Anda di halaman 1dari 4

RESIKO SEORANG DOKTER

PERISTIWA TERJADI DIDEPAN RUMAH ADANG. TEMPAT TERSEBUT


MENANDAKAN BAHWASANYA PENGHUNINYA SELERA MODEREN,
SEDERHANA DAN BERSIH. DIDINDING ADA LUKISAN-LUKISAN YG
BERGANTUNGAN, DISUDUT KAMAR ADA SEBUAH LUKISAN YANG BARU
SELESAI MUKA DAN LEHERNYA DAN ITU POTRET LUKISAN HARTATI DI
ATAS STANDART.

WAKTU ITU MALAM BARU SAJA TIBA, DAN DILUAR JUGA TURUN HUJAN.
DI RUANG ITU SUASANA SANGAT SURAM.DISEBUAH KURSI DUDUKLAH
SEORANG IBU TUNDUK DAN TERDIAM, SUARA LANGKAH ADANG YANG
MONDAR MANDIR ITU TERASA KOSONG LEGANG.

Adang gelisah, seketika ia berhenti didepan pintu hartati. Ada tegerak ia hendak
membuka,namun ia berpaling.Terdengar suara perdebatan yang sangat hebat diluar. Dan
disitu Dr Gun keluar dari kamar Hartati lalu menegur ibu Hartati dan Adang.Mereka berdua
langsung terdiam dan sadar, tapi adang langsung memburu Dr Gun penuh dengan harapan
dan cemas. Disitu Adang memegang tangan Dr Gun dan menanyakan keadaan istrinya
Hartati. ‘’Dok? bagaimana keadaan Hartati?” lalu dokter mengatakan “dia masih belum
sadar”.

“oiya Ayu sudah datang?” ibu menggeleng. “yasudah kalau si Ayu datang beritahu
saya”.Adang menanyakkan “ada apa sama ayu? Kenapa?” kemudian ibu mengatakan
“tenang Adang kalian bisa membantu saya jika kalian tenang dan sabar”.Adang memohon ke
dokter, “dok tolong sembuhkan Hartati”. Lalu ibu pun juga bertanya kepada dokter, “dok
apakah dia akan mati? Enggakkan dok”? Adang kembali memegang tangan dokter dan
berkata, “iya dok katakanlah terus terang dok!”, Dokter Gun hanya terdiam.(suara Adang
keras seperti mengancam dokter Gun) “saya suami nya jadi saya berhak tau keadaannya!”
dokter menarik napas lalu mengatakan “Sabar Adang, Tati masih bisa sembuh”. Ha
maksudmu dok? Tanya Adang kembali. “Iya dia masih bisa hidup kalau dia sendiri yang
mau” “Dia harus sembuh”! “Saya mengerti perasaanmu tapi cobalah bersabar,kepintaran
saya sebagai dokter hanya berlaku jika Hartati sendiri yang ingin hidup. Untuk saat ini saya
tidak berdaya, Hartati sendiri tidak mau membantu saya.Soal Hartati bukan Cuma
keruntuhan jasmani tapi rohani dan jiwa nya”. Dokter Gun kembali ke kamar Hartati,tapi
sebelum dia masuk dia menitip pesan ke ibu dan Adang, jika Ayu datang beritahu saya.

Kembali cekcok antara Ibu dan Adang. Sampai pada titik cekcok tersebut ibu Hartati
menenangkan Adang untuk berdamai. Adang juga belum ada tidur selama seminggu ini
karena memikirkan keadaan Hartati. Ibu Hartati pun menyuruh Adang untuk beristirahat
tetapi Adang memilih untuk keluar mecari udara segar agar menenangkan pikiran dan hati
nya. Sekarang ibu tinggallah seorang diri didepan kamar Hartati. Tiba tiba dikejutkan oleh Dr
Gun yang keluar dari kamar Hartati. Ibu langsung bertanya “ada apa pak Gun?” dokterpun
terkejut karena tibatiba mendengar suara ibu tersebut “Oh tidak ada apa apa”. “Terkejut?”
(senyum untuk menenangkannya) “saya Cuma ingin merokok sebatang”. “Lalu bagaimana
Hartati didalam sendirian?” Tanya ibu hartati. “Ada suster Sulasmi didalam” ( sambil duduk
dan menjulurkan kakinya) “cape dok?” Tanya ibu. “Agak kejang tulang belulang saya, oiya
Adang kemana?” “Oh dia keluar tadi “ (kata ibu Hartati). “Pak Gun juga terlalu
memaksakan diri”. “Tidak itu sudah kewajiban saya sebagai dokter lagi pula suami ibu
teman karib saya,sudah seperti saudara kandung saya sendiri, beliau juga berpesan sama
saya untuk memperhatikan kalian”! ”tapi saya tidak membantu apa apa untuk Tati. Doker
sudah berjuang habis habisa untuk Tati, saya ambilkan teh panas dibelakang dulu”, kata ibu
Tati. Dr Gun kini tinggal seorang diri sambil memandang lukisan potret Hartati yang
standart. Lalu dikejutkan oleh suara ibu, “silahkan pak Gun” (meletakkan teh diatas meja) Dr
Gun pun kembali ketempat duduknya.

Dr.Gun sambil menunggu Rahayu kembali. Ia mengambil seputung rokoknya. Aku


melihatnya dari sisiku. Terlintas dalam benakku mungkin banyak beban yang ia alami selama
ini. Aku melihat photo Hartati dengannya. Ia cantik… cantik sekali. Yah kami berbincang
amat banyak, menegenai Rahayu, Adang, yah dia banyak menayakan kehidupan privasi
keluargaku. Aku hanya menjawab seadanya karena suasana hatiku juga sedang tidak baik.
Aku sedikit heran kenapa dia harus bertanya seteliti itu. Apakah ia seorang detektif yang
sedang mencoba mencari mangsanya? Itu membuat otakku seperti dikerumbungi oleh
beberapa lebah yang menyengat. “Aku akan keluar dari ruangan ini. Merintih dan berdoa
adalah hal yang bisa kulakukan sekarang" kata seseorang.

Seseorang yang sedang dalam perjalanan menampakkan raut yang amat khawatir.
Beberapa spekulasi muncul dalam benaknya. Ia bingung ingin mempercayai spekulasi yang
mana. Kepulangannya sudah ditunggu sedari tadi. Yah ia cukup merasa sedih ketika
membuat orang-orang yang ia kasih jadi menunggu tak pasti. Hah kutuk saja dia. Namun
jangan sekarang, ijin kania melihat raga kakak iparnya terlebih dahulu. Pasti kan ia melihat
wajahnya yang cantik malah terhalang oleh kulit dan raut yang amat tak segar kembali. Yah
itulah aku yang dilanda oleh badai khawatiran serta dilemma yang tinggi. Yah dia datang, si
rahayu.

Ketika ia hendak pergi menuju kekamar Tati, tangannya tertahan oleh sesuatu yang lebih
besar dari tangannya

"Kau kemana saja? Kenapa kau lama sekali Ayu?"

"Lepaskan tanganku! Disini rupanya kau dokter, bagaimana keadaan kakak iparku? Apa kau
juga membuat dirinya sepeti diriku?"

"Tutup mulutmu Ayu!"

"Kenapa? takut? Kenapa harus takut dengan perbuatan mu sendiri?. Bagaimana jabatanmu?
Sudah meningkat? Pasti kau bahagia sekalikan?"

"Hentikan Ayu. Tidak sepantasnya kau berbicara seperti itu"

"Aku membenci setiap hal yang ada pada dirimu. Yah aku juga membenci diriku. Kau tahu
kita bedua sama-sama pembunuh tapi kau lebih keji. Aku masih berusaha
mempertahankanya. Memberinya asupan tinggi, memberikannya nutrisi dan berharap ia akan
kelaur dalam keadaan sehat dan cantik. Ya hakum membunuhnya aku tidak berhasil
mengeluarkan dirinya dari perutku dalam keadaan menangis. Namun kau dengan begitu
kejinya mengugurkan anakku dengan segala cara ketika aku menahan segala sakit untuk
membawanya. Tega sekali kau!"

"Ayu, aku hanya ingin kau tahu, aku melakukan ini karena keinginan dari mendiang ayahmu.
Mau tak mau tentu aku harus melakukannya."

"Apakah kehormatan lebih tinggi dari padanya pak dokter? Bagaimana bias kau berbuat
seperti ini? Aku memang bodoh membiarkan pemuda itu melemparkan aku seperti sampah
setelah selesai dipakai. Harga diriku jatuh! Aku seperti perempuan murahan yang tidak ada
stratanya lagi. Ahhh. Dokter, aku memang bodoh melakukan itu. Seharusnya aku menahan
segala hawa nafsuku. Aku menyesalinya dokter."
"Sudahlah Tati, kita tidak usah bertengkar lagi, mari kita lupakan kejadian itu, anakmu pasti
juga sudah senang disana. Ikhlaskan. Ini semua sudah diatur. Aku yakin kau pasti akan
mendapatkan yang terbaik kedepannya. Yakinlah akan hal itu."

"Sudahlah dokter, aku ingin melihat Tati. Maafkan kelepasanku tadi,a ku yakin ibuku dan
abangku mempercayaimu."

"Disinilah dulu,tenangkan dirimu

"Aku tidak apa-apa"

Ia melangkah masuk kekamar Tati

"Apakah ini akhirnya ? Pekerjaan ku lagi lagi membuat ku stress. Semoga saja ini bisa
menjadi amal yang baik buat ku kedepannya"

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai