Anda di halaman 1dari 50

RENDY SUEZTRA CANALDHY, SIP.

, MPA
Pokok-pokok Bahasan Perkuliahan
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Metode Pengajaran
 Pengantar  Silabus, Perkuliahan Ceramah
dan Penilaian Tanya Jawab

 Studi Kebijakan Publik  Latar Belakang Studi


Kebijakan Publik
 Pengertian Kebijakan
Publik
 Mengapa Kebijakan
Publik Penting?
 Tipe-tipe Kebijakan
Publik
 Pendekatan-pendekatan
dalam Studi Kebijakan
Publik

 Model, Teori, Aktor dan  Model & Teori Kebijakan


Instrument Kebijakan Publik Publik
Lingkungan Kebijakan
Publik
Aktor dan Instrumen
Kebijakan Publik
Pokok-pokok Bahasan Perkuliahan
Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Metode Pengajaran
 Policy Process dan Agenda  Pengertian Proses Kebijakan  Ceramah
Setting  Agenda Setting Tanya Jawab
 Konsep Non Decisions  Tugas

 Policy Formulation dan Policy  Pengertian Policy


Adoption Formulation dan Policy Adoption
Policy Communities dan
Policy Networks
 Models of Decision-Making

 Pengertian Policy
 Policy Implementation Implementation
 Kerangka Analisis
Implementasi Kebijakan

 Policy Evaluation  Pengertian Policy Evaluation


 Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan
 Aspek Politik Evaluasi
Kebijakan
 Riset Kebijakan  Penelitian Lapangan
 Agenda Setting
Policy Communities & Policy
Networks
 Aktor & Instrumen Kebijakan
 Policy Implementation
 Policy Evaluation
Studi Kebijakan Publik

 Eksis sejak adanya Pemerintah dan


pemerintahan
- Keberadaan advisers yang memberikan
masukan kepada penguasa tentang bagaimana
mengatasi permasalahan-permasalahan publik
- Intellectual founders dalam studi kebijakan:
Plato dengan The Republic; Machiavelli dengan
The Prince.
-Political thinkers: Thomas Hobbes, John Lock,
James Madison, Adam Smith, John Stuart Mill,
dll.
 Fokus intellectual founders dan
political thinkers : apa yang
dilakukan dan tidak dilakukan
pemerintah; apa yang seharusnya
dilakukan dan bagaimana
melakukannya; menilai apa dampak
tindakan pemerintah atas
permasalahan yang terjadi di
masyarakat.
Kebijakan Publik Sebagai Sebuah Disiplin
Ilmu
 Kajian kebijakan sebagai sebuah studi baru
muncul pasca Perang Dunia II, ketika kajian
Ilmu Politik mencari pemahaman-pemahaman
baru tentang hubungan pemerintah/negara
dengan warganya.
 Dimensi baru atas hubungan antara
pemerintah dengan warganya terutama
menyangkut apa yang secara actual dilakukan
oleh pemerintah (Howlett & Ramesh 1995).
 Pelopor: Harold Lasswell, Aaron Wildavsky,
Thomas R Dye
 Formal kajian diawali oleh karya Harold
Laswell (1950s) yang memberikan dasar-
dasar policy sciences
 Policy Sciences merupakan blended
knowledge berbagai disiplin ilmu: politik dan
ilmu sosial lain termasuk hukum,
administrasi publik, dsb
 Dekade 60-an:
Fokus para ahli Ilmu Politik:
menggambarkan, menganalisa dan
menjelaskan berbagai sebab dan akibat dari
berbagai kebijakan.
Studi Kebijakan Publik

 Thomas R Dye:
Kajian utama study kebijakan public terdiri dari
gambaran tentang isi kebijakan public; sebuah
analisis atas pengaruh social, ekonomi dan
kekuatan-keuatan politik terhadap isi kebijakan
public; sebuah penelusuran tentang pengaruh
berbagai penataan kelembagaan dan proses-
proses politik terhadap kebijakan public; dan
sebuah evaluasi atas beragam konsekuensi dari
kebijakan public terhadap masyarakat, baik yang
diharapkan maupun yang tidak diharapkan)
Pertanyaan-pertanyaan dalam studi Kebijakan Publik

 Apa efek dari urbanisasi dan insdustrialisasi terhadap


kebijakan public tentang kesejahteraan masyarakat?
 Bagaimana peran lembaga legislative dalam merumuskan
kebijakan pertanian atau kebijakan yang terkait dengan
kesejahteraan masyarakat?
 Apa peran kelompok-kelopok kepentingan dalam membentuk
kebijakan tentang lingkungan hidup?
 Apa isi dari kebijakan tentang antitrust policy?
 Siapa yang beruntung dan siapa yang merugi sebagai akibat
diberlakukannya kebijakan perpajakan?
 Apa permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program
pemusnahan sampah-sampah berbahaya?
Karakteristik Ilmu Kebijakan Menurut Laswell
1. Problem Oriented
- Ilmu kebijakan diarahkan kepada berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah.
- Orientasi utama dari para ilmuwan kebijakan
bukanlah pada tahapan proses pembuatan
kebijakan, tetapi kepada permasalahan yang
dihadapi oleh pemerintah (what should we do
to best address the problem? How should we
do it? How do we know what we have done?)
2. Multidisciplinary
- Ilmu kebijakan merupakan multidisiplin ilmu
yang model-modelnya, metode-metdenya dan
temuan-temuannya diarahkan kepada upaya
mengatasi permasalahan yang diahadapi oleh
pemerintah.
3. Methodologically sophisticated
- Laswell melihat bahwa kontribusi berbagai
ilmu social kepada kebijakan public ketika masa
PD II merupakan refleksi dari metodologinya
yang mumpuni. Kemajuan berbagai ilmu social
telah membantu pemerintah dalam membuat
beragam kebijakan yang efektif.
4. Theoretically sophisticated
- Dalam upaya membantu pemerintah mengatasi
berbagai persoalan, para ahli kebijakan dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang luas untuk dapat
memahami dan menjelaskan berbagai fenomena
kehidupan masyarakat. Dan untuk itu, ilmu kebijakan
harus memiliki model-model teoretik yang mumpuni.
5. Value oriented
-Yang terpenting, Laswell tidak hanya sekedar
membangun ilmu kebijakan, tetapi membangun “policy
sciences of democracy”. Maksudnya adalah bahwa ilmu
kebijakan memiliki sebuah orientasi nilai: tujuan
utamanya adalah untuk memaksimalkan nilai-nilai
demokrasi. Dalam kata-kata Laswell “the special
emphasis is on the policy sciences of democracy, in
which the ultimate goal is the realization of human
dignity in theory and fact”.
Mengapa study tentang kebijakan public?

 Alasan-alasan Ilmiah (Scientific Reasons)


- untuk memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang asal mulanya, prosedur-prosedur
perumusan dan pelaksanaanya, atau
konsekuensi-konsekuensinya terhadap
masyarakat.
- study kebijakan public merupakan study
tentang kebijakan public yang dilakukan dalam
rangka memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang perilaku politik dan proses
pemerintahan.
 Alasan Profesional (Professional Reasons)
- bermaksud menerapkan pengetahuan ilmiah
tersebut untuk mengatasi berbagai persoalan-
persoalan social.
- Digunakan oleh para analis kebijakan yang
memiliki orientasi penerapan (applied orientation)
atas berbagai pengetahuan tentang kebijakan public
dan yang berupaya untuk menyusun kebijakan
public alternative yang lebih efisien dalam
mengatasi sebuah permasalahan social.
- Dari perspektif ini, upaya memperoleh
pengetahuan tentang perilaku dan proses politik
merupakan sebuah secondary consideration.
 Alasan Politis (Political Reasons)
- diarahkan pada upaya membantu pemerintah untuk
mengadopsi kebijakan-kebijakan public dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan yang “benar”. Dengan demikian,
study kebijakan tidak lagi netral atau value-free.
- Para politisi mempelajari kebijakan public dalam
rangka terlibat dalam proses advokasi sebuah kebijakan
yang dianggap “benar” atau “tepat” untuk mengatasi
persoalan-persoalan social kemasyarakatan.
- Penelitian kebijakan yang didasarkan pada argument
seperti ini biasanya diarahkan pada upaya untuk
membangun bukti-bukti yang mendukung argument-
argumen para politisi (partial policy research).
Pendekatan ilmiah dalam study kebijakan menurut
Anderson memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

1. menjelaskan pengadopsian sebuah kebijakan ketimbang


mengidentifikasi atau menyarankan sebuah kebijakan
yang “baik” (proper policy). Analisis ketimbang advokasi,
itulah gaya utama pendekatan ini;
2. mencari penyebab dan konsekuensi-konsekuensi dari
berbagai kebijakan public dengan menggunakan
metodologi ilmiah. Pada gilirannya, proses ini
menghendaki peneliti yang rasional, empiric dan
objektif;
3. membangun teori-teori yang reliable (dapat diandalkan)
tentang kebijakan public dan proses-proses politiknya.
Beragam Pemaknaan Kebijakan Publik (Turner & Hulme)

a) As a label for a field of activity (sebuah penamaan atas


serangkaian aktivitas). Ex. kebijakan ekonomi,
kebijakan industry, atau hukum
b) As an expression of general purpose or desired state of
affairs (sebuah ekspresi tentang keinginan yang umum
atau urusan tertentu yang diinginkan)
Ex.. untuk meneyediakan lapangan pekerjaan yang
sebayak-banyaknya, untuk mempromosikan
demokratisasi melalui desentralisasi, untuk mengatasi
akar dari kemiskinan.
c) As decisions of government (sebagai keputusan-
keputusan pemerintah). Keputusan kebijakan
sebagaimana diumumkan dalam lembaga legislative
atau oleh Presiden
d) As formal authorization (sebagai otorisasi
formal)
e) As a program (sebagai sebuah program)
Ex. program kesehatan perempuan
f) As output (sebagai output) apa yang secara
actual diberikan, seperti jumlah lahan
yang dibagikan, jumlah uang yang
dihasilkan.
g) As outcome (sebagai outcome) Ex. apa
yang sesungguhnya dicapai, seperti
misalnya efek bantuan pemerintah terhadap
kemandirian petani, standar hidup.
h) As a theory or model (sebagai sebuah
teori atau model), jika pemerintah
meningkatkan insentif kepada para
pedagang, maka output perdagangan
akan meningkat.

i) As process (sebagai proses) sebuah


rangkaian proses, mulai dari sebuah
permasalahan, lalu berlanjut kepada
perumusan tujuan, pembuatan
keputusan, dan selanjutnya pelaksanaan
dan evaluasi
Definisi Kebijakan Publik Menurut Para Ahli
 Thomas R Dye: “Anything a government chooses to do
or not to do”
 Howlett dan Ramesh: definisi Dye terlalu simpel dan
tidak menjelaskan konsep kebijakan publik denga jelas.
 Dua aspek penting dalam definisi Dye:
a) agen pembuatan kebijakan public adalah pemerintah,
bukan institusi-institusi privat. Kebijakan publik
merupakan aktivitas pemerintah.
b) kebijakan public melibatkan sebuah pilihan yang
mendasar oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu (nondecisions: tidak melakukan
tindakan apapun, tidak membuat program, atau
mempertahankan status quo).
Kebijakan juga penting karena kebijakan menyangkut:
 kewajiban (obligation) untuk menggunkan
kewenangan manajemen public (termasuk
kewenangan pengaturan, keuangan,
mempengaruhi, menginformasikan, dll) yang
tersedia untuk lembaga-lembaga Negara
yang berwenang secara konstitusional untuk
mengatasi sebuah permasalahan.
 kesempatan (opportunity) untuk menciptakan
nilai public (public value) dengan melakukan
pemikiran-pemikiran strategis memecahkan
permasalahan-permasalahan dengan
memanfaatkan sumberdaya public sebaik-
baiknya.
 Kajian studi kebijakan termasuk di
dalamnya adalah beragam aktivitas
(subfields), seperti
1) policy evaluation
2) policy analysis
3) policy process.
Dimensi analisis kebiakan
 Dimensi keilmuan : analisis kebijakan
dilakukan untuk meneliti suatu kebijakan
yang sudah dibuat dan dilaksanakan,
memahami hubungan antar bagian,
menemukan makna kebijakan dari
analisis tersebut
 Dimensi Praktik : analisis kebijakan
dibuat sebagai sebuah upaya awal
untuk membuat kebijakan
Kenapa perlu dianalisis
 Tindakan yang diperlukan untuk
membuat suatu kebijakan, baik
kebijakan yang baru atau kebijakan
yang baru sebagai konskuensi dari
kebijakan yang sudah ada
 Analisis kebijakan berbeda dengan riset
kebijakan.
 Analisis kebijakan bekerja dalam
sebuah lingkungan yang serba terbatas
: waktu, informasi, bahkan pengetahuan.
 Analisis kebijakan adalah profesi yang sangat
diperlukan oleh setiap pemimpin puncak.
 Di negara maju para kepala negara biasanya
didampingi oleh analis-analis kebijakan yang
exccellent, yang memungkinkan mereka
mengambil keputusan/kebijakan secara cepat
dan efektif.
 Di Indonesia, analis kebijakan masih dianggap
kurang penting bahkan mereka sering
diidentikkan dengan PAKAR sehingga yang
diambil sebagai analis kebijakan adalah para
profesor dari perguruan tinggi yang tidak
semuanya menguasai analisis kebijakan,
melainkan hanya riset kebijakan
 Riset kebijakan menuntut waktu yang lama dan
kondisi-kondisi yang nyaman, oleh karena itu
dapat disadari kenapa sebagian besar
kebijakan di Indonesia dibuat amat lama dan
ketika dibuat sudah tidak relevan lagi karena
tantangannya sudah berbeda.
 Peran analisis kebijakan adalah memastikan
bahwa kebijakan yang hendak diambil benar-
benar dilandaskan atas manfaat optimal yang
akan diterima publik dan bukan asal
menguntungkan pengambil kebijakan.
Kecakapan-kecakapan harus dimiliki oleh
analis kebijakan
 Mampu mengambil fokus dengan cepat pada
kriteria keputusan yang paling sentral.
 Mampu melakukan analisis multi-disiplin. Jika
pun tidak, mampu mengakses sumber
pengetahuan diluar disiplin yang dikuasainya.
 Mampu memikirkan jenis-jenis tindakan
kebijakan yang dapat diambil.
 Mampu menggunakan metode yang paling
sederhana, namun tepat dan menggunakan
logika untuk mendesain metode jika metode
yang dikehendaki memang tidak tersedia.
 Mampu mengatasi ketidakpastian
 Mampu mengemukakan dengan angka (tidak
hanya asumsi-asumsi kualitatif)
 Mampu membuat rumusan analisis yang
sederhana dan jelas.
 Mampu mengecek fakta-fakta yang
diperlukan.
 Mampu menempatkan diri dalam posisi orang
lain.
 Mampu tidak saja mengatakan “ya” dan
“Tidak” pada ususlan yang masuk, namu juga
mampu memberikan definisi dan analisis dari
usulan tersebut.
Perumusan, Implementasi dan Evaluasi
 Analisis kebijakan merupakan kegiatan pokok
dalam perumusan kebijakan, karena
memberikan pijakan awal mengapa sebuah
kebijakan harus dibuat.
 Analisis kebijakan lebih fokus pada
perumusan, namun tidak terlalu ditekankan
pada implementasi kebijakan dan lingkungan
kebijakan.
 Pada implementasi kebijakan dan lingkungan
biasanya dilakukan EVALUASI.
 Namun evaluasi kebijakan merupakan bagian
dari analisis kebijakan yang lebih bersifat
berkenaan prosedur dan manfaat dari
kebijakan.
 Pada prinsipnya analisis kebijakan pasti
mencakup evaluasi kebijakan karena analisis
kebijakan menjangkau proses kebijakan
sejak awal yaitu menemukan isu kebijakan,
menganalisis faktor pendukung kebijakan,
implementasi kebijakan, evaluasi dan kondisi
lingkungan kebijakan.
Pengembangan alternatif kebijakan
Rekomendasi kebijakan
Model-Model Implementasi Kebijakan
 Model Teori George C. Edwards III
(faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi kebijakan)
 Komunikasi : keberhasilan implementasi
kebijakan menisyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus
ditranmisikan kepada kelompok sasaran (target
Group) sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu
kebijakan tidak jelas/tidak diketahui kelompok
sasaran maka kemungkinan akan terjadi
resistensi dari kelompok sasaran.
 Sumber daya : kompetensi implementor,
sumber daya finansial.
 Disposisi ; watak (ex: Kejujuran) dan
karakteristik yang dimiliki impelementor,
seperti komitmen, kejujuran. Apabila disposisi
implementor yang baik, maka dia akan dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti
apa yang diharapkan. Ketika implementor
memiliki sikap/persfektif yang berbeda
dengan pembuat kebijakan, maka proses
implementasi kebijakan menjadi tidak efektif
 Struktur birokrasi : Struktur organisasi yang
bertugas mengimplementasikan kebijakan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
implementasi kebijakan. Aspek struktur yang
penting adalah SOP. SOP menjadi pedoman
bagi setiap implementor dalam bertindak.
 Struktur organisasi yang terlalu panjang akan
cenderung melemahkan pengawasan dan
menimbulkan prosedur birokrasi yang rumit
dan kompleks dan pada akhirnya tidak
fleksibel
Model Implementasi Teori Merilee S. Grindle
 Ada dua variabel besar :
 Isi Kebijakan : Kepentingan kelompok sasaran,
tipe manfaat, derajat perubahan yang
diinginkan, letak pengambilan keputusan,
pelaksanaan program, sumber daya yang
dilibatkan.
 Lingkungan Implementasi : kekuasaan,
kepentingan dan strategi aktor yang terlibat,
karakteristik lembaga dan penguasa,
kepatuhan dan daya tanggap
Van meter dan Van Horn
 Standar dan sasaran kebijakan harus
jelas dan terukur sehingga dapat
direalisir. Apabila standar dan sasaran
kebijakan kabur maka akan terjadi multi-
interpretasi dan mudah menimbulkan
konflik diantara agen implementasi
 Sumber daya : perlu didukung sumber
daya manusia maupun non manusia
 Hubungan antar organisasi : diperlukan
koordinasi dan kerja sama antar instansi
bagi keberhasilan suatu program.
 Karakteristik agen pelaksana : mencangkup
struktur organisasi, norma-norma dan pola-
pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi
 Kondisi sosial politik ekonomi : variabel ini
mencangkup sumber daya ekonomi
lingkungan yang dapat mendukung
keberhasilan implementasi kebijakan. Sejauh
mana kelompok-kelompok kepentingan
memberikan dukungan bagi implementasi
kebijakan, karakter partisipan yakni
mendukung/menolak, bagaimana sifat opini
publik yang ada dilingkungan, dan apakah elit
politik mendukung impelentasi kebijakan.
 Disposisi implementor : mencangkup 3 hal
penting yakni respon implementor terhadap
kebijakan, yang akan mempengaruhi
kemauan untuk melaksanakan kebijakan,
kognisi yakni pemahaman terhadap
kebijakan, intensitas disposisi implementor
yakni preferensi nilai yang dimiliki ileh
impelementor.
Monitoring kebijakan
 Dilakukan ketika sebuah kebijakan
sedang diimplementasikan
 Diperlukan agar kesalahan-
kesalahan awal dapat segera
diketahui dan dapat dilakukan
tindakan perbaikan sehingga
mengurangi resiko yang lebih
besar.
Tujuan Monitoring
 Menjaga agar kebijakan yang sedang
diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan
sasaran.
 Menemukan kesalahan sedini mungkin
sehingga mengurangi resiko yang lebih besar
 Melakukan tindakan modifikasi terhadap
kebijakan apabila hasil monitoring
mengharuskan untuk itu.
Data dan Informasi untuk Monitoring
 Metode Dokumentasi yakni dari berbagai
laporan kegiatan seperti laporan
tahunan/smester/bulanan.
 Metode survey tentang implementasi kebijakan.
Meliputi seperangkat instrumen pertanyaan
dipersiapkan sebelum survey. Tujuan survey
adalah untuk menjaring data dari pada
stakeholder, terutama kelompok sasaran.
 Metode observasi lapangan, mengamati data
empiris dilapangan dan bertujuan untuk
meyakinkan dalam membuat penilaian tentang
proses dari kebijakan.
 Metode wawancara dengan para
stakeholders
 Metode campuran; metode dokumentasi dan
survey/ metode survey dan observasi.
 FGD dengan stakeholders
Jenis - jenis Monitoring
 Kepatuhan : jenis monitoring untuk
menentukan tingkat kepatuhan implementor
terhadap SOP yang ditetapkan
 Pemeriksaan : untuk melihat sejauh mana
sumber daya dan pelayanan sampai kepada
kelompok sasaran
 Akuntansi/ing : mengkalkulasi perubahan
sosial dan ekonomi yang terjadi setelah
dimplementasikan suatu kebijakan
 Eksplanasi : menjelaskan adanya perbedaan
antara hasil dan tujuan kebijakan
Pendekatan dalam Monitoring
 Akuntansi sistem sosial : mengetahui
perubahan kondisi sosial yang objektif dan
subjektif dari waktu-kewaktu. Unsur utama
dalam pendekatan ini perlu ditetapkan
indikator sosial :
di bidang pendapatan
maka indikator sosialnya adalah persentase
penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan.
di bidang pendidikan
berapa besar angka buta huruf di suatu
negara
Eksperimen Sosial
 Mengetahui perubahan sosial yang terjadi
dalam sebuah kelompok eksperimen dengan
cara membandingkan dengan kelompok
kontrol
Kelompok eksperimen : yg dikenai
kebijakan/program (target grup)

Kelompok kontrol : masyarakat yang tidak


mendapat program
Akuntansi sosial
 Pendekatan yang berusaha
untuk mengetahui hubungan
antara input, proses, output,
outcomes dan impact.
Sintesis riset dan praktik
 Pendekatan monitoring yang menerapkan
kompilasi, perbandingan dan pengujian
secara sistematis terhadap hasil-hasil dari
implementasi kebijakan publik masa lampau.

dalam hal ini ada kajian-kajian kritis dari


penelitian penelitian tentang proses dan hasil
kebijakan masa lalu :
studi kasus formulasi dan impelemntasi
kebijakan dan laporan-laporan yang
membahas hubungan antara tindakan dan
hasil kebijakan
PENDEKATAN JENIS PENGENDALIAN JENIS INFORMASI
YANG DIBUTUHKAN

AKUNTANSI SISTEM KUANTITATIF INFORMASI LAMA DAN


SOSIAL BARU

EKSPERIMEN SOSIAL MANIPULASI INFORMASI BARU


LANGSUNG

AKUNTANSI SOSIAL KUANTITATIF INFORMASI BARU


DAN/KUALITATIF

SINTESIS RISET DAN KUANTITATIF INFORMASI LAMA


PRAKTIK DAN/KUALITATIF

Anda mungkin juga menyukai