Anda di halaman 1dari 6

Izagi Yusar Nurhidayat

X MIPA 9 / 19

Tugas Online Bahasa Indonesia 2

Tugas Pendalaman Materi

1. Carilah pengertian beserta contoh larik puisi yang menggunakan majas berikut,
metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufimisme, repetisi,
anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks. Larik puisi boleh mengutip puisi karya orang
lain ataupun karya pribadi (tandai bagian yang menggunakan majas tersebut).
2. Tuliskan larik puisi Sutardji C. B. yang menunjukkan adanya penggunan
onomatope (tiruan tehadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis).
(tandai bagian yang menggunakan onomatope tersebut)
3. Tuliskan contoh larik puisi yang memiliki bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak
penuh, dan repetisi bunyi). (tandai bagian yang menggunakan contoh intern pola
bunyi tersebut)

Jawab
1. A. Majas metafora : Majas metafora adalah majas yang meletakkan objek bersifat
sama dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan. Gaya bahasa
yang digunakan sebagai kiasan secara eksplisit mewakili suatu maksud lain
berdasarkan persamaan atau perbandingan.
Contoh ; Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
B. Majas simile : Majas simile adalah majas yang memperbandingkan 2 hal
berbeda menjadi sesuatu yang dianggap sama. Penggunaannya biasanya
menggunakan konjungsi seperti; bagai, laksana, seperti dan sebagainya.
Contoh : Minggu di pagi itu pun mulai merebak 
Bagaikan daun-daun kering yang berguguran 
C. Majas personifikasi : Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan
benda tak bernyawa seolah-olah hidup dan mempunyai sifat-sifat seperti manusia.
Contoh : Pantai indah rupawan
Pohon kelapa melambai lambai
Membuat hati serasa damai
D. Majas litotes : Majas litotes digunakan untuk merendahkan diri, meskipun keadaan
sebenarnya lebih bagus dari apa yang diungkapkan.
Contoh : Gubuk inilah hasil jerih payahku
E. Majas ironi : Majas Ironi adalah sindiran halus dengan menggunakan kata-kata
yang bertentangan dengan fakta, atau kenyataan yang ada.
Contoh : Aroma tubuhnya brgitu harum
Membuatku enggan dekat dekannya
F. Majas sinekdoke : Gaya bahasa yang digunakan untuk majas sinekdoke terbagi
menjadi dua, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte. Sinekdoke
pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk
menampilkan keseluruhan sebuah benda. Sementara Sinekdoke totem pro parte adalah
gaya kebalikannya, yaitu gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan unsur untuk
merujuk pada sebagian benda, atau situasi.
Contoh pars pro toto : Sepuluh tahun aku menungu
Batang hidungmu tak kunjung terlihat
Contoh totem pro parte : Jerman
Peraih kejuaran sepakbola
G. Majas eufimisme : Majas yang mengungkapkan ungkapan halus dengan mengganti
ungkapan ungkapan yang dirasa kasar dengan kata kata yang lebih baik sebagai
bentuk sikap yang lebih sopan.
Contoh : Bagai mana bisa aku bernyanyi
Aku hanyalah tuna laras
H. Majas repetisi : Majas repetisi merupakan gaya bahasa yang mengungkapkan
pengulangan kata, frasa atau klausa yang sama untuk mempertegas makna dari
kalimat atau wacana.
Contoh : Ada wajah-wajah di dalam poster
Ditempel pada batang pohon
Ditempel pada tiang listrik
Ditempel di dinding stasiun
I. Majas anafora : Majas anafora yang termasuk dalam majas repetisi ini
adalah majas yang berisi pengulangan kata atau frasa dalam satu kalimat, di mana kata
yang diulang tersebut adalah kata di awal kalimat yang diulang atau ditulis kembali di
tengah kalimat dan di akhir kalimat.
Contoh : Meskipun hujan badai, 
meskipun gempa dahsyat, 
meskipun dunia kiamat,
aku tetap akan menunggumu disini.
J. Majas pleonasme : Majas bahasa yang menambahkan informasi pada pernyataan
yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Contoh : Saya berani jadi saksi
Saya nampak dengan mata kepala sendiri
K. Majas antitesis :  Majas yang membandingkan dua hal yang berlawanan.
Contoh : Kaya miskin,
cantik jelek,

pintar bodoh,

semuanya sama di mata Tuhan.

L. Majas alusio :  Majas yang


mengungkapkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang
merujuk gagasan yang dimaksud karena memiliki tautan “kedekatan” makna dengan
gagasan yang ingin diutarakan oleh si penutur.
Contoh : Meski bertubuh pendek,
ia mampu mengepalai bola
Maka tidak heran jika ia dijuluki sebagai penerus Bambang Pamungkas.
M. Majas klimaks : Majas klimaks adalah kiasan dari puncak suatu hal yang
berkembang secara berangsur-angsur.
Contoh : Ratusan,
ribuan, 
bahkan puluhan ribu siswa,
telah memadati graha itu
N. Majas antiklimaks : Bila majas klimaks mengungkapkan sesuatu secara berangsur
dan meningkat, majas antiklimaks justru menyampaikan sesuatu secara berangsur dan
menurun
Contoh : Sahabat,
tetangga,
 bahkan keluarga,
 tidak mengetahui keberadaannya kini.
O. Majas Satire : Majas satire merupakan majas atau gaya bahasa yang berfungsi
untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau seseorang. Sindiran tersebut
biasanya disampaikan secara tidak langsung atau berupa kiasan.
Contoh : Apakah hati nuranimu saat ini sedang tidur?
Teganya kau berbuat jahat pada Ibumu sendiri!
P. Majas Paradoks : Majas yang isinya bertentangan dengan apa yang seharusnya
terjadi. 
Contoh : Buku yang tebal itu tak pasti isinya berkualitas.

2. Berikut larik puisi Sutardji C.B.

Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring

(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)


Puisi mbeling
Adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud
ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak,
dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi
Mbeling". Puisi mbeling adalah bagian dari gerakan mbeling yang dicetuskan oleh
Remy silado, suatu gerakan yang ditujukan untuk mendobrak sikap rezim orde baru
yang dianggap feodal dan munafik. Dalam bahasa Jawa mbeling berarti nakal atau
memberontak terhadap kemapanan dengan cara cara yang menarik perhatian. Kata-
kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah
main-main. Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang
memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi
untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).

3. A. Aliterasi

Contoh : “Menyeramkan bagaikan naga siap menerkam mangsanya


Hati bertanya-tanya
Ada apa dengan kalian”
Aliterasi pada kutipan bait puisi “Ada apa dengan kalian” di atas adalah terdapat
pengulangan bunyi konsonan “n” yang lebih dominan.
B. Asonisasi
Contoh : “Syarat sarat saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma”
Pada kutipan bait puisi “Bukan Beta Bijak Berperi” di atas terdapat asonasi/
pengulangan bunyi vokal “a” yang diulang-ulang pada bait tersebut.
C. Persamaan akhir

Contoh : Di lereng gunung lembah menghijau

Air terjun menghimbau-himbau


Meraih beta pelipur risau
Turut hasrat hendak menjangkau

(Dali S. Sinaga)
D. Persamaan awal

Contoh : Bukan ketidakpercayaanku padamu


Tapi ketakutanku
Bukan kematian risaukanku
Tapi perpisahan takutkaku
Bukan membagi cinta dariku
Tapi merenggut cinta dariku
E. Sajak berselang

Contoh : Aku ingin pulang kembali

Menghirup udara di desa

Bermain bersama teman dan menyusur kali

Segar bagai aroma karsa

F. Sajak paruh

Contoh : Menuntut ilmu hendaklah semangat


Jangan malas haruslah giat
Ilmu akan membuat kita selamat
Di dunia ataupun akhirat
Ilmu buat kita makin dewasa
Ilmu pula yang hilangkan lara
Bukankah Ilmu faktor kita bahagia?
Dari muda hingga menua

G. Sajak penuh

Contoh : Terancam sudah iman yang goyang


Hamba yang tak rajin sembahyang
Sungguh malang sungguh sayang
Kini umur sudah melayang

F. Repetisi bunyi

Contoh : Ada wajah-wajah di dalam poster


Ditempel pada batang pohon
Ditempel pada tiang listrik
Ditempel di dinding stasiun

Anda mungkin juga menyukai