Bunga Taskia Ananda Purba III
Bunga Taskia Ananda Purba III
190701013
Pengantar Antropologi Budaya
Sastra Indonesia
Dr. Drs. Hariadi Susilo,M.Si
1. Apakah yang dmaksud Rasialisme, bagaimana studi kasus tersebut di Indonesia
jelaskan dan berikan contohnya!
Jawab :
Rasialisme adalah yang melihat tingkat kebudayaan terjadi karena perbedaan ras.
Munculnya rasialisme di Papua disebabkan bahwa selama Indonesia merdeka 75
tahun ini, 'akar masalah' Papua belum pernah diselesaikan secara tuntas. Akibatnya
muncullah rasialisme dan perlakuan tidak adil yang dirasakan oleh orang Papua.
Karena, menurut pandangan orang Papua, rasialisme itu merupakan kebijakan negara
suka atau tidak suka, itulah pandangan mereka. Sebab selama Indonesia merdeka dan
57 tahun (1 Mei 1963-2020) pascaintegrasi maupun 20 tahun setelah implementasi
otsus, kita sebagai bangsa dan negara tidak pernah ada kemauan politik sedikit pun
untuk menyelesaikan akar masalah Papua.Apa itu akar masalah Papua yang kemudian
berimplikasi terhadap munculnya rasialisme dan diskriminasi terhadap orang Papua.
Akar masalah Papua sudah tertulis dan diamanatkan oleh UU RI No 2/2001 tentang
Otsus Papua. Masalah-masalah mendasar itu ialah, pertama, meminimalisasi
kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya di antara Orang Papua.Kedua,
meminimalisasi kesenjangan pembangunan antara Papua dan wilayah-wilayah lain di
Tanah Air.Ketiga, menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM yang diakukan
aparat pemerintah atas nama negara.Keempat, klarifi kasi sejarah 'penyatuan' Papua
dengan RI demi pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Keempat
faktor substantif akar masalah Papua yang diperkuat dengan kajian dari LIPI dalam
Road Map Papua itu, ternyata selama 20 tahun otsus dilaksanakan baru dua hal yang
dapat dikatakan telah dipenuhi, yaitu faktor pertama dan kedua, yang memang
memberikan kemajuan untuk Papua.Namun, mesti diakui bahwa belum sepenuhnya
memenuhi rasa keadilan dan pemerataan hasilnya meski ada 'kemajuan' di sana-sini di
Papua. Untuk poin ke-3 dan 4, belum sama sekali ada kemauan politik dari
pemerintah untuk membicarakan secara transparan, demokratis, dan bermartabat. Ada
kesan dari Orang Papua bahwa ada unsur segan untuk menyelesaikan kasus-kasus
pelanggaran HAM di Papua.
Clifford Geertz membagi tiga simbol budaya islam di Mojokerto, yaitu Abangan,
Santri dan priyayi. Kategori masyarakat tersebut bisa dilihat dalam bentuk upacara,
ritual dan peribadatannya. Varian pertama ialah struktur kehidupan sosial, orientasi
serta perilaku yang menggambarkan hubungan keagamaan dari kelompok sosial dari
suasana dan tata kehidupan pedesaan, yaitu Abangan.
Varian kedua adalah yang biasa dikatakan menguasai pasar dan mereka dikatakan taat
mengerjakan ajaran Islam, yaitu Santri.
Varian ketiga adalah golongan pegawai pemerintahan dan yang dianggap
sebagaimewakili tradisi besar Jawa yang bermuara di Kraton, yang kecenderungan
bernuansa Hinduistis, yaitu Priyayi.