Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 1927-1945
Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak 1927-1945
(1927-1945)
Wilaela
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Abstrak:
Sultanah Latifah School adalah sekolah modern khusus perempuan yang pertama didirikan di Siak
Sri Indrapura, ibu negeri Kerajaan Siak. Tulisan ini tidak hanya memaparkan tentang kepastian
kapan sekolah tersebut didirikan dan ditutup, pemaparannya juga meliputi latar belakang
didirikan, letak sekolah, kurikulum, serta perkembangan murid dan guru. Sekalipun
keberadaannya merupakan suatu keniscayaan zaman, namun berangkat dari kondisi zaman
jugalah Sultan Syarif Kasim II melihat kekurangan sekolah tersebut dan akhirnya membuka
sekolah khusus perempuan di bidang agama dan diberi mana Madrasah Annisa. Sejumlah sumber,
baik tertulis maupun lisan digunakan untuk mendukung deskripsi sekolah perempuan pertama di
Riau ini.
Kata kunci: Pendidikan tradisional, pendidikan perempuan, pendidikan keterampilan,
berkurung, sultanah latifah school.
124
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
125
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
126
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
Siapi-Api (1922), HIS di Bengkalis (1921), Langkat. Tengku Pangeran diangkat oleh
HIS Taman Siswa di Selatpanjang, dan gouvernement sebagai penasehat untuk
lembaga kuttab di Siak Sri Indrapura. membantu dan membimbing menantunya,
Masyarakat juga resah dengan Sultan Syarif Kasim II, dalam menjalankan
tingkah laku murid HIS dan juga murid pemerintahan di Siak dan ia baru kembali
sekolah Melayu. Politik pendidikan bertugas di Langkat pada tahun 1922
(onderwijspolitiek) Pemerintah Hindia (MVO, 1917: 175; T. Lukman Sinar, 1997:
Belanda kepada HIS telah menyebabkan 8).
8000 murid HIS menjadi rusak karena Kerajaan Langkat adalah salah satu
anak-anak tersebut menjadi lupa bahasa kerajaan di Sumatera Timur yang kaya
sendiri, yaitu Bahasa Melayu (Pewarta karena perkebunan tembakau dan
Deli, 29 Pebruari 1924). Belum lagi, minyaknya (T. Lukman Sinar, 1997: 8).
tingkah laku, cara berpakaian, dan Kota Tanjungpura ibunegeri Kerajaan
pergaulan anak-anak sekolah Langkat sebagai kota kelahiran Tengku
gouvernement seperti HIS dipandang tidak Agung, merupakan kota dengan
sesuai dengan adat dan agama. pendidikan yang terus berkembang
(Bintang Hindia, 24 Januari 1926). Masjid-
Sultanah Latifah School masjid dan langgar atau madrasah di sana
Syarifah Latifah gelar permaisuri meningkat dalam jumlah dan menjadi
Tengku Agung (1896-1929) adalah tempat shalat Jumat, shalat lima waktu, dan
penggagas dan pendiri Sultanah Latifah belajar.
School. Garis silsilahnya berasal dari Pernikahan Syarifah Latifah dengan
keluarga istana Langkat dan Siak. Syarif Kasim dilangsungkan di
Hubungan Istana Langkat dengan Istana Tanjungpura, pada tanggal 27 Oktober
Siak telah terjalin sejak tahun 1780 tatkala 1912. Selang beberapa tahun kemudian,
Langkat diduduki oleh Siak. Tengku tepatnya pada tanggal 3 Maret 1915
Pangeran, ayah Tengku Agung, adalah bertempat di Istana Siak, Syarif Kasim
orang Siak yang kemudian menjadi pada usia 23 tahun dinobatkan sebagai
Pangeran Langkat Hilir (Wakil Sultan sultan bergelar Sultan al-Sayid al-Syarif
Langkat di luhak tersebut) karena ia Kasim Tsani Abdul Jalil Syaifuddin dan
memiliki pertalian perkawinan dengan Tengku Syarifah Latifah dinobatkan
anak Sultan Musa al-Mahdahain Syah sebagai permaisuri bergelar Tengku
127
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
128
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
129
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
130
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
ini diajarkan kursus mengurus rumah yang diistilahkan oleh Leyds dengan
tangga (huishouden) dan keterampilan meisjesvolksschool (sekolah desa khusus
pekerjaan tangan (handwerken). Dalam gadis), sementara Valk (1931: 10)
halaman lain tentang daftar guru menyebutnya sebagai meisjesschool
(onderwijzers) di Landschap Siak, Leyds (sekolah gadis) dalam kelompok
juga menyebutkan bahwa Sultanah Latifah volksscholen (sekolah desa).
School pada tahun 1928 memiliki satu Karena Sultanah Latifah School
orang guru. Untuk pertama kali, nama didirikan atas gagasan Tengku Agung,
Sultanah Latifah School disebutkan dalam maka dirinyalah yang bertanggung jawab
Memorie van Overgave controleur Siak mengelola sekolah tersebut. Begitu juga
berikutnya, Valk (1931: 10). Antara lain dengan kurikulumnya ditentukan sendiri.
Valk menyebutkan: “Een er van, speciaal Para pejabat Pemerintah Hindia Belanda,
voor meisjes is te Siak geplaatst, de seperti kontroleur Siak atau asisten residen
Sultana Latifah School.” Selain Valk, di Bengkalis, hanya sekedar melaporkan
Controleur Siak, G.R. Seinstra (1934: 69) saja sebagai bagian dari pengawasan
juga menyebutnya dengan “Sultana Latifah mereka atas daerah landschap.
School”. Sultanah Latifah School mirip
dengan sekolah istana karena lokasinya di
Kurikulum
dekat istana dan sebagian muridnya
Kontroleur Siak, Leyds (1929: 125)
merupakan dayang-dayang istana atau
dan Seinstra (1934: 69) memasukkan
anak-anak pejabat di lingkungan istana.
Sultanah Latifah School sebagai sekolah di
Apalagi mata pelajaran yang diajarkan
bawah group sekolah landschap
disesuaikan dengan keterampilan yang
(landschapvolksscholen), jadi di bawah
dibutuhkan para gadis istana atau dayang-
pengawasan Kerajaan Siak. Pendidikan
dayang yang berada di lingkungan istana.
perempuan (meisjesonderwijs) memang
Namun, sebagian lagi murid Sultanah
mendapat simpati dari sultan selaku
Latifah School adalah gadis-gadis yang
zelfbestuur. Tidak mengherankan jika
berasal dari kampung-kampung di luar
semua fasilitas dan biaya
istana, bahkan ada dari seberang Sungai
penyelenggaraannya ditanggung
Siak atau yang lebih jauh sehingga
sepenuhnya oleh sultan. Sekolah ini
memerlukan jasa penyeberangan atau
setingkat dengan volksschool tiga tahun,
tempat untuk tinggal di Siak Sri Indrapura.
131
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
Jadi, Sultanah Latifah School semacam anak negeri yang asli (Bintang Hindia, 4
sekolah desa yang diperuntukkan untuk Mei 1929: 262).
gadis-gadis yang berasal dari lingkungan Kondisi zaman memang turut
istana dan dari kerabat jauh pihak istana, berperan dalam berdirinya Sultanah Latifah
dari rakyat kebanyakan, dan anak yatim. School. Sekolah yang mengajarkan
Menurut saksi sezaman, anak-anak yatim keterampilan untuk gadis-gadis memang
ini diasramakan di Istana Limas di bawah banyak diupayakan organisasi perempuan
pengawasan Tengku Maharatu. atau tokoh perempuan dan tersebar di
Pelajaran di Sultanah Latifah School berbagai daerah di tanah air. Tidak
meliputi pengetahuan dasar seperti baca terkecuali di daerah sekitar Kerajaan Siak,
tulis, pengetahuan umum, Bahasa Belanda, seperti di Medan dan Tanjungpura.
dan keterampilan untuk para gadis. Sekolah-sekolah yang mengajarkan baca-
Keterampilan yang diajarkan adalah untuk tulis dan keterampilan tersebut ada yang
menyiapkan kaum perempuan sebagai istri didirikan oleh kerajaan seperti di Kerajaan
dan ibu yang baik. Keterampilan dimaksud Siak dan ada yang didirikan oleh
adalah keterampilan kerumahtanggaan masyarakat. Masyarakat waktu itu telah
(huishouden), seperti memasak dan mulai menganggap bahwa perempuan
keterampilan pekerjaan tangan perlu maju, karena ia akan menjadi istri
(handwerken) (MVO, 1929: 124). dan ibu. Sebagai istri, perempuan adalah
Kontroleur Siak, Valk (1931: 10) kawan bermufakat dan bersepakat.
menyatakan bahwa selain diajarkan Sebagai ibu, perempuan adalah guru
kerumahtanggaan dan keterampilan serta pertama dan utama untuk pendidikan anak-
pengetahuan umum, di Sultanah Latifah anak. Sebagai penopang keluarga,
School juga diajarkan tentang kebersihan perempuan harus mandiri dengan
(hygiene). Pelajaran lain juga menguasai berbagai keterampilan yang
dikembangkan seiring dengan keinginan berguna. Dalam kehidupan sosial, tidak
mengembangkannya menjadi lima kelas. peduli kaya atau miskin, perempuan seperti
Keterampilan pekerjaan tangan yang itulah yang diharapkan. Untuk menjadikan
diajarkan di Sultanah Latifah School perempuan sebagai istri dan ibu sejati,
adalah jarum-menjarum, seperti menjahit, maka pendidikan yang sesuai adalah
menyulam, dan lain-lain yang diistilahkan pendidikan kerumahtanggaan dan
oleh Abdul Gaban sebagai keterampilan keterampilan keputrian. Umumnya
132
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
133
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
meningkat, dari satu orang pada tahun tinggal di Istana Limas sebagai asrama
1928 menjadi 2 orang ditambah seorang adalah mereka yang menjadi dayang-
kepala sekolah pada tahun 1931. Dengan dayang dan ada di antara mereka anak-
kata lain, terdapat peningkatan jumlah anak yatim, berjumlah 18 orang pada tahun
murid dan guru Latifah School pada lima 1938. Di antara mereka ada juga
tahun pertama keberadaannya. Guru-guru merupakan keluarga sultan. Lebai Abdul
digaji dari pendapatan kerajaan, termasuk Muthalib bertugas mengajarkan mereka
dari bait al-mal dan mendapat fasilitas mengaji dan setidaknya ada dua foto yang
tempat tinggal. diambil tatkala acara khatam al-Qur’an
Setelah laporan Controleur Siak, diselenggarakan bagi murid-murid
Leyds (1929: 124) dan Valk (1931: 10), Sultanah Latifah School di Istana
tidak diketahui secara tepat jumlah murid Asserayah. Satu foto dengan suasana
Sultanah Latifah School pada masa khatam al-Qur’an, murid-murid dan
berikutnya. Para pejabat pemerintah gurunya, Lebai Abdul Muthalib, tengah
kolonial berikutnya seperti Controleur duduk bersimpuh di atas karpet, yang
Siak, J. Dijk (1937: 52-53) dan lainnya adalah foto tatkala murid-murid
Controleur Bengkalis, de Putter (1938: 21) sengaja bergambar bersama di tangga
masih melaporkan perkembangan dan Istana Limas seusai acara khatam al-
peningkatan jumlah murid di Landschap Qur’an.
(Siak), tetapi tanpa khusus menyebutkan
Fasilitas Internaat dan Transportasi
secara spesifik tentang Sultanah Latifah
School. Bisa dikatakan bahwa anak Asrama atau internaat yang
perempuan di Landschap Siak yang disediakan sultan berada di dalam
bersekolah pada tahun 1935-1938 kompleks Istana Asserayah, yaitu dalam
mengalami peningkatan. bangunan yang terletak di belakang Istana
Murid-murid Latifah School adalah Peraduan Tengku Agung. Namanya Istana
anak perempuan dari dalam istana dan dari Limas yang telah difungsikan sebagai
luar istana seperti dari kampung-kampung asrama sejak masa Tengku Agung dan
di sekitar Siak Sri Indrapura, bahkan dari pengelolaannya diteruskan oleh Tengku
tempat-tempat yang memerlukan jasa Maharatu sepeninggal Tengku Agung.
penyeberangan melalui Sungai Siak. Kisah internaat ini bersumber dari kabar
Murid-murid Sultanah Latifah School yang lisan dari sejumlah saksi sezaman. Mereka
134
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
hidup pada masa Sultan Syarif Kasim II, Sungai Siak merupakan urat nadi
pernah bertemu dengan sultan Siak atau kehidupan kerajaan. Sungai ini tidak hanya
dengan permaisuri, tetapi mereka tidak dimanfaatkan untuk transportasi, tetapi
pernah menyaksikan sendiri aktivitas juga untuk lalu lintas perekonomian.
Sultanah Latifah School. Antara lain Barang-barang hasil hutan dan kebun di
karena usia mereka yang masih kecil pada Siak dikirim antara lain ke Singapura
masa kolonial Belanda, sehingga tidak melalui Sungai Siak. Begitupun
dapat mengingat peristiwa yang terjadi sebaliknya, melalui sungai tersebut barang-
sebelum Jepang masuk ke Siak. Mereka barang dari Singapura dan tempat-tempat
mendapat kisah tentang murid-murid lain masuk ke Siak. Pihak landschap telah
Sultanah Latifah School dari orangtua menyediakan sampan landschap untuk
mereka yang juga merupakan murid atau memberikan kemudahan kepada rakyat
guru di sekolah tersebut. Di antara mereka untuk menyeberangi Sungai Siak. Empat
adalah O.K. Nizami Jamil (lahir 1936), buah sampan dapat dimanfaatkan secara
ibunya tinggal di dalam istana, menjadi gratis, diutamakan bagi murid-murid yang
dayang-dayang sekaligus anak angkat dari tinggal di seberang Sungai Siak untuk
Tengku Agung dan kemudian Tengku memudahkan mereka berangkat dan
Maharatu. Saksi lainnya adalah Abdul kembali melalui salah satu dari empat
Manan Harahap (lahir 1930) yang sungai terbesar dan terdalam di Riau
mendapat kisah dari ayahnya yang menjadi tersebut.
guru mengaji murid-murid Sultanah Akhir Sultanah Latifah School
Latifah School. Pelajaran mengaji Sejauh ini, belum ditemukan sumber
berlangsung di dalam Istana Limas. primer tertulis yang menyatakan kapan
Perempuan yang bertugas di istana dan tepatnya Sultanah Latifah School ditutup
telah berkeluarga tinggal di sekitar istana, atau berakhir. Bahkan sebagian besar
tidak di Istana Limas. Sebagaimana kajian yang membahas Kerajaan Siak atau
kesaksian Misbah Jalilah (lahir 1926) perihal Sultan Syarif Kasim II tidak
(Pusdatin Puanri, 2007: 33), ia dan orang menyinggung perkembangan terakhir dan
tuanya menempati rumah di belakang penutupan sekolah tersebut. Sejarah Riau
Istana Siak. Ibunya penyedia makanan di (Muchtar Luthfi dkk., 1999: 390) ada
istana terutama jika ada tamu dan ayahnya menyebutkan ketika pendudukan Jepang
pembantu sultan dalam urusan pakaian. tahun 1942, Sultanah Latifah School
135
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
136
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
Siak Sri Indrapura hanya Madrasah al- dan agama. Faktor lain adalah karena pada
Nisa. Kurikulum Madrasah al-Nisa juga waktu itu, Diniyah Putri Padang Panjang
memasukkan mata pelajaran keterampilan juga telah berdiri. Sekolah ini paling tidak
sebagaimana halnya Diniyah Putri Padang memberikan inspirasi bagi sultan untuk
Panjang, sehingga Madrasah al-Nisa mirip menukar Sultanah Latifah School yang
dengan sekolah keterampilan Sultanah hanya merupakan sekolah keterampilan
Latifah School plus pendidikan agama menjadi sekolah agama yang juga
Islam. mengajarkan keterampilan.
Dapat disimpulkan bahwa setelah
Perkembangan Lain
sultan mendukung Tengku Agung dalam
Pendidikan perempuan mendapat
pembukaan Sultanah Latifah School,
perhatian sultan dan permaisuri di Kerajaan
selang dua tahun kemudian sultan
Siak. Sultan mendukung ide Tengku
menyadari kekurangan Latifah School dari
Agung untuk membuka Sultanah Latifah
aspek pelajaran agama dan memandang
School, tetapi tidak lama setelah itu terjadi
perlu adanya pendidikan agama untuk
perkembangan lain. Dalam wawancara
kaum perempuan. Kemudian didirikanlah
sultan dengan jurnalis independen Bintang
Madrasah al-Nisa pada tahun 1929 setelah
Hindia, Abdul Ghaban (1929: 262)
bulan Mei. Pendirian madrasah khusus
dinyatakan bahwa dalam
perempuan ini agaknya tidak terlepas dari
perkembangannya, jika diperlukan,
keberadaan madrasah khusus laki-laki,
Sultanah Latifah School akan ditukar
Madrasah Taufikiyah, yang telah lebih
sesuai dengan kebutuhan zaman.
dahulu didirikan, dan sebagai upaya
Maksudnya, adanya sekolah khusus
memenuhi tuntutan zaman.
perempuan yang dilengkapi dengan
Sekolah keterampilan Sultanah
pendidikan agama. Agaknya sekolah
Latifah School diprediksi oleh sultan akan
agama merupakan kebutuhan masa
tidak dapat memenuhi kebutuhan zaman
tersebut. Tidak hanya karena kebutuhan
lalu perlu diganti dengan sekolah agama
penduduk Siak akan sekolah agama untuk
Madrasah Annisa. Sultan agaknya
anak-anak perempuan yang berbeda
memiliki pemahaman tentang pendidikan
dengan sekolah gouvernement, tetapi juga
perempuan hanya sebatas dalam garis
karena keinginan sultan untuk mendirikan
pendidikan tradisional dan dalam ranah
sekolah yang mengajarkan nasionalisme
domestik saja. Sepanjang sejarah, kaum
137
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
138
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
139
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
140
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
141
Wilaela : Sultanah Latifah School Di Kerajaan Siak
142
Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Budaya,
Vol.11, No.1 Januari-Juni 2014
Wawancara
Abdul Manan Harahap. (79 tahun).
Pernah menjadi guru di Madrasah
Taufikiyah dan Madrasah al-Nisa.
Wawancara. Siak Sri Indrapura, 1
November 2009.
Encik Hasnah. Tokoh Perempuan Riau
yang melestarikan Tenun Siak.
Wawancara. Pekanbaru, 30 Juni
2009. Ia belajar menenun dari
neneknya, Hajah Aminah, yang
belajar dari Tengku Agung.
O.K. Nizami Jamil. (73 tahun). Ketua
LAM Siak dan Pengurus LAM Riau.
Wawancara. Pekanbaru. 30 Oktober
2009. Ia bercerita berdasarkan kisah
143