Anda di halaman 1dari 3

TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer)

Tanaman inang : Padi (Oryza Sativa)


Klasifikasi, menurut Murakami,et al. (1992) klasifikasi tikus sawah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus argentiventer (Robb and Kloss).

Gejala, kerusakan tanaman padi akibat serangan tikus sawah dapat dikenali dengan mudah, yaitu
adanya pola kerusakkan tanaman yang dimulai dari tengah petakan sawah dan terus meluas ke pinggir
petakan. Pada tingkat kerusakan tanaman yang berat, tikus sawah hanya menyisakan 3-5 baris rumpun
padi mengelilingi pinggiran pematang sawah. Sejumlah malai padi yang dipotong oleh tikus sawah hanya
beberapa malai yang dimakan. (Sudamarji, 2018)

Bioekologi, tikus sawah dapat menyerang tanaman padi mulai dari persemaian sampai panen.
Tikus sawah menghuni habitat tanggul irigasi, pematang dekat kampung, jalan di sawah, dan
pematang tengah sawah. Tikus sawah juga mempunyai daya jelajah yang luas untuk
mendapatkan pakan di lingkungannya (Brown et al. 2003, Hadi et al. 2006). Pada ekosistem
sawah irigasi, tikus mulai beranak pada saat tanaman padi stadia bunting dan berlanjut sampai
panen. Oleh karena itu, hama tikus sawah selalu menjadi ancaman dalam budi daya padi pada
setiap musim tanam (Sudarmaji dan Nur’Aini, 2017).

Pengendalian, bisa dilakukan dengan 4 cara, yaitu manipulasi habitat (mengontrol vegetasi di
sekitaran tanaman), Fisik (Pengairan sarang tikus, ataupun dengan gropyokan masal), kimawi
(penggunaan racun tikus), hayati (menggunakan burung hantu sebagai predator). (Sudamarji,
2018)

Informasi Serangan, tingkat kerusakan tanaman padi oleh tikus sawah di Indonesia bervariasi dari
ringan sampai puso atau gagal panen. Dalam periode 1989-1998, intensitas serangan hama tikus pada
tanaman padi di Indonesia rata-rata 19,3% per tahun, dengan luas serangan 90.837 ha. Pada kurun
waktu 1998-2002, luas serangan hama tikus pada tanaman padi meningkat menjadi 165.381 ha per
tahun, 7.699 ha di antaranya puso (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2003). Angka ini tidak
berbeda dengan periode 2010-2014 dengan rata-rata serangan 161.000 ha per tahun (Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Brown, P.R., L.K.P., Leung, Sudarmaji, and G.R. Singleton. 2003. Movements of the rice-field
rat, Rattus argentiventer, near a trap-barrier system in rice crops in west Java, Indonesia.
International journal of pest management 49(2):123-129.

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2003. Hama tikus dan rekomendasi pengendaliannya
di Indonesia. Makalah review proyek ACIAR ASI/98/36. Jakarta: Direktorat Jendral Bina
Produksi Tanaman Pangan.

Murakami, O., V.L.T. Kirana, J. Priyono, dan H. Tristiani. 1992. Tikus sawah. Laporan akhir
kerja sama Indonesia-Jepang bidang perlindungan tanaman pangan (ATA-162). Direktorat
Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta. 101 p.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Statistik Iklim, Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim. Jakarta: Kementerian Pertanian. 353 hlm

Sudamarji. 2018. Tikus Sawah: Bioekologi dan Pengendalian. IAARD Press: Jakarta

Sudarmaji, dan Nur ’Aini Herawati. 2017. “PERKEMBANGAN POPULASI TIKUS SAWAH
PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DALAM POLA INDEKS PERTANAMAN PADI
300.” Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.

Anda mungkin juga menyukai