Makalah Koordinasi
Makalah Koordinasi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk karena adanya
donor pasangan elektron bebas dari ligan (Basa Lewis) kepada atom atau ion
pusat yang menerima pasangan elektron bebas (Asam Lewis) dengan ikatan
kovalen koordinasi. Senyawa kompleks yang banyak ditemukan umumnya
memiliki struktur oktahedral, dalam struktur ini enam ligan membentuk
oktahedral di sekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 6). Pada simetri
oktahedral, orbital-d akan berpisah menjadi dua kelompok energi dengan
perbedaan energi Δoct. Orbital dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih
rendah daripada orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini dikarenakan
orbital dxy,dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan, sehingga
mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks tetrahedral juga merupakan
struktur yang umum; dalam struktur ini, empat ligan membentuk tetrahedral
disekitar ion logam (mempunyai bilangan koordinasi 4). Dalam pemisahan medan
kristal tetrahedral, orbital-d kembali berpisah menjadi dua kelompok dengan
perbedaan energi Δtet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital yang lebih
rendah, dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal
bertolak belakang dengan struktur oktahedral. Selain itu, dikarenakan elektron
ligan pada simetri tetrahedal tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d,
pemisahan energi akan lebih kecil daripada pemisahan energi oktahedral.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
diatas, harus juga ditinjau. Terdapat alasan pada kedua pihak, dan tentu saja
mungkin mekanisme dapat beragam bagi kompleks yang berlainan. Studi
mengenai hidrolisis basa dalam kompleks oktahedral sejauh ini terutama
menyangkut kompleks Co3+, dan sekarang tentu beralasan bahwa bagi hal tersebut
mekanisme yang menonjol tentu saja: SN1CB.
Hidrolisis kompleks CoIII umumnya jauh lebih cepat dari pada hidrolisis
asam, yaitu kB ˃ kA dalam persamaan 2.1. dengan sendirinya ini memberikan bukti
yang bertentangan dengan mekanisme sederhana SN2, dan karenanya lebih
menyukai mekanisme SN1CB, karena tidak ada alasan untuk mengharapkan OH -
mampu menyerang nukleofilik pada logam secara unik. Ternyata dalam reaksi
mengenai kompleks bujur sangkar sangat tidak disukai penyerangan nukleofilik
terhadap PtII.
Tentu saja mekanisme SN1CB mensyaratkan agar kompleks-reaksi paling
sedikit memiliki atom hidrogen protonik pada ligan yang tinggal, dan laju reaksi
hidrogen ini harus cepat dibandingkan dengan laju pertukaran proton dalam
banyak kompleks yang mengalami hidrolisis basa secara cepat, faktanya adalah
kira-kira 105 kali lebih cepat daripada hidrolisisnya sendiri [misalnya dalam
Co(NH3)5Cl2+ dan Co en2NH3Cl2+]. Pengamatan seperti itu masih sesuai dengan
mekanisme SN1CB, tetapi tidak sanggup memberikan bukti positif mengenai hal
itu.
Bila mekanisme basa konjugasi memang benar, terdapat pertanyaan
mengapa basa konjugasi begitu cepat terdisosiasi melepaskan ligan X. Ditinjau
dari rendahnya keasaman amin-terkoordinasi, konsentrasi basa konjugasi
merupakan fraksi kecil dari konsentrasi kompleks total. Jadi kereaktifannya jauh
lebih besar, dengan faktor yang jauh melebihi angka banding kB/kA. Dapat ditaksir
bahwa perbandingan laju akuasi dari [Co(NH3NH2Cl]+ dan [Co(NH3)5Cl]2+ harus
lebih besar daripada 106. Dua hal mengenai basa konjugasi telah ditinjau dalam
usaha untuk menerangkan kereaktifannya. Pertama, terdapat efek muatan yang
nyata- basa konjugasi mempunyai muatan satu satuan kurang positif daripada
muatan kompleks yang dibentuknya. Walaupun sulit untuk membuat alasan yang
kuat, rupa-rupanya tidaklah mengena apabila efek muatan saja dapat menerangkan
perbedaan yang besar dalam lajunya. Telah diusulkan bahwa ligan-amida dapat
3
melabilkan gugus-lepas X dengan penggabungan tolakan elektron dalam keadaan
dasar, dan sumbangan pengikatan π kepada kestabilan intermediet-koordinasi 5.
2. Jika ligan yang ditambah adalah ligan bidentat, maka pada setiap tahap ada 2
molekul air yang disubstitusi sehingga untuk menghasilkan kompleks [ML6]n+
ada 3 tahapan :
Tahap I :
[M(H2O)6]n+ + L → [M(H2O)4L2]n+ + 2H2O
Tahap II :
4
[M(H2O)4 L2]n+ + L → [M(H2O)2L4]n+ + 2H2O
Tahap III :
[M(H2O)2 L4]n+ + L → [ML6]n+ + 2H2O
5
Gambar 3. Sumber Cotton and Wilkinson
6
membentuk intermediet dimana sedikitnya satu ligan dipunyai bersama, yaitu
secara serentak dimiliki oleh kedua kulit koordinasi.
7
perbedaan dalam panjang ikatan logam-ligan dalam kedua spesies reaksi, jadi
hanya diperlukan sedikit sekali energi uluran ikatan dan kerutan ikatan untuk
mencapai keadaan transisi yang simetrik. Bagi pasangan MnO4-/MnO42- perbedaan
itu lebih besar, dan bagi ketiga reaksi terakhir ada perbedaan yang amat besar.
Dalam reaksi penyerahan elektron antara dua ion tidak sama, di mana
terdapat penurunan energi bebas netto, umumnya laju tetapan lebih besar daripada
proses pertukaran elektron bandingannya. Dengan perkataan lain, satu faktor yang
menyukai penyerahan cepat elektron, menyukai kemampuan termodinamika dari
reaksi total. Generalisasi ini rupanya dapat diterapkan tidak hanya kepada proses
lingkungan luar yang sekarang dibahas,tetapi juga kepada mekanisme lingkungan
dalam yang akan segera dibahas.
Dalam beberapa kasus tetapan laju reaksi dalam tabel 1 telah ditemukan
bergantung kepada identitas dan konsentrasi kation yang ada dalam larutan. Efek
ini adalah kenaikan laju dengan naiknya konsentrasi kation yang ada dalam
larutan. Efek ini adalah kenaikan laju dengan naiknya konsentrasi kation, tetapi
pada kation tertentu jauh lebih efektif. Efek umum dapat dipertalikan dengan
pembentukan pasangan ion, yang lalu menurunkan sumbangan elektrostatik
kepada energi pengaktifan. Efek khusus tertentu ditemukan, misalnya dalam
sistem MnO4- - MnO42- dan [Fe(CN)6]4 - [Fe(CN)6]3- tidak begitu mudah
ditafsirkan secara mantap. Efek [Co(NH3)6]3+ pada yang terdahulu disebabkan
oleh pasangan ion yang diperbesar oleh muatan yang tinggi. Tidak ada bukti
bahwa kation ikut serta dalam penyerahan elektron yang sebenarnya, walaupun
mungkin dalam beberapa kasus memang demikian.
8
Makna dan kesuksesan eksperimen-eksperimen ini terletak pada fakta
berikut. Kompleks Co3 stabil, sedangkan ion akuo Cr2 labil, dalam produknya, ion
[Cr(H2O)5X]2+ stabil, sedangkan ion Co2+ labil. Ditemukan bahwa penyerahan X
dari [Co(NH3)5X]2+ kepada [Cr(H2O)5X]2+ adalah kuantitatif. Keterangan yang
paling beralasan bagi fakta tersebut adalah suatu mekanisme seperti yang
digambar,
9
Kini terdapat sejumlah kasus, misalnya reaksi Co(NH3)5X2+ dengan
Co(CN)53- dimana X= F-, CN-, NO3 dan NO2-, dan bahwa Cr2+ dengan IrCl62+,
dimana terjadi penyerahan elektron melalui kedua jalur lingkungan dalam dan
lingkungan luar.
10
Akuasi pada bentuk meso dari dikloro-bis(butilendilamin)cobalt (III) adalah
30 kali lebih cepat dibandingkan reaksi bersesuai pada suatu campuran d, l.
Bentuk meso dipertimbangkan lebih secara sterik menghalangi.
11
2.3.5 Hukum laju
Corak umum dari hukum laju untuk jenis berbeda pada reaksi subtitusi
telah disebutkan. Disini beberapa aspek tajam akan diujikan, menggunakan model
suatu reaksi anation umum pada bentuk:
Co – OH2 + Y → Co – Y + OH2
Untuk kesederhanaan prestasi, dalam persamaan ini lima ligan tak pergi
pada Co3 dan muatan telah dihilangkan. Grup datang Y adalah suatu anion, grup
pergi X adalah molekul air. Konsentrasi air adalah juga diabaikan, sedang medium
diasumsikan jadi aqueous.
Untuk suatu mekanisme D,
12
Gambar 8. Sumber Cotton and Wilkinson
Hidrolisis asam secara normal dilaksanakan dalam larutan asam. Untuk
ligan seperti I-, Br- Dan Cl-, laju hidrolisis adalah selalu bebas dengan keasaman.
Untuk ligan Xn-1 (n>2), yang dapat berkombinasi dengan satu atau lebih proton,
laju bergantung pada konsentrasi ion hidrogen, sebagai contoh, untuk n=2,...
Hidrolisis basa adalah hidrolisis pada alkali sebagai contoh:
(H3N)5CoX2+ + OH →(H3N)5CoOH2+ + X
Umumnya disepakati bahwa proses hidrolisis dengan mekanisme basa
konjugasi garick:
13
konjugasi (NH2-dalam pemberian contoh) memberikan suatu kesan percepatan
efek.
Hukum laju umum untuk hidrolisis basa diberikan dengan ekspresi:
Rate = kaq [kompleks] + kOH [compleks] [OH-]
Itu berarti, ia mengandung istilah yang berhubungan dengan alur OH- terkatalisa
pada penambahan untuk suatu istilah orde pertama yang sesuai dengan suatu alur
tak terkatalisa.
14
Amoniak adalah donor yang lebih baik ketimbang air. Sebagai
konsekuensinya, dalam kompleks amin orbital ikatan (bonding) diturunkan dari
logam orbital d yang dihadapkan untuk bertempat lebih rendah dibanding dalam
kompleks air. Pada orbital anti-ikatan urutannya adalah dibalikkan. Keadaaan
transisi untuk asosiasi lewat antibonding eg diharapkan akan jadi lebih stabil pada
spesies air, dan mekanisme asosiatif diharapkan jadi lebih disukai. Dalam
pencapaian pada penafsiran ini kita secara esensial mengabaikan tolakan antara
elektron pada ligan masuk dan mereka yang dari senyawa koordinasi.
Bagaimanapun kita melihat dalam substitusi persegi planar bahwa permainan
tolakan antar-elektronik adalah sangat penting peranannya dalam penentuan jalan
pada reaksi dan secara umum diharapkan akan menjadikan asosiasi lebih sulit. Ini
mungkin lalu jadi alasan utama asosiasi adalah sering untuk kromium (III),dengan
hanya ketiga elektron d saja, tetapi tidak untuk Co (III), yang mempunyai enam
electron d.
Gambar 10.
Kelembaman yang ditunjukkan kompleks ini dalam larutan mengandung
air adalah tidak biasa untuk jenis organometalik. Akuasi pada I berproses dengan
suatu alur tunggal, yang dikatalisasi oleh ion hidrogen. Kecepatan diberikan
dengan ungkapan yang sederhana . Disini ada satu alur nonkatalitik (k1), satu alur
yang dikatalisasi oleh ion hidrogen (k2) satu dikatalisa oleh Cr2+ (k3), dan satu
yang keempat dikatalisasi oleh Cr2+ tetapi kebalikan dalam [H+] ( k4). Mekanisme
15
yang diusulkan untuk I dan II adalah sungguh berbeda. Mekanisme yang
diusulkan untuk akuasi I dapat diringkas sebagai berikut:
Gambar 11.
Langkah yang pertama adalah suatu transfer intramolekular kelompok
Cr(OH2)53+ dari karbon ke oksigen, yang dibantu oleh suatu proton. Karbonil
oksigen cukup tertutup pada Cr(III), untuk ini transfer menjadi gampang. Untuk
kompleks II perpindahan fragmen Cr(III) telah secara parsial
dilaksanakan/dihasilkan dari awal, karena Cr(III) adalah juga terikat pada oksigen,
tidak hanya ke karbon. Mekanisme yang diusulkan untuk akuasi dapat diringkas
sebagai berikut:
Gambar 12.
Dalam mekanisme ini kecepatan ditentukan oleh pemutusan ikatan Cr—O,
yang mana difasilitasi oleh asam, mungkin oleh penyerangan H+ kepada carboksil
oksigen yang terikat pada CrIII:
Gambar 13.
Untuk alur Cr2+ pengkatalisa (Cr2+-catalyzed), mekanisme yang berikut
telah diusulkan:
16
Gambar 14.
Elektron ditransfer dari Cr2+ kepada CrIII yang terikat pada karbon. Cr(III)
menjadi Cr(II) labil, berakhir retaknya ikatan Cr-C. Di (dalam) skema ini, Cr 2+
ditunjukkan menyerang grup carboksilik. Serangan ini sesuai dengan istilah yang
ketiga di dalam hukum laju ( k3). Pada konsentrasi asam lebih rendah, bentuk
hidrolyzed mengambil bagian reaksi, dan bersesuain istilah dalam hukum laju
yang mempunyai suatu invers ketergantungan pada [ H+] (term k4).
17
terhadap langkah electron-transfer, sejumlah substitusi dan langkah-langkah
pembentukan ikatan atau pemutusan ikatan :
18
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Hidrolisis Asam tidak dipengaruhi oleh order reaksi jika pelarutnya adalah
air.
2. Hidrolisis Basa pada kompleks CoIII dapat berupa mekanisme SN1 maupun
SN2 karena keduanya memiliki alasan tersendiri.
3. Penyerangan Elektrofilik Pada Ligan Oktahedral tidak melibatkan
pemutusan ikatan ligan namun ikatan ligan itu sendiri diputuskan dan
dibentuk kembali.
4. Reaksi Penyerahan Elektron, terjadi penyerahan elektron dari satu kompleks
ke kompleks lain dapat disertai atau tanpa disertai perubahan dalam kulit
koordinasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond, 2005, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2 Edisi Ketiga
terjemahan dari General Chemistry: The Essential Consepts, Jakarta:
Erlangga.
Cotton, Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. UI-Press,
Depok.
Effendy. 2007. Perspektif Baru Kimia Koordinasi Jilid 1, Malang: Bayumedia
Publishing.
Sukarjo. 1985. Kimia Koordinasi Cetakan Pertama, Jakarta: PT. Bina Aksara.
Sykes, A.G. 1966. Kinetics of Inorganic Reaction. New York, Pergamon Press.
20