Kegiatan Promosi Kesehatan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Kegiatan Promosi Kesehatan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus
MELLITUS
· Papan Tulis
· Sticky note
f. Rencana evaluasi
Pelaksanaan
No Tahap dan waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 Menit sebelum Petugas melakukan persiapan Peserta duduk di kursi yang telah
acara promkes disediakan
2. Pendahuluan 5 1. Moderator
menit mengucapkan salam
1. Menjawab salam dan
pembukaan dan
memfokuskan perhatian pada
memperkenalkan diri
moderator
2. Menyampaikan
2. Mendengarkan tujuan
tujuan dan maksud dari
dari kegiatan
kegiatan
3. Mendengarkan
3. Menjelaskan
kontrak mekanisme kegiatan
kontrak waktu dan
mekanisme kegiatan 4. Mendengarkan materi
4. Menyebutkan yang diberikan
materi yang akan diberikan
4 Penutup 10 Evaluasi:
menit
1. Menanyakan 1. Peserta menjawab
kembali materi yang telah pertanyan yang diberikan
disampaikan moderator
2. Menyampaikan
maaf dan mengucapkan
salam penutup
2. Peserta menjawab
salam
G. Evaluasi
1. Kriteria struktur
· Kontrak waktu dan tempat diberikan 5 hari sebelum acara
dilaksanakan.
· Pembuatan SAP dilakukan 2 minggu sebelumnya.
· Peserta ditempat yang telah ditentukan.
· Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan.
2. Kriteria Proses
3. Kriteria Hasil
1. Usia
2. Obesitas
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga juga termasuk faktor predisposisi pada Diabates melitus tipe 2,
dimana hal ini dihubungkan dengan peran utama sifat herediter. Diabetes dapat
menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini terjadi karena
DNA pada orang diabetes melitus akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya
terkait dengan penurunan produksi insulin.
1. Penatalaksanaan Diet
Kriteria :
Pedoman jumlah kalori yang diperlukan untuk penderita yang bekerja biasa
adalah sebagai berikut :
Indikasi Diet :
2. Penatalaksanaan Aktifitas
1. Prinsip
Prinsip olah raga pada DM sama saja dengan prinsip olahraga secara umum, yaitu
memenuhi hal berikut ini (F.I.T.T) :
Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan secara teratur
Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60 % - 70% MHR
Time (durasi) : 30 – 60 menit
Tipe (jenis) : olahraga endurance (aerobic) unuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda. (Ilyas (2009)
dalam Soegondo 2011)
2. Jenis
Jenis olah raga yang baik untuk pengidap DM adalah olah raga yang memperbaiki
kesegaran jasmani. Oleh karena itu harus dipilih jenis olah raga yang
memperbaiki semua komponen kesegaran jasmani yaitu yang memenuhi
ketahanan, kekuatan, kelenturan tubuh, keseimbangan, ketangkasan, tenaga dan
kecepatan.
Contoh jenis-jenis olah raga yang di anjurkan utuk penderita DM, adalah:
a. Jogging
b. Senam aerobic
c. Bersepeda
d. Berenang
e. Jalan santai
f. Senam kesehatan jasmani (SKJ
Jenis olah raga yang tersebut di atas adalah olah raga yang bersifat :
a. Continuous
b. Rhythmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan
relaksasi secara teratur. Contoh : latihan ritmis adalah jalan kaki, jogging,
berenang, bersepeda, mendayung.
c. Intensity
Latihan olah raga yang dilakukan selang seling antara gerak cepat dan lambat.
Misalnya, jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan. Dengan
kegiatan yang bergantian pengidap dapat bernafas dengan lega tanpa
menghentikan latihan sama sekali.
d. Progressive
Latihan yang dilakukan harus berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih
berat, secara bertahap. Jadi beban latihan olah raga dinaikan sedikit demi sedikit
sesuai dengan pencapaian latihan sebelumnya
e. Endurance
Latihan daya tahan tubuh memperbaiki system kardiovaskuler. Oleh karena itu
sebelum ikut program latihan olah raga, terhadap pengidap harus dilakukan
pemeriksaan kardiovaskuler. (Ilyas (2009) dalam Soegondo 2011)
Pada tahap ini denyut nadi di usahakan mencapai target tekanan darah normal
agar latihan benar-benar bermanfaat. Bila target normal tidak tercapai maka
latihan tidak bermanfaat, bila melebihi normal akan menimbulkan resiko yang
tidak diinginkan.
c. Pendinginan (cooling-down)
d. Peregangan (stretching)
Untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang. (Ilyas (2009)
dalam Soegondo 2011)
3. Penatalaksanaan Medis
Apabila terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah
berikutnya berupa terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral
,terapi insulin atau kombinasi keduanya (Saraswati 2009).
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula
darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit
untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang semakin
berkurang. (Saraswati 2009)
Sulfonilurea sebaiknya tidak diberikan pada penyakit hati, ginjal dan tiroid.
b. Glinid
Menurunkan kadar glukosa dalam darah sampai normal (euglikemia) serta tidak
pernah menyebabkan hipoglikemia. Contoh golongan ini adalah metformin.
b. Thiazolindion/glitazon
Contoh golongan ini :pioglitazon(Actoz) dan Rosiglitazon (Avandia). (Soegondo
2009)
d. Golongan inkretin
a. Inkretin mimetic
b. Penghambat DPP IV
Dosis : tunggal tanpa perlu penyesuaian dosis .dapat diberikan monoterapi tetapi
juga dapat dikombinasi dengan metformin, glitazon atau sulfonylurea. (Soegondo
2009)
2. Terapi Insulin
Injeksi Insulin
Ada dua prinsip yang perlu diperhatikan dalam memilih daerah suntikan, yaitu
konsistensi dan rotasi. Konsistensi dalam memakai daerah suntikan sangat penting
karena absorpsi insulin sangat berbeda, bergantung pada daerah suntikannya.
Absorpsi insulin adalah paing cepat pada daerah abdomen, kemudian lengan,
paha, bokong, sesuai urutannya. Dianjurkan untuk memakai abdomen untuk
injeksi insulin sebelum makan pagi; lengan atau paha sebelum makan siang;
bokong sebelum tidur malam. Dengan memakai daerah tersebut secara menetap
dan bergilir, gangguan lipodistrofi dapat dicegah. Cara yang terbaik adalah
memberi injeksi dengan jarak 2,5 cm dan tidak memakai daerah injeksi yang sama
dalam 2-4 minggu. Lipodistrofi bisa timbul jika memakai daerah yang sama dan
berulang. Lipidostrofi bisa membuat absorpsi obat insulin menjadi kurang. Ada
dua bentuk lipodistrofi , yaitu hipertrofi dan atrofi. Pada hipertrofi, terjadi
penebalan pada daerah suntikan karena terbentuknya parut yang terdiri atas
jaringan fibrosa sebagai akibat injeksi yang berulang. Daerah dengan jaringan
fibrotik ini kehilangan serabut sarafnya, pasien memilih memakai daerah tersebut
karena tidak terasa sakit injeksinya.
Gambar 1 Lokasi Injeksi Insulin (Lewis et.al., 2011)
4. Penatalaksanaan Monitoring
Monitoring adalah salah satu tindakan keperawatan yang digunakan untuk menilai
manfaat pengobatan dan sebagai pegangan penyasuaian diet, latihan jasmani, dan
obat-obatan untuk mencapai kadar glukosa darah senormal mungkin, terhindar
dari keadaan hiperglikemia ataupun hipoglikemia. monitoring yangdaat dilakukan
secara mandiri oleh penderita DM yaitu Pemantauan Kadar Glukosa Sendiri.