Anda di halaman 1dari 14

PELAKSANAAN FUNGSI KELUARGA

(STUDI KASUS PELAKSANAAN FUNGSI KELUARGA PADA SUAMI


PELAKU POLIGAMI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN
PELALAWAN

Oleh: Ainun Maknunah


Ainumaknunah94@gmail.com
Pembimbing: Dra. Risdayati., M.Si

Jurusan Sosiologi-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-Universitas Riau


Kampus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru
28293-
Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRAK

Poligami adalah fenomena kehidupan yang terjadi di sekitar kita. Istilah


poligami sering terdengar namun tidak banyak masyarakat yang dapat menerima
NHDGDDQ LQL .DWD SROLJDPL VHQGLUL EHUDVDO GDUL \XQDQL ³SRO\JDPLH´ \DLWX SRly
berarti banyak dan gamie berarti laki-laki, jadi arti dari poligami adalah laki-laki
yang beristri lebih dari satu orang wanita dalam satu ikatan perkawinan. Di
kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan khasus poligami banyak terjadi.
Akan tetapi menurut hasil wawancara dengan Kantor Urusan Agama (KUA)
setempat tidak ada suami yang melaporkan pernikahan kedua ke KUA setempat.
Karena kebanyakan pernikahan kedua mereka dilakukan diluar daerah dan
biasanya tanpa sepengetahuan istri pertamanya. Istri pertama baru mengetahui
pernikahan kedua suaminya setelah sang suami membawa istri keduanya ke
daerah tersebut. Sebagian masyarakat memang tidak mempermasalahkan
poligami yang dilakukan, akan tetapi sebagian masyarakat kurang setuju dengan
kejadian tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembagian
pelaksanaan fungsi keluarga pada keluarga yang melakukan praktik poligami,
dengan mengambil focus pada satu keluarga dimana sang suami melakukan
praktik poligami dengan mempunyai empat istri. Metode penelitian dalam
penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang bertujuan mengungkap fakta, keadaan, dan fenomena. Penulis
akan menlakukna penelitian secara holistik terkait pembagaian waktu dan
ekonomi pada keluarga berpoligami.

Kata Kunci : Keluarga, Poligami, Pelaksanaan Fungsi Keluarga

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 1


UNCTION OF THE FAMILY (STUDY OF FUNCTIONS IN HUSBAND'S
FAMILY PLAYERS IN SUB KERUMUTAN POLYGAMY THE
PELALAWAN REGENCY)

By: Ainun Maknunah


Ainunmaknunah94@gmail.com
Supervisor: Dra. Risdayati., M.Si

Department of Sociology-Faculty of Social and Political Sciences-University of


Riau Campus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km. 12.5 New Pekanbaru Simpang
28293-
Tel / Fax. 0761-63277

ABSTRACT

Polygamy is the phenomenon of life going on around us. The term


polygamy is often heard but not many people who can accept this situation. The
word itself comes from the Greek polygamy "polygamie", namely poly meaning
many and gamie means the men, so the meaning of polygamy is men who take
more than one woman in the bonds of marriage. In districts Kerumutan
Pelalawan khasus polygamy occur. However, according to the interview with the
Kantor Urusan Agama (KUA) local no husband reported to the local KUA second
marriage. Because most of their second marriages performed outside the region
and usually without the knowledge of his first wife. The first wife learned of her
husband's second marriage after the husband's second wife brought to the area.
Most people did not make polygamy, but some people do not agree with the
incident. This study aims to determine the division of the implementation of family
function in families that practice polygamy, by taking the focus on one family in
which the husband to practice polygamy to have four wives. The research method
in this research is descriptive research method. Descriptive research is research
that aims to uncover the facts, circumstances, and phenomena. The author will
menlakukna holistically related research and economic pembagaian time in
polygamous families.

Keywords: Family, Polygamy, Family Function Implementation

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 2


PENDAHULUAN datang dari kalangan masyarakat awam
Poligami adalah fenomena maupun di kalangan intelektual. Dimana
kehidupan yang terjadi di sekitar kita. pada umumnya mereka berpendapat
Istilah poligami sering terdengar namun bahwa perkawinan poligami tidak
tidak banyak masyarakat yang dapat menunjukan keadilan. Oleh sebab itu
menerima keadaan ini. Kata poligami pemerintah mengeluarkan Undang-
VHQGLUL EHUDVDO GDUL \XQDQL ³polygamie´ undang No.1 Tahun 1974 Tentang
yaitu poly berarti banyak dan gamie Perkawinan. Undang-undang tersebut
berarti laki-laki, jadi arti dari poligami mengatur asas yang dianutnya, yaitu asas
adalah laki-laki yang beristri lebih dari monogami, bahwa baik pria maupun
satu orang wanita dalam satu ikatan wanita hanya apabila dikehendaki oleh
perkawinan. Seperti seorang suami yang bersangkutan hanya dapat
mungkin mempunyai dua istri atau lebih dilakukan apabila memenuhi beberapa
pada saat yang sama (Abdullah, 2004). persyaratan tertentu dan diputuskan di
Dalam banyak adat, perkawinan pengadilan. Karena hukum dan agama
seorang laki ±laki dengan beberapa yang mengizinkannya, seorang suami
orangperempuan dapat diterima, dapat beristrikan lebih dari seorang
sementara dari pihak perempuan yaitu isteri, meskipun hal tersebut dikehendaki
poliandri samasekali tidak dibenarkan. ole pihak-pihak yang bersangkutan,
Sebagai contoh, Agama islam hanya dapat dilakukan apabila
membolehkan laki ± lakiberistri lebih memenuhi beberapa persyaratan tertentu
dari satu dengan persyaratan ± dan diputuskan di pengadilan.
persyaratan tertentu yang sama sekali Di kecamatan Kerumutan
tidak mengabaikan hak-hak Kabupaten Pelalawan khasus poligami
perempuan.Kenyataannya di Indonesia, banyak terjadi. Akan tetapi menurut
yang mayoritas masyarakatnya beragama hasil wawancara dengan Kantor Urusan
Islam,ditambah lagi dengan pemahaman Agama (KUA) setempat tidak ada suami
agama yang kurang, sering mnafsirkan yang melaporkan pernikahan kedua ke
L]LQWHUVHEXW VHEDJDL ³ L]LQ UHVPL \DQJ KUA setempat. Karena kebanyakan
longgDU´ VHKLQJJD PHQJDEDLNDQ pernikahan kedua mereka dilakukan
persyaratanyang harus dipenuhi untuk diluar daerah dan biasanya tanpa
memperoleh izin tersebut. Akibatnya, sepengetahuan istri pertamanya. Istri
hak perempuan yang sudah diperistrinya pertama baru mengetahui pernikahan
belum terpenuhi, laki ±laki tersebut kedua suaminya setelah sang suami
menikah lagi. membawa istri keduanya ke daerah
Kejadian seorang pria kawin tersebut. Sebagian masyarakat memang
dengan seorang wanita seperti layaknya tidak mempermasalahkan poligami yang
perkawinan monogami, kemudian dilakukan, akan tetapi sebagian
setelah berkeluarga dalam beberapa masyarakat kurang setuju dengan
tahun pria tersebut kawin lagi dengan kejadian tersebut.
istri keduanya tanpa menceraikan isteri Permasalahan diatas
pertamanya. Meskipun demikian, sang menunjukkan bahwa fenomena
suami mempunyai alasan atau sebab poligami yang terjadi di masyarakat
mengapa ia mempunyai keputusan untuk Kerumutan mendapatkan pro dan
menikah lagi, karena peristiwa tersebut kontra. Terutama dari istri pertama yang
banyak terjadi di masyarakat, maka merasa telah dibohongi. Sehingga hal
muncul beberapa pendapat dan ini dapat memicu terjadinya konflik
pemahaman terhadap poligami, baik itu diantara para istri. Pelaksanaan praktik

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 1


poligami pada sebuah keluarga tentu lain yang juga timbul pro-kontra adalah
lebih rumit dibandingkan dengan legalitas hukum para pelaku poligini,
keluarga pada umumnya. Fungsi kasih mereka sebagian besar tidak
sayang, ekonomi, sosialisasi, reproduksi mendaftarkan pernikahan di KUA
pada keluarga poligami juga menjadi setempat sehingga jika terjadi masalah
hal yang menarik jika dilihat secara ketika bercerai akan merugikan pihak
mikro. perempuan sendiri.
Selain masalah legalitas dan pro Pasangan pologini yang cukup
kontra terkait poligami, pelaksanaan menarik di kecamatan ini adalah salah
fungsi keluarga pada keluarga ini juga satu yang dianggap tokoh masyarakat
mengalami banyak kendala. Terjadinya oleh warga setempat. Walaupun
kecemburuan sosial baik diantara anak- melakukan poligini terhadap 4 istri
anak dan istri-istrinya sering menjadi keluarganya dianggap harmonis. Bukan
permasalahan. Selain itu kecemburuan, tanpa alasan masyarakat
fungsi keluarga juga menemui banyak menganggapnya seperti itu, karena dari
kendala misalnya pelaksanaan fungsi keempat istrinya menurut keterangan
ekonomi, fungsi afeksi, fungsi edukasi dari warga setempat belum pernah
dan fungsi biologis karena pada terjadi masalah yang serius. Berbeda
umumnya laki-laki yang melakukan dengan khausu pernikahan poligini
poligami memisahkan rumah masing- keluarga lain yang sering mengalami
masing istri. permasalahan.
Menurut keterangan dari kepala Penelitian ini bertujuan untuk
Kantor Urusan Agama (KUA) setempat mengetahui pembagian pelaksanaan
banyak terjadi praktik poligini, fungsi keluarga pada keluarga yang
sayangnya mereka yang melakukan melakukan praktik poligami, dengan
poligini tidak melaporkan pada KUA. mengambil focus pada satu keluarga
Menurut Suratno S. Ag selaku Kepala dimana sang suami melakukan praktik
KUA Kecamatan Kerumutan praktik poligami dengan mempunyai empat istri.
poligini tersebut sudah terjadi selama Rumusan Masalah
bertahun-tahun. Bahkan menurutnya 1. Bagaimana latar belakang keluarga
tidak hanya mempunyai dua orang istri yang melakukan praktik poligami?
ada sebagian dari mereka yang 2. Bagaimana pelaksanaan fungsi
mempunyai sampai empat istri keluarga pada pelaku poligami?
sekaligus. TujuanPenelitian
Fenomena poligami di 1. Untuk mengetahui bagaimanakah
kecamatan Kerumutan ini menarik latar belakang keluarga yang
untuk diamati, ditengah pro dan kontra melakukan praktik poligami.
terkait praktik poligini baik secara 2. Untuk mengetahui bagaimana
normatif atau secara yuridis praktik pelaksanaan fungsi keluarga pada
pologini terus terjadi. Sebagian keluarga yang melakukan praktik
masyarakat tidak mempermasalahkan poligami.
praktik poligini tersebut akan tetapi
tidak sedikit masyarakat yang TINJAUAN PUSTAKA
menolaknya. Perdebatan itu muncul Teori Fungsional
karena pada umumnya praktik pologini Dalam penelitian ini berparadigma
membawa dampak buruk bagi istri tua, fakta social menggunakan teori
mereka tidak mendapatkan nafkan lahir structural fungsional yang mempunyai
dan batin secara utuh. Permasalahan empat imperetatif fungsional bagi

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 2


VLVWHP ³ WLQGDNDQ ³ \DLWX VNHPD $*,/ dengan kontribusi unit-unit terhadap
Fungsi adalah suatu gugusan aktivitas keseluruhan sistem.
yang di arahkan untuk memenuhi satu Sebuah sistem harus dapat mengatur
atau beberapasistem. Persons percaya pola hubungan dengan komponen-
ada empat ciri A (adaptasi) , G, (goal komponen atau subsistem-subsistem
attainment), pencapain tujuan, I yang membentuknya. Harmonisasi
(integrasi), L(latensi) atau pemeliharaan antar komponen ini dapat terjadi
pola (Gorge Ritzer & Douglas J. apabila telah ada kesepakatan mengenai
Goodman, 2014: 257-258). nilai-nilai atau norma-norma dalam
masyarakat yang harus dipatuhi. Dalam
Adaptation sub sistem keluarga ada beberapa
Setiap sistem harus menyesuaikan diri fungsi yang harus terus berjalan dan
dengan lingkungannya. Secara umum, dapat mengintegrasikan dengan
hal ini menyangkut kemampuan beberapa istri agar lembaga keluarga
masyarakat untuk menyesuaikan diri tersebut dapat terus berjalan.
terhadap lingkungan hidupnya.
Adaptasi yang terjadi pada keluarga Latentsi
yang melakukan poligami menyangkut Setiap sistem pasti akan
fungsi keluarga. mempertahankan fungsinya sedapat
mungkin dalam keadaan seimbang.
Goal Attaintment Fungsi ini berkaitan dengan hubungan
Setiap sistem harus memiliki suatu alat antara masyarakat sebagai sistem sosial
untuk memobilisasi sumbernya supaya dengan sub-sistem kultural.
dapat mencapai tujuan-tujuannya dan Dalam analisis terhadap sistem ini yang
dengan demikian mencapai gratifikasi. dikaji apakah konsekuensi dari setiap
Fungsi ini mengatur hubungan antara bagian dari sistem untuk setiap bagian
masyarakat sebagai sistem sosial lainnya dan untuk sistem sebagai
dengan sub-sistem kepribadian. Fungsi keseluruhan. Kemudian perlu pula
ini tercermin dalam bentuk penyusunan bahwa seluruh sistem dalam pendekatan
skala prioritas dari segala tujuan yang ini berada pada lapisan individual
hendak dicapai dan penentuan (Perkembangan kepribadian), lapisan
bagaimana suatu sistem memobilisasi institusional (Keluarga) dan pada
sumber daya serta tenaga yang tersedia lapisan masyarakat. Suatu analisis
untuk mencapai tujuan tersebut Sebuah fungsional terhadap keluarga
sistem harus dapat merumuskan, menekankan pada hubungan antar
mendefinisikan, dan mencapai tujuan keluarga dan masyarakat luas,
utamanya. hubungan-hubungan internal diantara
subsistem yang ada dalam keluarga atau
Integration hubungan diantara keluarga dan
Setiap sistem harus mempertahankan kepribadian diri dari para anggota
koordinasi internal dari bagian- keluarga sebagai pribadi. (Ihromi,
bagiannya dan membangun cara-cara 2004:270)
yang berpautan dengan deviasi, dengan
kata lain harus mempertahankan
kesatuannya. Fungsi ini mencakup Keluarga
koordinasi yang diperlukan antar unit- Pengertian keluarga berdasarkan asal-
unit yang menjadi bagian dari suatu usul kata yang dikemukakan oleh Ki
sistem sosial, khususnya berkaitan Hajar Dewantara, bahwa keluarga

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 3


berasal dari bahasa Jawa yang terbentuk pembinaan anggota keluarga pada
dari dua kata yaitu kawula dan warga. umumnya.
Didalam bahasa Jawa kuno kawula Fungsi Sosialisasi
berarti hamba dan warga artinya Fungsi sosialisasi adalah fungsi
anggota. Secara bebas dapat diartikan keluarga dalam mengembangkan
bahwa keluarga adalah anggota hamba individu anak menjadi yang mantap.
atau warga saya. Artinya setiap anggota Fungsi Proteksi dan Perlindungan
dari kawula merasakan sebagai satu Fungsi perlindungan atau proteksi
kesatuan yang utuh sebagai bagian adalah fungsi keluarga dalam
dari dirinya dan dirinya juga merupakan melindungi anka dari
bagian dari warga yang lainnya secara ketidakmampuannya bergaul dengan
keseluruhan(Abu&Nur, 2001: 176). lingkungannya.
Fungsi Afeksi dan Perasaan
Bentuk-Bentuk Perkembangan Dalam keluarga terjadi hubungan sosial
Keluarga antara anak dan orang tua-nya yang
Teori Awal Hubungan Seks Menurut didasari dengan kemesraan.
Faham Kebersamaan Fungsi Religius
Beberapa pengarang mempunyai teori Keluarga berkewajiban
bahwa keadaan manusia pada awalnya memperkenalkan dan mengajarkan anak
merupakan keadaan seks liar (sexual dan anggota keluarganya kepada
promiscuality) dan hubungan sex yang kehidupan beragama.
seperti ini cenderung berada pada Fungsi Ekonomi
masyarakat liar (savegery)dimana Fungsi ekonomi merupakan fungsi
perkawinan yang terjadi adlah keluarga dalam mencari nafkah,
perkawinan kelompok. Seperti disebut perencanaan, pembelanjaan dan
juga dalam buku Mayor Polak: pemanfaatannya untuk memenuhi
dikatakan bawa pada permulaan kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.
terdapat suatu keadaan keluarga liar Fungsi Rekreasi
kemudian lahir sistem matriakat karena Keluarga memerlukan suasana akrab,
keturunan dari ibu adalah jelas tak rumah yang hangat diantara anggota-
dapat disangkal. Sesudah itu muncul anggota keluarga dimana hubungan
matriakat sebagai bentuk yang dianggap antar keluarga bersifat saling
lebih maju.Pendukung-pendukung teori mempercayai bebas tanpa beban dan
ini berpendapat bahwa penghidupan diwarnai suasana santai.
diantara adat istiadat orang-orang Fungsi Bioligis
primitif kebali lagi kepada promiscuty Fungsi biologis adalah fungsi keluarga
(seks liar). Seperti kebebasan seks, dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pertukaran istridan menyuguhkan istri biologis anggotanya.
sebagai bentuk penghormatan terhadap
tamu. Poligami
Kata poligami berasal dari bahasa
Fungsi Keluarga Yunani, yaitu poly atau polus yang
menurut soelaeman (1994:85-115 ) berarti banyak dan gamein atau gamos
adalah: yang berarti kawin atau perkawinan.
Fungsi Edukasi Kalau kedua kata tersebut digabungkan
Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga menjadi poligami, maka artinya adalah
yang berkaitan dengan pendidikan anak perkawinan yang banyak atau dengan
khususnya dan pendidikan serta ungkapan lain adalah perkawinan antara

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 4


seorang dengan dua orang atau lebih Ketidakadilan gender menjadi semakin
namun cenderung diartikan perkawinan kuat karena dilembagakan oleh budaya
satu orang suami dengan dua istri atau kuno yang berjalan turun-temurun.
lebih (Supardi Mursalin:2007:15) Adat memandang perempuan sebagai
makhluk yang rendah derajatnya
Sejarah poligami daripada laki-laki. Seperti yang
Pada Bangsa Barat purbakala, polygami dikatakan Ali (Matra,1988:117) yang
dianggap sebagai suatu kebiasaan mengatakan jika dilihat dari nilai
karena dilakukan oleh raja-raja yang masyarakat Jawa, kemenangan kaum
melembagakan ketuhanan, sehingga laki-laki atas kaum wanita, memang
orang banyak menganggapnya sebagai telah distrukturkan.
perbuatan suci. Karena superioritas tersebut maka
Orang hindu melakukan poligami muncul persepsi pada masyarakat
secara meluas sejak zaman dahulu. bahwa laki-laki bebas menentukan
Begitu jug orang media dulu kala, keputusan apapun terkait aspek dalam
babilonia, assiria dan Parsi tidak tidak masyarakat tak terkecuali untuk
megadakan jumlah pembatasan menikahi lebih dari satu perempuan.
mengenai jumlah wanita yang dikawini Hal tersebut di perkuat oleh legitimasi
seorang laki-laki. Seorang brahma baik secara yuridis atau secara dogmatis
berkasta tinggi, bahkan juga di zaman bahwa laki-laki mempunyai atau
modern ini boleh mengawini wanita dibolehkan untuk menikah lebih dari
sebanyak ia suka. satu kali.
Dikalangan bangsa Israil, poligami Sebenarnya poligami sangat ditentang
telah berjalan sejak zaman Nabi Musa oleh feminisme karena poligami
as yang kemudian menjadi adat merupakan suatu sistem yang
kebiasaan yang dilanjutkan tanpa ada mengunggulkan laki-laki terhadap
batasan jumlah perempuan yang boleh perempuan. Sistem ini memang sengaja
diperistri oleh seorang laki-laki. dikonstruksikan oleh budaya patriarki
Kemudian, Talmud di jerusalem yang menegaskan bahwa fungsi istri
membatasi jumlah itu menurut dalam perkawinan adalah hanya untuk
kemampuan suami memelihara istrinya melayani suami.
dengan baik. Meskipun para rabbi
menasehatkan supaya tidak memiliki Faktor Penyebab Melakukan
istri lebih dari empat orang, akan tetapi Poligami
kaum karait tidak mengakui Terdapat beberapa alasan yang
pembatasan itu (Supardi Mursalin, 2007 melandasi seseorang untuk melakukan
: 17-18) poligami (Titik Triwulan Tutik: 2007):
1. Adanya keyakinan bahwa poligami
Poligami Perspektif Gender merupakan suatu hal yang
Pembagian kerja sebenarnya bukanlah dilakukan oleh Nabi Muhammas
kodrat dari Tuhan, melainkan SAW dan patut untuk diteladani.
konstruksi budaya patriarki yang telah 2. Karena seorang istri mengalami
mendarah daging. Lebih dari itu, cacat atau tidak dapat memiliki
masyarakat beranggapan bahwa jenis keturunan atau mengidap penyakit
kelamin perempuan memiliki semacam kronis yang sulit untuk
kelas tersendiri dalam pelapisan sosial. disembuhkan.
Lebih jelas lagi Barker dan Allen 3. Kondisi seksual sering menjadi
(Sugihastuti-Suharto:2010) masalah dalam kebuah keluarga.

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 5


Kondisi seperti ini bisa datang dari peneliti gunakan dalam penelitian ini
pihak isteri atau dari pihak suami. adalah sebagai berikut:
1. Wawancara Mendalam (Indepth
METODE PENELITIAN Interview)
Metode penelitian dalam penelitian ini 2. Observasi
adalah metode penelitian deskriptif.
Lokasi Penelitian GAMBARAN UMUM LOKASI
Penulis mengambil lokasi di Kecamatan PENELITIAN
Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Geografis
Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan Kerumutan Merupakan pemekaran dari
dalam penelitian ini adalah pendekatan Kecamatan Kuala Kampar yang letaknya
kualitatif (qualitative research). Bogdan sangat strategis dan dapat ditempuh
dan Taylor mendefinisikan metodologi melalui daratan dan sungai, Kecamatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian Kerumutan dapat ditempuh dalam 2 jam
yang menghasilkan data deskriptif perjalanan dari ibu kota kabupaten
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari Pelalawan. Menurut sumber Bappeda
orang-orang dan perilaku yang dapat Kabupaten Pelalawan batas administratif
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada Kecamatan Kerumutan:
latar dari individu tersebut secara
- Sebelah Utara berbatasan dengan
holistik utuh (Imam Gunawan, 2013:
Kecamatan Bandar Petalangan
79).Jadi dalam hal ini tidak boleh
- Sebalah Selatan berbatasan dengan
mengisolasikan individu atau organisasi
Kecamatan Lirik Kabupaten
ke dalam variabel atau hipotesis, tapi
Indragiri Hulu
perlu memandangnya sebagai bagian
- Sebelah Timur berbatasan dengan
dari suatu keutuhan.
Kecamatan Teluk Meranti
Subyek Penelitian
- Sebelah Barat berbatasan dengan
Menurut Suharsismi Arikunto (1998 :
Kecamatan Pangkalan Lesung
200) subjek penelitian adalah benda, hal
Kecamatan kerumutan desa yang
atau organisasi tempat data atau
mempunyai wilayah paling luas adalah
variabel penelitian yang
Desa Tanjung air Hitam engan luas
dipermasalahkan melekat. Tidak ada
wilayah 100 km² dengan kepadatan
satu pun penelitian yang dapat
penduduk 10 jiwa/km². Sementara desa
dilakukan tanpa adanya subjek
dengan wilayah paling kecil adalah Desa
penelitian, karena seperti yang telah
banjar panjang dengan luas 10,34 m²
diketahui bahwa dilaksanakannya
dengan kepadatan penduduk 146
penelitian dikarenakan adanya masalah
jiwa/km².
yang harus dipecahkan, maksud dan
tujuan penelitian adalah untuk
Demografi
memecahkan persoalan yang timbul
Berdasarkan jumlah kependudukan
tersebut.
Kecamatan Kerumutan terbagi atas 10
Dalam penelitian ini penulis mengambil
desa sebagai berikut :
subjek penelitian yaitu satu keluarga
Penduduk Berdasarkan Persebaran
yang terlibat dalam pernikahan
dan Jenis Kelamin
poligami dalam hal ini adalah seorang
Dibawah ini adalah salah satu
suami dan keempat istri.
pengelompokan penduduk yang
Tehnik Pengumpulan Data didasarkan pada persebaran penduduk
Teknik pengumpulan data yang akan
dan jenis kelami di Kecamatan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 6


Kerumutan desa yang mempunyai Subjek Penelitian 1 merupakan warga
penduduk paling banyak yaitu penduduk asli kecamatan Kerumutan ia berdarah
desa kerumutan dengan jumlah Melayu. Subjek Penelitian 1 berumur 57
penduduk laki-laki sebanyak 3.110 dan tahun, ia memeluk agama islam sejak
jumlah penduduk perempuan 2.885, lahir, di kampungnya ia termasuk orang
selanjutnya kecamatan Bukit Lembah yang dituakan oleh penduduk sekitar.
Subur 3,271 dengan jumlah penduduk Pendidikan terakhir yang ia tempuh
laki-laki sebanyak 1.598, selanjutnya adalah Strata Satu (S1) selain menjadi
Desa Beringin Makmur dengan jumlah Kepala Desa dia juga mempunyai usaha
penduduk 2.772, jumlah penduduk laki- yang bergerak dibidang penyewaan
laki sebnayak 1.390 dan jumlah angkutan, penyewaan alat berat. Selain
penduduk perempuan sebanyak 1.382. itu ia juga mempunyai kebun kelapa
Posisi terbanyak keempat adalah Desa sawit yang cukup luas yang tersebar
Pematang tinggi dengan jumlah dibeberapa kabupaten Pelalawan. Dulu
penduduk 2.407 dengan jumlah pendudu ia bersetatus sebagai PNS di Salah Satu
perempuan 1.221 dan penduduk jenis dinas di pelalawan akan tetapi ia
kelamin laki laki sebanyak 1.186. memutuskan untuk pensiun muda dan
Selanjutnya Desa Pangkalan tompai, berkarir menjadi Kepala Desa.
Pankalan Panduk, Tanjung Air Hitam,
Mak Teduh, dan yang terakhir Desa
Lipai BulaN Subjek Penelitian 2
Subjek Penelitian 2 berumur 46 tahun, ia
Kepadatan Penduduk Menurut Desa beragama islam dalam kesehariannya ia
kepadatan penduduk adalah mengenakan jilbab saat keluar rumah.
perbandingan jumlah penduduk dengan Saat menikah dengan umurnya 23 ahun
luas wilayah. Dibawah ini adalah artinya ia sudah menikah selama 23
kepadatan penduduk di Kecamatan tahun dengan suaminya, Ia merupakan
Kerumutan menurut Desa. warga asli dari kecamatan Kerumutan.
Kecamatan Kerumutan mempunyai luas Pendidikan yang ia tempuh adalah
1.117,39 dan jumlah penduduk 23.287 Sekolah Menengah Atas (SMA). Sejak
dengan kepadatan penduduk 21 pernikahan dengan Suaminya ia tinggal
jiwa/Km² . Wilayah yang mempunyai di rumah yang saat ini ia tinggali.
kepadatan tertinggi yaitu Kelurahan
Bukit lembah Subur dengan kepadatan Subjek Penelitian 3
239 jiwa/Km², wilayah terpada kedua Istri kedua berumur 43 tahun, ia
yaitu Desa Pematang Tinggi dengan beragama islam, awalnya ia tidak
Kepadatan 201 jiwa/Km², wilayah mengenakan jilbab akan tetapi beberapa
terpadat ketiga yaitu desa Banjar bulan setelah menikah kedua kalinya
Panjang dengan kepadatan 149 sang suami menyuruhnya untuk
jiwa/Km². Selanjutnya Desa Beringin mengenakan jilbab. Pendidikan terakhir
Makmur, Desa Pangkalan Panduk, Desa yang ia tempuh adalah Sekolah
Mak Teduh, Desa Sungai Bulan dan Menengah Pertama (SMP). Ia
wilayah dengan kepadatan terrendah merupakan warga pendatang yang
yaitu Desa Kerumutan dengan kepadatan berasal dari pulau jawa. saat dinikahi
6 jiwa/Km². oleh sang suami ia berstatus janda.
Sebelum menikah dengan sang suami ia
HASIL DAN PEMBAHASAN tinggal di Luar kecamatan Kerumutan
Subjek Penelitian 1

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 7


setelah menikah tahun 2000an dibuatkan sebelum menikahi istri ketiga ia sudah
rumah di kecamatan Kerumutan. mengakui jika sebelumnya sudah
mempunyai istri akan tetapi istri ketiga
Subjek penelitian 4 tetap mau menerimanya.
Istri Ke tiga saat ini berumur 35 tahun,
ketika menikah dengan sang suami ia Akan tetapi, pernikahan dengan istri
berumur 28 Tahun. Ia menikah untuk ketiganya tidak meminta izin biik oleh
pertama kali pada usia 23 tahu artinya istri pertama ataupun oleh istri
usia pernikahan pertamanya hanya 5 keduanya.
tahun. Ia menikah dengan suami kedua
FAKTOR PENYEBAB
tahun 2007, Ia merupakan pendatang
MELAKUKAN POLIGAMI
dari provinsi Sumatra Barat. Sebelumnya
Faktor Penyebab Berpologami
ia juga tinggal Sumatra Barat. Setelah
Muncul persepsi pada masyarakat bahwa
menikah dengan sang suami ia dibawa
laki-laki bebas menentukan keputusan
ke Riau dan di buatkan rumah di
apapun terkait aspek dalam masyarakat
kecamatan Kerumutan.
tak terkecuali untuk menikahi lebih dari
satu perempuan. Hal tersebut di perkuat
Subjek Penelitian 5 oleh legitimasi baik secara yuridis atau
Subjek penelitian 5 berumur paling secara dogmatis bahwa laki-laki
muda saat menikah usianya 30 tahun. mempunyai atau dibolehkan untuk
Pendidikan terakhirnya adalah SMA, menikah lebih dari satu kali.
selain itu ia juga merupakan lulusan dari 1. Mendapatkan Stereotype Berwibawa
sebuah pesantren di kabupaten dan Maskulinitas
Pelalawan. Ia baru menikah sekitar 2 2. Faktor Religi
tahun. Status saat menikah dengan sang 3. Mampu Secara Ekonomi
suami adalah janda.
PELAKSANAAN FUNGSI
LATARBELAKANG KELUARGA KELUARGA
Pernikahan pologami Terkait dengan penelitian ini, lembaga
Subjek penelitian 1 menikah untuk keluarga yang di dalamnya terdapat
pertama kali tahun 1986 dengan istri empat istri tentu saja mempunyai
yang pertama, saat ini usia pernikahan perbedaan dengan keluarga lain pada
dengan istri yang pertama adalah 30 umumnya. Perbedaan itu terkait fungsi-
tahun. Mereka menikah di Kecamatan fungsi keluarga yang harus tetap berjalan
Kurumutan juga saat itu usia istri seperti; fungsi edukasi, fungsi
pertama baru 18 tahun sedangkan usia sosialisasi, fungsi religi, fungsi afeksi,
Subjek penelitian 1 saat itu 24 tahun. fungsi ekonomi dan juga fungsi
Tuju belas tahun seteleh menikah seksualnya.
dengan istri pertama Subjek penelitian 1 Rocker dalam (Raho Bernard, 2007:53)
mengenal calon istri kedua yang saat itu berpendapat fungsi diartikan sebagai
sudah lama bercerai dengan suami segala kegiatan yang diarahkan kepada
pertamanya. Setelah berkenalan memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-
beberapa bulan, Subjek penelitian 1 kebutuhan dari sebuah sistem. Dengan
memutuskan untuk melamar istri menggunakan definisi itu, parsons
keduanya. percaya bahwa ada empat persyaratan
Pernikahan tersebut dilakukan di mutlak yang harus ada supaya termasuk
kampung halaman sang istri yaitu di masyarakat bisa berfungsi.
Sumatra Barat. Ia menerangkan bahwa

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 8


1.Pembagian Hari/Waktu (afeksi)
Pelaksanaan Fungsi Edukasi
Maksud dari pembagian waktu dalam Fungsi Edukasi atau Pendidikan pada
penelitian ini adalah membagi hari untuk dasarnya sebagai upaya efektif dalam
tinggal di rumah masing masing istri mengembangkan potensi setiap individu
karena setiap istri tinggal di tempat yang agar berkembang sesuai dengan
berbeda-beda. Jika keluarga fitrahnya. Proses ini berlangsung secara
berkomposisi (Composite family) semua kontinu sejak manusia itu lahir hingga
istri-irtri yang dinikahi tinggal dalam menjelang akhir hayatnya. Proses
satu rumah yang sama, akan tetapi pada pelaksanaan pendidikan yang pertama
keluarga tidak demikian, setiap istri kalinya berlangsung dalam lingkungan
mempunyai rumah masing masing keluarga. Karena secara kodrati,
dengan jarak yang relatif dekat. keluarga merupakan basis penentu dalam
pengembangan pendidikan anak pada
Pelaksanaan Fungsi Ekonomi
masa depan. Keluarga sebagai unit
Fungsi ekonomi merupakan fungsi
terkecil dari sistem kemasyarakatan,
keluarga dalam mencari nafkah,
yang terdiri dari ayah, ibu, anak atau
perencanaan, pembelanjaan dan
anggota keluarga lainnya senantiasa
pemanfaatannya untuk memenuhi
mengalami interaksi satu sama
kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.
lainnya.Makna pendidikan dapat dilihat
Penelitian ini memfokuskan pelaksanaan
dalam pengertian secara khusus dan
fungsi ekonomi pada suami yang
pengertian secara luas. Dalam arti
melakukan pologami, bagaimana ia
khusus, pendidikan adalah bimbingan
melakukan pembagian nafkah untuk
yang diberikan oleh orang dewasa
masing masing istri dan anaknya.
kepada anak yang belum dewasa untuk
Pelaksanaan fungsi ekonomi akan
mencapaikedewasaannya. Dalam
mudah jika seseorang memiliki satu istri
penelitian ini maksud dari pelaksanaan
akan tetapi hal yang berbeda dialami jika
fungsi keluarga adalah bagaimana
seseorang mempunyai lebih dari satu
melakukan fungsi pendidikan pada anak-
istri, masalah keadilan menjadi
anak dan istri-istri yang tinggal dirumah
tantangan tersendiri bagi sang suami.
berbeda. Penulis membatasi fungsi
Pelaksanaan fungsi Ekonomi pada
pendidikan sebagaiberikut:Pendidikan
penelitian ini memfokuskan pada
adalah hidup bersama dalam kesatuan
pemberian rumah, pemberian kendaraan,
tritunggal, ayahibu-anak, di mana terjadi
dan pemberian uang belanja pada istri
pembudayaan norma-norma yang ada.
dan anak-anaknya.
Pemberian rumah
Pelaksanaan Fungsi Biologis
Dalam arti umum, rumah adalah salah
Fungsi biologis adalah fungsi keluarga
satu bangnan yang dijadikan tempat
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tinggal selama jangka waktu tertentu.
biologis anggotanya. Salah satunya
Dalam arti khusus, rumah mengacu pada
adalah kebutuhan akan perlindungan
konsep-konsep sosial-kemasyarakatan
fisik guna kelangsungan hidupnya,
yang terjalin di dalam bangunan tempat
perlindungan kesehatan, perlindungan
tinggal, seperti keluarga, hidup, makan,
dari rasa lapar, haus dan kedinginan,
tidur, beraktivitas, dan lain-lain.
kepuasan bahkan kenyamanan dan
Pemberian Uang Bulanan
kesegaran jasmani, termasuk juga
Pemberian uang pada istri merupakan
kebutuhan biologis ialah kebutuhan
bagian dari pelaksanaan fungsi keluarga
seksual dengan keinginan untuk
bidang ekonomi.

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 9


mendapatkan keturunan yang dapat merasa diberikan nafkah ekonomi
dipenuhi dengan wajar dan layak cukup adail oleh suaminy. Faktor
sebagai suami istri dalam keluarga. religi dalam keluarga ini mencakup
Bagi pasangan suami-isteri (keluarga), hal hal seperti pendidikan agama,
fungsi biologis inilah yang pendidikan tentang kwajiban solat
membedakan perkawinan manusia dan lain sebagainya. Selain itu
dengan binatang, sebab fungsi ini pelaksanaan fungsi keluarga dalam
diatur dalam suatu norma perkawinan bidang reproduksi juga berjalan
yang diakui bersama. Fungsi biologis dengan baik. Dari hasil penelitian
keluarga ini, untuk melanjutkan selurah istri tidak terdapat keluahan
keturunan (reproduksi). Pada penelitian atau merasa dibedakan dengan istri-
ini pelaksanaan fungsi biologis lebih istri yang lain, setiap istri
difokuskan pada pelaksanaan seksual mempunyai anak dan juga digauli
dan fungsi reproduksi atau secara baik oleh suaminya.
mendapatkan keturunan.
Saran
Dalam Hal ini penulis dapat
KESIMPULAN DAN SARAN memberikan beberapa saran atau
Kesimpulan rekomendasi sebagai berikut:
Dari hasil penelitian yang telah 1. Kepada Kantor Urusan Agama
dilakukan penulis dapat mengambil Setempt agar melakukan
beberapa kesimpulan sebagai berikut: pengawasan terhadap keluarga
1. Latarbelakang keluarga dengan yang suaminya melakukan
suami yang melakukan poligami poligini dan mendorong untuk
pada keluarga ini dilakukan dengan mendaftarkan pernikahannya
pernikahan siri yaitu pernikahan pada KUA agar jika terjadi
yang tidak tercatat secara resmi di perceraian sang istri dapat
KUA, pada keluarga ini status menuntut secara hukum. Selain
seluruh istri setelah istri pertama itu untuk suami seharusnya
adalah janda, selain itu poligami sebelum melakukan pernikahan
yang dilakukan oleh sang suami yang kedua, ketiga atau
tidak meminta izin pada istri- seterusnya harus meminta izin
istrinya. pada istri pertama dikaranakan
2. Faktor penyebab suami melakukan baik secara agama dan
poligami adalah faktor kewibawaan, pemerintahan syarat sah
sebagian masyarakat menganggap poligini adalah mendapatkan
berpoligini mendapatkan suatu izin dari istri sebelumnya.
wibawa dan meningkatkan status 2. Unuk sang suami dan
sosialnya, alasan religius juga masyarakat setempat
menjadi faktor seseorang malakukan seharusnya tidak menempatkan
poligini, dan mampu secara standar kewibawaan laki-laki
ekonomi, dari faktor banyaknya istri
3. Dari pelaksanaan fungsi keluarga karena pada dasarnya poligini
pada keluarga ini berjalan dengan mengikat antara istri yang satu
baik, dari faktor ekonomi dalam dangan istri yang lainya.
keluarga ini adalah (pemberian Seharusnya poligini tidak
rumah, pemberian uang bulanan didasarkan pada persepsi publik
berjalan dengan baik) setiap istri

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 10


akan tetapi niat tulus dan izin Damsar dan Indrayani. 2009. Pengantar
dari istrinya. Sosiologi Ekonomi. Edisi Kedua.
3. Pada dasarnya pelaksanaan Jakarta: Prenadamedia Group
fungsi keluarga pada keluarga Fakih, Mansour. 2010. Analisis Gender
yang melakukan poligini & Transformasi Sosial. (Cetakan
memang berbeda dengan ke-13). Yogyakarta: Pustaka
keluarga pada umumnya, sikap Pelajar.
adail dan juga bijaksana harus Imam Gunawan. 2013 Metode Penelitian
dimiliki oleh sang suami. Kualitatif teori dan prakti.
Khususnya pada keluarga ini Jakarta: Bumi Aksara
sang suami harus lebih arif dan Ihromi, T.O, 2004. Bunga Rampai
bijaksana dalam memutuskan Sosiologi Keluarga .Jakarta:
suatu permasalahan agar Yayasan Obor Indonesia
kedepannya tidak terjadi Sanderson, Stepen K. 2000. Makro
kecemburuan sosial antara istri- Sosiologi Sebuah Pendekatan
istri dan anak-anaknya. Terhadap Realitas Sosial (Edisi
Beberapa saran diatas dapat penulis Kedua). Jakarta: Raja Grafindo
sampaikan pada pihak-pihak terkait di Persada
kecamatan kerumutan khususnya Khairuddin. 1985. Sosiologi Keluarga.
keluarga. Besar harapan penulis agar Yogyakarta: Nur Cahaya
hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan Lexy J. Melong. 2006. Metode Penelitian
oleh masyarakat, Teman, keluarga, Kualitatif .Bandung: Remaja
Pihak Kampus dan juga rosda Karya
PemerintahKecamatan kerumutan. Maryati, Kun & Juju. 2001. Sosiologi
Untuk SMA. Jakarta: Erlangga
DAFTAR PUSTAKA Musda, Mulya Siti, dkk.3003. Meretas
Jalan Kehidupan Awal Manusia,
Buku Jakarta: LKAJ
Mursalin, Supardi. 2007. Menolak
Abdullah, S. R. 2004. Poligami dan
Poligami studi tentang undang-
eksistensinya. Jakarta: Pustaka
undang perkawinan dan hukum
Alriyadl.
Islam. Yogyakarta: Pustaka
Abu & Nur. 2001. Psikologi
Pelajar
Perkembangan. Jakarta : Rineka
Mardalis. 2003. Metode Penelitian: Suatu
Cipta
Pendekatan proposal.Jakarta:
Ahmad, Karam Hilmi Farhat.2004.
Bumi Aksara
Hikmah Pernikahan Rasulullah.
Nasution, s.1996. Metode Penelitian
Cetakan Pertama. Malang: Al-
Naturalistik- kualitatif.Bandung:
Qayyim
Tarsito
Al-Atthar, Abdul Nasir Taufiq. 1976.
Raho, Bernard, SVD. 2007. Teori
Poligami Ditinjau dari Segi
Sosiologi Modern (cetakan
Agama, Sosial dan Perundang
pertama) :Prestasi Pustaka
undangan, Jakarta:Bulan Bintang
Pemerintah Negara Republik Indonesia.
Bugian, Burhan.2001. Metoddologi
1997 Undang-undang No 1
penelitian Sosial Format-format
Tahun 1974. Tentang Perkawinan
dan Kualitatif. Surabaya:
------------------------------------------------
AIrlangga Univercity Pers
2014 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 87 Tahun

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 11


2014 Tentang Perkembangan Parmi, Dini, dkk. Penerimaan Diri Istri
Kependudukan dan yang Dipoligami. Repositori
Pembangunan Keluarga, Universitas Gunadarma. Jakarta:
Keluarga Berencana, Dan Sistem Tidak Diternitkan
Informasi Keluarga
Ritzer, George- Douglas J. Goodman. 2014.
Teori Sosiologi. Bantul:Kreasi
Wacana
Soelaeman, M.I, 1994. Pendidikan Dalam
Keluarga. Bandung: Alfabeta
6XQDULMDWL $UL ³3HPLVNLQDQ 7HUDGDS
%XUXK 3HUHPSXDQ´ GDODP -XUQDO
Perempuan 56: Menyoal Buruh
Mengapa Mereka Dieksploitasi.
Jakarta: Yayasan Jurnal
Perempuan.
Suharto, Sugihastuti. 2010. Kritik sastra
Feminis: Teori dan Aplikasi.
(cetakan ke- 3). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suseno, Magnis Frans. 2001. Etika Jawa;
Sebuah Analisa Falasafi Tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Tong, Rosemary Putnam. 2010. Feminist
Thought: Pengantar Paling
Komprehensif kepada Arus
Utama Pemikiran Feminis.
Yogyakarta: Jalasutra.
Tutik, Titik Triwulan. 2007. Poligami
Perspektif Perikatan Nikah.
Jakarta : Prestasi Pustaka raya
Skripsi/Jurnal
Parlina, Rizki Zulaikha. 2012. Interaksi
Sosial Dalam Keluaga Yang
Berpoligami (Studi Khasus:
Pada Sepuluh Keluarga Poligami
Di Kota Medan). Skripsi
Mahasiswa Universitas Sumatra
Utara. Medan: Tidak diterbitkan
Haliyati, Eka Sari. 2013. Persepsi
Masyarakat Terhadap Para
Pelaku Poligami Di Masyarakat
Kecamatan Pabuaran Kabupaten
Subang. Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta: Tidak Diterbitkan

JOM FISIP Vol. 4 No. 2 ± Oktober 2017 Page 12

Anda mungkin juga menyukai