Anda di halaman 1dari 4

Ketidakefektifan Hubungan Jarak Jauh dikala Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 terjadi secara tiba-tiba dan tidak bisa dipungkiri oleh semua
orang, pandemi ini menyebabkan terjadinya masing-masing individu saling menjaga jarak
dalam beraktifitas antara satu sama lain. Hubungan jarak jauh antar individu sudah sedikit
lumrah didengar di lingkungan masyarakat, orang-orang biasa menyebutnya dengan kata
“LDR” atau Long Distance Relationship. Kalbfleisch (dalam Girly Kurniawati, 2015: 29)
mendefinisikan hubungan jarak jauh (LDR) sebagai sebuah komitmen yang tetap dijaga oleh
dua orang yang menjalin suatu hubungan walau mereka secara fisik terpisah satu sama lain.
Namun tidak semua orang bisa menjalani hubungan jarak jauh yang seperti itu, setelah
pandemi COVID-19 terjadi banyak orang-orang yang harus memakluminya dan
menjalaninya dengan sebaik mungkin.

Banyak dampak yang dialami dalam hubungan jarak jauh antara lain dampak positif
dan dampak negatif. Salah satu penelitian yang membahas mengenai dampak positif dari
hubungan jarak jauh, menunjukkan bahwa kebanyakan responden merasakan perubahan sifat
yaitu merasa bertambah sabar, mandiri, menumbuhkan rasa percaya antara satu sama lain,
dan komunikasi terhadap satu sama lain dirasa bertambah baik. Dan dampak negatif yang
sering dialami menurut Saadatun Nisa (2010: 135) yaitu munculnya Konflik yang disebabkan
karena kesalahpahaman antara satu sama lain, misalnya pasangan selalu memberikan
perhatian yang lebih, dapat menjadi konflik bila salah satu dari mereka tidak senang terlalu
diperhatikan atau misalnya, kecurigaan salah satu dari mereka terhadap pasangan dapat
menyebabkan konflik, dan jika kecurigaan tersebut berkepanjangan dapat membuat hubungan
semakin renggang.

Namun berhubungan jarak jauh dikala pandemi dan dikala tidak terjadi pandemi
sangat berbeda, karena jika melakukan hubungan jarak jauh dikala pandemi maka waktu
untuk saling bertemu dirasa cukup tidak memungkinkan, karena virus covid yang semakin
hari semakin menyebar kemana-mana dan diri kita sendiripun tidak ingin untuk menularinya
kepada lingkungan sekitar. Bahkan gejala yang didapat tidak selalu terlihat dan biasa disebut
dengan positif corona tanpa gejala, hal ini biasa dirasakan oleh kalangan orang muda karena
orang muda memiliki imun badan yang lebih kuat daripada orang dewasa, maka kita sebagai
kaum muda harus waspada dan berjaga-jaga untuk tidak berinteraksi dengan orang luar
apalagi jika berada jauh dari rumah. Sedangkan jika sebelum pandemi terjadi, hubungan jarak
jauh masih dianggap mudah karena tidak perlu berfikir banyak karena resiko yang diperoleh
tidak terlalu banyak, dan biasanya mereka jika ada waktu luang disempatkan untuk saling
bertemu satu sama lain.

Meskipun dikala pandemi kita harus mematuhi protokol dengan menjaga jarak antara
satu sama lain dan melakukan LDR antar pasangan yang berjarak jauh, tidak ada alasan untuk
tidak berkomunikasi dengan baik antar pasangan. Berikut ada beberapa tips untuk menjalani
hubungan jarak jauh dengan pasangan agar lebih mudah yang ditulis oleh Luthfia Ayu
Azanella (Kompas, 12 Mei 2020). Beberapa tipsnya dirangkum menjadi 7 poin yaitu (1)
Tetap berkirim pesan, tapi jangan berlebihan (2) Manfaatkan panggilan video (3) Luangkan
waktu (4) Kenali lebih dalam (5) Rayakan kebaikan sekecil apapun (6) Ingatlah seberapa jauh
kalian sudah berjalan (7) Jangan remehkan kebersamaan.

Keefektifan berhubungan jarak jauh sangat minim didapatkan karena disebabkan oleh
komunikasi yang tidak terjadi secara tatap muka. Dan rasa kepercayaan terhadap pasangan
lebih terasa berat karena ditimpa oleh pikiran negatif yang menghantui secara terus menerus,
maka dari itu untuk menumbuhkan rasa percaya dikala pandemi antar satu sama lain di setiap
pasangan harus sadar bahwa bertukar kabar di setiap harinya itu perlu, memang terlihat agak
berat namun jika kita mengetahui kabar pasangan kita maka membuat hati semakin tenang
dan tidak menimbulkan rasa berpikiran negatif. Beberapa tips berkomunikasi dengan baik
sudah tertera seperti yang dijelaskan oleh kutipan di paragraf atas.

Tidak heran jika kita melakukan hubungan jarak jauh dengan pasangan sering
menimbulkan konflik yang tidak diinginkan. Braiker dan Kelley (dalam Saadatun Nisa, 2010:
139) mengelompokkan berbagai sumber konflik ke dalam tiga kategori yang berbeda-beda,
yaitu pertama konflik bersumber dari perilaku spesifik pasangan, kedua sumber konflik
berasal dari norma peran, dan ketiga sumber konflik karena disposisi pribadi. Menurut
Wilmot dan Hocker serta Neton (dalam Saadatun Nisa, 2010: 139), sepasang kekasih yang
berkonflik harus dapat saling percaya, saling mengembangkan rasa cinta yang ada dan saling
mengerti satu sama lain merupakan sikap dasar yang membangun sebuah hubungan dalam
penyelesaian konflik yang sehat.

Banyak yang berpendapat bahwa hubungan jarak jauh dengan pasangan hanya bisa
dilakukan oleh orang-orang yang sabar, buktinya banyak kasus hubungan yang kandas dikala
pandemi karena salah satu pasangan yang berlaku seenaknya dan tidak mengingat rasa
percaya yang diberikan oleh salah satu pasangan terhadap pasangan lain. Misalnya kasus
perselingkuhan, biasanya kasus seperti itu lebih kerap dialami oleh pasangan yang menjalani
hubungan jarak jauh. Menurut beberapa sumber yang didapatkan alasannya hanya sepele
yaitu salah satu pasangan yang tidak bisa menemani di setiap hari secara nyata namun hanya
bisa menemaninya secara virtual karena perbedaan jarak yang cukup banyak. Mereka hanya
mementingkan orang yang selalu ada di sampingnya secara nyata namun tidak ingat bahwa di
tempat lain ada yang sedang mengkhawatirkannya jika sampai terjadi hal yang tidak
diinginkan seperti perselingkuhan ini. Untuk masalah gender tidak bisa untuk tidak dibeda-
bedakan, semua yang sudah berselingkuh baik itu perempuan atau laki-lakinya sudah pantas
disalahkan dan tidak bisa dimaafkan karena menurut beberapa orang jika kasus seperti
perselingkuhan sudah terjadi maka akan menjadi kasus yang berkepanjangan antar keduanya
untuk kedepannya karena jika salah satu pasangan akan merasa sudah terbiasa melakukan
kesalahan fatal jika hal itu dimaafkan dan akhirnya diulangi lagi. Dalam buku berjudul “LDR
Survival Kit” yang ditulis oleh Hipwee (2020: 7) terdapat sebuah kalimat yang membahas
sebuah fakta mengenai hubungan jarak jauh yaitu:

Hubungan asmara tanpa dipisahkan oleh jarak saja sudah butuh usaha.
Apalagi ditambah adanya pihak ketiga; adanya jarak di tengah-tengah kalian.
Butuh usaha dobel, atau bahklan lebih dari itu, bagi keduanya. Belum lagi
repostnya kalau sedang berantem. Diem-dieman yang rasanya seperti
hukuman terasa lebih lama. Sudah jauh tertimpa rindu.
Dari sebuah kalimat tersebut bisa disimpulkan bahwa berhubungan jarak jauh memang sulit
untuk dijalaninya tapi jika kita terbiasa melakukannya maka akan terasa lebih mudah dan
mudah untuk menahan rindu yang berat apalagi jika terjadi pandemi yang kacau seperti
sekarang ini rindu akan semakin menumpuk dan hanya bisa menunggu waktu yang tepat
untuk bertemu. Ingat sejauh apapun jarak kalau emang niat ya bakal ketemu, kalau emang
sayang ya gak bakal capek ngejalaninnya. Kata-kata itu yang selalu saya ingat jika sedang
tertimpa hubungan jarak jauh dengan pasangan. Semoga pandemi segera berakhir dan semua
orang bisa beraktivitas seperti semula dengan sebaik-baiknya.

Nama : Farisa Putriana Dewi

NIM: 201910170311146

KELAS AKUNTANSI 3D
DAFTAR PUSTAKA

Azanella, L. A. (2020, Mei 12). Kompas: 7 Tips Jaga Komunikasi Hubungan Jarak Jauh di Masa
Pandemi Corona. Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/12/204526265/7-tips-jaga-komunikasi-
hubungan-jarak-jauh-di-masa-pandemi-corona?page=all

Hipwee. (2020). LDR Survival Kit. Jakarta: Kompas Gramedia.

Kurniati, G. (2015). Pengelolaan Hubungan Romantis Jarak Jauh: Studi Penetrasi Sosial Pasangan
yang Terpisah Jarak Geografis. Jurnal Komunikasi Indonesia Volume 4, No. 1, 27-37.

Saadatun Nisa, P. S. (2010). Konflik Pacaran Jarak Jauh pada Individu Dewasa Muda. Junal Psikologi
Volume 3, No.2, 134-140.

Anda mungkin juga menyukai