Anda di halaman 1dari 1

Selepas Sidang PPKI ke-3, 22 Aug ‘45

Oktober 1945, Oerip Soemohardjo, mantan KNIL, yang bertugas di Tangsi Cimahi didatangi
beberapa rekannya sasama mantan KNIL. Salah satu diantaranya, Didi Kartasasmita. Oerip
yang sejak kebebasannya sekitar tahun 43 itu memang sudah lama tinggal di rumah vilanya
yang asri di Gentan, Yogyakarta. Sejak penyerahan Belanda pada 1942, Oerip vakum dari
dunia militer yang sebelumnya ia geluti. Nampaknya Oerip tak begitu minat terhadap dunia
politik, meski sepanjang pensionnya beberapa rekan di KNIL termasuk Nasution seringkali
bertandang ke rumahnya. Sepanjang waktu itu, ia warnai hari-harinya dengan hobi lamanya;
berkebun. Meski demikian, bukan berarti Oerip sama sekali apatis. Beberapa kali dirinya
memberikan masukan pada tetamunya jika diminta. Ia diam dan lebih banyak menjadi
pendengar yang baik kala itu.

Lain cerita ketika Didi Kartasamita yang datang, ia begitu antusias mendengar obrolan
rekannya itu. Kala itu, Didi memiliki mimpi besar, yaitu membendung arus mantan serdadu
KNIL yang memihak NICA setelah penyerahan Jepang pada sekutu, sekaligus membentuk
tentara nasional di Indonesia yang baru lahir. Didi meminta agar Oerip bersedia bergabung
dalam formatur pembentukan tentara Indonesia sebagaimana diputuskan dalam Sidang PPKI-
3. Dalam formatur itu, Oerip diusulkan menjadi ketua. Semula ia menolak, namun setelah
dibujuk ia pun setuju terlibat dalam formatur pembentukan tentara. Kesanggupan ini
bersyarat, Oerip mau tergabung dalam formatur asalkan para Juniornya di KNIL memberikan
dukungan kepadanya.

Di Jakarta, nama Oerip begitu menggema sebagai calon pimpinan tinggi militer Indonesia yang
akan dibentuk itu. Meskipun ia seorang KNIL yang soldadu-nya Hindia-Belanda, tapi dari kubu
serdadu HB-Pribumi, ia dikenal sebagai KNIL Pemberontak.

Anda mungkin juga menyukai