Ventrikular Ekstrasistol
Ventrikular Ekstrasistol
VENTRIKULAR EKSTRASISTOL
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh
Oleh:
Khairunisa Siregar
1407101030369
Pembimbing:
dr. Fouzal Aswad, Sp.JP-FIHA
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
1
3
BAB IV ANALISA KASUS.......................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
21
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan irama jantung dibagi atas dua kelompok besar yaitu irama
jantung yang terlalu lambat (bradi-aritmia) dan irama Jantung yang terlalu cepat
(taki-aritmia). Pada keadaan tertentu (iskemia atau infark miokard), daerah di
ventrikel menjadi mudah terangsang dan bisa menimbulkan gangguan irama
dengan mekanisme re-entry, automaticity, maupun triggered activity. Depolarisasi
ventrikel abnormal akan diikuti reolarisasi ventrikel yang abnormal juga sehingga
dijumpai perubahan pada gelombang T dan segmen ST. (1)
Ventrikular ekstrasistol (VES) atau kontraksi ventrikel prematur
(premature ventricular contraction/PVC) adalah suatu keadaan ini muncul dari
suatu lokasi diventrikel yang teriritasi. Mekanisme dasar berupa peningkatan
automaticity atau re-entry di ventrikel. Perdefinisi, kontraksi ventrikel prematur
adalah denyutan prematur yang muncul lebih dini dari denyutan yang diharapkan.
Biasanya gelombang T menunjukkan arah yang berlawanan dengan arah
4
kompleks QRS. Prematur ventrikular ekstrasistol merupakan suatu beat prematur
yang fokusnya berasal dari jaringan ventrikel.(2)
Kontraksi ventrikular ekstrasistol dapat mengenai pasien dengan atau
tanpa kelainan jantung organik. Ventrikular ekstrasistol muncul dengan frekuensi
yang meningkat terutama pada pasien dengan kelainan jantung organik seperti
ischemik, penyakit katup jantung, dan juga idiopatik kardiomiopati. Kontraksi
ventrikular ekstrasistol dapat juga muncul pada intoksikasi obat misalnya
intoksikasi digitalis , ataupun gangguan elektrolit seperti hipokalemia.(3)
Gambaran ekg venrikular ekstrasistol dapat ditemukan pada orang nomal.
Terdapat 1-4 % orang yang sehat dapat memiliki gambaran ventrikular
ekstrasistol. Hal ini merupakan suatu hal yang tidak membahayakan jika
ditemukan gambaran ekg ventrikular ekstrasistol pada orang yang tidak memiliki
gangguan organik pada jantung. Kejadian ventrikular ekstrasistol meningkat pada
kasus-kasus penyakit jantung dan hampir 90% biasanya terkait pada kasus arteri
coroner dan kardiomiopati. Jika gambaran ekg ekstrasistol sering muncul pada
kasus-kasus penyakit jantung hal ini juga dapat meningkatkan risiko kematian.(2)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
Ventrikular ekstrasistol merupakan suatu keadaan ini muncul dari suatu
lokasi diventrikel yang teriritasi. Mekanisme dasar berupa peningkatan
automaticity atau re-entry di ventrikel. Ventrikular ekstrasistol adalah denyutan
prematur yang muncul lebih dini dari denyutan yang diharapkan. (6)
2.2 Klasifikasi
5
VES Unifokal: Hanya 1 Morfologi VES
b. Berdasarkan Pola :
6
VES Trigemini: Tiap 2 Beat berikutnya merupakan PVC
VES Quadrigemini: Tiap 3 Beat berikutnya merupakan PVC
PVC / VES Triplet: 3 PAC yang terjadi berturut-turut secara konsekutif (lebih dari
tiga kali berturut-turut Ventricular Tachycardia)
c. Berdasarkan Frekuensi :
Frequent PVC = PVC yang terjadi > 5 kali dalam semenit
7
Infrequent PVC = PVC yang terjadi < 5 kali dalam semenit
Interpolated PVC / VES :
2.3 Etiologi
8
a. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesemia, atau
hiperkalsemia)
b. Obat-obatan (misalnya, digoxin, antidepresan trisiklik, aminofilin,
amitriptyline, pseudoephedrine, fluoxetine)
c. Obat lain (misalnya, kokain, amfetamin, kafein, alkohol)
d. Anestesi
e. Operasi
f. Infeksi
2.4 Patogenesis
9
ventrikel kiri menunjukkan adanya RBBB tepat di V1. Terapi beta-blocker
adalah terapi lini pertama jika adanya gejala.
b. Reentry yang merupakan mekanisme tersering terjadinya VES dan
biasanya disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
dilated cardiomiopathy. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark
miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang
ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini telah terbentuk,
maka aritmia ventrikel reentry dapat timbul setiap saat dan menyebabkan
kematian mendadak. Reentry terjadi ketika adanya sebuah area dari jalur
yang terblok di serat purkinje dan area kedua dari konduksi lambat.
Kondisi ini sering terlihat pada pasien dengan penyakit jantung yang
mendasarinya yang menciptakan daerah konduksi yang berbeda dan
pemulihan akibat jaringan parut miokard atau iskemia. Selama aktivasi
ventrikel, daerah konduksi lambat mengaktifkan bagian diblokir dari
sistem setelah ventrikel pulih, sehingga menghasilkan beat ekstra. Reentry
dapat menghasilkan denyut ektopik tunggal, atau dapat memicu takikardia
paroksismal.
10
Temuan cardiopulmonary : Temuan dalam hubungannya dengan
hipertensi lama (meningkatnya Tekanan darah) atau CHF (S3) merupakan
petunjuk penting untuk penyebab dan signifikansi klinisVES.
Temuan neurologis : Agitasi dan temuan aktivasi simpatis (misalnya,
dilatasi pupil, kulit hangat dan kering, tremor, takikardia, hipertensi)
menunjukkan bahwa katekolamin mungkin menjadi penyebab ektopi
tersebut.
11
VES benigna yang timbul sesekali dan tidak menimbulkan gejala tidak
perlu diberikan obat antiaritmia, cukup menghindari faktor presipitasi (stres,
produk yang mengandung kafein, merokok, alcohol, obat simpatomimetik, obat
asma dan lain-lain. Apabila pasien memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi,
SKA, atau gagal jantung, maka obati penyakit tersebut. VES yang timbul terlalu
sering (10-30 kali/menit) dan multiform, memiliki R-T phenomenon disertai
gejala, pengobatan biasanya dimulai dengan pemberian β- bloker. Apabila tidak
berhasil barulah diberikan obat antiaritmia. Antiaritmia golongan I dilaporkan
cukup efektif kecuali pada pasien SKA. Pemberian amiodarone hanya dilakukan
pada VES maligna dan dengan disertai ventricular takikardi dikarenakan efek
sampingnya yang banyak. (12)
12
Tatalaksana PVC menurut ACLS 2010
2.8 Prognosis
Pada pasien tanpa gejala tanpa mendasari penyakit jantung, prognosis
jangka panjang adalah serupa dengan populasi umum. Pasien tanpa gejala dengan
fraksi ejeksi lebih dari 40% memiliki insiden 3,5% dari takikardia ventrikel
berkelanjutan atau serangan jantung. Oleh karena itu, pada pasien dengan tidak
adanya penyakit jantung pada pemeriksaan noninvasif, prognosis lebih baik.Satu
peringatan untuk ini adalah bahwa data yang muncul menunjukkan bahwa ektopi
ventrikel sangat sering (> 4000/24 jam) mungkin berhubungan dengan
perkembangan kardiomiopati terkait dengan aktivasi listrik abnormal dari jantung.
Dalam keadaan iskemia / infark coroner akut, pasien dengan VES sederhana
jarang yang berkembang menjadi maligna. Namun, ektopi kompleks persisten
setelah MI dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian mendadak dan mungkin
merupakan indikasi untuk studi elektrofisiologi (EPS). Pada pasien yang
menderita infark miokard, kehadiran VES telah dikaitkan dengan peningkatan
hingga 3 kali risiko kematian mendadak.(2,8)
Prognosis tergantung pada frekuensi dan karakteristik PVC dan pada jenis
dan tingkat keparahan penyakit jantung struktural terkait. Secara keseluruhan,
PVC berhubungan dengan peningkatan risiko kematian, terutama ketika
didiagnosis CAD.(2)
13
BAB III
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri dada
Keluhan tambahan : sesak nafas,berdebar, mual.
14
tidak dapat ditunjuk dengan 1 jari dan nyeri abdomen disangkal. Pasien
menyatakan bahwa nyeri dada yang dirasakan biasanya pada malam hari sampai
menjelang subuh dengan durasi 15-30 menit dan berkurang dengan
mengkonsumsi obat. Pasien juga mengeluhkan sering terbangun pada malam hari
karena nyeri. Selain itu, pasien juga mengeluhkan berdebar-debar, sesak dan mual
tanpa disertai muntah
.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat hipertensi selama ±10 tahun,
Pasien memiliki riwayat stroke pada tahun 2011.
Kulit
15
Warna : Sawo matang
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Oedema : (-) kedua extremitassuperior dan inferior
Kepala
Mata : Cekung (-), konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
RCL (+/+), RCTL (+/+)
Telinga : normotia, sekret (-/-), perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-/-), deviasi septum (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi geligi : Karies (-)
Lidah : Tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
Kel. Getah Bening : Kesan simetris, Pembesaran KGB (-)
TVJ : 5 + 2 cmH2O
Thoraks anterior
Inspeksi
Statis : Simetri
Dinamis : Simetris
Palpasi : Sf kanan = Sf kiri, nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-)
Perkusi : Sonor/sonor
16
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Thoraks posterior
Inspeksi
Statis : Simetris, jejas (-)
Dinamis : Simetris
Palpasi : Sf kanan =Sf kiri, nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-)
Perkusi : Sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midcalivularis sinistra.
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICS III, linea midclavicularis sinistra.
Kiri : ICS V, linea midclavicularis sinistra 1 jari kearah
lateral.
Kanan : ICS IV, linea parasternal dextra.
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-), gallop (-), murmur (-),
Abdomen
Inspeksi : Simetris, distensi (-), vena kolateral (-), scar (-)
Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (-), defans muskular (-),
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-), undulasi (-)
Auskultasi : Peristaltik kesan normal
17
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.4.1 Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 2.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Hasil
Nilai Normal
Laboratorium 11 September 2016 12 September 2016
Darah Rutin
Hb 8,9 gr/dl* 10,0 gr/dl* 14-17 gr/dl
Ht 27 % * 30 % * 45-55 %
Leukosit 7,9 x 103 /mm3 9,1 x 103 /mm3 4.500-10.500/mm3
Eritrosit 3,0 x 106 /µL* 3,4 x 106 /µL* 4,7-6,1jt/ µL
Trombosit 236x 103 / mm3 196x 103 / mm3 150.000-450.000/mm3
Hitung Jenis
Eosinofil 4 4 0-6
Basofil 0 0 0-2
Netrofil batang 0 0 2-6
Netrofil segmen 64 70 50-70
Limfosit 20 14 20-40
Monosit 12 12 2-8
Elektrolit
Natrium (Na) 131 mmol/L - 132-145 mmol/L
Kalium (K) 4,0 mmol/L - 3,7-5,8 mmol/L
Klorida (Cl) 96 mmol/L - 90-106 mmol/L
Diabetes
Glukosa Darah Sewaktu 117 mg/dl - <200 mg/dl
Ginjal
Ureum 41 mg/dl - 13-43 mg/dl
Kreatinin 0,74 mg/dl - 0,51-1,17 mg/dl
CKMB 101 U/L <24
18
Tanggal pemeriksaan: 10/09/2016
- Irama : Sinus
- Hearth rate : 78 x /menit
- Regularitas : regular
- Axis : normoaxis
- Gelombang P: 0,16 s
- Interval PR : 0,20 s
- Kompleks QRS: melebar (>0,12 s)
- Gelombang T : T inverted pada V1,V2,V3,V4
- ST-depresi: -
- ST-Elevasi : -
- Q patologis: -
- VES benigna
2.5 Diagnosa Kerja
1. NSTEMI anteroseptal
2. VES Benigna e.c NSTEMI
2.6 Penatalaksanaan
a. Non-Medikamentosa
- Bed rest
- Oksigen 2 -4 liter/menit
b. Medikamentosa
1. Tanggal 11 September 2016: nyeri dada, sesak napas dan mual
- Oksigen canul 2-4 liter/i
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Drip cedocard 20 mg (7,3 cc/jam)
19
- Inj. Arixtra 2,5 mg/hari
- Clopidogrel 1x75 mg
- Atorvastatin 1x 40 mg
- Laxadyne syr 1xCII
2. Tanggal 12 September 2016 : sesak nafas berkurang, nyeri dada (-)
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Drip cedocard 10/50
- Inj. Arixtra 2,5 mg/hari
- Clopidogrel 1x75 mg
- Atorvastatin 1x 40 mg
- Laxadyne syr 1xCII
- Aspilet 1 x 80 mg
- Ramipril 1x2,5 mg
- Inj Omeprazol 1 vial/24 jam
3. Tanggal 13 September 2016 : nyeri dada mulai berkurang
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Isosorbit dinitrat 3x5 mg
- Inj. Arixtra 2,5 mg/hari
- Inj Omeprazol 1 vial/24 jam
- Clopidogrel 1x75 mg
- Atorvastatin 1x 40 mg
- Laxadyne syr 1xCII
- Aspilet 1 x 80 mg
- Ramipril 1x5 mg
- V block 1x6,25 mg
4. Tanggal 14 September 2016: batuk-batuk tidak berdahak, sesak napas (-)
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Isosorbit dinitrat 3x5 mg
- Inj. Arixtra 2,5 mg/hari
- Inj Omeprazol 1 vial/24 jam
- Clopidogrel 1x75 mg
- Atorvastatin 1x 40 mg
20
- Laxadyne syr 1xCII
- Ramipril 1x5 mg
- V block 1x6,25 mg
5. Tanggal 15 September 2016: batuk sudah mulai berkurang
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Arixtra 2,5 mg/hari
- Inj Omeprazol 1 vial/24 jam
- Clopidogrel 1x75 mg
- Atorvastatin 1x 40 mg
- Laxadyne syr 1xCII
- V block 1x6,25 mg
6. Tanggal 16 September 2016: -
- Clopidogrel 1x75 mg
- Atorvastatin 1x 40 mg
- Laxadyne syr 1xCII
- V block 1x6,25 mg
- Amlodipin 1x5 mg
21
BAB IV
ANALISA KASUS
22
Pasien ini juga mengeluhkan dada berdebar-berdebar. Hal sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa gejala paling sering pada VES adalah berdebar-
debar, walaupun tak jarang pasien dengan VES tidak memiliki gejala apapun.
Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan yang berlemak dan bersantan dan
memiliki riwayat merokok.
VES dapat terjadi karena berbagai faktor presipitasi seperti minum kopi,
teh, atau alcohol, merokok, penggunaan obat-obatan simpatomimetik, obat asma
dan lain-lain. Pada kasus ini, faktor presipitasi terjadinya VES antara lain
merokok dan gaya hidup yang tidak baik. (3)
Elektrokardiogarfi (EKG) merupakan gold standard untuk menegakan
diagnose VES. Pada kasus ini didapatkan hasil EKG yang dimana terdapat
kompleks QRS yang lebar dengan normalnya < 0,12. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa gambaran VES pada EKG tampak kompleks QRS yang
lebar dan biasanya tanpa didahului oleh gelombang P.
Untuk tatalaksana pada kasus ini diberikan obat-obatan untuk penyakit
SKA dan Hipertensi yang merupakan penyakit yang mendasari terjadinya VES
pada kasus ini. seperti antiplatelet, ACE inhibitor, vasodilator, obat angina dan
sebagainya. Teori menyatakan pasien tanpa gejala dan VES benigna dan terdapat
penyakit yang mendasarinya maka untuk penatalaksaannya dilakukan tatalaksana
terhadap penyakti yang mendasari hal tersebut. (5,6)
23
DAFTAR PUSTAKA