Anda di halaman 1dari 20

KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN DAN PENCEGAHAN DIABETES

MELLITUS

A. Menentukan Kebutuhan Promosi Kesehatan


Kasus Semu:

Di Desa X, terdapat faktor predisposisi berupa rata-rata pendidikan terakhir


masyarakatnya adalah SMP, sebagian besar dari mereka meyakini bahwa penyakit
DM merupakan penyakit keturunan sehingga bagi mereka tidak ada hubungannya
antara perilaku banyak makan makanan instan dan jarang berolahraga dengan
angka kejadian DM. Keyakinan yang kurang tepat tersebut seharusnya tidak
sesuai dengan faktor enabling berupa potensi lingkungan yang bisa menyediakan
banyak bahan makanan alami dan ada banyak tempat untuk bisa berolahraga.
Keyakinan tersebut tidak dapat segera diluruskan karena ada faktor reinforcing
berupa masih jarang sekali penyuluhan yang dilakukan petugas PKM terkait
dengan penyakit DM kepada masyarakat di Desa X. Selain itu, di Desa X juga
tidak ada kebijakan dari pihak kepala Desa untuk sering mengadakan kegiatan
olahrga bersama seperti jalan sehat ataupu yang lain, sehingga tidak heran kalau
gaya hidup masyarakat di Desa X cenderung tidak sehat terbukti dari ada sekitar
5% penduduk yang terkena penyakit DM pada usia dewasa.
1. Diagnosa Masalah
a. Kurangnya pengetahuan pada usia dewasa dalam mencegah faktor
resiko maupun factor pencetus dari penyakit diabetes mellitus
b. Kurangnya pengetahuan pada usia dewasa tentang tanda dan gejala
penyakit diabetes mellitus
c. Kurangnya pengetahuan pada usia dewasa tentang manajemen
penyakit diabetes mellitus
d. Meningkatnya kasus diabetes mellitus pada usia dewasa, disebabkan
karena kurangnya pengetahuan pada usia dewasa tentang factor yang
menyebabkan diabetes mellitus dan bagaimana manajemen pada
penyakit diabetes mellitus.
2. Prioritas Masalah
Meningkatnya kasus diabetes mellitus pada usia dewasa, disebabkan
karena kurangnya pengetahuan pada usia dewasa tentang factor yang
menyebkan diabetes mellitus, tanda & gejala, serta bagaimana manajemen
pada penyakit diabetes mellitus.
3. Mengembangkan Komponen Promosi Kesehatan
a. Tujuan Promosi Kesehatan
· Meningkatkan pengetahuan orang dewasa tentang penyakit
Diabetes Mellitus tipe II
· Meningkatkan sikap dewasa dalam menghindari factor-faktor
penyebab atau pencetus Diabetes Mellitus tipe II
· Meningkatkan perilaku dewasa untuk selalu menerapkan
pencegahan Diabetes Mellitus tipe II dan mengetahui
bagaimana manajemennya bila menderita Diabetes Mellitus
tipe II
b. Sasaran
· Sasaran Primer              : Dewasa dengan Diabetes Mellitus
tipe II di kelurahan Suterejo
· Sasaran Sekunder             : Keluarga dengan resiko tinggi
Diabetes Mellitus tipe II di kelurahan X
c. Materi / Isi Promosi Kesehatan
· Pengertian dari Diabetes Mellitus tipe II
· Tanda dan gejala Diabetes Mellitus tipe II
· Penyebab Diabetes Mellitus tipe II
· Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe II
· Kompilkasi Diabetes Mellitus tipe II
d. Metode
Brainstorming metode putaran bebas
e. Media

· Papan Tulis
· Sticky note

f. Rencana evaluasi

· Evaluasi pengetahuan dewasa tentang penyakit Diabetes


Mellitus tipe II yaitu dengan cara memberikan pre
test dan post test di awal dan di akhir kegiatan.
· Evaluasi sikap dewasa tentang penyakit Diabetes Mellitus
tipe II yaitu dengan menggunakan kuesioner sikap Diabetes
Mellitus.
· Evaluasi perilaku dewasa tentang penyakit Diabetes
Mellitus tipe II yaitu dengan menggunakan kuesioner
perilaku Diabetes Mellitus.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Diabetes Melitus Tipe II pada Kelompok Dewasa


Sasaran : Kelompok Dewasa yang mengalami Diabetes Melitus
Tipe II di Kelurahan X
Hari/Tanggal : Jumat, 11 November 2016
Tempat : Di Balai Kelurahan X
Pelaksanan : Mahasiswa Keperawatan
Waktu : Pukul 08.30-09.20

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama + 50 menit, peserta dapat memahami
tentang diabetes melitus tipe II pada kelompok dewasa dengan menggunakan
metode brainstorming.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti promosi kesehatan, peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
2. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes melitus tipe II
3. Menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe II
4. Menjelaskan penatalaksanaan diabetes melitus tipe II
5. Menyebutkan komplikasi diabetes melitus tipe II
C. Materi
1. Pengertian dari Diabetes Mellitus tipe II
2. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus tipe II
3. Penyebab Diabetes Mellitus tipe II
4. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus tipe II
5. Kompilkasi Diabetes Mellitus tipe II
D. Metode
Brainstorming
E. Media
1. Papan tulis
2. Sticky note
F. Pengorganisasian
1. Penyaji : Julaiha
2. Notulen : Muhiddin
Job Description
1. Penyaji
· Bertanggung jawab atas kelangsungan kegiatan
· Menyeting waktu kegiatan sesuai dengan rencana
· Menggali pengetahuan peserta tentang diabetes melitus tipe II
· Mengevaluasi pengetahuan peserta tentang diabetes melitus tipe II
2. Notulen

· Mencatat sumbang saran pemikiran yang diberikan peserta mengenai


diabetes melitus tipe II

Pelaksanaan
No Tahap dan waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 5 Menit sebelum Petugas melakukan persiapan Peserta duduk di kursi yang telah
acara promkes disediakan

2. Pendahuluan 5 1. Moderator
menit mengucapkan salam
1. Menjawab salam dan
pembukaan dan
memfokuskan perhatian pada
memperkenalkan diri
moderator
2. Menyampaikan
2. Mendengarkan tujuan
tujuan dan maksud dari
dari kegiatan
kegiatan
3. Mendengarkan
3. Menjelaskan
kontrak mekanisme kegiatan
kontrak waktu dan
mekanisme kegiatan 4. Mendengarkan materi
4. Menyebutkan yang diberikan
materi yang akan diberikan

3. Kegiatan inti Pelaksanaan:


pertama 30 menit
1. Pemberian 1. Peserta mendengarkan
informasi dan motivasi: dan memperhatikan
menjelaskan masalah yang
dihadapi yaitu tentang
diabetes melitus tipe II pada
kelompok dewasa beserta
latar belakangnya dan
mengajak peserta untuk
menyumbangkan
pemikirannya.
2. Identifikasi: peserta
2. Peserta
diundang untuk
menyampaikan sumbang
memberikan sumbang saran
saran pemikiran mengenai
pemikiran sebanyak-
diabetes melitus tipe II pada
banyaknya mengenai
kelomok dewasa.
diabetes melitus tipe II pada
kelomok dewasa. Semua
saran ditampung.
3. Klasifikasi:
mengklasifikasikan
3. Peserta turut serta
berdasarkan kriteria yang
dalam mengklasifikasikan
dibuat dan disepakati.
hasil brainstorming.
4. Verifikasi:
memverifikasi
hasil brainstorming dan
meminta argumentasi 4. Peserta turut serta
peserta.
dalam memverifikasi
5. Konklusi:
hasil brainstorming.
menyimpulkan
hasil brainstorming dan
mengambil kesepakatan
untuk pemecahan masalah 5. Peserta mendengarkan
yang paling tepat mengenai dan memperhatikan. Peserta
diabetes melitus tipe II pada turut serta dalam
kelompok dewasa. menyimpulkan
hasil brainstorming dan
mengambil kesepakatan
mengenai diabetes melitus
tipe II pada kelompok
dewasa.

4    Penutup 10 Evaluasi:
menit
1. Menanyakan 1. Peserta menjawab
kembali materi yang telah pertanyan yang diberikan
disampaikan moderator
2. Menyampaikan
maaf dan mengucapkan
salam penutup
2. Peserta menjawab
salam

G. Evaluasi
1. Kriteria struktur
· Kontrak waktu dan tempat diberikan 5 hari sebelum acara
dilaksanakan.
· Pembuatan SAP dilakukan 2 minggu sebelumnya.
· Peserta ditempat yang telah ditentukan.
· Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan.
2. Kriteria Proses

· Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.


· Peserta mendengar dan memperhatikan penyuluhan.
· Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SAP.
· Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description.

3. Kriteria Hasil

· Peserta yang datang sejumlah 7 orang.


· Acara dimulai tepat waktu.
· Audiensi mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah
dijelaskan.
· Peserta mampu menjawab dengan benar 75 % dari pertanyaan
penyuluh.
MATERI PENYULUHAN

A. Diabetes Melitus Tipe II pada Kelompok Dewasa


1. Pengertian Diabetes Melitus (Kencing Manis)
Diabetes mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula
atau kencing manis merupakan kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula
darah (Anani 2012).
2. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus (Kencing Manis) Tipe II
Gejala klasik penyakit diabetes mellitus/ kencing manis dikenal
dengan istilah trio-P, yaitu (Lanywati 2011):

1. Poliuria (banyak kencing) merupakan gejala umum pada


penderita diabetes mellitus. Banyaknya kencing ini disebabkan kadar
gula dalam darah berlebihan sehingga merangsang tubuh untuk berusaha
mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing. Gejala banyak
kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu saat kadar
gula dalam darah relative tinggi.
2. Polidipsia (banyak minum), sebenarnya merupakan akibat
(reaksi tubuh) dari banyak kencing tersebut. Untuk menghindari tubuh
kekurangan cairan (dehidrasi), maka secara otomatis akan timbul rasa
haus yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus minum selama
kadar gula dalam darah belum terkontrol baik. Sehingga akan terjadi
banyak kencing dan banyak minum.
3. Polipagia (banyak makan), merupakan gejala yang tidak
menonjol. Terjadinya banyak makan ini disebabkan oleh berkurangnya
cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi.
Sehingga dengan demikian tubuh berusaha memperoleh tambahan
cadangan gula dari makanan yang diterima.
3. Penyebab Diabetes Melitus Tipe II

Menurut Guyton & Hall (2002), penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan


dengan proses terjadinya  Diabetes melitus tipe 2 yaitu :

1. Usia

Insiden terjadinya DM tipe 2 biasanya muncul pada penderita yang di atas 40


tahun (Kimble 2009). Hal itu bisa terjadi karena seiring bertambahnya usia dapat
terjadi penurunan fungsi organ tubuh, termasuk pengangkutan glukosa ke
jaringan. Reseptor ini akan menjadi tidak peka terhadap adanya glukosa dalam
darah sehingga yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah. (RG
2000)

2. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan


berpengaruh pada penurunan hormon insulin. Jika nilai Body Mass Index (BMI) ≥
25 kg/m2 yang masuk kategori overweight-obesitas maka akan meningkatan
risiko berkembangnya resistensi insulin dan DM Tipe 2. Pada orang dengan berat
badan berlebih jaringan adiposa akan melepaskan sejumlah asam lemak non-
esterifikasi, gliserol, hormon, sitokin pro inflamasi, dan faktor lain yang
mendukung perkembangan resistensi insulin. Ketika resistensi insulin disertai
dengan disfungsi sel beta, maka akan terjadi penurunan sekresi insulin sehingga
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Obesitas ditemukan di kira-kira
85% dari penderita yang didiagnosis menderita Diabetes melitus tipe 2.

3. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga juga termasuk faktor predisposisi pada Diabates melitus tipe 2,
dimana hal ini dihubungkan dengan peran utama sifat herediter. Diabetes dapat
menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena
DNA pada orang diabetes melitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya
terkait dengan penurunan produksi insulin.

4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus (Kencing Manis) Tipe II

1. Penatalaksanaan Diet

Penentuan Jumlah Kalori Diet Dibates Melitus


Penentuan jumlah kalori diet diabetes disesuaikan dengan status gizi penderita.
Penentuan status gizi dilaksanakan dengan menghitung percentage of relative
body weight (RBW),
Rumus :
RBW = 

Kriteria :

1. Kurus ( underweight )          : RBW < 90 %


2. Normal         : RBW 90 – 110 %
3. Gemuk ( overweight )          : RBW > 110 %
4. Obesitas       : RBW > 120 %

Pedoman jumlah kalori yang diperlukan untuk penderita yang bekerja biasa
adalah sebagai berikut :

1. Kurus           : BB x 40 – 60 kalori sehari


2. Normal         : BB x 30 kalori sehari
3. Gemuk         : BB x 20 kalori sehari
4. Obesitas       : BB x 10 – 15 kalori sehari   
Tabel 1 Macam Diet dan Indikasi Pemberian ;
Macam Diet Kalori Protein Lemak Karbohidrat
I 1100 43 gr 30 gr 172 gr
II 1300 45 gr 35 gr 192 gr
III 1500 51.5gr 36.5 gr 235 gr
IV 1700 55.5 gr 36.5 gr 275 gr
V 1900 60 gr 48 gr 299 gr
VI 2100 62gr 53gr 319 gr
VII 2300 73 gr 59 gr 369 gr
VIII 2500 80 gr 62 gr 396 gr

Indikasi Diet :

1. Diit I s/d III            : diberikan kepada penderita yang terlalu


gemuk
2. Diit IV s/d V          : diberikan kepada penderita yang
mempunyai berat badan normal
3. Diit VI s/d VIII      : diberikan kepada penderita kurus, diabetes
remaja atau diabetes dengan komplikasi
Tabel 2 Konversi Ukuran Rumah Tangga Beberapa Bahan Makanan

2. Penatalaksanaan Aktifitas

1. Prinsip

Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu
memenuhi hal berikut ini (F.I.T.T) :
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan secara teratur
Intensitas  : ringan dan sedang yaitu 60 % - 70% MHR
Time (durasi) : 30 – 60 menit
Tipe (jenis) : olahraga endurance (aerobic) unuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda. (Ilyas (2009)
dalam Soegondo 2011)

2. Jenis
Jenis olah raga yang baik untuk pengidap DM adalah olah raga yang memperbaiki
kesegaran jasmani. Oleh karena itu harus dipilih jenis olah raga yang
memperbaiki semua komponen kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi
ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh, keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan
kecepatan.
Contoh jenis-jenis olah raga yang di anjurkan utuk penderita DM, adalah:

a. Jogging
b. Senam aerobic
c. Bersepeda
d. Berenang
e. Jalan santai
f. Senam kesehatan jasmani (SKJ

Jenis olah raga yang tersebut di atas adalah olah raga yang bersifat :

a. Continuous

Latihan yang diberikan harus berkesinambungan, dilakukan terus menerus tanpa


berhenti. Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pengidap
melakukan jogging tanpa istirahat.

b. Rhythmical

Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur. Contoh : latihan ritmis adalah jalan kaki, jogging,
berenang, bersepeda, mendayung.

c. Intensity

Latihan olah raga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.
Misalnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan
kegiatan yang bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa
menghentikan latihan sama sekali.
d. Progressive

Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih
berat, secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi sedikit
sesuai dengan pencapaian latihan sebelumnya

e. Endurance

Latihan daya tahan tubuh memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena itu
sebelum ikut program latihan olah raga, terhadap pengidap harus dilakukan
pemeriksaan kardiovaskuler. (Ilyas (2009) dalam Soegondo 2011)

3. Tahap-tahap yang dilakukan setiap latihan


a. Pemanasan (warming up)

Mengurangi kemungkinan terjadinya akibat berolahraga. Lama pemanasan cukup


5 – 10 menit.

b. Latihan inti (conditioning)

Pada tahap ini denyut nadi di usahakan mencapai target tekanan darah normal
agar latihan benar-benar bermanfaat. Bila target normal tidak tercapai maka
latihan tidak bermanfaat, bila melebihi normal akan menimbulkan resiko yang
tidak diinginkan.

c. Pendinginan (cooling-down)

Pendinginan dilakukan untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang


dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot, pusing, sesudah berolah raga. Lama
pendinginan kurang lebih 5-10 menit hingga denyut nadi mendekati denyut nadi
istirahat.

d. Peregangan (stretching)
Untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang. (Ilyas (2009)
dalam Soegondo 2011)

3. Penatalaksanaan Medis

Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah
berikutnya berupa terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral
,terapi insulin atau kombinasi keduanya (Saraswati 2009).

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit
untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang semakin
berkurang. (Saraswati 2009)

1. Terapi obat hipoglikemik oral (OHO)

Dibagi menjadi 4 golongan :

a. Golongan Obat yang bekerja memicu sekresi insulin


a. Sulfonilurea

Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal dan tiroid.

b. Glinid

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin


a. Biguanid

Menurunkan kadar glukosa dalam darah sampai normal (euglikemia) serta tidak
pernah menyebabkan hipoglikemia. Contoh golongan ini adalah metformin.

b. Thiazolindion/glitazon
Contoh golongan ini :pioglitazon(Actoz) dan Rosiglitazon (Avandia). (Soegondo
2009)

c. Penambah alfa glukosidase / acarbose

d. Golongan inkretin
a. Inkretin mimetic

Jenis : suntikan, belum masuk pasaran indonesia.

b. Penghambat DPP IV

Dosis : tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan monoterapi tetapi
juga dapat dikombinasi dengan metformin, glitazon  atau sulfonylurea. (Soegondo
2009)

Indikasi pemakaian Obat Hipoglikemi Oral :

a. Diabetes sesudah umur 40 tahun


b. Diabetes kurang dari 5 tahun
c. Memerlukan insulin dengan dosis kurang dari 40 unit sehari
d. DM tipe 2, berat normal atau lebih. (Soegondo 2009)

2. Terapi Insulin

Adapun pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung pada :

a. Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya.


b. Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan
menyesuaikan dosisnya.
c. Aktivitas harian penuh penderita.
d. Kecekatan penderita dalam mempelajari dan mahami
penyakitnya.
e. Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
(Saraswati 2009)

Injeksi Insulin
Ada dua prinsip yang perlu diperhatikan dalam memilih daerah suntikan, yaitu
konsistensi dan rotasi. Konsistensi dalam memakai daerah suntikan sangat penting
karena absorpsi insulin sangat berbeda, bergantung pada daerah suntikannya.
Absorpsi insulin adalah paing cepat pada daerah abdomen, kemudian lengan,
paha, bokong, sesuai urutannya. Dianjurkan untuk memakai abdomen untuk
injeksi insulin sebelum makan pagi; lengan atau paha sebelum makan siang;
bokong sebelum tidur malam. Dengan memakai daerah tersebut secara menetap
dan bergilir, gangguan lipodistrofi dapat dicegah. Cara yang terbaik adalah
memberi injeksi dengan jarak 2,5 cm dan tidak memakai daerah injeksi yang sama
dalam 2-4 minggu. Lipodistrofi bisa timbul jika memakai daerah yang sama dan
berulang. Lipidostrofi bisa membuat absorpsi obat insulin menjadi kurang. Ada
dua bentuk lipodistrofi , yaitu hipertrofi dan atrofi. Pada hipertrofi, terjadi
penebalan pada daerah suntikan karena terbentuknya parut yang terdiri atas
jaringan fibrosa sebagai akibat injeksi yang berulang. Daerah dengan jaringan
fibrotik ini kehilangan serabut sarafnya, pasien memilih memakai daerah tersebut
karena tidak terasa sakit injeksinya.
Gambar 1 Lokasi Injeksi Insulin (Lewis et.al., 2011)

4. Penatalaksanaan Monitoring

Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang digunakan untuk menilai
manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyasuaian diet, latihan jasmani, dan
obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin, terhindar
dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia. monitoring yangdaat dilakukan
secara mandiri oleh penderita DM yaitu Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri.

Pada Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri (PKGS) dilakukan oleh penyandang


DM sendiri saat dirumah untuk mencegah hipoglikemia dan menyesuaikan
pengobatan, diet dan aktifitas fisik untuk mencapai target glikemik yang
diinginkan. PKGS perlu dilakukan evaluasi secara berkala mengenai cara
pemeriksaan yang dilakukan penyandang DM maupun alatnya itu sendiri.

Penyandang DM dianjurkan untuk selalu membawa alatnya ke klinik saat


konsultasi dan penyandang DM harus didorong untuk mampu melakukan
modifikasi pengobatan sesuai hasil pemanyauan yang dilakukan.  (Soegondo
2009)
5. Komplikasi Diabetes Melitus Tipe II

Komplikasi penyakit diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi dua, yaitu


komplikasi yang bersifat akut dan kronis (menahun). Komplikasi akut merupakan
komplikasi akut merupakan komplikasi yang harus ditindak cepat atau
memerlukan pertolongan dengan segera. Adapun komplikasi kronis merupakan
komplikasi yang timbul setelah penderita mengidap diabetes mellitus selama 5-10
tahun atau lebih.

Komplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetika (DKA), koma non ketosis


hiperosmolar (koma hiperglikemia), dan hiperglikemia. Sementara komplikasi
kronis meliputi komplikasi mikrovaskuler (komplikasi di mana pembuluh-
pembuluh rambut kaku atau menyempit sehingga organ yang seharusnya
mendapatkan suplai darah dari pemnuluh-pembuluh tersebut menjadi kekurangan
suplai) dan komplikasi makrovaskuler (komplikasi yang mengenai pembuluh
darah arteri yang lebih besar sehingga terjadi aterosklerosis)

Anda mungkin juga menyukai