Anda di halaman 1dari 20

SULTANAH LATIFAH SCHOOL DI KERAJAAN SIAK

(1927-1945)

Wilaela
UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Abstrak:
Sultanah Latifah School adalah sekolah modern khusus perempuan yang pertama didirikan di Siak
Sri Indrapura, ibu negeri Kerajaan Siak. Tulisan ini tidak hanya memaparkan tentang kepastian
kapan sekolah tersebut didirikan dan ditutup, pemaparannya juga meliputi latar belakang
didirikan, letak sekolah, kurikulum, serta perkembangan murid dan guru. Sekalipun
keberadaannya merupakan suatu keniscayaan zaman, namun berangkat dari kondisi zaman
jugalah Sultan Syarif Kasim II melihat kekurangan sekolah tersebut dan akhirnya membuka
sekolah khusus perempuan di bidang agama dan diberi mana Madrasah Annisa. Sejumlah sumber,
baik tertulis maupun lisan digunakan untuk mendukung deskripsi sekolah perempuan pertama di
Riau ini.
Kata kunci: Pendidikan tradisional, pendidikan perempuan, pendidikan keterampilan,
berkurung, sultanah latifah school.

Pendahuluan elok bumi berkayu kayan, elok laut karena


Pada tahun 1920-an, topik berikan, elok bangsa karena perempuan”.
perempuan bersekolah sudah menjadi Sejak Kartini (1879-1904) (lihat R.A.
pembicaraan dalam pertemuan dan surat Kartini, 2006; Aristides, 1983) sebagai
kabar. Umumnya kalangan bumiputera tonggak awal perjuangan pendidikan
sepakat tentang perlunya perempuan perempuan, Dewi Sartika (1884-1947)
bersekolah. Mereka baru berbeda pendapat (Lihat Yan Daryono, 2008; Nina Lubis,
tentang jenjang dan jenis pendidikan yang 2006), Rohana Kudus (1884-1974) (Lihat
harus diikuti seorang anak perempuan. Tamar Djaya, 1980) hingga Rahmah El-
Dalam kehidupan sosial, orang kaya atau Yunusiyah (1900-1969) (de-Stuers, 1992:
miskin, menghendaki istri yang pandai. 52-57; Diniyah Putri Padangpanjang, 1939
Dalam budaya Melayu, seperti tercermin di dan 1978), tokoh-tokoh tersebut
dalam hikayat-hikayat, perempuan yang menghendaki pendidikan kaum perempuan
berilmu dihargai dan dijaga. Kebaikan untuk menyiapkan mereka sebagai istri
perempuan berpengaruh lebih luas yang baik dan ibu sejati. Oleh karena itu,
sebagaimana orang-orang tua Melayu pendidikan yang sesuai adalah pendidikan
menyatakan “elok langit karena berbulan, kerumahtanggaan dan keterampilan
keputrian. Masyarakat, karena adat dan

124 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

pemahaman keagamaan, masih berkembang seiring dengan masuk dan


memandang tidak ada manfaat anak berkembangnya agama Islam di Riau.
perempuan dididik dengan cara yang sama Pendidikan indigenous ini diselenggarakan
sebagaimana anak laki-laki. di surau atau di rumah seorang guru. Anak-
Kajian seputar latar belakang anak perempuan turut belajar sampai usia
pendirian Sultanah Latifah School berikut mereka memasuki akil baligh. Guru
maknanya bagi Kerajaan Siak perlu perempuan memberikan pengajian kepada
dilakukan. Apakah sekedar mengikuti anak perempuan atau anak laki-laki yang
trend di berbagai kota tetangga atau ada masih kecil. Pada umumnya, kaum
faktor-faktor lain sehingga sekolah tersebut perempuan sama seperti kaum laki-laki
didirikan. Gambaran kehadirannya dalam bisa baca tulis aksara Arab Melayu, karena
masa satu zaman dan aspek sosial budaya sudah merupakan kebiasaan bahwa ibu-ibu
dan politik keberadaan sekolah tersebut apabila berkumpul pada waktu malam,
bagi Kerajaan Siak mereka membaca buku-buku hikayat atau
buku-buku syair yang ditulis dalam aksara
Pendidikan sebelum Latifah School
Arab Melayu. Gadis Melayu di kampung-
Sebelum Sultanah Latifah School kampung di Sumatera Timur juga biasa
berdiri, pendidikan agama Islam dalam melantunkan syair dan bersenandung.
sistem pendidikan tradisional di Riau, Lembaga pendidikan modern di
termasuk daerah-daerah yang merupakan Kerajaan Siak pada tahun Sultan Syarif
Kerajaan Siak1 telah berlangsung dan Kasim dinobatkan (1915) terbatas di
                                                             jenjang pendidikan rendah. Tidak hanya di
1
Kerajaan Siak atau juga disebut Kerajaan Siak Sri
Indrapura didirikan oleh Raja Kecik atau Raja Kecil ibukota Siak Sri Indrapura, tetapi juga di
bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah pada seluruh daerah dalam Kerajaan Siak hanya
tahun 1723. Lokasinya di negeri Buantan, sekitar 10
kilometer di hilir kota Siak Sri Indrapura sekarang. ada sekolah rendah seperti, sekolah-
Tentang asal usul Raja Kecil lihat Barnard (1994).
Penggunaan istilah “Kerajaan Siak” (het rijk van sekolah desa (Volksscholen) yang
Siak) terdapat dalam sumber seperti Schadee
(1918), Hijmans van Anrooij (1885), dan dalam
laporan Netcher (1862). Adapun sumber yang                                                                                        
menggunakan istilah “Kerajaan Siak Sri Indrapura” kadang-kadang juga cukup menyebut dengan Siak
(Het Rijk Siak Sri Indrapoera), seperti F.N. saja; Hamka (1982) juga menggunakan kedua nama
Nieuwenhuijzen, Residen Riouw (1857-1861), dan itu secara bergantian dalam bukunya, Dari
penulis sejarah Siak, Ahmad Yusuf dkk. (1992). Perbendaharaan Lama. Menurut O.K. Nizami
Terkadang penggunaan istilah Kerajaan Siak dan (lahir 1938), penyebutan Kerajaan Siak lebih tepat,
Kerajaan Siak Sri Indrapura digunakan secara sebab Siak Sri Indrapura adalah nama ibukota dari
bersamaan atau dengan maksud yang sama seperti Kerajaan Siak. 
Sejarah Riau (Muchtar Lutfi, 1972; 1999) dan   

125 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

diperuntukkan untuk anak-anak di desa- HIS Siak Sri Indrapura


desa. Kemudian didirikan Gouvernement mengecewakan Sultan Syarif Kasim II,
Inlandsch School atau Sekolah Melayu antara lain karena kebijakan sekolah
kelas dua, yaitu sekolah lima tahun di kota- tersebut tidak dapat menampung sebagian
kota yang dianggap besar seperti: besar anak di Siak. Hanya anak
Bengkalis, Selatpanjang, Siak Sri bangsawan, kaya atau terkemuka saja yang
Indrapura, Bagan Siapi-Api, Pekanbaru, diutamakan di sana. Kurikulum HIS juga
Pasirpangaraian, dan Gunung Sahilan. bertentangan dengan dua pilar pendirian
Pemerintah Hindia Belanda juga Sultan, yaitu agama dan nasionalisme.
mendirikan sekolah yang mengajarkan Keterbatasan HIS tersebut menjadi satu di
Bahasa Belanda, yaitu Hollandsch antara sekian alasan bagi sultan membuka
Inlandsche School (HIS)2 atau sekolah sekolah yang dikelola oleh kerajaan, yaitu
Melayu berbahasa Belanda di Siak Sri Madrasah Taufikiyah Al-Hasyimiah
Indrapura (1915) dan Tanjung Pinang. HIS (1917). Madrasah ini khusus diperuntukkan
di Siak Sri Indrapura untuk pelajar dari bagi murid laki-laki saja. Ketidaksukaan
Afdeling Bengkalis. Murid-muridnya tidak terhadap perkembangan pendidikan
hanya berasal dari ibukota Kerajaan Siak, gouvernement menyebabkan ada orangtua
melainkan juga datang dari berbagai daerah menarik anak mereka dari sekolah
di wilayah kerajaan. Mereka ada yang pemerintah. Sekalipun pada tahun 1924
datang dari luar Kerajaan Siak, seperti dari sekolah-sekolah telah banyak berdiri, di
Rokan, Gunung Sahilan, dan Sengingi kota dan di pelosok-pelosok desa, tetapi
(AVIO, 1916: 20, 136, 173; Memorie van ada beberapa sekolah desa di Sumatera
Overgave, 1917: 122). Timur semakin kehilangan murid. Anak-
anak pindah dan masuk ke lembaga kuttab
                                                            
2
HIS atau Hollandsch Inlandsche School berasal
dan mengaji di surau-surau pada guru
dari Sekolah Kelas Satu yang diubah menjadi HIS agama. Ketidaksukaan tersebut juga
pada tahun 1914. HIS adalah sekolah rendah
berbahasa Belanda dengan lama pendidikan tujuh mendorong pemuka masyarakat untuk
tahun. Anak-anak bumiputera yang diterima di HIS
umumnya dari golongan bangsawan, orang mendirikan lembaga pendidikan sendiri
terkemuka, dan orang kaya. Lihat juga Nasution
(1987: 60, 101, 116); dan van Niel (2009).  atau dikenal dengan sekolah-sekolah
 
partikelir yang mendapat restu dan
 
  dukungan sultan, antara lain “sekolah
 
  kuttab” dan HIS Muhammadiyah di Bagan

126 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

Siapi-Api (1922), HIS di Bengkalis (1921), Langkat. Tengku Pangeran diangkat oleh
HIS Taman Siswa di Selatpanjang, dan gouvernement sebagai penasehat untuk
lembaga kuttab di Siak Sri Indrapura. membantu dan membimbing menantunya,
Masyarakat juga resah dengan Sultan Syarif Kasim II, dalam menjalankan
tingkah laku murid HIS dan juga murid pemerintahan di Siak dan ia baru kembali
sekolah Melayu. Politik pendidikan bertugas di Langkat pada tahun 1922
(onderwijspolitiek) Pemerintah Hindia (MVO, 1917: 175; T. Lukman Sinar, 1997:
Belanda kepada HIS telah menyebabkan 8).
8000 murid HIS menjadi rusak karena Kerajaan Langkat adalah salah satu
anak-anak tersebut menjadi lupa bahasa kerajaan di Sumatera Timur yang kaya
sendiri, yaitu Bahasa Melayu (Pewarta karena perkebunan tembakau dan
Deli, 29 Pebruari 1924). Belum lagi, minyaknya (T. Lukman Sinar, 1997: 8).
tingkah laku, cara berpakaian, dan Kota Tanjungpura ibunegeri Kerajaan
pergaulan anak-anak sekolah Langkat sebagai kota kelahiran Tengku
gouvernement seperti HIS dipandang tidak Agung, merupakan kota dengan
sesuai dengan adat dan agama. pendidikan yang terus berkembang
(Bintang Hindia, 24 Januari 1926). Masjid-
Sultanah Latifah School masjid dan langgar atau madrasah di sana
Syarifah Latifah gelar permaisuri meningkat dalam jumlah dan menjadi
Tengku Agung (1896-1929) adalah tempat shalat Jumat, shalat lima waktu, dan
penggagas dan pendiri Sultanah Latifah belajar.
School. Garis silsilahnya berasal dari Pernikahan Syarifah Latifah dengan
keluarga istana Langkat dan Siak. Syarif Kasim dilangsungkan di
Hubungan Istana Langkat dengan Istana Tanjungpura, pada tanggal 27 Oktober
Siak telah terjalin sejak tahun 1780 tatkala 1912. Selang beberapa tahun kemudian,
Langkat diduduki oleh Siak. Tengku tepatnya pada tanggal 3 Maret 1915
Pangeran, ayah Tengku Agung, adalah bertempat di Istana Siak, Syarif Kasim
orang Siak yang kemudian menjadi pada usia 23 tahun dinobatkan sebagai
Pangeran Langkat Hilir (Wakil Sultan sultan bergelar Sultan al-Sayid al-Syarif
Langkat di luhak tersebut) karena ia Kasim Tsani Abdul Jalil Syaifuddin dan
memiliki pertalian perkawinan dengan Tengku Syarifah Latifah dinobatkan
anak Sultan Musa al-Mahdahain Syah sebagai permaisuri bergelar Tengku

127 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

Agung. Perkawinan mereka tidak eksesnya berkembang seiring dengan


membuahkan keturunan dan pada tanggal 2 perkembangan Medan sebagai kota besar
November 1929, Tengku Agung mangkat (T. Lukman Sinar, 1991: 26, 29, 52-55).
dalam usia masih muda dan masih penuh Fenomena kota besar juga terasa di Medan
energi setelah menjadi permaisuri selama seperti adanya prostitusi dan perempuan
hampir 15 tahun. yang bekerja di kantor, dengan memakai
pakaian ala barat; suatu keadaan yang tidak
Faktor-faktor Berpengaruh
jamak dan belum diterima oleh masyarakat
Tengku Agung sering mendampingi
di Kerajaan Siak dan di mana-mana.
sultan dalam berbagai kunjungan ke luar
Masyarakat belum sepenuhnya menerima
istana. Beberapa kunjungannya bersama
gagasan kaum perempuan bumiputera
sultan ada diliput oleh surat kabar,
bekerja di kantor-kantor.
walaupun pemberitaan tentang kegiatan
Tengku Agung tergerak untuk
Tengku Agung selama kunjungan tersebut
mendirikan sekolah bagi kaum perempuan
hanya disinggung secara sepintas lalu.
Siak. Keinginan itu mendapat dukungan
Biasanya, Tengku Agung menerima istri-
sultan dan dengan dorongannya, Tengku
istri para pejabat cukup di atas kapal saja,
Agung mendirikan sekolah yang dinamai
atau mengadakan kegiatan lain bersama
Sultanah Latifah School. Sultanah Latifah
kaum ibu. Akan tetapi, jika sultan
School merupakan sekolah perempuan
mengadakan kunjungan ke sekolah,
pertama di Kerajaan Siak, bahkan pertama
biasanya Tengku Agung turut serta
di daerah-daerah yang kemudian tergabung
mendampingi.
menjadi Provinsi Riau. Selain karena
Salah satu kunjungan Tengku Agung
terinspirasi dengan perkembangan
dalam rangka mendampingi sultan adalah
pendidikan perempuan di Medan dan
tatkala mereka menghadap Residen
Tanjungpura, Tengku Agung juga melihat
Sumatera Timur di Medan (Ahmad Yusuf,
bahwa anak perempuan Siak belum banyak
1992: 169). Medan kota yang maju di
yang mengenyam pendidikan. Pada masa
Sumatera dengan pendidikan yang
itu, anak perempuan yang bersekolah,
berkembang cepat. Kemajuannya antara
termasuk menjadi murid HIS di Siak Sri
lain disebabkan adanya perkebunan
Indrapura sangat sedikit.
tembakau dan karena Medan sebagai kota
Anak perempuan masih banyak yang
pemerintahan. Arus pendatang dan
dikurung di rumah, atau dicengkram dalam

128 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

istilah masyarakat di Kerajaan Siak. Jika sultan berhalangan. Sementara penggunaan


keluar rumah, perempuan istana dan istilah “school” pada Latifah School
murid-murid perempuan memakai tudung merupakan hal yang umum pada waktu itu
lingkup seperti cadar. Kaum ibu untuk nama-nama sekolah yang
mengenakan tudung lingkup berupa sarung pelaksanaannya mengikuti sistem sekolah
kain pelikat yang ditudungkan ke kepala. Barat.
Kegiatan anak-anak perempuan kalau tidak Ide pembukaan sekolah khusus
ke ladang bersama orang tua untuk perempuan pada masa itu dipengaruhi oleh
menakik getah, mereka mengasuh adik di semangat zamannya. Memang sudah
rumah, menggulung benang dan menenun. seharusnya di sebuah pusat kerajaan seperti
Sekalipun ide perempuan perlu bersekolah di Siak Sri Indrapura dibuka sekolah
sudah mulai diterima masyarakat, namun khusus perempuan. Pada masa itu,
penolakan tentang perempuan bersekolah meisjesschool atau kopsschool telah
lebih tinggi dari volksschool atau pun didirikan di ibukota kerajaan-kerajaan
Sekolah Melayu Kelas Dua masih marak seperti, di Raba, pusat Kesultanan Bima; di
diberitakan di surat kabar, baik lokal Medan, pusat Kerajaan Deli, Bukit Tinggi,
maupun nasional. Anak-anak perempuan Padang Panjang, dan di tempat-tempat lain.
setelah tamat sekolah rendah, berumur Adalah penting bagi Kerajaan Siak untuk
sekitar 11 atau 12 tahun, banyak yang mengikuti berbagai perkembangan di
dipingit hingga menunggu jodoh datang. kerajaan-kerajaan lain, agar tidak jauh
Umumnya saksi sezaman yang tertinggal. Kerajaan ini sesungguhnya telah
ditemui sepakat bahwa Sultanah Latifah mulai tertinggal terutama setelah kerajaan-
School didirikan atas ide prakarsa Tengku kerajaan Melayu seperti Deli, Langkat, dan
Agung. Ide tersebut mendapat dukungan Asahan berkembang cepat karena
penuh dari sultan. Mereka berpegang pada perusahaan perkebunan mereka. Kesibukan
pemberian nama Sultanah Latifah School pelabuhan di Sumatera Timur, seperti
tersebut terkait erat dengan peran Tengku Belawan dan Sibolga, setidaknya telah
Agung atas sekolah tersebut. Kata turut mempercepat perkembangan
“sultanah” itu hanya merujuk kepada status perekonomian kerajaan-kerajaan di
Tengku Agung sebagai permaisuri, bukan Sumatera Timur. Julukan Deli sebagai “het
sebagai pemimpin kerajaan yang sewaktu- dolarland” (daerah penghasil dolar)
waktu dapat menggantikan sultan jika merujuk kepada kemakmuran kerajaan

129 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

tersebut. Perkembangan ini telah


Ada perbedaan pendapat tentang
meningkatkan pamor para sultan di
kapan sesungguhnya Sultanah Latifah
wilayah tersebut. Adapun Kerajaan Siak
School didirikan. Ada yang menyebutkan
yang “het donkere zuiden” (daerah selatan
tahun 1926 sebagai tahun berdirinya
yang gelap) dan terletak agak terpisah dari
(Ahmad Yusuf, dkk., 1992: 169; Jamil,
kerajaan-kerajaan lainnya dapat dikatakan
1997: 16), sementara yang lain
kurang beruntung. Sultan Siak terkadang
menyebutkannya tahun 1928 (Muchtar
menerima sikap yang tidak selalu
Luthfi, 1999: 390). Masing-masing
menunjukkan penghargaan dari sultan-
perkiraan tersebut memiliki pengikut
sultan kerajaan-kerajaan Melayu di
dalam berbagai kajian tentang Kerajaan
Sumatera Timur.
Siak yang datang kemudian. Di antaranya
Dengan demikian, pembukaan
adalah Yusmar Yusuf (2007: 244)
sekolah khusus perempuan di Kerajaan
menyebutkan tahun 1926, sementara Elya
Siak adalah keniscayaan dalam
Roza (2005: 43) menyatakan tahun 1928
kepentingan politik mengangkat marwah
sebagai tahun berdiri Sultanah Latifah
kerajaan, di samping karena perlunya
School.
perempuan Siak mendapatkan pendidikan
Pendapat lain yang lebih dapat
sebagaimana agama juga mengajarkannya.
diterima tentang berdirinya Sultanah
Hal terakhir ini dapat dijadikan alasan
Latifah School terdapat di dalam Memorie
karena peran sultan sebagai pemimpin
van Overgave (MvO) Kontroleur Siak,
umat Islam (MVO, 1929: 43) dan
Leyds, yang menjabat dari tahun 1927
pendiriannya yang selalu disandarkan
hingga tahun 1929. Di sana disebutkan
kepada pilar agama dan kebangsaan
tentang meisjesvolksschool atau
(Bintang Hindia, 4 Mei 1929). Semangat
meisjesschool yang telah dimulai atau
Sultan Siak terhadap pendidikan tersebut
berdiri tahun 1927 dan bangunan
dapat juga dibaca sebagai kontinuitas peran
sekolahnya berdiri pada bulan April 1929
kerajaan yang diwariskan sejak era
(Deze school werd in 1927 begonnen, het
Kerajaan Samudra Pasai hingga Malaka,
gebouw in April 1929 betrokken).
dari Aceh hingga ke Pulau Jawa, dan lain-
Laporan Leyds tidak menyebutkan
lain (Azyumardi Azra, 1996: 44).
secara spesifik nama Sultanah Latifah
Kepastian Waktu didirikan dan Nama School, tetapi disebutkan bahwa di sekolah

130 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

ini diajarkan kursus mengurus rumah yang diistilahkan oleh Leyds dengan
tangga (huishouden) dan keterampilan meisjesvolksschool (sekolah desa khusus
pekerjaan tangan (handwerken). Dalam gadis), sementara Valk (1931: 10)
halaman lain tentang daftar guru menyebutnya sebagai meisjesschool
(onderwijzers) di Landschap Siak, Leyds (sekolah gadis) dalam kelompok
juga menyebutkan bahwa Sultanah Latifah volksscholen (sekolah desa).
School pada tahun 1928 memiliki satu Karena Sultanah Latifah School
orang guru. Untuk pertama kali, nama didirikan atas gagasan Tengku Agung,
Sultanah Latifah School disebutkan dalam maka dirinyalah yang bertanggung jawab
Memorie van Overgave controleur Siak mengelola sekolah tersebut. Begitu juga
berikutnya, Valk (1931: 10). Antara lain dengan kurikulumnya ditentukan sendiri.
Valk menyebutkan: “Een er van, speciaal Para pejabat Pemerintah Hindia Belanda,
voor meisjes is te Siak geplaatst, de seperti kontroleur Siak atau asisten residen
Sultana Latifah School.” Selain Valk, di Bengkalis, hanya sekedar melaporkan
Controleur Siak, G.R. Seinstra (1934: 69) saja sebagai bagian dari pengawasan
juga menyebutnya dengan “Sultana Latifah mereka atas daerah landschap.
School”. Sultanah Latifah School mirip
dengan sekolah istana karena lokasinya di
Kurikulum
dekat istana dan sebagian muridnya
Kontroleur Siak, Leyds (1929: 125)
merupakan dayang-dayang istana atau
dan Seinstra (1934: 69) memasukkan
anak-anak pejabat di lingkungan istana.
Sultanah Latifah School sebagai sekolah di
Apalagi mata pelajaran yang diajarkan
bawah group sekolah landschap
disesuaikan dengan keterampilan yang
(landschapvolksscholen), jadi di bawah
dibutuhkan para gadis istana atau dayang-
pengawasan Kerajaan Siak. Pendidikan
dayang yang berada di lingkungan istana.
perempuan (meisjesonderwijs) memang
Namun, sebagian lagi murid Sultanah
mendapat simpati dari sultan selaku
Latifah School adalah gadis-gadis yang
zelfbestuur. Tidak mengherankan jika
berasal dari kampung-kampung di luar
semua fasilitas dan biaya
istana, bahkan ada dari seberang Sungai
penyelenggaraannya ditanggung
Siak atau yang lebih jauh sehingga
sepenuhnya oleh sultan. Sekolah ini
memerlukan jasa penyeberangan atau
setingkat dengan volksschool tiga tahun,
tempat untuk tinggal di Siak Sri Indrapura.

131 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

Jadi, Sultanah Latifah School semacam anak negeri yang asli (Bintang Hindia, 4
sekolah desa yang diperuntukkan untuk Mei 1929: 262).
gadis-gadis yang berasal dari lingkungan Kondisi zaman memang turut
istana dan dari kerabat jauh pihak istana, berperan dalam berdirinya Sultanah Latifah
dari rakyat kebanyakan, dan anak yatim. School. Sekolah yang mengajarkan
Menurut saksi sezaman, anak-anak yatim keterampilan untuk gadis-gadis memang
ini diasramakan di Istana Limas di bawah banyak diupayakan organisasi perempuan
pengawasan Tengku Maharatu. atau tokoh perempuan dan tersebar di
Pelajaran di Sultanah Latifah School berbagai daerah di tanah air. Tidak
meliputi pengetahuan dasar seperti baca terkecuali di daerah sekitar Kerajaan Siak,
tulis, pengetahuan umum, Bahasa Belanda, seperti di Medan dan Tanjungpura.
dan keterampilan untuk para gadis. Sekolah-sekolah yang mengajarkan baca-
Keterampilan yang diajarkan adalah untuk tulis dan keterampilan tersebut ada yang
menyiapkan kaum perempuan sebagai istri didirikan oleh kerajaan seperti di Kerajaan
dan ibu yang baik. Keterampilan dimaksud Siak dan ada yang didirikan oleh
adalah keterampilan kerumahtanggaan masyarakat. Masyarakat waktu itu telah
(huishouden), seperti memasak dan mulai menganggap bahwa perempuan
keterampilan pekerjaan tangan perlu maju, karena ia akan menjadi istri
(handwerken) (MVO, 1929: 124). dan ibu. Sebagai istri, perempuan adalah
Kontroleur Siak, Valk (1931: 10) kawan bermufakat dan bersepakat.
menyatakan bahwa selain diajarkan Sebagai ibu, perempuan adalah guru
kerumahtanggaan dan keterampilan serta pertama dan utama untuk pendidikan anak-
pengetahuan umum, di Sultanah Latifah anak. Sebagai penopang keluarga,
School juga diajarkan tentang kebersihan perempuan harus mandiri dengan
(hygiene). Pelajaran lain juga menguasai berbagai keterampilan yang
dikembangkan seiring dengan keinginan berguna. Dalam kehidupan sosial, tidak
mengembangkannya menjadi lima kelas. peduli kaya atau miskin, perempuan seperti
Keterampilan pekerjaan tangan yang itulah yang diharapkan. Untuk menjadikan
diajarkan di Sultanah Latifah School perempuan sebagai istri dan ibu sejati,
adalah jarum-menjarum, seperti menjahit, maka pendidikan yang sesuai adalah
menyulam, dan lain-lain yang diistilahkan pendidikan kerumahtanggaan dan
oleh Abdul Gaban sebagai keterampilan keterampilan keputrian. Umumnya

132 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

masyarakat masih memandang anak Guru dan Murid


perempuan tidak perlu dididik Latifah School berkembang
sebagaimana anak laki-laki dididik. Jadi, mengikuti perkembangan pendidikan di
kaum perempuan cukup dididik sesuai Siak pada waktu itu. Pada tahun 1929,
dengan peran gender mereka pada waktu Leyds melaporkan bahwa Latifah School
itu. Pendidikan perempuan ditujukan untuk memiliki dua lokal dengan 50 murid, absen
meningkatkan kualitas perempuan yang sekitar 2%, dan 1 orang guru. Jumlah guru
berperan penting dalam ranah domestik. satu orang tersebut merupakan data pada
tahun 1928, dalam satu tahun usia Latifah
Letak Sekolah
School. Dua tahun kemudian, Valk
Berdasarkan denah yang dibuat oleh
melaporkan bahwa jumlah murid Latifah
Ahmad Yusuf dkk (1992: 230), dalam
School 66 orang dengan 2 orang guru dan
rangka inventarisasi harta peninggalan
1 orang kepala sekolah. Guru-guru tersebut
Kerajaan Siak, letak rumah sekolah
ada yang berasal dari Siak dan ada yang
Sultanah Latifah School di sebelah kanan
sengaja didatangkan dari luar Siak, sesuai
Istana Asserayah Hasyimiah di Siak Sri
dengan kebutuhan mata pelajaran. Halimah
Indrapura. Sejak tahun 1990-an, tempat
Batang Taris berasal dari Pematang
tersebut menjadi kantor pemerintah atau
Siantar, mengajar pelajaran Bahasa
Camat Siak. Di sebelahnya terdapat rumah
Belanda sekaligus menjadi kepala sekolah
sekolah Madrasah al-Nisa yang dijadikan
dan Zaidar berasal dari Payakumbuh
taman kanak-kanak. Senada dengan denah
mengajar memasak. Sementara Encik
tersebut adalah kesaksian Rugayyah binti
Saejah berasal dari Siak Sri Indrapura,
Abdul Muthalib (lahir 1925) yang
mengajar pelajaran menjahit. Melihat
menyatakan bahwa Madrasah al-Nisa
kedisiplinan pengelolaannya, sekolah ini
tempat ia bersekolah hingga tamat tingkat
diharapkan dapat berkembang menjadi
Tsanawiyah adalah bangunan yang berada
lima lokal belajar dan terbukti pernah
di depan alun-alun sejajar dengan tampak
suatu masa, Latifah School memiliki murid
muka Istana Asserayah. Sementara Latifah
tidak kurang dari 100 orang dengan tiga
School berada di sebelahnya menghadap ke
kelas. Dengan demikian, jumlah murid
istana.
Latifah School meningkat dari tahun ke
tahun dan terbilang cukup besar pada
masanya. Selain murid, jumlah guru juga

133 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

meningkat, dari satu orang pada tahun tinggal di Istana Limas sebagai asrama
1928 menjadi 2 orang ditambah seorang adalah mereka yang menjadi dayang-
kepala sekolah pada tahun 1931. Dengan dayang dan ada di antara mereka anak-
kata lain, terdapat peningkatan jumlah anak yatim, berjumlah 18 orang pada tahun
murid dan guru Latifah School pada lima 1938. Di antara mereka ada juga
tahun pertama keberadaannya. Guru-guru merupakan keluarga sultan. Lebai Abdul
digaji dari pendapatan kerajaan, termasuk Muthalib bertugas mengajarkan mereka
dari bait al-mal dan mendapat fasilitas mengaji dan setidaknya ada dua foto yang
tempat tinggal. diambil tatkala acara khatam al-Qur’an
Setelah laporan Controleur Siak, diselenggarakan bagi murid-murid
Leyds (1929: 124) dan Valk (1931: 10), Sultanah Latifah School di Istana
tidak diketahui secara tepat jumlah murid Asserayah. Satu foto dengan suasana
Sultanah Latifah School pada masa khatam al-Qur’an, murid-murid dan
berikutnya. Para pejabat pemerintah gurunya, Lebai Abdul Muthalib, tengah
kolonial berikutnya seperti Controleur duduk bersimpuh di atas karpet, yang
Siak, J. Dijk (1937: 52-53) dan lainnya adalah foto tatkala murid-murid
Controleur Bengkalis, de Putter (1938: 21) sengaja bergambar bersama di tangga
masih melaporkan perkembangan dan Istana Limas seusai acara khatam al-
peningkatan jumlah murid di Landschap Qur’an.
(Siak), tetapi tanpa khusus menyebutkan
Fasilitas Internaat dan Transportasi
secara spesifik tentang Sultanah Latifah
School. Bisa dikatakan bahwa anak Asrama atau internaat yang
perempuan di Landschap Siak yang disediakan sultan berada di dalam
bersekolah pada tahun 1935-1938 kompleks Istana Asserayah, yaitu dalam
mengalami peningkatan. bangunan yang terletak di belakang Istana
Murid-murid Latifah School adalah Peraduan Tengku Agung. Namanya Istana
anak perempuan dari dalam istana dan dari Limas yang telah difungsikan sebagai
luar istana seperti dari kampung-kampung asrama sejak masa Tengku Agung dan
di sekitar Siak Sri Indrapura, bahkan dari pengelolaannya diteruskan oleh Tengku
tempat-tempat yang memerlukan jasa Maharatu sepeninggal Tengku Agung.
penyeberangan melalui Sungai Siak. Kisah internaat ini bersumber dari kabar
Murid-murid Sultanah Latifah School yang lisan dari sejumlah saksi sezaman. Mereka

134 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

hidup pada masa Sultan Syarif Kasim II, Sungai Siak merupakan urat nadi
pernah bertemu dengan sultan Siak atau kehidupan kerajaan. Sungai ini tidak hanya
dengan permaisuri, tetapi mereka tidak dimanfaatkan untuk transportasi, tetapi
pernah menyaksikan sendiri aktivitas juga untuk lalu lintas perekonomian.
Sultanah Latifah School. Antara lain Barang-barang hasil hutan dan kebun di
karena usia mereka yang masih kecil pada Siak dikirim antara lain ke Singapura
masa kolonial Belanda, sehingga tidak melalui Sungai Siak. Begitupun
dapat mengingat peristiwa yang terjadi sebaliknya, melalui sungai tersebut barang-
sebelum Jepang masuk ke Siak. Mereka barang dari Singapura dan tempat-tempat
mendapat kisah tentang murid-murid lain masuk ke Siak. Pihak landschap telah
Sultanah Latifah School dari orangtua menyediakan sampan landschap untuk
mereka yang juga merupakan murid atau memberikan kemudahan kepada rakyat
guru di sekolah tersebut. Di antara mereka untuk menyeberangi Sungai Siak. Empat
adalah O.K. Nizami Jamil (lahir 1936), buah sampan dapat dimanfaatkan secara
ibunya tinggal di dalam istana, menjadi gratis, diutamakan bagi murid-murid yang
dayang-dayang sekaligus anak angkat dari tinggal di seberang Sungai Siak untuk
Tengku Agung dan kemudian Tengku memudahkan mereka berangkat dan
Maharatu. Saksi lainnya adalah Abdul kembali melalui salah satu dari empat
Manan Harahap (lahir 1930) yang sungai terbesar dan terdalam di Riau
mendapat kisah dari ayahnya yang menjadi tersebut.
guru mengaji murid-murid Sultanah Akhir Sultanah Latifah School
Latifah School. Pelajaran mengaji Sejauh ini, belum ditemukan sumber
berlangsung di dalam Istana Limas. primer tertulis yang menyatakan kapan
Perempuan yang bertugas di istana dan tepatnya Sultanah Latifah School ditutup
telah berkeluarga tinggal di sekitar istana, atau berakhir. Bahkan sebagian besar
tidak di Istana Limas. Sebagaimana kajian yang membahas Kerajaan Siak atau
kesaksian Misbah Jalilah (lahir 1926) perihal Sultan Syarif Kasim II tidak
(Pusdatin Puanri, 2007: 33), ia dan orang menyinggung perkembangan terakhir dan
tuanya menempati rumah di belakang penutupan sekolah tersebut. Sejarah Riau
Istana Siak. Ibunya penyedia makanan di (Muchtar Luthfi dkk., 1999: 390) ada
istana terutama jika ada tamu dan ayahnya menyebutkan ketika pendudukan Jepang
pembantu sultan dalam urusan pakaian. tahun 1942, Sultanah Latifah School

135 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

dialihkan sebagai Sekolah Rakyat. Menguatkan Karakter Bangsa, 28


Pendapat ini lebih dapat diterima dengan November 2011 di Pekanbaru). Ada
beberapa alasan. bagian yang mengandalkan sumber lisan
Pertama, kondisi di Kerajaan Siak karena pada waktu disusun, saksi-saksi
yang tidak kondusif bagi penyelenggaraan sejarah masih dapat dimintai kesaksiannya.
pendidikan pada masa pendudukan Jepang. Tidak mustahil informasi tentang
Sekolah-sekolah banyak yang tutup, guru penutupan Sultanah Latifah School pada
dan murid lebih memilih ke ladang tahun 1942 untuk Sejarah Riau juga
daripada ke sekolah, atau terpaksa diperoleh dari kesaksian lisan dari saksi
mengikuti militerisasi Jepang. Kedua, sejarah yang masih hidup pada waktu
tentara Jepang juga mengarahkan Sejarah Riau disusun.
pendidikan pada penanaman Bahasa Keempat, alasan lain bahwa Latifah
Jepang dan latihan fisik-kemiliteran. School ditutup pada awal pendudukan
Semua pendidikan bertujuan untuk Jepang adalah berdasarkan kesaksian
membantu Jepang memenangkan perang. Misbah bahwa pada tahun 1945 ia tidak
Oleh karena itu, dapat diduga pendidikan mengajar di Latifah School, tetapi di
yang tidak berorientasi kepada kepentingan Madrasah al-Nisa (Pusdatin Puanri, 2007:
perang Jepang, seperti Sultanah Latifah 33). Abdul Manan Harahap (lahir 1930)
School akan tutup. Dalam hal ini juga ketika Jepang masuk berumur 12 tahun,
termasuk kebijakan pemerintah militer juga memberikan kesaksian bahwa ketika
Jepang untuk menggabungkan semua masa Jepang, Sultanah Latifah School
pendidikan dasar menjadi satu, yaitu sudah tidak ada, sementara Madrasah al-
Sekolah Rakyat. Nisa dan Madrasah Taufikiyah masih
Ketiga, buku Sejarah Riau, sampai berdiri.
saat ini masih dianggap sebagai buku yang Dapat disimpulkan bahwa tatkala
cukup komprehensif dan dirujuk dalam tentara pendudukan Jepang masuk ke Siak
berbagai kajian yang datang lebih tahun 1942, Sultanah Latifah School
belakangan. Terbit untuk pertama kali pada ditutup dan dijadikan sekolah rakyat.
tahun 1977 setelah masa pengumpulan Setelah kekalahan Jepang dari sekutu dan
sumber dari tahun 1970 sebagaimana Bangsa Indonesia memproklamirkan
kesaksian Suwardi MS (Makalah dalam kemerdekaannya pada tahun 1945, sekolah
seminar Mengenal Sejarah Lokal, khusus perempuan yang masih berdiri di

136 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

Siak Sri Indrapura hanya Madrasah al- dan agama. Faktor lain adalah karena pada
Nisa. Kurikulum Madrasah al-Nisa juga waktu itu, Diniyah Putri Padang Panjang
memasukkan mata pelajaran keterampilan juga telah berdiri. Sekolah ini paling tidak
sebagaimana halnya Diniyah Putri Padang memberikan inspirasi bagi sultan untuk
Panjang, sehingga Madrasah al-Nisa mirip menukar Sultanah Latifah School yang
dengan sekolah keterampilan Sultanah hanya merupakan sekolah keterampilan
Latifah School plus pendidikan agama menjadi sekolah agama yang juga
Islam. mengajarkan keterampilan.
Dapat disimpulkan bahwa setelah
Perkembangan Lain
sultan mendukung Tengku Agung dalam
Pendidikan perempuan mendapat
pembukaan Sultanah Latifah School,
perhatian sultan dan permaisuri di Kerajaan
selang dua tahun kemudian sultan
Siak. Sultan mendukung ide Tengku
menyadari kekurangan Latifah School dari
Agung untuk membuka Sultanah Latifah
aspek pelajaran agama dan memandang
School, tetapi tidak lama setelah itu terjadi
perlu adanya pendidikan agama untuk
perkembangan lain. Dalam wawancara
kaum perempuan. Kemudian didirikanlah
sultan dengan jurnalis independen Bintang
Madrasah al-Nisa pada tahun 1929 setelah
Hindia, Abdul Ghaban (1929: 262)
bulan Mei. Pendirian madrasah khusus
dinyatakan bahwa dalam
perempuan ini agaknya tidak terlepas dari
perkembangannya, jika diperlukan,
keberadaan madrasah khusus laki-laki,
Sultanah Latifah School akan ditukar
Madrasah Taufikiyah, yang telah lebih
sesuai dengan kebutuhan zaman.
dahulu didirikan, dan sebagai upaya
Maksudnya, adanya sekolah khusus
memenuhi tuntutan zaman.
perempuan yang dilengkapi dengan
Sekolah keterampilan Sultanah
pendidikan agama. Agaknya sekolah
Latifah School diprediksi oleh sultan akan
agama merupakan kebutuhan masa
tidak dapat memenuhi kebutuhan zaman
tersebut. Tidak hanya karena kebutuhan
lalu perlu diganti dengan sekolah agama
penduduk Siak akan sekolah agama untuk
Madrasah Annisa. Sultan agaknya
anak-anak perempuan yang berbeda
memiliki pemahaman tentang pendidikan
dengan sekolah gouvernement, tetapi juga
perempuan hanya sebatas dalam garis
karena keinginan sultan untuk mendirikan
pendidikan tradisional dan dalam ranah
sekolah yang mengajarkan nasionalisme
domestik saja. Sepanjang sejarah, kaum

137 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

Muslim telah memberikan perhatian yang berkembang adalah meliputi


kepada pendidikan kaum perempuan dalam pendidikan agama dan keterampilan atau
batasan-batasan yang ditentukan oleh kesejahteraan keluarga.
budaya mereka. Pendidikan kaum
Diseminasi Tenun Siak
perempuan umumnya diberikan di rumah-
Abdul Ghaban menyebutkan bahwa
rumah mereka sendiri atau di tempat yang
keterampilan yang diajarkan di Sultanah
telah ditentukan. Pelajaran yang diberikan
Latifah School adalah kerajinan anak
secara eksklusif menyangkut agama dan
negeri yang asli. Kerajinan dimaksud
kesejahteraan keluarga. Bahkan
seperti menjahit, menyulam, dan menenun.
sebagaimana analisis Fazlur Rahman
Keterampilan menenun awalnya
(1985: 89-91), kalangan kaum pembaharu,
merupakan keterampilan dalam istana,
seperti Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad
diajarkan kepada perempuan-perempuan
Khan, atau modernis-modernis Muslim
yang tinggal di istana, antara lain dayang-
Turki klasik, mendukung pendidikan kaum
dayang dan murid Sultanah Latifah School
perempuan dalam garis tradisional dan
yang menempati internaat istana Limas.
domestik. Maksudnya, pendidikan yang
Dari istana ini kemudian keterampilan ini
mengajarkan ilmu agama dan masalah
merembes ke luar istana disebabkan ada di
kerumahtanggaan, seperti memasak dan
antara murid Sultanah Latifah School yang
kesehatan. Pengetahuan yang dipelajari
tidak tinggal di istana, yaitu mereka yang
Bangsa Barat, atau yang di Indonesia biasa
menggunakan sampan landschap untuk
disebut pengetahuan umum tidak
datang dan pulang sekolah, atau murid
dibenarkan untuk dipelajari.
yang memang tinggal di rumah sendiri atau
Dalam perspektif inilah Sultan Syarif
di rumah famili di kampung-kampung
Kasim menganggap Sultanah Latifah
dekat istana.
School tidak sesuai dengan garis
Menurut Maleha Azis (2007: 521-
tradisional karena tidak mengajarkan
524), Tengku Maharatu melanjutkan
pendidikan agama yang diperlukan masa
perjuangan Tengku Agung dalam
itu. Sekolah ini hanya mengajarkan
meningkatkan kedudukan kaum perempuan
pengetahuan umum seperti baca-tulis dan
di Siak dan sekitarnya. Di antaranya
Bahasa Belanda serta fokus mengajarkan
dengan mengajarkan cara bertenun yang
keterampilan. Sementara, pemikiran
kemudian dikenal dengan nama tenun Siak.
tentang pendidikan perempuan Muslim

138 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

Perempuan-perempuan Siak, tutur Harahap atau Masani. Benang sutranya dibeli


(lahir 1930), di beberapa kampung tertentu khusus di Singapura melalui kapal-kapal
seperti Kampung Rempak dan Kampung yang datang dari Singapura (Pusdatin
Dalam dikenal dan diakui oleh masyarakat Puanri, 2007: 107-119). Akan tetapi, pada
tentang hal kepandaian menenun. Encik masa Jepang semua kebutuhan hidup
Hasnah (lahir 1938) menuturkan bahwa menjadi sulit, termasuk masalah sandang.
neneknya dulu belajar menenun dari Sebelumnya, sandang diimpor dari
Tengku Agung di istana. Kemudian Encik Belanda. Orang Riau biasa memenuhi
Hasnah belajar dari neneknya tersebut, kebutuhan sandang, seperti benang yang
sehingga membuatnya menjadi salah didatangkan dari Singapura. Untuk
seorang penenun dan penekat terbaik yang mengatasi masalah sandang ini, pemerintah
masih ada di Riau saat ini. Anak didiknya militer Jepang mengusahakan percobaan
tersebar di berbagai daerah di Riau, di penanaman kapas dan pemintalan secara
antaranya di Pekanbaru, Pelalawan, dan massal.
Siak. Masajo pernah mendapat perintah
Terlepas dari kisah asal-usul dari Jepang untuk memintal kapas, sesuatu
kerajinan tenun Siak yang beragam, dapat yang belum pernah dilakukannya pada
dikatakan bahwa awal mulanya masa lalu. Kisah Masajo memintal dan
berlangsung di dalam istana. Pada masa menenun untuk Jepang ini tidak didukung
Sultan Syarif Hasyim, perhatiannya kepada sumber tertulis lain kecuali berdasarkan
kerajinan tenun rakyat dilakukan dengan kesaksiannya sendiri tatkala masih hidup
mendatangkan peralatan tenun dan para untuk kemudian ditulis menjadi riwayat
pandai tenun ke Siak. Adapun Sultan hidupnya (Pusdatin Puanri, 2007: 107-
Syarif Kasim II memperhatikan perajin 119). Ketiadaan sandang telah membuat
tenun dengan cara memesan kain tenun Jepang memerintahkan perempuan-
atau membeli langsung ke penenun. perempuan yang dapat menenun untuk
Pemakaian tenun sutra memang agak menenun bagi tentara Jepang. Masajo
terbatas karena pada waktu itu orang masih diperintahkan oleh tentara Jepang untuk
memperdebatkan hukum memakai sutra. memintal benang dan menenunnya menjadi
Di antara murid Sultanah Latifah kain yang cukup panjang, sekitar empat
School yang bekerja sekaligus puluh meter.
mengajarkan menenun bernama Masajo

139 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

Sultanah Latifah School memiliki pendidikan perempuan di daerah lain yang


peran dalam diseminasi kerajinan tenun dikunjunginya, tetapi lebih terkait dengan
Siak. Kerajian tenun ini merupakan potensi mengangkatkan status dan marwah
yang memiliki nilai penting bagi kerajaan kerajaan melalui pendidikan perempuan.
jika diberi perhatian. Hal inipun telah Sultanah Latifah School digagas dan
dilakukan oleh Kartini dengan didirikan oleh Tengku Agung dan
perhatiannya kepada kesenian ukir di didukung oleh Sultan Syarif Kasim II.
Jepara. Kartini menganggap bahwa seni Suatu keadaan yang sama di mana tokoh-
ukir merupakan potensi yang dapat tokoh pendidikan perempuan pada
membantu mengembangkan ekonomi seperempat pertama abad ke-20, seperti
masyarakat. Sama halnya apa yang Kartini, Dewi Sartika, Rohana Kudus, dan
dilakukan oleh Rohana Kudus, dengan Rahmah el-Yunusiyah juga didukung oleh
sekolah Kerajinan Amai Setia yang suami atau saudara laki-laki mereka.
dikelolanya. Di sini ia mengajarkan Dengan latar kalangan elit dan sikap
berbagai kepandaian tangan yang altruistik, Tengku Agung sejajar dengan
kemudian menjadikan sekolah tersebut mereka dalam memperjuangkan nasib
sebagai sekolah industri kaum perempuan kaumnya melalui pendidikan khusus
yang tidak sedikit pengaruhnya di perempuan.
Minangkabau dan daerah-daerah lain. Namun, tak lama kemudian Sultan
Syarif Kasim II merasakan berbagai
Kesimpulan kekurangan Sultanah Latifah School dan
Sultanah Latifah School merupakan segera mendirikan Madrasah Annisa,
sekolah khusus perempuan pertama di sekolah agama khusus perempuan.
Kerajaan Siak bahkan di daerah-daerah Kekurangan Sultanah Latifah School
yang kemudian menjadi Provinsi Riau. antara lain karena kurikulumnya minus
Keberadaannya merupakan keharusan pendidikan agama dan nilai-nilai
sejarah sekaligus sebagai upaya politis kebangsaan, dua pilar pendirian Sultan
Kerajaan Siak mengejar ketertinggalannya Siak tersebut. Sultanah Latifah School juga
berhadapan dengan kerajaan-kerajaan dipandang ketinggalan zaman karena
Melayu lain di Sumatera Timur. Sekolah perspektif pendidikan Sultan Syarif Kasim
tersebut didirikan bukan sekedar karena II yang berkiblat kepada arus pemikiran
Tengku Agung tertarik dengan keadaan bahwa pendidikan perempuan itu harus

140 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

dalam garis tradisional -- yang Perjuangan, Warisan, Pekanbaru:


Pemprop Riau.
menanamkan pendidikan agama -- dan
Algemen Verslag van het Inlandsch
domestik -- yang mengajarkan
Onderwijs in Nederlandsch Indie
keterampilan untuk kesejahteraan keluarga. over 1914. Eerste Deel Tekst.
Batavia: Landsdrukkerij. 1916.
Alasan yang tak kalah pentingnya adalah
KITLV.
kepentingan politik Kerajaan Siak untuk Aristides Katoppo (ed.). (1983). Satu Abad
kontinuitas pewarisan tugas dan fungsi Kartini: Bunga Rampai Karangan
Mengenai Kartini. Cetakan ketiga.
kemaharajaan melayu, sejak Kerajaan Jakarta: Sinar Harapan.
Malaka, Johor, Samudra Pasai hingga Azyumardi Azra. (1996). Islam in the
Melayu Riau, sebagai pusat penyebaran Indonesian World: An Account of
Institutional Formation. Bandung:
dan pendidikan agama Islam. Pembukaan Mizan.
Madrasah Annisa pada tahun 1929 adalah Barnard, Timothy P. (2006). Pusat
melengkapi Madrasah Taufikiyah sebagai Kekuasaan Ganda: Masyarakat dan
Alam Siak dan Sumatra Timur 1674-
simbol pewarisan tugas dan fungsi 1827. Terjemahan Sita Rohana.
tersebut. Pekanbaru: Unri Press.

Sultanah Latifah School dapat Brugmans, I.J. (1938). Geschiedenis van


het Onderwijs in Nederlandsch-Indie.
bertahan hingga pendudukan Jepang. Groningen-Batavia; J.B. Wolters’
Kebijakan pendidikan pemerintah militer Uitgevers-Maatschappij.

Jepang untuk menyeragamkan pendidikan ______. (1987). “Politik Pengajaran”.


Dalam H. Baudet dan I.J. Brugmans.
dasar telah membuat Sultanah Latifah Politik Etis dan Revolusi
School ditutup dan dijadikan Sekolah Kemerdekaan. Terjemahan Amir
Sutaarga. Hlm. 176-194. Jakarta:
Rakyat pada tahun 1942. Sekalipun Yayasan Obor Indonesia.
demikian, keberadaannya sepanjang era Dekker, Deuwes. (1913). “Assosiatie
Politiek”. Koloniaal Tijdschrift.
kolonial Belanda telah memberikan
Tweede Jaargang. EersteHalfjaar. Pp.
pendidikan bagi kaum perempuan Siak dan 439-446.
membantu diseminasi kerajinan asli anak Jonkman, J.A. (1918). Indonesisch-
Nationale Grondslag van het
negeri, yaitu tenun Siak.
Onderwijs ten Dienste der Inlandsche
Bevolking. Utrecht; Senator
Veteranomun Typographus et
Daftar Kepustakaan Librorum.
Maleha Azis. (2007). “Peran Perempuan
Ahmad Yusuf, et al. (1992). Sultan Syarif Melayu Riau: Dulu dan Kini”. Dalam
Kasim II: Raja Terakhir Kerajaan Heddy Shri Ahimsa-Putra.
Siak Sri Indrapura: Pemerintahan,

141 
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 

Masyarakat Melayu dan Budaya Pusdatin Puanri. (2007). Mutiara Yang


Melayu dalam Perubahan. Terjaring. Pekanbaru: Pusdatin
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Puanri.
Memorie van Overgave (MvO). (1917). R.A. Kartini. (2006). Habis Gelap
Gouverneur der Oostkust van Terbitlah Terang. Terjemahan
Sumatra, Van der Plas (Juli 1917). Armijn Pane. Cetakan Keduapuluh
Nationaal Archieft (NA), Den Haag, tiga. Jakarta: Balai Pustaka.
NL. Rahman, Fazlur. (1985). Islam dan
______. (1929). Controleur Siak, Leyds. Modernitas: Tentang Transformasi
1929. NA. Intelektual. Terjemahan Ahsin
Mohammad. Bandung: Pustaka.
______. (1931). Controleur Siak, J. J.J. van
Kempe Valk (6 Mei 1931). NA. S. Nasution. (1987). Sejarah Pendidikan
Indonesia. Edisi Kedua. Bandung:
______. (1934). Controleur van Siak, G.R.
Jemmars.
Seinstra. NA
Stibbe, D.G. (red.). (1919). Encyclopaedie
______. (1937). Controleur Siak, J. Dijk
van Nederlandsch Indie. Tweede
(19 Juli 1935-7 Agustus 1937). NA.
Druk. Deerde Dee. N-Soema.’s
______. (1938). Controleur Bengkalis, de Gravenhage: Martinus Nijhoff.
Putter. NA.
Surat Kabar. Bintang Hindia. (1925-1930);
Muchtar Lutfi, et al. (eds.). 1999. Sejarah Bintang Timur. 7 Januari 1936: 1;
Riau. Reproduksi. Pekanbaru: Biro Pewarta Deli (1924); Sedar, 5 Nov.
Bina Setwilda Tingkat I Riau. 1930: 7; Soenting Melajoe (1912,
Nina H. Lubis. (2006). 9 Pahlawan 1921); Tjaja Sumatra (1918- 1920).
Nasional Asal Jawa Barat. Bandung: Tamar Djaja. (1980). Rohana Kudus
P2K2 Lemlit Universitas Srikandi Indonesia: Riwayat Hidup
Padjadjaran. dan Perjuangannya. Jakarta: Mutiara.
O.K. Nizami Jamil. (1997). “Sultan Syarif Taufik Abdullah. (1997). “Pahlawan
Kasim II”, dalam Suwardi dkk. Dalam Perspektif Sejarah”. Dalam
Sultan Syarif Kasim II Sultan Siak Sri Suwardi, dkk. Sultan Syarif Kasim II
Indrapura. Bengkalis: Pemda Tk II Sultan Siak Sri Indrapura (1915-
Bengkalis. 1945). Bengkalis: Pemda Tingkat II
______. (2008). Autobiografi O.K. Nizami Bengkalis.
Jamil: Negeri Siak Tanah Tengku Luckman Sinar. (1991). Sejarah
Kelahirannku Anak Kampung Dalam. Medan Tempo Dulu. Medan: Tp.
Pekanbaru; LAM Riau.
______. (1997). “Perjuangan Sultan Syarif
Padang Panjang, Diniyah Putri. (1939). Kasim II di Sumatera Timur” dalam
Peringatan 15 Tahun Perguruan Suwardi dkk, Sultan Syarif Kasim II.
Diniyah Putri, tt.: tp. Bengkalis: Pemda Tk II. Bengkalis
_______. (1978). 55 Tahun Diniyah Putri ______. (2007). “Sejarah Kesultanan
Padangpanjang, Jakarta, Ghalia Melayu di Sumatera Timur”. Dalam
Indonesia, 1978. Heddy Shri Ahimsa-Putra et al.
(ed.). Masyarakat Melayu dan
Budaya Melayu dalam Perubahan.

142 
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014  

Yogyakarta: Balai Kajian dan dari kedua orang tuanya, ibunya


Pengembangan Budaya Melayu. adalah anak angkat Tengku
Maharatu, sementara ayahnya adalah
Van der Chijs, J.A. (1977). “Report of
sekretaris pribadi Sultan Syarif
1831 in Indigenous Education”.
Kasim II.
Dalam Chr. L.M. Penders. Indonesia;
Selected Documents on Colonialism
Rugayyah binti Lebai Abdul Muthalib, (84
and Nationalism 1830-1942. Pp. 248-
tahun). Murid Madrasah al-Nisa.
251. Queensland; University of
Wawancara. Siak Sri Indrapura, 1
Queensland Press.
November 2009. Ia pernah menjadi
Van Niel, Robert. (2009). Munculnya Elite guru privat Tengku Adibah, anak
Modern Indonesia. Terjemahan angkat Tengku Maharatu. Ia masih
Zahara Deliar Noer. Cetakan Kedua. dapat menceritakan pengalaman
Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. hidupnya secara garis besar.
Vreede de-Stuers, Cora. (1992). “The Life
of Rangkayo Rahmah El-Yunusiya:
The Facts and the Image”. Dalam
Elsbeth Locher Scholten and Anke
Nichof. Indonesian Women in Focus:
Past and Present Nation.
Verhandelingen van het KITLV 127.
Second Printing. Pp. 52-57. Leiden:
KITLV.
Yan Daryono. (2008). Raden Dewi Sartika
Sang Perintis: Biografi Pahlawan
Nasional. Cetakan kedua. Bandung:
Grafiti Budi Utami.

Wawancara
Abdul Manan Harahap. (79 tahun).
Pernah menjadi guru di Madrasah
Taufikiyah dan Madrasah al-Nisa.
Wawancara. Siak Sri Indrapura, 1
November 2009.
Encik Hasnah. Tokoh Perempuan Riau
yang melestarikan Tenun Siak.
Wawancara. Pekanbaru, 30 Juni
2009. Ia belajar menenun dari
neneknya, Hajah Aminah, yang
belajar dari Tengku Agung.
O.K. Nizami Jamil. (73 tahun). Ketua
LAM Siak dan Pengurus LAM Riau.
Wawancara. Pekanbaru. 30 Oktober
2009. Ia bercerita berdasarkan kisah

143 

Anda mungkin juga menyukai