Anda di halaman 1dari 3

MAJAS

1. Metafora, mengungkapkan makna yang tersirat dengan membandingkannya dengan suatu


perumpaan kiasan atau benda.

Contoh: Aku karya Chairil Anwar

“Aku ini binatang jalang dari kumpulan yang terbuang”

2. Antiklimaks, kebalikan dari klimaks. Menyajikan kata-kata mulai dari yang kompleks ke
yang paling sederhana.

Contoh:

Pengggalan puisi Senja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati karya Chairil Anwar

“ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta
temali”.

3. Paralelisme, merupakan majas yang mengulangi kata atau frase pada awal baris atau bait.

Contoh: Cinta yang agung karya Kahlil Gibran

Adalah ketika kamu menitikkan air mata


Dan masih peduli terhadapnya
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu
Dan kamu masih menunggunya dengan setia

4. Antitesis, mengungkapkan gagasan dengan menyatakan pasangan kata yang berlawanan


artinya.

Contoh: Kepada Kawan karya Chairil Anwar

Isi gelas sepenuhnya lantas kos

5. Tautologi, mengulangi suatu kata dalam kalimat yang telah diterangkan.

Contoh: penggalan puisi Chairil Anwar – AKU

“Kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang ‘kan merayu, tak juga kau.”
6. Simploke, merupakan pengulangan kata atau frasa di awal dan diakhir kalimat atau baris.

Contoh: arti hidup karya M.Rukmana

Bukan tentang bagaimana memulai, namun tentang bagaimana mengakhiri


Bukan tentang bagaimana hasilnya, namun tentang bagaimana prosesnya
Bukan tentang bagaimana kematian, namun tentang bagaimana kehidupan
Bukan tentang banyaknya memiliki, namun tentang banyaknya memberi

Dunia adalah setitik cerca dari semesta yang penuh sengketa dan sementara

7. Erotesis, majas dalam bentuk pertanyaan.

Contoh: Nyanyian Sukma – Kahlil Gibran

Siapa berani memecah sunyi dan lantang menuturkan bisikan sanubari yang hanya terungkap
oleh hati? Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?

8. Oksimoron, menyatakan dua keadaan yang berbeda untuk menegaskan.

Contoh: Kahlil Gibran – Aku Bicara Perihal Cinta

“Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira”

9. Simile, mengumpamakan makna dengan suatu pembanding lain.

Contoh: bunga-bunga di halaman karya Sapardi Djoko

“Mengapakah perempuan suka menangis bagai kelopak mawar”

10. Alegori, membandingkan kehidupan manusia dengan alam.

Contoh: aku bicara perihal cinta – Kahlil Gibran

Namun pabila dalam ketakutanmu, kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta
maka lebih baik bagimu kalau kau tutupi ketelanjanganmu dan menyingkir dari lantai-penebah
cinta.

11. Personifikasi, mengatakan makna dengan menyebutkan benda mati yang seolah-olah hidup.
Contoh: penggalan puisi percakapan malam hujan karya Sapardi Djoko Damono

“ Hujan yang mengenakan mantel, Sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik.

12. Sinisme, mengungkapkan sindiran dengan terang-terangan.

Contoh: sebotol bir karya Ws. Rendra

Kita telah dikuasai satu mimpi untuk menjadi orang lain


Kita telah menjadi asing ditanah leluhur sendiri

13. Simbolik, membandingkan dengan benda-benda yang mewakili suatu makna.

Contoh: dalam penggalan puisi hatiku selebar daun karya Sapardi Djoko Damono

“ Hatiku Selebar daun melayang jauh di rumput”.

14. Anafora, terjadi pengulangan kata di awal kalimat.

Contoh:

Dalam penggalan puisi karya Chairil Anwar berjudul AKU BERKACA


<Segala menebal, segala mengental, segala tak kukenal>

15. Alusio, mengaitkan dengan suatu peristiwa, tokoh, atau ungkapan.

Contoh:

Tak sepadan – Chairil Anwar

“ Dikutuk – sumpahi Eros” (Eros dalam mitologi yunani kuno dipercaya sebagai dewi cinta –
nafsu seksual/ kesuburan).

Anda mungkin juga menyukai