA PENULARAN

Penyebaran penyakit dalam kandang sangat cepat, Penularan penyakit dapat terjadi

melalui kontak langsung dengan ayam sakit atau ayam karier, tetapi dapat pula terjadi secara

tidak langsung melalui air minum, pakan, dan peralatan yang terkontaminasi.

5. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor predisposisi penyakit dihubungkan dengan adanya pergantian musim atau adanya

berbagai factor yang menyebabkan stress, seperti perubahan cuaca, lingkungan kandang,

perlakuan vaksinasi, dan juga penyakit yang bersifat imunosupresif.

6. GEJALA KLINIS

Gejala-gejala klinis dari penyakit ini ditandai dengan keluarnya eksudat dari hidung yang

mula-mula berwarna kuning dan encer (sereous), tetapi lama-lama berubah menjadi kental

dan bernanah dengan bau yang khas (mucopurulent). Bagian paruh di sekitar hidung tampak

kotor atau berkerak oleh sisa pakan yang menempel pada eksudat. Sinus infraorbitalis
membengkak, yang ditandai dengan pembengkakan sekitar mata dan muka. Kadang-kadang

suara ngorok terdengar dan ayam penderita agak sulit bernafas. Penurunan nafsu makan dan

diare sering terjadi, sehingga pertumbuhan ayam menjadi terhambat dan kerdil.

7. DIAGNOSA BANDING

CRD, Cholera, avitaminosis A, IB.

8. PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN

Sampel diambil dari trakea, sinus infraorbitas, bangkai segar / dalam keadaan dingin.

9. PENGOBATAN

Untuk pengobatan diberikan antibiotika melalui suntikan atau air mmmndinum selama 3-

7 hari berturut-turut, tergantung ringan beratnya serangan penyakit. Dengan intensifnya

pemakaian antibiotika untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, telah dilaporkan adanya

kuman Hpg yang resisten terhadap beberapa antibiotika dan preparat sulfa secara in vitro.

Dalam pemberian obat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal seperti dosis, waktu

pemberian dan durasi atau lama pemberian agar pengobatan efektif. Pemberian dosis yang

kurang akan mengakibatkan ayam tak kunjung sembuh, begitu pula jika dosis yang diberikan

melebihi batas dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh bahkan kematian. Pemberian

dosis yang tidak sesuai dan pengobatan yang tidak tuntas dapat mengakibatkan resistensi

antibiotik Resistensi antibiotik atau kondisi dimana ketahanan bakteri meningkat terhadap

daya kerja antibiotik tertentu sehingga bakteri menjadi tidak sensitif atau kebal terhadap satu

jenis antibiotik. Jika kondisi ayam cukup parah dan sulit untuk minum, antibiotik yang

diberikan dengan cara suntik (injeksi) dapat menjadi pilihan. Terutama pada ayam-ayam yang

terserang Coryza dan mengalami kebengkakan muka yang parah. 


Jalan terbaik untuk mengurangi kejadian penyakit yaitu melakukan pencegahan dengan

vaksinasi yang teratur, sehingga dapat mengurangi pemakaian antibiotika yang terus menerus

dan berlebihan yang mengakibatkan terjadinya resistensi kuman dan akumulasi residu

antibiotika pada bahan pangan asal ternak

Anda mungkin juga menyukai