Masa remaja merupakan tahapan kritis kehidupan, sehingga periode itu dikategorikan rawan dan mempunyai risiko kesehatan tinggi. Salah satu masalah gizi utama yang juga banyak dialami oleh remaja adalah Anemia. Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Anemia dapat diartikan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani & Wibowo 2008, h. 37). Anemia terjadi akibat kadar hemoglobin atau ertrosit lebih rendah daripada nilai normal. Anemia umumnya disebabkan karena ada perdarahan kronik atau malnutrisi (kurang gizi) (Rusilanti 2007, h. 59). Remaja adalah salah satu kelompok rentan anemia karena mengalami pertumbuhan sangat pesat disertai kegiatan-kegiatan jasmani dan olahraga juga pada kondisi puncaknya. Anemia pada remaja masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena prevalensinya lebih dari 20%. Beberapa hasil studi menemukan prevalensi anemia tinggi pada remaja, diantaranya Permaesih & Herman, Briawan, Isati, Kemenkes RI berturut-turut adalah 25,5%, 35%, 75% dan 26,4%. Pemenuhan gizi dalam makanan sehari-hari adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Anemia gizi besi mengakibatkan menurunnya kesehatan reproduksi remaja, menghambat perkembangan motorik, mental dan kecerdasan, prestasi belajar dan tingkat kebugaran yang menurun serta tidak tercapainya tinggi badan optimal. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa faktor pengetahuan tentang anemia dan tingkat asupan zat gizi (energi, protein, zat besi) mempengaruhi tingkat kejadian anemia pada remaja. Penelitian Handayani (2010) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan, asupan gizi, asupan sumber protein hewani dan sayuran berwarna hijau, dan diet dengan anemia remaja. Pola konsumsi makanan merupakan faktor langsung terhadap asupan zat gizi, dimana remaja sering tidak mengetahuinya. Pola konsumsi remaja yang perlu mendapat perhatian salah satunya adalah kebiasaan sarapan pagi serta konsumsi makanan bergizi yang membantu penyerapan zat gizi seperti buah, sayur dan lauk-pauk sumber protein. Sarapan adalah kegiatan makan pada pagi hari yang dilakukan sebelum beraktivitas yang mencakup zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Untuk remaja yang masih bersekolah, sarapan merupakan sumber energi untuk kegiatan aktivitas dan belajar di sekolah. Sarapan pagi merupakan kegiatan yang paling penting dalam memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi dalam sehari, namun masih banyak remaja yang melewatkan kebiasaan ini, sehingga berdampak pada berkurangnya zat besi dalam darah yang mengakibatkan anemia. Anemia mempunyai dampak terhadap masalah kesehatan dan kualitas hidup remaja. Kurangnya pengetahuan tentang anemia, pola makan yang mempengaruhi asupan gizi besi, sosial ekonomi yang rendah diperkirakan berkonstribusi besar terhadap masalah anemia 1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan
kejadian anemia pada remaja?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan
kejadian anemia pada remaja
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran perilaku pola sarapan pagi pada remaja
2. Untuk mengetahui angka kejadian anemia pada remaja
3. Untuk mengetahui dampak yang terjadi mengenai kebiasaan sarapan
pagi dengan kejadian anemia pada remaja 1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan wawasan dan pengetahuan lebih
mengenai hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kejadian anemia pada remaja dan sebagai sarana pembelajaran melakukan penelitian ilmiah sekaligus mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan
1.4.2 Bagi Remaja
Memberikan informasi kepada remaja tentang pentingnya
sarapan pagi dan tingkat asupan zat gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja