oleh bakteri Gram (-). Merupakan penyakit saluran pernafasan bagian atas yang
ETIOLOGI
Infeksius coryza merupakan salah satu penyakit pernafasan pada unggas, khususnya
ayam, yang disebabkan oleh bakteri gram negative dan disebut Haemophilus paragallinarum
dengan ukuran kecil + 0,3 µm, bersifat mikroaerofilik dan tidak bergerak/non motil. Bakteri
ini akan sangat baik tumbuhnya bila dibiakkan dalam media agar darah dan dieramkan secara
mikroaerofilik. Sifat alami bakteri ini tidak bisa hidup lama dan akan mati dalam waktu 4 – 5
jam. Ayam yang sembuh dari serangan penyakit akan menjadi kebal untuk serotype yang
sama.
Penyebab penyakit ini pertama kali ditemukan oleh DE BLIECK (1932), seorang Belanda
pada tahun 1931- 1932, yang diberi nama Bacillus Haemoglobinophilus coryza gallinarum.
EPIDEMIOLOGI
1. SPESIES RENTAN
Infeksius coryza dapat menyerang ayam semua umur, tetapi yang paling peka adalah
ayam umur 18-23 minggu atau menjelang bertelur. Jika terinfeksi, kelompok ayam ini akan
sangat terlambat berproduksinya. Pada ayam yang sedang bertelur, penurunan produksi dapat
mencapai 10-40%.
2. PENGARUH LINGKUNGAN
Penyakit ini dapat menyerang semua jenis ayam, baik ayam Kampung, ayam petelur, dan
ayam potong/pedaging. Penyebaran penyakit ini hampir ditemukan di seluruh dunia, baik di
yang beriklim tropis. Wabah penyakit sering terjadi pada musim peralihan dari penghujan ke
3. SIFAT PENYAKIT
Penyakit berjalan akut dan kadang kadang kronis, dengan masa inkubasi 1-3 hari. Pada
sekelompok ayam penyakit ini dapat berlangsung antara 1-3 bulan. Angka kematian
umumnya rendah, yaitu antara 1-5% walau pernah ada laporan sampai 30%, tetapi angka
4. CARA PENULARAN
Penyebaran penyakit dalam kandang sangat cepat, Penularan penyakit dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan ayam sakit atau ayam karier, tetapi dapat pula terjadi secara
tidak langsung melalui air minum, pakan, dan peralatan yang terkontaminasi.
5. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi penyakit dihubungkan dengan adanya pergantian musim atau adanya
berbagai factor yang menyebabkan stress, seperti perubahan cuaca, lingkungan kandang,
6. GEJALA KLINIS
Gejala-gejala klinis dari penyakit ini ditandai dengan keluarnya eksudat dari hidung yang
mula-mula berwarna kuning dan encer (sereous), tetapi lama-lama berubah menjadi kental
dan bernanah dengan bau yang khas (mucopurulent). Bagian paruh di sekitar hidung tampak
kotor atau berkerak oleh sisa pakan yang menempel pada eksudat. Sinus infraorbitalis
membengkak, yang ditandai dengan pembengkakan sekitar mata dan muka. Kadang-kadang
suara ngorok terdengar dan ayam penderita agak sulit bernafas. Penurunan nafsu makan dan
diare sering terjadi, sehingga pertumbuhan ayam menjadi terhambat dan kerdil.
7. DIAGNOSA BANDING
Sampel diambil dari trakea, sinus infraorbitas, bangkai segar / dalam keadaan dingin.
9. PENGOBATAN
Untuk pengobatan diberikan antibiotika melalui suntikan atau air mmmndinum selama 3-
pemakaian antibiotika untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, telah dilaporkan adanya
kuman Hpg yang resisten terhadap beberapa antibiotika dan preparat sulfa secara in vitro.
Dalam pemberian obat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal seperti dosis, waktu
pemberian dan durasi atau lama pemberian agar pengobatan efektif. Pemberian dosis yang
kurang akan mengakibatkan ayam tak kunjung sembuh, begitu pula jika dosis yang diberikan
melebihi batas dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh bahkan kematian. Pemberian
dosis yang tidak sesuai dan pengobatan yang tidak tuntas dapat mengakibatkan resistensi
antibiotik Resistensi antibiotik atau kondisi dimana ketahanan bakteri meningkat terhadap
daya kerja antibiotik tertentu sehingga bakteri menjadi tidak sensitif atau kebal terhadap satu
jenis antibiotik. Jika kondisi ayam cukup parah dan sulit untuk minum, antibiotik yang
diberikan dengan cara suntik (injeksi) dapat menjadi pilihan. Terutama pada ayam-ayam yang
vaksinasi yang teratur, sehingga dapat mengurangi pemakaian antibiotika yang terus menerus
dan berlebihan yang mengakibatkan terjadinya resistensi kuman dan akumulasi residu