Anda di halaman 1dari 137

.

• .

PENELITIAN LINTAS ILMU


DISIPLIN HUKUM DI INDONESIA
(UP DATED)

Agus Brotosusilo
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Paparan pada Diskusi Peneliti Rumpun Sosial-Humaniora Universitas Indonesia:


Metodologi Inter–Trans dan Multi Disiplin untuk Penelitian Disiplin Hukum
(Rekonseptualisasi Studi Indonesia dalam Paradigma Lintas Disiplin),
Kampus UI Depok, 18 Desember 2017.
Agus Brotosusilo, 2011. 1
1
SISTEMATIKA PENYAJIAN:
1. ANEKA EKSISTENSI HUKUM DAN PENELITIANNYA
2. DISIPLIN HUKUM
3. PENELITIAN-PENELITIAN HUKUM MONO-DISIPLIN;
DAN LINTAS-DISIPLIN (INTER-DISIPLIN,
MULTI-DISIPLIN DAN TRANS–DISIPLIN)
4. PERSPEKTIF INTERNAL PENELITIAN HUKUM
INTER-DISIPLIN:
a. SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE
b. SOCIO-LEGAL STUDIES
5. PERSPEKTIF EKSTERNAL PENELITIAN HUKUM
INTER-DISIPLIN:
a. POSITIVISM SOCIOLOGY OF LAW
b. ANTI-POSITIVISM/INTERPRETIVISM SOCIOLOGY OF
LAW
6. PERSPEKTIF TRANSENDENTAL PENELITIAN HUKUM
INTER-DISIPLIN
Agus Brotosusilo, 2011. 2
7. IMPLEMENTASI
.

1. ANEKA EKSISTENSI HUKUM


DAN PENELITIANNYA

Agus Brotosusilo, 2011. 3


EKSISTENSI HUKUM
Di dalam Penelitian eksistensi hukum
hadir dalam beraneka wujud, mulai dari:
wujud yang paling abstrak: nilai-nilai;
ke wujud yang lebih kongkrit: azas;
kemudian: norma/kaidah; dan wujud
hukum yang paling kongkrit adalah sikap
tindak (hukum)(Skema 1 dan 2).
(Agus Brotosusilo, et.al., Penulisan Hukum: Buku
Pegangan Dosen. Jakarta: Asia Foundation -
Konsorsium Ilmu Hukum – Dep. PDK, Edisi ke-2,
1994, h. 61.) Agus Brotosusilo, 2011. 4
.

Transcendental Perspective:
Philosophical Legal Studies .

NILAI

Internal Perspective:
AZAS Dogmatic/Doctrinal Legal Studies

Internal Perspective:
Dogmatic/Doctrinal Legal Studies
NORMA

External Perspectives:
SIKAP-TINDAK Non-Doctrinal Legal Studies

Skema 1:
Agus Brotosusilo, 1982 5
Eksistensi Hukum dan Perspektif Penelitiannya
PERSPEKTIF INTERNAL PENELITIAN HUKUM
Perspektif Internal penelitian hukum
–melalui Dogmatik Hukum--,
mempergunakan Landasan Teoritis,
Terminologi-terminologi dan Methodologi
Hukum sebagai bagian dari makaryanya
hukum itu sendiri, dengan tujuan untuk
berkontribusi pada konsistensi internal
hukum dengan menawarkan landasan
intelektual maupun pelatihan praktis dalam
penerapan hukum, untuk
memperdalam pemahaman terhadap
Agus Brotosusilo, 2020. 6
Disiplin Hukum.
PERSPEKTIF EKSTERNAL PENELITIAN
HUKUM(ILMU-ILMU KENYATAAN HUKUM)
• Perspektif Eksternal penelitian Hukum
menerapkan kajian teoritis hukum empiris,
mempergunakan Landasan Teori dan
methodologi Ilmu-ilmu Sosial menelaah
karakteristik sistem hukum yang ada, termasuk
hubungan timbal-balik antar-variabel, kondisi
dan perkembangannya, sebab dan akibat, serta
fungsi dan tujuan institusi dan praktek hukum,
dengan tujuan untuk memperdalam
pemahaman terhadap keberadaan, posisi
dan peran hukum pada Sistem Sosial.
• Perspektif Eksternal penelitian Hukum a.l.
dipergunakan pada kajian Sosiologi Hukum dan
Anthropologi Hukum.
Agus Brotosusilo, 2020. 7
PERSPEKTIF TRANSENDENTAL
(FILSAFAT HUKUM)
• Perspektif transendental kajian hukum diterapkan pada telaah
normatif untuk mencari justifikasi hukum tertinggi berdasarkan
prinsip-prinsip moral, mitos, teologis, rasional, keadilan,
kemanfaatan, atau kepastian hukum; dan untuk melancarkan
kritik- konstruktif terhadap kondisi hukum yang ada sepanjang
memenuhi standar normatif tersebut.
• Perspektif ini diterapkan pada studi Filsafat Hukum yang pada
dasarnya adalah telaah kritis dan konstruktif/holistic terhadap
sifat-hakekat hukum dan sistem hukum.
• Dalam lingkup studi Filsafat Hukum termasuk juga kajian kritis
atas tujuan hukum, keabsahan (keberlakuan) hukum dan
landasan di balik proses pengambilan keputusan hukum, dengan
tujuan untuk memperdalam pemahaman terhadap Disiplin Hukum
Agus Brotosusilo, 2020. 8
secara Konstruktif/holistic: utuh, lengkap dan menyeluruh.
.
UNSUR HUKUM
.

IDEEL RIEL

ETHIKA + ESTETIKA LOGIKA ALAM KEBUDAYAANN MANUSIA

NILAI
METHODIK

SISTEMATIK
ASAS

PENGERTIAN
KAIDAH/NORMA
ILMU TENTANG
PENGERTIAN POKOK
FILSAFAT DALAM HUKUM
HUKUM ILMU TENTANG
MASYARAKAT HUKUM
KAIDAH HUKUM
SUBYEK HUKUM ILMU
PERANAN DLM HUKUM KENYATAAN
PERISTIWA HUKUM
HUKUM
HUBUNGAN HUKUM
OBYEK HUKUM

SOSIOLOGI HUKUM
DOGMATIK HUKUM ANTROPOLOGI HUKUM
PSIKOLOGI HUKUM
PERBANDINGAN HUKUM
SEJARAH HUKUM

POLITIK HUKUM

TEKNOLOGI HUKUM
+ Agus Brotosusilo, 2011.
TATA HUKUM 9
KETRAMPILAN HUKUM
POHON DISIPLIN HUKUM 10
Penjelasan Gambar POHON DISIPLIN HUKUM

I. Disiplin dasar mencakup :


A. Filsafat Hukum
B. Sosiologi dan Anthropologi Hukum
C. Psikologi Hukum
D. Perbandingan Hukum
E. Sejarah Hukum 🡪(B🡪E:Ilmu-ilmu Kenyataan Hukum🡪Konkret🡪Visible/Tampak

II. Disiplin Pokok mencakup :


A. Ilmu tentang Kaidah
B. Ilmu Pengertian 🡪 ( A dan B: Dogmatik Hukum 🡪Ilmu Hukum dalam arti SEMPIT
🡪 ( I B – E) + (II A dan B) 🡪 ILMU HUKUM dalam arti LUAS
III. Disiplin pengarah mencakup :
Politik Hukum

IV. Disiplin Cabang :


A. Hukum Tata Negara
B. Hukum Administrasi Negara
C. Hukum Pribadi
D. Hukum Harta Kekayaan
E. Hukum Keluarga
F. Hukum Waris
G. Hukum Pidana.

V. Disiplin Ranting terdiri dari :


A. Hukun Substantif (Hukum Material)
B. Hukum Ajektif (Hukum Formal). 11
TRANCENDENTAL
PERSPECTIVE
“JUSTICE” .

certainty LEGAL equity


VALUES

pacta sunt servanda LEGAL INTERNAL


PRINCIPLES PERSPECTIVE

Western LEGAL INTERNAL


land sales norm NORMS PERSPECTIVE

land sales in LEGAL EXTERNAL


Adat Law ACTS PERSPECTIVE

THE EXISTENCE OF LAW;


&
ITS SCIENTIFIC-METHOD’S PERSPECTIVES
Agus Brotosusilo, 2017. 12
TRANCENDENTAL
PERSPECTIVE
“KEADILAN” .

kepastian kesebandingan
NILAI

pacta sunt servanda INTERNAL


AZAS PERSPECTIVE

Jual-beli Tanah • …
INTERNAL
Hukum Barat/BW NORMA PERSPECTIVE

Jual-beli Tanah
SIKAP-TINDAK EXTERNAL
Hukum Adat PERSPECTIVE
EKSISTENSI HUKUM

Skema 1:
EKSISTENSI HUKUM DAN PERSPEKTIF STUDINYA
Agus Brotosusilo, 1982. 13
.

2. DISIPLIN HUKUM

Agus Brotosusilo, 2011. 14


DISIPLIN HUKUM
• Disiplin adalah sistem ajaran mengenai
kenyataan atau gejala-gejala yang
dihadapi, terdiri dari Disiplin Analitis dan
Disiplin Preskriptif; Disiplin Hukum (dan
Disiplin Filsafat) termasuk dalam
kelompok disiplin Preskriptif
• Dalam paradigma Disiplin Hukum
unsur-unsur hukum terdiri atas unsur
hukum riel –tampak secara phisik,
dapat dilihat--, dan unsur hukum yang
Agus Brotosusilo, 2011.
idiel. 15
DISIPLIN HUKUM:
Pemahaman Gejala-gejala dan
Kenyataan-kenyataan Hukum secara Kritis;
dan Konstruktif (menyeluruh, lengkap)
• (jalinan) nilai-nilai (antinomis) ditelaah melalui
perspektif Transendental pada Filsafat Hukum;
• azas (Precedent - Common Law) dan
norma/kaidah (Civil Code/BW - Civil Law),
difahami melalui kajian perspektif Internal di
dalam Dogmatik hukum; dan
• wujud hukum yang paling kongkrit: sikap tindak
(hukum) (🡪Hukum Adat) difahami melalui
penelitian dengan perspektif Eksternal di dalam
Ilmu-ilmu Kenyataan Hukum: a.l. Sosiologi
Agus Brotosusilo, 2011. 16
Hukum atau Anthropologi Hukum.
CIRI-CIRI UTAMA
PENELITIAN + PENULISAN HUKUM (1)
Ciri-ciri utama Penelitian dan
Penulisan Hukum adalah bahwa
kegiatan tersebut berusaha untuk
menjelaskan (klarifikasi) bagaimana
hukum berlaku dalam keadaan
tertentu
(Agus Brotosusilo, et.al., Penulisan Hukum:
Buku Pegangan Dosen. Jakarta: Asia Foundation
- Konsorsium Ilmu Hukum – Dep. PDK, Edisi
Agus Brotosusilo, 2011. 17
ke-2, 1994, hal.6).
CIRI-CIRI UTAMA
PENELITIAN + PENULISAN HUKUM (2)
Penelitian dan Penulisan Hukum sebenarnya
adalah merupakan kegiatan penyelesaian
masalah:
Adapun cara pemecahan masalah dilakukan
dengan jalan mengemukakan fakta-fakta, di
kaitkan dengan norma hukum yang relevan,
untuk kemudian mengambil kesimpulan
berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan
tersebut.
(Agus Brotosusilo, et.al., Penulisan Hukum:
Buku Pegangan Dosen. Jakarta: Asia
Foundation - Konsorsium Ilmu Hukum – Dep.
PDK, Edisi ke-2, 1994, hal.6).
Agus Brotosusilo, 2011. 18
CIRI-CIRI UTAMA
PENELITIAN + PENULISAN HUKUM (3)
Disiplin Hukum adalah Disiplin Preskriptif bersifat Normatif, bukan hanya Disiplin
Analitis .
•Disiplin Analitis menganalisis, memahami serta menjelaskan kenyataan-kenyataan
yang dihadapi; hasil kajiannya berupa Deskripsi/Description.
•Disiplin Preskriptif adalah sistem ajaran yang memberi pedoman/patokan apakah
yang seyogyanya /seharusnya dilakukan di dalam menghadapi gejala-gejala dan
kenyataan-kenyataan tertentu; hasil kajiannya berupa Preskripsi/Prescription.
Di dalam Disiplin Preskriptif terkandung nilai-nilai tertentu yang akan
dikejar/diwujudkan dan bersifat normatif (memberi pedoman dan/atau menjadi
alasan untuk bersikap-tindak).
Studi Ilmiah Disiplin Hukum meliputi kajian SUBSTANSI HUKUM sebagai Disiplin
PRESKRIPTIF (memberikan resep solusi) yang bersifat Normatif, maupun
MAKARYANYA HUKUM yang kajiannya dapat dibantu Disiplin ANALITIS yang
bersifat empiris (a.l. Sosiologi pada Socio-Legal Studies, dan Sosiologi Hukum).
(Agus Brotosusilo, et.al., Penulisan Hukum: Buku Pegangan Dosen. Jakarta: Asia
Foundation - Konsorsium Ilmu Hukum–Dep.
Agus Brotosusilo, PDK,
2011. Edisi ke-2, 1994, h. 7). 19
CIRI-CIRI UTAMA
PENELITIAN + PENULISAN HUKUM (4)
Dalam penulisan hukum harus ditunjukkan
dengan jelas deskripsi tentang
pengertian-pengertian pokok dalam hukum,
meliputi:
•subyek hukum,
•peranan dalam hukum,
•peristiwa hukum,
•hubungan hukum,
•obyek hukum, dan
•masyarakat hukum
(Agus Brotosusilo,Aguset.al., Penulisan Hukum: Buku
Brotosusilo, 2011. 20
Pegangan Dosen. Jakarta: Asia Foundation -
PARADIGMA DISIPLIN HUKUM (1)
Paradigma Disiplin Hukum adalah
pendekatan
.

untuk pemahaman
terhadap gejala-gejala maupun
ajaran-ajaran tentang hukum secara
mendalam (melalui Filsafat Hukum),
pada cakrawala yang luas (melalui
Ilmu-ilmu tentang Kenyataan
Hukum), maupun secara
lugas (melalui Dogmatik Hukum).
Agus Brotosusilo, 2011. 21
ILMU-ILMU HUKUM
Ilmu-ilmu Hukum: kumpulan berbagai ilmu pengetahuan, al:
•Ilmu tentang Kaidah atau Normwissenschaft atau
Sollenwissenschaft, yaitu ilmu yang menelaah hukum
sebagai norma/kaidah atau sistem
norma-norma/kaidah-kaidah;
•Ilmu tentang Pengertian-pengertian Pokok (dalam
hukum), meliputi: Subyek Hukum, Hak dan Kewajiban,
Peristiwa Hukum dan Obyek Hukum;
•Ilmu tentang Kenyataan atau Tatsachenwissenschaft
atau Seinwissenschaft menyoroti hukum sebagai
sikap-tindak,a,l, mencakup: Sosiologi Hukum,
Anthropologi Hukum, Psikologi Hukum, Perbandingan
Hukum, Perbandingan Hukum dan Sejarah Hukum.
Agus Brotosusilo, 2017. 22
Dogmatik Hukum (1)
• Dogmatik Hukum adalah kegiatan mengkompilasi dan
menginterpretasi aturan-aturan hukum positif serta
mensistematisasi seluruh kaidah-kaidah hukum yang
berlaku (yaitu hasil interpretasi tersebut), menjadi
tata hukum nasional yang relatif koheren (bersistem).
• Kegiatan menginterpretasi dan mensistematisasi
aturan-aturan hukum positif yang berlaku dalam
masyarakat tertentu pada suatu waktu tertentu dari sudut
pandang normatif tersebut, terarah pada kegiatan untuk
mempersiapkan pengambilan putusan hukum konkret,
atau menawarkan alternatif penyelesaian atas suatu
masalah hukum konkret (sengketa).
• Lingkup kajiannya terbatas pada suatu sistem hukum
nasional yang belaku pada suatu wilayah negara tertentu.
Agus Brotosusilo, 2017. 23
Dogmatik Hukum (2)

Sebagai landasan analisis


Dogmatik Hukum dipergunakan
ilmu tentang kaidah hukum, dan
ilmu tentang pengertian pokok
dalam hukum; gabungan dari
keduanya biasa dikenal sebagai
Ilmu Hukum dalam arti sempit.
Agus Brotosusilo, 2011. 24
ILMU TENTANG KENYATAAN/
TATSACHENWISSENCHAFT /SEINWISSENCHAFT
Ilmu-ilmu tentang kenyataan atau tatsachenwissenchaft atau
seinwissenchaft yang menyoroti hukum sebagai sikap tindak atau
perikelakuan yang antara lain mencakup:
•Sosiologi Hukum yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris
dan analitis mempelajari hubungan timbal-balik antara hukum sebagai
gejala-gejala sosial dengan gejala sosial yang lain.
•Anthropologi Hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada
masyarakat-masyarakat sederhana, maupun masyarakat-masyarakat yang
sedang mengalami proses modernisasi.
•Psikologi Hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari
hukum sebagai suatu perwujudan dari perkembangan jiwa manusia.
•Perbandingan Hukum yang merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
memperbandingkan sistem-sistem hukum yang berlaku di dalam satu atau
beberapa masyarakat.
•Sejarah Hukum yang mempelajari asal-usul dan perkembangan sistem
hukum suatu masyarakat tertentu.
Agus Brotosusilo, 2017. 25
ILMU HUKUM
DALAM ARTI LUAS
Ilmu Hukum dalam arti Luas
meliputi Dogmatik Hukum dan
Ilmu-ilmu Kenyataan Hukum
(Sosiologi Hukum, Anthropologi
Hukum, Psikologi Hukum,
Perbandingan Hukum dan
Sejarah Hukum).
Agus Brotosusilo, 2011. 26
FILSAFAT HUKUM
• Filsafat hukum adalah telaah kritis dan
konstruktif (meliputi unsur hukum yang
Idiel dan yang Riel) terhadap sifat-hakekat
hukum dan sistem hukum.
• Dalam lingkup studi filsafat hukum termasuk
juga kajian kritis atas tujuan hukum,
keabsahan (keberlakuan) hukum dan kajian
normatif terhadap landasan di balik proses
pengambilan keputusan hukum, apakah
berdasarkan prinsip-prinsip moral,
mythos, theologis, rasionel, kemanfaatan,
kepastian hukum, atau keadilan.
Agus Brotosusilo, 2011. 27
POLITIK HUKUM

Politik Hukum adalah kegiatan


memilih nilai-nilai dan
menerapkannya, fungsinya
mengarahkan suatu sistem hukum
tertentu sebagai pengarah
kebijakan.

Agus Brotosusilo, 2017. 28


PARADIGMA DISIPLIN HUKUM
SEBAGAI PROSES
• Paradigma ini didasarkan pada suatu proses, berupa
pemanfaatan Filsafat Hukum, Dogmatik Hukum,
dan Ilmu tentang Kenyataan Hukum; yang melalui
Politik Hukum menghasilkan Teknologi/Ketrampilan
Hukum dan Tata Hukum.
• Dengan demikian kajian hukum dapat dilakukan tidak
saja secara lugas melalui Dogmatik Hukum; dengan
menelaah cakrawala yang luas melalui Ilmu tentang
Kenyataan Hukum, tetapi juga dengan pendalaman
kritis dan konstruktif melalui Filsafat Hukum; kajian
dilakukan dengan memandang hukum dari berbagai
perspektif, sehingga diperoleh gambaran hukum yang
lengkap, utuh, dan menyeluruh.
Agus Brotosusilo, 2011. 29
TEKNOLOGI + KETRAMPILAN HUKUM:
a. Aneka aliran hukum, antara lain:
1. Legism;
2. Begriiffsjurisprudenz;
3. Freirechtslehre;
4. Wawasan ”Rechtsvinding”.

b. Latihan-latihan ketrampilan dan kemahiran:


1.Perundang-undangan, termasuk perjanjian;
2.Bantuan hukum, peradilan, dan penyelesaian
sengketa;
3.Dokumen bernilai (perjanjian perdata dan surat
berharga). Agus Brotosusilo, 2011. 30
TATA HUKUM
(Nasional/Internasional)
Hukum Tata Negara
Hukum Administrasi Negara
Hukum Pribadi.
Hukum Keluarga.
Hukum Harta Kekayaan:
1. Harta Kekayaan Materiel:
a. Benda-benda Tetap/Tak Bergerak;
b. Benda-benda Lepas/Bergerak.
2. Harta Kekayaan/Hak Immateriel:
3. Perikatan:
a. Perjanjian (Contract); dan
b. Penyelewengan Perdata, Perbuatan Melanggar Hukum (Tort)

Hukum Waris.
Hukum Pidana Agus Brotosusilo, 2011. 31
LANDASAN TEORITIS, METHODOLOGI
DAN PERMASALAHAN

• Suatu Disiplin dapat dibedakan dari


Disiplin lainnya antara lain berdasarkan
Landasan Teoritis dan Methodologi
yang dipergunakan pada penelitiannya.
• Pilihan Landasan Teoritis dan
Methodologi yang dipergunakan pada
penelitian harus relevan dengan
Permasalahan yang diteliti.
Agus Brotosusilo, 2011. 32
RECENT TRENDS IN JURISPRUDENCE

Recent trends in Jurisprudence


exhibit a variety of movement linked
by an increasing awareness of the
fruit of interdisciplinary
cooperation, and buttressed by a
more sophisticated methodology.
(Lloyd, D. and Freeman: Introduction to
Jurisprudence, p.19).
Agus Brotosusilo, 1982 33
.

3. PENELITIAN-PENELITIAN HUKUM
MONO-DISIPLIN; DAN LINTAS-DISIPLIN
(INTER-DISIPLIN, MULTI-DISIPLIN DAN
TRANS–DISIPLIN)

Agus Brotosusilo, 2011. 34


PERSPEKTIF INTERNAL
PENELITIAN HUKUM MONO-DISIPLIN:
(Dogmatik Hukum)
PERSPEKTIF INTERNAL PENELITIAN HUKUM
MONO-DISIPLIN (Dogmatik Hukum)
menggunakan Terminologi-terminologi Hukum,
Landasan Teoritis dan Methodologi Hukum
yang ditentukan secara cermat yang dipandang
relevan, dengan tujuan untuk berkontribusi pada
konsistensi internal hukum dengan
menawarkan landasan intelektual maupun
pelatihan praktis dalam penerapan hukum,
dengan tujuan untuk memperdalam
pemahaman terhadap DISIPLIN HUKUM.
Agus Brotosusilo, 2011. 35
.

PENELITIAN DISIPLIN HUKUM


INTER-DISIPLIN

Agus Brotosusilo, 2011. 36


PENELITIAN DISIPLIN HUKUM
INTER-DISIPLIN
Penelitian Hukum Inter-Disiplin menggunakan
Landasan Teoritis dan Methodologi Hukum
dengan memanfaatkan hasil kajian
Disiplin-disiplin LAIN (Non-hukum);
dan/atau Landasan Teoritis dan
Methodologi Disiplin Non-Hukum--, yang
ditentukan secara cermat yang dipandang
relevan, untuk meneliti posisi hukum pada
Disiplin-disiplin LAIN (Non-hukum);
semuanya untuk memperoleh pemahaman
yang lebih benar dan mendalam mengenai
Agus Brotosusilo, 2011. 37
PERSPEKTIF INTERNAL
PENELITIAN HUKUM INTER-DISIPLIN:
Socio-Legal Studies
Socio-Legal Studies, PERSPEKTIF INTERNAL
penelitian hukum INTER-DISIPLIN, menggunakan
Landasan Teoritis dan Methodologi Hukum yang
ditentukan secara cermat yang dipandang relevan,
dengan memanfaatkan hasil kajian
Disiplin-disiplin Non-hukum (Sosiologi,
Anthropologi) sebagai alat pengumpul +
pengolah data, untuk memperoleh pemahaman
yang lebih benar dan mendalam sehubungan
dengan eksistensi hukum sebagai Azas dan
Norma di dalam SISTEM HUKUM.
Agus Brotosusilo, 2011. 38
PERSPEKTIF EXTERNAL
PENELITIAN HUKUM INTER-DISIPLIN
Perspektif External penelitian hukum
Inter-disiplin, menggunakan Landasan Teoritis
dan Methodologi Ilmu-ilmu Sosial/Non-Hukum
(a.l. Sosiologi, Anthropologi) yang ditentukan
secara cermat yang dipandang relevan, meneliti
eksistensi hukum sebagai Sikap Tindak
(tampak/visible, misalnya: Hukum Adat),
dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman
yang lebih benar dan mendalam tentang
keberadaan hukum di dalam SISTEM SOSIAL.
(Lihat, Soepomo, dalam: Soerjono Soekanto “Hukum Adat
Agus Brotosusilo, 2011. 39
Indonesia”, hal. 125 – 127).
PENELITIAN HUKUM
MULTI-DISIPLIN
• Filsafat Hukum, Ilmu-ilmu tentang Kenyataan
Hukum dan Politik Hukum masing-masing
menerapkan kajian Inter-Disiplin dalam
Disiplin Hukum.
• Apabila ketiga kajian tersebut dilakukan
bersama-sama secara simultan
–-dengan mempergunakan Landasan Teoritis
& methodologi MASING-MASING DISIPLIN
(Filsafat, Sosiologi, Anthropologi, Politik)--,
kegiatan bersama tersebut dapat disebut
sebagai kajian Multi-disiplin.
Agus Brotosusilo, 2011. 40
PENGERTIAN:
INTER-DISIPLIN DAN MULTI-DISIPLIN (1)
• Lihat ”Pendekatan Interdisipliner di Bidang Hukum” di
dalam: Winarno Yudho dan Agus Brotosusilo, Sistem
Hukum Indonesia, Penerbit Universitas Terbuka,
Cetakan Kedua, 1987 (cetakan pertama, 1986), hal.
5.57 – 5.71.
• Bandingkan dengan Jan Gijssels and Mark Van
Hoecke: Apakah Teori Hukum Itu? Diterjemahkan oleh
B. Arief Sidharta, Penerbitan Tidak Berkala No.3,
Laboratorium Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, 2000.
• Tentang pembedaan antara ”pluri/multi-disipliner”,
”inter- disipliner” dan ”trans-disipliner” lihat F. Ost:
Questions Methodologiques a Propos de la Recherche
Interdisciplinaire en Droit, Revue Interdisciplinaire
Agus Brotosusilo, 2011. 41
d’etudes Juridique, 1981.
PERMENDIKBUD NOMOR 154 TAHUN 2014:
MONO-DISIPLIN DAN MULTI-DISIPLIN (1)
• Pengembangan pohon, cabang, atau ranting
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
dilakukan dengan strategi: a. monodisiplin;
b. multidisiplin; c. interdisiplin; dan
d. transdisiplin.
• Monodisiplin merupakan strategi riset yang
fokus pada satu disiplin akademik untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu.
• Multidisiplin merupakan strategi riset yang
melibatkan minimal dua disiplin akademik untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu secara
Agus Brotosusilo, 2011. 42
bersama-sama.
PERMENDIKBUD NOMOR 154 TAHUN 2014:
INTER-DISIPLIN DAN TRANS-DISIPLIN (2)
• Interdisiplin merupakan strategi riset yang
melibatkan transfer suatu disiplin akademik ke
dalam disiplin akademik lainnya untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu
sehingga mampu memunculkan metode baru
atau disiplin akademik yang baru.
• Transdisiplin merupakan strategi riset yang
melibatkan pemangku kepentingan lain di luar
akademisi, seperti praktisi professional,
pemerintah, poltisi, pengusaha agar hasil
penelitian dapat memiliki probabilitas yang lebih
Agus Brotosusilo, 2011. 43
tinggi untuk diaplikasikan oleh masyarakat.
PERATURAN MENRISTEKDIKTI NO. 44
TAHUN 2015 TENTANG
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

Peraturan Menristekdikti No. 44 Tahun


2015 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi mengatur bahwa
Lulusan Program Magister dan
Magister Terapan wajib memiliki
keterampilan Penelitian dengan
pendekatan Inter-Disiplin atau
Multi-Disiplin.
Agus Brotosusilo, 2011. 44
PERATURAN MENRISTEKDIKTI NO. 44
TAHUN 2015 TENTANG
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
TINGGI
Peraturan Menristekdikti No. 44
Tahun 2015 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi mengatur bahwa
Lulusan Program Doktor dan
Doktor Terapan wajib memiliki
keterampilan Penelitian dengan
pendekatan Inter-Disiplin,
Multi-Disiplin, atau Trans-Didiplin.
Agus Brotosusilo, 2011. 45
.

4. PERSPEKTIF INTERNAL
PENELITIAN HUKUM INTER-DISIPLIN

Agus Brotosusilo, 2011. 46


.

• .

4.a. SOCIOLOGICAL
JURISPRUDENCE

Agus Brotosusilo, 2011. 47


Agus Brotosusilo, 2011. 47
Sosiological Jurisprudence:
paradigma Structural-Functional
• Faham Sosiological Jurisprudence
tidak terlepas dari pengaruh
paradigma structural-functional
dalam kajian sosiologis yang pada
masa itu sedang mengalami
kejayaan.

• Baru pada tahap berikutnya kajian


sosiologis dipengaruhi oleh
pendekatan Conflict.
Agus Brotosusilo, 2011. 48
SOCIOLOGICAL
JURISPRUDENCE
Penganut faham Sosiological
Jurisprudence dipengaruhi oleh
faham Structural-functional percaya
pada otonomi ilmu hukum; dan
methoda penerapan hukum dianggap
bersifat netral.
Hukum dipandang sebagai disiplin
yang sama sekali berbeda dengan
disiplin lainnya.
Inilah yang dikenal sebagai “LEGAL
LIBERALISM” Agus Brotosusilo, 2011. 49
LEGAL LIBERALISM .

Legal Liberalism is a concept of law as:


• .
–an aotunomous dicipline--,
that separates law and non-legal dicipline,
mainly politics.

Among others:
British Legal Positivism;
Pure Theory of Law;
Langdellian Orthodoxy/US-Formalism;
Sociological Jurisprudence
Legal Realism.
Agus Brotosusilo, 1989. 50
Agus Brotosusilo, 1986. 50
SOCIAL ENGINEERING
(ROSCOE POUND)
Roscue Pound, mengemukakan peran
hukum sebagai alat untuk melakukan
”social engineering”, yaitu:
… the law as ordering behaviour to
achive ”... the goods of existence and
the means of satisfying claims with
the least friction and waste”.
(Roscue Pound: Interpretation of Legal History)
Agus Brotosusilo, 2011. 51
.

4.b. SOCIO-LEGAL STUDIES

Agus Brotosusilo, 2011. 52


PERBEDAAN SOCIO-LEGAL STUDIES,
SOSIOLOGI HUKUM DAN ANTHROPOLOGI HUKUM

• Socio-Legal Studies mempromosikan


kajian inter-disiplin berperspektif hukum.
• Dengan demikian Socio-Legal Studies
semakin mempererat keterkaitan disiplin
hukum (preskriptif-normatif) dengan
Ilmu-Ilmu Sosial (analitis-empiris).
• Socio-Legal Studies berbeda dengan
Sosiologi Hukum yang berperspektif
Sosiologis; berbeda dengan Anthropologi
Hukum yang berperspektif Anthropologi.
Agus Brotosusilo, 2011. 53
SOCIO-LEGAL STUDIES,
SOSIOLOGI HUKUM DAN ANTHROPOLOGI HUKUM
• Sosiologi Hukum merupakan pewaris ilmiah
Sosiologi, melakukan analisis berdasarkan
Teori-teori dan Methode Sosiologi, untuk
memperdalam pemahaman terhadap Sistem Sosial
(termasuk posisi hukum di dalam Sistem Sosial).
• Anthropologi Hukum merupakan pewaris ilmiah
Anthropologi, melakukan analisis berdasarkan
Teori-teori dan Methode Anthropologi untuk
memperdalam pemahaman ilmu sosial ybs.
• Socio-Legal Studies seringkali mempergunakan
Sosiologi (dan ilmu-ilmu sosial lainnya) bukan sebagai
sarana analisis substantif, tetapi hanya sebagai alat
untuk pengumpulan data (Reza Banakar dan Max
Agus Brotosusilo, 2011. 54
Travers, 2005).
SOCIO-LEGAL STUDIES 🡪 DISIPLIN HUKUM
• Wheeler dan Thomas: kata ”Socio” dalam
Socio-Legal Studies tidak merujuk pada
Sosiologi atau Ilmu-Ilmu Sosial, tetapi
mencerminkan ’persentuhan dengan konteks
dimana hukum tersebut berada’.
• Saat Peneliti Socio-Legal Studies
mempergunakan teori sosial untuk analisis,
mereka melakukannya tidak untuk tujuan yang
menjadi perhatian Sosiologi atau Ilmu-Ilmu
Sosial lainnya, tetapi untuk pemahaman
terhadap hukum dan ilmu hukum (Reza
Banakar dan Max Travers, 2005).
Agus Brotosusilo, 2011. 55
.

5. PERSPEKTIF EKSTERNAL
PENELITIAN HUKUM INTER-DISIPLIN

Agus Brotosusilo, 2011. 56


.

SOCIOLOGY OF LAW

Agus Brotosusilo, 2011. 57


KAJIAN SOSIOLOGIS
KLASIK & MODERN
• Kajian sosiologis modern percaya pada
kemampuan manusia untuk berperan aktif
mengarahkan perkembangan masyarakatnya.
• Ini berbeda dengan kajian sosiologis klasik,
yang teori perkembangan masyarakat
--(Organic) Social Evolution--, nya
dipengaruhi oleh kejayaan teori Ilmu-ilmu
Alamiah/Natural Sciences, terutama Teori
Evolusi “Darwinism”🡪 {(Organic) Biology
Evolution: “Survival of the Fittest”}, jadi
dipengaruhi faktor-faktor di luar diri manusia.
Agus Brotosusilo, 2011. 58
SOSIOLOGI HUKUM (1)
• Sosiologi Hukum adalah ilmu yang
secara analitis dan empiris
mempelajari hubungan timbal balik
antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya.
• Sosiologi Hukum/Sociology of Law
mempergunakan teori-teori dan
methode Sosiologis sebagai
penerapan Perspektif Eksernal.
Agus Brotosusilo, 2011. 59
SOSIOLOGI HUKUM (2)
Sosiologi Hukum mendapatkan
dorongan intelektual teori-teori dan
methodologi sosiologis dan bertujuan
mendapatkan pemahaman lebih luas
terhadap doktrin-doktrin hukum dan
aturan hukum dengan memposisikan
Peneliti di/dari luar sistem hukum,
untuk 'membangun pemahaman teoritis
mengenai keberadaan hukum dalam
kerangka struktur sosial yang lebih luas '
Agus Brotosusilo, 2011. 60
HAKEKAT HUKUM:
PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Suatu aturan adalah Hukum jika
dijamin secara eksternal oleh
kemungkinan paksaan (fisik atau
psikologis), untuk mewujudkan
kepatuhan atau pembalasan atas
pelanggaran, yang diterapkan oleh
pribadi yang dipersiapkan agar memiliki
kemampuan khusus untuk tujuan
tersebut. Agus Brotosusilo, 2011. 61
PENGERTIAN HUKUM
DALAM SOSIOLOGI
Pengertian Hukum dalam komunitas
Sosiologi akan semakin bervariasi dan
berkontraksi atau diperluas karena
hukum lebih tepat dipahami dalam kontur
perspektif teoretis tertentu; namun fokus
pada peraturan dan praktek akan selalu
ada atau paling tidak tersirat (konsepsi
ganda tentang Hukum) .
Agus Brotosusilo, 2011. 62
METHODE EMPIRIS 🡪 DESKRIPTIF
METHODE NORMATIF 🡪 PRESKRIPTIF
• Apabila Sosiological Jurisprudence dan
Socio-Legal Studies dalam kajiannya
mempergunakan teori dan methodologi Juridis
sehingga kajiannya bersifat normatif, Sosiologi
Hukum/Sociology of Law mempergunakan teori
dan methodologi sosiologis yang empiris.
• Sebagai kosekuensinya, Sosiological
Jurisprudence dan Socio-Legal Studies
menghasilkan kajian preskriptif, sedangkan
Sosiologi Hukum/Sociology of Law
menghasilkan kajian deskriptif.
Agus Brotosusilo, 2011. 63
.
.
COMPARISON SOCIOLOGICAL SOCIOLOGY OF LAW
JURISPRUDENCE
Theory Legal Theory Sociological Theory

Method Normative Science Empirical Science

Center of Gravity Law Society

Technique Legal Sociological

Postulate Juridical Social

Perspective Legal Sociological

Approach Deductive Inductive

Position of the insider outsider


Researcher
Nature Value Laden Value Free

Result Prescriptive Descriptive

Making legal principles & Understanding of


Concern administration more effective Social System
in action (incl. position of Law
Agus Brotosusilo, 2011. 64 in
the Social System)
.
.
COMPARISON SOCIO-LEGAL STUDIES SOCIOLOGY OF LAW

Theory Legal Theory Sociological Theory

Method Normative Science Empirical Science

Center of Gravity Law Society

Technique Juridical Empirical

Postulate Juridical Social

Perspective Internal External

Approach Deductive + Inductive Inductive

Position of the Insider Outsider


Researcher
Nature Value Laden Value Free

Result Prescription Description

Understanding of Understanding of
Concern the LEGAL SYSTEM Social System
Agus Brotosusilo, 2011.
(incl. position of Law
65
in
the SOCIAL SYSTEM)
TEORI-TEORI SOSIOLOGI HUKUM:
STRUCTURAL-FUNCTIONAL vs. CONFLICT THEORY
• Studi Sosiologi Hukum pada awalnya dipengaruh
paradigma Structural-functional (Concencus) dalam
kajian sosiologis yang pada masa itu sedang mengalami
kejayaan.
• Baru pada tahap berikutnya kajian sosiologis dipengaruhi
oleh Conflict Theory yang berasal dari ajaran Karl Marx.
• Evolutionary Theory yang timbul pada awal kelahiran
Sosiologi sebagai Ilmu, menerapkan “Darwin’s Organisme
Evolutionay Theory” sebagai puncak Teori Ilmu-ilmu
Alamiah/Natural Sciences (dhi. Biology, obyeknya Benda
--organik + anorganik--), pada studi Sosiologi (obyeknya:
Manusia) melalui “Social Evolutionay Theory”; setelah
disadari kesalahannya, akhirnya teori ini tenggelam dalam
pengaruh kedua teori tersebut
Agus Brotosusilo, di
1982.atas. 66
PARADIGMA POSITIVISM DAN
ANTI-POSITIVISM/ INTERPRETIVISM
• Perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan
faham antara penganut teori
structural-functional dan teori conflict pada
studi Sosiologi pada akhirnya juga menimbulkan
kossekuensi pada perbedaan-perbedaan, bahkan
pertentangan pada paradigma dan metode yang
dipergunakan oleh kedua teori tersebut pada studi
Sosiologi Hukum:
• Pendukung teori structural-functional
menerapkan paradigma metode Positivism
pada studi Sosiologi dan Sosiologi Hukum;
sebaliknya:
• Pendukung teori Conflict menerapkan
paradigma metode Anti-Positivism
(Interpretivism) pada studinya.
Agus Brotosusilo, 1982. 67
SUBYEKTIVITAS – OBYEKTIVITAS
HASIL STUDI
• Pendukung paradigma teori structural-functional
dengan menerapkan metode Positivism pada studi
Sosiologi dan Sosiologi berpendapat bahwa
studinya Bebas Nilai, dan hasil studinya bersifat
Obyektif; sebaliknya:
• Pendukung paradigma teori Conflict menerapkan
metode Anti-Positivism/Interpretivism pada studi
Sosiologi dan Sosiologi; mereka berpendapat bahwa
kegiatan seorang Ilmuwan tidak terlepas dari
Nilai-nilai yang dianutnya, dan hasil studi seorang
Subyek pasti bersifat Subyektif; atau paling tinggi
mencapai taraf Inter-Subyektif, tidak mungkin
Obyektif. Agus Brotosusilo, 1982. 68
METODE PENELITIAN:
KUALITATIF ATAU KUANTITATIF?
• Anti-positivis/interpretivist biasanya
menerapkan metode penelitian kualitatif,
sedangkan penelitian positivis lebih kuantitatif.

• Positivis biasanya menggunakan metode


penelitian seperti eksperimen dan survei
statistik, sementara Antipositivis
menggunakan metode penelitian yang lebih
mengandalkan kerja lapangan etnografis,
analisis percakapan/wacana, atau wawancara
terbuka. Agus Brotosusilo, 1982. 69
PENELITIAN KUALITATIF- KUANTITATIF
• Penelitian kuantitatif
mengandalkan objektivitas
ilmiah, termasuk teknik
statistik yang kompleks.

• Penelitian kualitatif lebih


bertumpu pada deskripsi
verbal dibanding statistik.
Agus Brotosusilo, 1982. 70
.

PARADIGMA POSITIVIS ANTI-POSIVITIS


SOSIOLOGIS (INTERPRETIVISM)

TEORI STUCTURAL-FU CONFLICT


NCTIONAL

METODE KUANTITATIF KUALITATIF


SIFAT BEBAS-NILAI SARAT-NILAI
PENELITIAN
HASIL (KLAIM) (INTER) SUBYEKTIF
PENELITIAN OBYEKTIF

PENDEKATAN OBSERVASI VERSTEHENDE

TUJUAN ANALISIS-PENG PEMAHAMAN


AMATAN INTERPRETASI-FAKTA

FOKUS FAKTA MAKNA SIMBOLIS


Agus Brotosusilo, 1982. 71
PENELITIAN FAKTA
.

5.a. POSITIVISM
SOCIOLOGY OF LAW

Agus Brotosusilo, 1982. 72


POSITIVISM
• Positivisme melihat kegiatan Ilmiah
sebagai bebas nilai dan sepenuhnya
objektif.
• objektif berarti, Ilmuwan harus sejauh
mungkin, menyadari bagaimana sikap,
harapan, dan nilai mereka sendiri dapat
mempengaruhi penelitian mereka; oleh
karena itu mereka harus mencoba
mengenali dan kemudian meminimalkan
pengaruh faktor-faktor ini.
Agus Brotosusilo, 1982. 73
PRESISI PENGUKURAN
• Item yang dapat diukur dan dihitung dalam
penelitian disebut Referensi Empiris,
artinya tindakan yang dapat diamati yang
digunakan sebagai pembuktian atas
konsep-konsep abstrak.
• Ada dua masalah utama dalam
penggunaan referensi empiris:
– Reliabilitas/Keandalan; dan
– Validitas/Keabsahan.
Agus Brotosusilo, 1982. 74
RELIABILITAS
•Reliabilitas mengacu pada:
apakah alat ukur yang
dipergunakan memberikan
hasil yang sama dalam uji
coba berulang.
Agus Brotosusilo, 1982. 75
VALIDITAS

Validitas mengacu pada:


apakah alat ukur
benar-benar mengukur,
sesuai dengan maksud
untuk apa alat itu
dirancang.
Agus Brotosusilo, 1982. 76
PROSES PENELITIAN
1. Memilih dan Menelusuri literatur yang relevan
dengan Topik Penelitian;
2. Merumuskan Kerangka Teori dan Hipothesis;
3. dan menyusun pertanyaan penelitian;
4. Menetapkan kerangka waktu dan metode
yang tepat;
5. Mengumpulkan data;
6. Menganalisis materi; dan
7. Menarik kesimpulan dan melaporkan temuan.
Agus Brotosusilo, 1982. 77
HIPOTHESIS

Hipothesis adalah pernyataan


khusus yang diturunkan dari
teori tentang hubungan antar
variabel.

Agus Brotosusilo, 1982. 78


VARIABLES
• Independent variables have the greatest
impact, come first in the chain of events and/or
are relatively fixed.

• Dependent variables are influenced by


independent variables.

• Correlation refers to the effect of one variable


on another, how change in one is related
change in another.
Agus Brotosusilo, 1982. 79
VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

• Variabel independen/bebas memiliki dampak


terbesar, menjadi faktor yang pertama dalam
rangkaian peristiwa dan/atau relatif tetap.
• Variabel terikat dipengaruhi oleh variabel
bebas.
• Korelasi mengacu pada pengaruh satu variabel
terhadap variabel lain, bagaimana perubahan
di satu variabel terkait dengan perubahan di
variabel lain.
Agus Brotosusilo, 1982. 80
.

5.b. ANTI-POSITIVISM
(INTERPRETIVISM)
SOCIOLOGY OF LAW

Agus Brotosusilo, 1982. 81


ANTIPOSITIVISM
• Antipositivisme (juga dikenal sebagai
interpretivisme atau sosiologi interpretatif) adalah
pandangan dalam ilmu sosial bahwa alam sosial
mungkin tidak tunduk pada metode penelitian
yang sama seperti dunia alamiah; bahwa
akademisi harus menolak empirisme dan metode
ilmiah dalam melakukan penelitian sosial.
• Antipositivis berpendapat bahwa peneliti harus
fokus pada pemahaman interpretasi tindakan
sosial sebagaimana pemahaman orang yang
diteliti, bukan berdasarkan pemahaman si Peneliti.
Agus Brotosusilo, 1982. 82
ANTIPOSITIVISTS
• Bagi antipositivist, realitas tidak
dapat dijelaskan tanpa konsep.
• Penganut faham antipositivist,
bagaimanapun, mencari hubungan
yang tidak "ahistoris, invarian, atau
digeneralisasikan" seperti yang
dilakukan oleh para ilmuwan
Ilmu-ilmu Alamiah.
Agus Brotosusilo, 1982. 83
SUBYEKTIVITAS
Realitas subyektif
dikembangkan melalui
interaksi sosial dan
mengacu pada ide dan
perasaan yang kita miliki
tentang diri kita dan dunia.
Agus Brotosusilo, 1982. 84
MARX, COMTE DAN DURKHEIM
• Karl Marx meninggal sebelum pembentukan
ilmu sosial formal, tetapi tetap menolak
dengan keras positivisme sosiologis
Comtean (meskipun dirinya berusaha untuk
membangun 'ilmu tentang masyarakat'
berdasarkan metode materialisme-historis).

• Positivisme yang ditingkatkan yang disajikan


oleh Durkheim akan berfungsi untuk
menemukan lingkungan akademik sosiologi
dan penelitian sosial modern, namun tetap
mempertahankan banyak unsur-unsur
mekanis pendahulunya.
Agus Brotosusilo, 1982. 85
HERMENEUTICS
• Ahli hermeneutika seperti Wilhelm Dilthey
berteori secara rinci tentang perbedaan
antara ilmu alamiah dan ilmu-ilmu sosial
('Geistenwissenschaft'),
• Filsuf Neo-Kantian, Heinrich Rickert
berpendapat alam sosial, dengan
makna dan simbolisme abstraknya,
tidak konsisten dengan metode analisis
ilmiah.
• Edmund Husserl menolak positivisme
melalui rubrik fenomenologi.
Agus Brotosusilo, 1982. 86
PHENOMENOLOGY
• Phenomenology adalah investigasi apriori
dari esensi atau makna yang umum untuk
penalaran dari pemikiran yang berbeda.

• Metode penelitian phenomenology dimulai


dari inspeksi yang cermat atas kesadaran
seseorang, terutama proses intelektualnya;
dalam inspeksi ini semua asumsi tentang
penyebab dan konsekuensi yang lebih luas
dan eksternal dari proses internal ini harus
dikecualikan ('tanda kurung').
Agus Brotosusilo, 1982. 87
“VERSTEHENDE “
SOCIOLOGICAL ANTIPOSITIVISM
Pada pergantian abad ke-20,
gelombang pertama sosiolog Jerman
secara resmi memperkenalkan metode
ANTIPOSITIVISME SOSIOLOGIS
“VERSTEHENDE”: penelitian harus
berkonsentrasi pada norma budaya
manusia, nilai, simbol, dan proses
sosial dilihat dari perspektif subjektif,
yang tegas. Agus Brotosusilo, 1982. 88
VERSTEHEN (1)
Verstehen adalah
kemampuan untuk melihat
dunia sebagaimana yang
mungkin dialami oleh
pengalaman dan budaya
komunitas itu sendiri,
bukan oleh pengalaman dan
budaya Peneliti.
Agus Brotosusilo, 1982. 89
VERSTEHEN (2)
Pendekatan verstehen (atau
'interpretatif') terhadap ilmu sosial
adalah:
“Proses sistematis di mana pengamat
luar meneliti kelompok budaya tertentu,
atau masyarakat asli, dengan
pemahaman + istilah budaya
SUBYEK YANG DITELITI, bukan
Peneliti, dan dari sudut pandang
SUBYEK YANG DITELITI.”
Agus Brotosusilo, 1982. 90
MAX WEBER
Max Weber berpendapat sosiologi
dapat secara longgar digambarkan
sebagai 'sains' karena mampu
mengidentifikasi secara metodologis
hubungan sebab-akibat dari
"tindakan sosial" manusia, terutama di
antara tipe ideal, atau penyederhanaan
hipotetis dari fenomena sosial yang
kompleks.
Agus Brotosusilo, 1982. 91
WEBERIAN’ DOCTRINE OF
METHODOLOGICAL INDIVIDUALISM
Max Weber introduces The doctrine of
methodological individualism:
“in sociological work these
collectivities must be treated as
solely the resultants and modes of
organization of the particular acts of
individual persons, since these alone
can be treated as agents in a course
of SUBJECTIVELY understandable
action”(Weber 1922, 13).
Agus Brotosusilo, 2011. 92
WEBERIAN’ METHODOLOGICAL INDIVIDUALISM, AND
VERSTEHENDE (or INTERPRETIVE) METHOD

• For Weber, the commitment to methodological


individualism is very closely related to the
commitment to VERSTEHENDE (or
INTERPRETIVE) patterns of explanation in
sociology.
• The reason for privileging individual action in
sociological explanation is that only action is
“SUBJECTIVELY understandable.”
• Weber reserves the term “action” to refer to the
subset of human behavior that is motivated by
linguistically formulated or “meaningful” mental
states. Agus Brotosusilo, 2011. 93
FERDINAND TONNIES
• Tönnies menarik garis tajam antara
ranah konseptualitas dan realitas aksi
sosial: yang pertama harus
diperlakukan secara aksiomatis dan
deduktif (sosiologi 'murni');
sedangkan yang kedua secara empiris
dan induktif (sosiologi 'terapan') .
• Ferdinand Tonnies membahas
Gemeinschaft dan Gesellschaft (lit.
Komunitas dan Masyarakat) sebagai
dua tipe normal pergaulan manusia.
Agus Brotosusilo, 2011. 94
ILMU-ILMU SOSIAL
• Interaksi antara teori (atau konsep yang
dikonstruksi) dan data selalu fundamental
dalam ilmu sosial dan subjek ini
membedakannya dari ilmu fisika.
• Durkheim sendiri mencatat pentingnya
membangun konsep dalam bentuk
abstrak (misalnya "kesadaran kolektif"
dan "anomie sosial") untuk membentuk
kategori yang bisa diterapkan untuk
eksperimen.
Agus Brotosusilo, 1982. 95
PERBEDAAN ILMU-ILMU EMPIRIS
DAN DISIPLIN A PRIORI
• [Sosiologi adalah] ... ilmu yang tujuannya adalah untuk
menafsirkan makna tindakan sosial dan dengan demikian
memberikan penjelasan kausal tentang cara tindakan itu
berlangsung dan efek yang dihasilkannya.
• Yang dimaksud dengan 'tindakan' dalam definisi ini adalah
perilaku manusia ketika dan sejauh mana agen atau agen
melihatnya sebagai bermakna secara subyektivitas ... arti
yang kami rujuk dapat berupa:
(a) makna yang sebenarnya dimaksudkan baik oleh
individu agen pada peristiwa sejarah tertentu atau oleh
sejumlah agen pada rata-rata perkiraan dalam serangkaian
kasus tertentu, atau
(b) makna yang dikaitkan dengan agen atau agen, sebagai
tipe, dalam tipe murni yang dibangun dalam abstrak.
• Dalam kedua kasus tersebut, 'makna' dianggap sebagai
‘tepat' atau 'benar' secara obyektif menurut beberapa
kriteria metafisik.
Agus Brotosusilo, 1982. 96
NATURAL SCIENCES AND LEGAL SCIENCE:
CAUSATION AND IMPUTATION
.

“The difference between causality and


• .

imputation is that the relation between the


condition, which the law of nature is
presented as cause, and the consequence,
which is here presented as effect, is
independent of a human or superhuman
act; whereas the relation between condition
and consequence which a moral, religious,
or legal law asserts is established by acts
of human or superhuman beings. … by a
law-creating act.”
(Hans Kelsen: What Is Justice? 1950/1957, pp. 324-327)
Agus Brotosusilo, 1982. 97
ILMU-ILMU ALAMIAH VS. ILMU-ILMU SOSIAL
• Ilmu-ilmu Alamiah meneliti benda (Organik +
Anorganik); Ilmu-ilmu Sosial meneliti manusia.
• Benda bereaksi terhadap stimulus; Benda tidak
memiliki maksud subjektif 🡪 Ilmuwan alamiah
dapat memaksakan logika eksternal pada datanya.
• Pemahaman tentang niat subjektif manusia
membutuhkan pemahaman interpretatif oleh para
ahli teori yang berbagi makna subjektif tersebut
dalam dunia sosial yang memiliki logika internal 🡪
Ini alasan kuat untuk menyangkal keberadaan
pengetahuan sosial obyektif dan menolak upaya
positivis untuk memisahkan teori, fakta dan nilai.
Agus Brotosusilo, 1982. 98
.

MELAMPAUI (BEYOND ) POSITIVISM

Agus Brotosusilo, 1982. 99


MELAMPAUI (BEYOND ) POSITIVISM
• Melalui karya Simmel, khususnya, sosiologi memperoleh
karakter melampaui (beyond ) positivism tentang
pengumpulan data, atau sistem deterministik utama
tatanan struktural.
• Relatif terisolasi dari akademi sosiologis sepanjang hidupnya,
Simmel menyajikan analisis idiosinkratik modernitas yang
lebih mengingatkan penulis fenomenologis dan eksistensial
daripada Comte atau Durkheim, memberikan perhatian
khusus pada bentuk, dan kemungkinan, individualitas
sosial.
• Sosiologinya terlibat dalam kritik neo-Kantian tentang
batas-batas persepsi manusia.
• Orang dapat mengatakan bahwa kritik Michel Foucault
terhadap ilmu tentang kemanusiaan membawa skeptisisme
Kant ke titik ekstrimnya lebih dari setengah abad kemudian.
Agus Brotosusilo, 1982. 100
TIDAK ADA KESATUAN METODOLOGIS
DALAM SAINS
Antipositivisme berpendapat bahwa
tidak ada kesatuan metodologis dalam
sains; tiga tujuan positivisme:
– deskripsi,
– kontrol, dan
– Prediksi/ramalan
tidak lengkap, karena mereka tidak
mampu mencapai pemahaman.
Agus Brotosusilo, 1982. 101
BAHAYA POSITIVISM
• Beberapa orang berpendapat, bahkan jika
positivism benar, itu akan berbahaya;
Sains bertujuan untuk memahami
kausalitas sehingga kontrol dapat
dilakukan.
• Jika perihal ini berhasil dalam sosiologi,
mereka yang memiliki pengetahuan akan
dapat mengendalikan orang-orang awam,
dan ini dapat menyebabkan
penyalahgunaan hukum sebagai alat untuk
mengubah masyarakat demi dominasi
Penguasa. Agus Brotosusilo, 1982. 102
PENELITIAN SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF

Perspektif, bagaimanapun, telah


menyebabkan kontroversi tentang
bagaimana seseorang dapat
menarik garis antara Penelitian
Subyektif dan Obyektif, apalagi
menarik garis buatan antara
lingkungan dan organisasi
manusia (lihat sosiologi
lingkungan), dan mempengaruhi
studi hermeneutika.
Agus Brotosusilo, 1982. 103
MELAMPAUI (BEYOND)
LINGKUP ILMU SOSIAL
• Konsep dasar antipositivisme telah
berkembang melampaui (beyond)
lingkup ilmu sosial, bahkan
fenomenologi memiliki prinsip dasar
yang sama pada intinya.
• Sederhananya, positivis melihat
sosiologi sebagai ilmu, sementara
anti-positivis tidak.
Agus Brotosusilo, 1982. 104
PENELITIAN SOSIAL FAHAM
“FRANKFURT SCHOOL”
• Tradisi antipositivist berlanjut dalam
pembentukan teori kritis, khususnya
karya yang terkait dengan apa yang
disebut “Frankfurt School” dalam
penelitian sosial.
• Faham Antipositivisme selanjutnya
akan difasilitasi oleh penolakan
'saintisme'; atau sains sebagai
ideologi. Agus Brotosusilo, 1982. 105
JURGEN HABERMAS:
On the Logic of the Social Sciences, 1967
Jurgen Habermas berpendapat : "Thesis
faham positivis tentang ‘ilmu terpadu’, yang
mengasimilasi semua ilmu ke model ilmu
alamiah-ilmiah, gagal karena hubungan yang
erat antara ilmu-ilmu sosial dan sejarah, dan
fakta bahwa mereka didasarkan pada situasi
khusus pemahaman tentang MAKNA yang
hanya dapat dijelaskan secara
HERMENEUTIS ... akses ke REALITAS yang
secara SIMBOLIS terstruktur tidak dapat
diperoleh hanya dengan observasi. "
Agus Brotosusilo, 1982. 106
PANDANGAN PHILOSOPHIS HABERMAS (1)
(Knowledge and Human Interests, 1971b; German ed., 1968b)

• Pandangan filosofis Habermas


memberikan kerangka sistematis bagi
TEORI SOSIAL KRITIS INTERDISIPLINER

• Ketika Habermas memahami tugasnya, dia


harus menetapkan TEORI SOSIAL KRITIS
sebagai bentuk pengetahuan yang
berbeda dan terhormat, sebagian besar
melalui kritik metodologis terhadap
filsafat ilmu pengetahuan positivis yang
dominan dan hermeneutika historisis.
Agus Brotosusilo, 1982. 107
PANDANGAN PHILOSOPHIS HABERMAS (2)
(Knowledge and Human Interests, 1971b; German ed., 1968b)

• Habermas kemudian mengembangkan TEORI


“KNOWLEDGE-CONSTITUTIVE INTERESTS” yang
memiliki keterikatan, dengan "sejarah alamiah
spesies manusia" dan
"keharusan-keharusan (imperatives) bentuk
sosial-budaya kehidupan," tetapi tidak
terreduksi terhadap keduanya. (ibid. , 168).
• Ada 3 (tiga) KEPENTINGAN PEMBENTUK-ILMU,
masing-masing berakar pada keberadaan manusia
dan diekspresikan dalam jenis penelitian ilmiah
atau Penelitian Ilmuwan tertentu:
Agus Brotosusilo, 1982. 108
KE-I : “TECHNICAL INTEREST”
• Jurgen Habermas: “TECHNICAL INTEREST”,
adalah "kepentingan yang tertanam secara
antropologis" yang kita miliki dalam prediksi dan
pengendalian lingkungan alam.
• kepentingan ini menyusun model Penelitian dan
produksi pengetahuan dalam ILMU
"ANALITIK-EMPIRIS", yaitu ilmu-ilmu alamiah dan
jenis ilmu-ilmu sosial yang bertujuan untuk
menghasilkan penjelasan umum yang dapat diuji
(berbeda dengan ILMU-ILMU SOSIAL INTERPRETATIF,
yang bertujuan untuk pemahaman budaya , dan ILMU
"NORMATIF-ANALITIK", seperti teori pilihan
rasional, yang mengandalkan pemodelan formal dan
deduksi berdasarkan aksioma kontrafaktual; lihat
Agus Brotosusilo, 1982. 109
KE-II : “PRACTICAL INTEREST”
• ILMU INTERPRETATIF, atau BUDAYA-HERMENEUTIK, bertumpu pada
perihal kedua (ke-II), “TECHNICAL INTEREST” yang sama-sama mengakar
dalam mengamankan dan memperluas kemungkinan saling pengertian
dan pemahaman diri dalam perilaku hidup; Ilmu-ilmu ini mengandaikan
dan mengartikulasikan model pemahaman (antar)pribadi yang
berorientasi pada tindakan yang beroperasi dalam bentuk kehidupan
sosial-budaya dan tata bahasa dari bahasa biasa.
• Masyarakat manusia bergantung pada pemahaman semacam itu, dan
kompetensi interpretatif yang menyertainya, sama seperti mereka
bergantung pada penguasaan lingkungan alam.
• ILMU HERMENEUTIKA, kemudian, membawa disiplin metodis ke fitur
interaksi sehari-hari, dan setara dengan ILMU EMPIRIS-ANALITIK, yang
mengangkat tindakan instrumental sehari-hari ke metode eksperimental.
• Dengan membuat dua kepentingan kognitif pertama ini eksplisit, Habermas
berusaha untuk melampaui (beyond) catatan positivis tentang ilmu-ilmu
Agus Brotosusilo, 1982. 110
alamiah dan sosial.
KE-III : “COGNITIVE INTEREST”
• Habermas juga melakukan refleksi metodologis yang
bertujuan untuk membebaskan sains dari ilusi
positivis nya.
• Contoh Refleksi itu: “COGNITIVE INTEREST”
ketiga (ke-III), kepentingan emansipatoris akal dalam
mengatasi dogmatisme, paksaan, dan dominasi.
• Untuk ekspresi ilmiah dari kepentingan ini, dia melihat
ke psikologi Freudian dan versi teori sosial Marxis.
• Sedangkan kritiknya terhadap positivisme dan teori
kepentingan kognitif melibatkan artikulasi reflektif
dari struktur formal pengetahuan; kritik Freudian dan
Marxis bertujuan untuk mengungkap kasus-kasus
konkret dari penipuan diri sendiri dan ideologi
sosial-politik (1973cd).
Agus Brotosusilo, 1982. 111
Metode Analysis Habermas:
a hypothetico-deductive model.
• Ide inti Habermas lebih luas cakupannya:
ILMU EMPIRIS-ANALITIK berbeda
perlakuannya terhadap domain objek
sebagaimana diatur oleh hukum keteraturan
yang dapat diprediksi, yang memungkinkan
jenis teknik penyelidikan yang dikontrol secara
metodologis, tidak sesuai untuk ILMU
INTERPRETATIF.
• Dengan demikian, kepentingan teknis tidak
hanya timbul terhadap ilmu yang
menjanjikan manfaat teknologi, tetapi juga
untuk ilmu seperti paleontologi.
Agus Brotosusilo, 1982. 112
ILMU INTERPRETATIF, atau
ILMU BUDAYA-HERMENEUTIK (1)
• ILMU INTERPRETATIF/ ILMU BUDAYA-HERMENEUTIK,
bertumpu pada kepentingan ke-dua (ke-II)
"KEPENTINGAN PRAKTIS" yang sama-sama tertanam
dalam dalam mengamankan dan memperluas
kemungkinan saling pengertian dan pemahaman diri
dalam perilaku kehidupan.
• Ilmu-ilmu ini mengandaikan dan mengartikulasikan
model pemahaman (antar) pribadi yang berorientasi
pada tindakan yang beroperasi dalam bentuk
kehidupan sosial-budaya dan tata bahasa dari bahasa
biasa.
• Masyarakat manusia bergantung pada pemahaman
semacam itu, dan kompetensi interpretatif yang
menyertainya, sama seperti mereka bergantung pada
penguasaan lingkungan alam.
Agus Brotosusilo, 1982. 113
ILMU INTERPRETATIF, atau
ILMU BUDAYA-HERMENEUTIK (2)
• ILMU HERMENEUTIKA, kemudian, membawa disiplin
metodis ke dalam ciri-ciri interaksi sehari-hari, dan
dalam pengertian itu setara dengan ILMU
EMPIRIS-ANALITIK, yang mengangkat tindakan
instrumental sehari-hari menjadi metode
eksperimental.
• Dengan membuat dua “COGNITIVE INTEREST”
pertama ini eksplisit, Habermas berusaha untuk
melampaui (beyond) catatan positivis tentang
ilmu-ilmu alamiah dan sosial.
• Dalam pandangannya, catatan-catatan positivis
tersebut cenderung mengabaikan peran yang
dimainkan oleh kepentingan manusia yang terdalam
yang berperan dalam pembentukan objek yang
Agus Brotosusilo, 1982. 114
mungkin diteliti.
.

6. PERSPEKTIF TRANSENDENTAL
PENELITIAN HUKUM
LINTAS-DISIPLIN/INTER-DISIPLIN

Agus Brotosusilo, 2011. 115


PERSPEKTIF TRANSENDENTAL
PENELITIAN HUKUM INTER-DISIPLIN:

Pemahaman Hukum melalui


perspektif Philosophis
(Filsafat Hukum):
•Kritis; dan
•Konstruktif (menyeluruh,
lengkap dan utuh).

Agus Brotosusilo, 2011. 116


PERSPEKTIF TRANCENDENTAL (FILSAFAT HUKUM)
• Perspektif transendental kajian hukum diterapkan pada
telaah normatif untuk mencari justifikasi hukum tertinggi
berdasarkan prinsip moral, mitos, teologis, rasional,
keadilan, kemanfaatan, atau kepastian hukum; dan untuk
melancarkan kritik terhadap kondisi hukum yang ada
sepanjang memenuhi standar normatif tersebut.
• Perspektif ini diterapkan pada studi Filsafat Hukum yang
pada dasarnya adalah telaah kritis dan konstruktif
terhadap sifat-hakekat hukum dan sistem hukum.
• Dalam lingkup studi Filsafat Hukum termasuk juga kajian
kritis atas tujuan hukum, keabsahan (keberlakuan) hukum
dan landasan di balik proses pengambilan keputusan
hukum, dengan tujuan untuk memperdalam pemahaman
terhadap Disiplin Hukum secara Konstruktif, agar diperoleh
gambaran Disiplin Hukum yang utuh, lengkap dan
Agus Brotosusilo, 2020. 117
menyeluruh.
FILSAFAT HUKUM - TEORI HUKUM – DOGMATIK HUKUM -
SOSIOLOGI HUKUM
• Teori Hukum adalah “Meta Teori” bagi Ilmu Hukum (Dogmatik Hukum + SLS + Sosiologi
Hukum) (Teori Hukum jadikan Ilmu Hukum
(Dogmatik Hukum + SLS + Sosiologi Hukum) obyek kajiannya);
• Filsafat Hukum adalah “Meta Teori” bagi Teori Hukum;
• Teori Hukum adalah “Meta Disiplin” dari Filsafat Hukum,
(Filsafat Hukum menjadikan Teori Hukum sebagai obyek kajiannya)
Kritis + Konstruktif FILSAFAT HUKUM: Rationel – Speculative🡪
Teleological

Inter-Disiplin TEORI HUKUM: Rationel – Scientific🡪 Normative +/


Empirical

DOGMATIK HUKUM SOCIO-LEGAL STUDIES SOSIOLOGI HUKUM


Waktu
Tempat
HUKUM POSITIF: Lingkup Laku Pribadi
Persoalan
Agus Brotos usilo, 1983. 118
.

7. IMPLEMENTASI

Agus Brotosusilo, 2011. 119


IMPLEMENTASI PENDEKATAN INTER-DISIPLINER
DALAM PENELITIAN HUKUM DI INDONESIA (1)
Agus Brotosusilo mempergunakan metode
Socio-Legal Studies sebagai penerapan
Perspektif Internal ini pada beberapa
penelitian, a.l.:
.Penelitian untuk mencari solusi atas
kekosongan hukum Pengaturan Perbantuan
TNI kepada POLRI saat terjadi Kedaruratan
Negara yang tidak cukup ditanggulangi oleh
POLRI sendiri (memanfaatkan “Dynamic
System”); dan
.Penelitian Indisipliner tentang Konflik TNI dan
POLRI. Agus Brotosusilo, 2011. 120
IMPLEMENTASI PENDEKATAN INTER-DISIPLINER
DALAM PENELITIAN HUKUM DI INDONESIA (2)
3. Penelitian Penulis untuk Mencari Cara
Terbaik Pelestarian Lingkungan
Berkelanjutan dengan Pelibatan
Masyarakat Setempat sebagai Aktor
Utama: (“Optimization of Society as an
Environtment Conservation Actor” pada
Adi & Achwan (Eds.) Competition and
Cooperation in Social and Political
Sciences, Roudledge: Taylor & Francis
Group Publisher, New York and London,
2018). Agus Brotosusilo, 2011. 121
IMPLEMENTASI PENDEKATAN INTER-DISIPLINER
DALAM PENELITIAN HUKUM DI INDONESIA (3)

• Penelitian Socio-Legal: Agus Brotosusilo dan


Tri Edi Budhi Susilo, “Perbantuan TNI dan
Kerjasama dengan POLRI dalam Menangani
Konflik Sosial Berbasis HAM dan Demokratisasi
Dengan memanfaatkan Pendekatan System
Dynamic”. (Hibah Penelitian Unggulan Utama
Perguruan Tinggi Kemristekdikti, 2013-2014).
• Pendekatan Integratif Inter-disipliner dalam
Penanganan Konflik Antar Aparat Keamanan
(Studi Konflik antara TNI-POLRI), (Hibah
Penelitian Unggulan Utama Perguruan Tinggi
Agus Brotosusilo, 2011. 122
Kemristekdikti, 2014 - 2018).
“State of the Art “ Penelitian:

Novelty

Agus Brotosusilo, 2012. 123


Hubungan Antara Tujuan Penelitian
dan Metode Penelitian
Metode Penelitian
No Tujuan Pendekatan
KUALITATIF:
Studi Pustaka, Observasi lapangan
Menganalisis faktor-faktor apa
dan Wawancara Mendalam.
1 saja hambatan perbantuan TNI Mix Method
KUANTITATIF:
dalam menangani konflik sosial?
survei kuesioner dengan metode
Analytical Hirarchy Faktor/AHP.

Membuat model perbantuan TNI Pemodelan Dynamic System (Causal

dan kerjasama dengan POLRI Loop Diagram/CLD, Stock Flow

2 dalam menangani konflik sosial Kuantitatif Diagram/SFD, dan Uji sensitivitas)

berbasis HAM dan Demokratisasi

Merumuskan: Apa seyogyanya KUALITATIF:

pedoman kebijakan yang tepat Studi Pustaka, Observasi lapangan

sehingga model perbantuan TNI   dan Wawancara Mendalam.

3 dan kerjasama dengan POLRI Mix Method KUANTITATIF:

dalam menangani konflik sosial   Analisis Kebijakan berupa: :


Agus Brotosusilo, 2012. 124
berbasis HAM dan Demokratisasi Analytical Hirarchy Faktor/AHP dan
Alur Penelitian

Agus Brotosusilo, 2012. 125


Stock Flow Diagram
Model Penanganan Konflik

Agus Brotosusilo, 2012. 126


IMPLEMENTASI PERSPEKTIF EKSTERNAL
DALAM KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM (1)
Agus Brotosusilo mempergunakan perspektif Eksternal
dalam kajian Sosiologi Hukum pada beberapa penelitian, al,:
1.Penelitian mengenai “Efektivitas Undang-undang Tentang
Pemerintahan Desa di Irian Jaya”. Kerjasama Departemen
Dalam Negeri – Propinsi Irian Jaya dengan Yayasan
Ilmu-ilmu Sosial,1985; dan
2.Penelitian mengenai Peran Hukum pada Pemanfaatan
Sumberdaya Pantai dan Pelestarian Lingkungan Hidup di
kawasan Segara Anakan, Jawa Tengah, 1988.
(Agus Brotosusilo: "Social Change in Segara Anakan.“
A Paper presented at the "Technical Workshop on Integrated
Tropical Coastal Area Management." National University,
Singapore, 1988). Agus Brotosusilo, 2011. 127
IMPLEMENTASI PERSPEKTIF EKSTERNAL
DALAM KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM (2)
3. Penelitian untuk Mencari Apa Strategi Terbaik
dalam Kerjasama Internasional untuk
Penyelesaian Sengketa dan Keamanan Maritim
di Indonesia (Agus Brotosusilo and I.W.A
Apriana: “A Strategy of Inter-State
Institutional Cooperation for Conflict
Resolution and Maritime Security in
Indonesia” pada Adi & Achwan (Eds.)
Competition and Cooperation in Social and
Political Sciences, Roudledge: Taylor &
Francis Group Publisher, New York &
Agus Brotosusilo, 2011. 128
London, 2018.)
IMPLEMENTASI PENDEKATAN MULTI-DISIPLIN
DALAM PENELITIAN HUKUM DI INDONESIA (1)
Agus Brotosusilo menerapkan Perspektif Internal
bersama-sama dengan melalui Perspektif Eksternal
dan Perspektif Transendantal pada pada Penelitian
mengenai Dampak yuridis, Cakrawala Sosiologis dan
Pertimbangan Ekonomis apabila RI ikut menjadi
anggota Organisasi Perdagangan Dunia dalam
Uruguay Round (kemudian menjadi the World Trade
Organization/WTO), 1994.
(Agus Brotosusilo, et. al.:“Dampak Yuridis, Ekonomis,
dan Sosiologis Ratifikasi “Uruguay Round/WTO” oleh
Republik Indonesia, Kerjasama Departemen
Perdagangan - Fakultas Pascasarjana, Universitas
Indonesia, 1994). Agus Brotosusilo, 2011. 129
IMPLEMENTASI PENDEKATAN MULTI-DISIPLIN
DALAM PENELITIAN HUKUM DI INDONESIA (2)

Agus Brotosusilo menerapkan


Perspektif Internal bersama-sama
dengan melalui Perspektif Eksternal
pada Pemanfaatan Sumberdaya Pantai
dan Pelestarian Lingkungan Hidup.
(Agus Brotosusilo: Research on “Legal and
Sociological aspects of Coastal Resources
Management Program”, National University
Singapore, 1988); (Funded by USAID,
1987‑1988). Agus Brotosusilo, 2011. 130
IMPLEMENTASI PENDEKATAN TRANS-DISIPLIN
DALAM PENELITIAN HUKUM DI INDONESIA (1)
Agus Brotosusilo bersama-sama dengan kalangan Praktisi
menerapkan Perspektif Internal, Perspektif Eksternal dan
Perspektif Transendantal pada pada Penelitian Penyusunan
beberapa Naskah Akademik dan Rancangan Undang-undang
sebagai berikut:
1.Penelitian untuk “Perumusan Naskah Akademik dan
Rancangan Undang-undang Pengawasan Obat dan Makanan”.
Kerjasama Badan Pengawasan Obat dan Makanan/BPOM dan
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial, Universitas Indonesia, 2005.
2.Penelitian “Perumusan Naskah Akademik dan Rancangan
Undang-undang Perdagangan Dalam Negeri dan
Perdagangan Internasional”. Kerjasama Fakultas Hukum -
Universitas Indonesia dengan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan RI, 2002.
Agus Brotosusilo, 2011. 131
Implementasi Pendekatan Trans-disiplin
dalam Penelitian Hukum di Indonesia (2)
3. Penelitian “Hukum tentang Rahasia Dagang”.
Kementerian Hukum dan Hak-hak Azasi Manusia,
2010-2011.
4. Penelitian “Dampak Globalisasi terhadap Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia”. Kementerian
Hukum dan Hak-hak Azasi Manusia, 2010-2011.
5. Penelitian untuk Perumusan Naskah Akademik
dan Rancangan Undang-undang Perdagangan
Internasional”. Kerjasama Fakultas Pascasarjana –
Universitas Indonesia dengan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan RI, 1992.
Agus Brotosusilo, 2011. 132
Implementasi Pendekatan Trans-disiplin
dalam Penelitian Hukum di Indonesia (3)
6. Penelitian “Mafia Peradilan”. Jakarta: Indonesian
Corruption Watch/ICW, 2002.
7. Penelitian untuk Perumusan Rancangan Undang-undang
Anti-Monopoli (Praktek Bisnis Curang) di Indonesia.
Kerjasama Universitas Indonesia dan Departemen
Perdagangan, 1992-1993.
8. Penelitian untuk Perumusan Rancangan Undang-undang
Perlindungan Konsumen di Indonesia”. Kerjasama
Universitas Indonesia dan Departemen Perdagangan,
1991-1992.
9. Penelitian “Perbandingan Efektivitas Hukum Negara, Hukum Agama dan
Hukum Adat di Irian Jaya”. Yayasan Ilmu-ilmu Sosial bekerjasama dengan
Departemen Dalam Negeri, RI, 1984-1985.
10. Research on Good Governance for the Papuan People Prosperity:
Improvement of Legal Enforcement on Combating Corruption;
in Cooperation between Partnership for Government Reform and Asian
Development Bank/ADB, 2008.. Agus Brotosusilo, 2011. 133
AGUS BROTOSUSILO: CV SINGKAT
• Agus Brotosusilo adalah Dosen (1982-sekarang), dan Penanggung-Jawab
Mata Kuliah “Philosophy of Law/Filsafat Hukum” serta “Law and Economic
Development/Hukum dan Ekonomi Pembangunan”, di Fakultas Hukum ‑
Universitas Indonesia; Inisiator & Koordinator Program Master in
International Trade Law/MITL Pascasarjana Ilmu Hukum UI, 2007.
• Lulus dari Fakultas Hukum UI jurusan Hukum Internasional, 1982; mengikuti
Program Pascasarjana di Universitas Indonesia dan Brown University –
USA, menyelesaikan program Doktor di bidang Hukum Internasional;
• Brotosusilo memimpin Demonstrasi Buruh Pertama di masa Pemerintahan
Otoriter Orde Baru, 1979-1980; Demonstran berangkat dari Asrama
Mahasiswa UI – Jl. Pegangsaan Timur 17.
• “Off-Counsel” pada "Ali Budiardjo – Nugroho ‑ Reksodiputro/ABNR, Legal
Counsellor” (1982-1985);
• Staf Ratifikasi Perjanjian Internasional – Biro Hukum Sekretariat Kabinet RI
(1982-1984);
• Penulis naskah Expose keberhasilan RI memperjuangkan prinsip
“Archipelagic State/Negara Nusantara” pada “United Nations Conference on
the Law of the Sea/UNCLOS, 1982” pada Sidang Kabinet Indonesia (1982);
• Senior Trade Lawyer pada Indonesian Trade Assistanship Program/ITAP
Agus Brotosusilo, 2020. 134
(program Capacity Building pada Departemen Perdagangan RI).
AGUS BROTOSUSILO:
PENGABDIAN MASYARAKAT SESUAI PROFESI
• Ketua Tim Analisis Dampak Yuridis-Sosiologis-Ekonomis, Ratifikasi Uruguay Round/WTO
(kerjasama Departemen Perdagangan RI dan Program Pascasarjana UI, 1994). .
• Ketua Tim Penyusunan RUU Anti-Monopoli dan RUU Perlindungan Konsumen (Departemen
Perindustrian dan Perdagangan RI + FH-UI, 1997-1999; RUU dijadikan 2 UU Inisiatif DPR-RI
• Ketua Tim Penyusun RUU Perdagangan (Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI
dan LPUI, 1996; Departemen Perdagangan RI dan Pascasarjana UI, 2001);
• Juru Bicara Departemen Pertahanan pada Pembahasan RUU Rahasia Negara di DPR RI
(2008-2009), Tim Ahli RUU Keamanan Nasional, Tim Ahli RUU Industri Pertahanan;
• Ketua Tim Peneliti: “Konflik TNI-POLRI (2015 - 2018)”; dan “Kerjasama TNI - POLRI (2013 -
2014)”.
• Penasehat Methodologi serta Substansi Penelitian ICW tentang "Mafia Peradilan“, 2002;
• Staf Ahli Menteri Pertahanan RI Bidang Ideologi dan Politik (2006-2011), merangkap Staf Ahli
Bidang Sosial Budaya dan Agama (2007-2009);
• Koordinator Staf Ahli Menteri Pertahanan RI (2007-2011);
• Tim Finalisasi Buku Putih Pertahanan RI, 2008;
• Panitia Seleksi Calon Komisioner untuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha/KPPU;
• Staf Ahli bidang Regulasi dan Perundang-Undangan Komite Kebijakan Industri Pertahanan
(kkip: 2010-2013; KKIP: 2013-2020). Agus Brotosusilo, 2020. 135
BUKU-BUKU KARYA AGUS BROTOSUSILO:
1. Sendi-sendi Hukum Perdata Internasional (Penerbit Rajawali, 1983);
2. Ilmu Sosial Dasar (Penerbit Universitas Terbuka, 1985);
3. Sistem Hukum Indonesia (Penerbit Universitas Terbuka, 1986);
4. Kekuasaan dan Masyarakat (Penerbit Rajawali, 1986);
5. Penulisan Hukum: Buku Pegangan Dosen, (Asia Foundation - Konsorsium Ilmu Hukum, 1996)
6. Posisi Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan Terhadap
Konvensi-konvensi Internasional di Bidang Perdagangan dan Persenjataan (KKIP, 2015):
7. Analisis Hukum atas Permasalahan dalam Pelaksanaan Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Mengenai Pengadaan Alat Perlengkapan Pertahanan dan Keamanan
Dari Luar Negeri (KKIP, 2015);
8. A Strategy of Inter-State Institutional Cooperation for Conflict Resolution and Maritime
Security in Indonesia (Roudledge: Taylor & Francis Group Publisher, New York - London,
2018);
9. Optimization of Society as an Environtment Conservation Actor (Roudledge: Taylor & Francis
Group Publisher, New York - London, 2018);
10. Hukum dan Praktek Anti-Dumping di Indonesia (2018);
11. Naskah Kebijakan: Hubungan Sipil Militer Pasca Orde Baru dan Orde Reformasi (2019).
12. Relasi Sipil – Militer di Indonesia (2019).

(Brotosusilo adalah Reviewer Jurnal Internasional Terindex Scopus (Q2); Sebagian karya tulis
ilmiahnya dalam Seminar Internasional dan Jurnal Internasional Terindex Scopus dapat
ditelusuri pada Google Scholar Citations melalui Google Search atas nama Agus Brotosusilo).
Agus Brotosusilo, 2020. 136
• .

• . .

Agus
Agus Brotosusilo,
AgusBrotosusilo, 2005
2002.
Brotosusilo, 2011. 137
137
137
Agus Brotosusilo, 2011. 137

Anda mungkin juga menyukai