Anda di halaman 1dari 9

Membuka usaha adalah impian setiap orang yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Selain itu
dengan membuka usaha bukan hanya menguntungkan diri saya sendiri tapi juga bisa menguntungkan
orang lain dengan member peluang usaha. Jangan ragu untuk memulai usaha ibarat berenang kalau
tidak dilakukan atau dicoba itu tidak akan bisa dan jangan nunggu nanti.

Dari penjelasan ini saya memustuskan membuka usaha “SUMUR” atau Susu Murni. Yaitu dengan bahan
utamanya yaitu susu murni langsung dari perternakan yang tanpa bahan pengawet dan juga sehat untuk
kesehatan. Susu merupakan salah satu bahan makanan sumber hewani yang sangat penting bagi
manusia dengan kandungan gizi tinggi dan lengkap. Susu segar yang dihasilkan dari sapi perah memiliki
kandungan protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam perbandingan seimbang, sehingga susu disebut
sebagai makanan yang sempurna. Produk susu murni sangat berkaitan dengan peternakan sapi perah
dan kegiatan proses produksinya.

Usaha peternakan merupakan salah satu sub-sektor ekonomi yang sejak awal Pelita I, tahun 1969 telah
banyak memberikan sumbangan secara signifikan bagi pembangunan nasional. Peternakan sapi perah
yang menghasilkan susu segar saat ini sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Kebijaksanaan
pemerintah diarahkan untuk membangun dan membina usaha peternakan agar mampu meningkatkan
produksi dengan mutu yang baik dan harga dapat terjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta dapat
memperbaiki kesejahteraan peternak.

Apabila saya membicarakan tentang usaha di bidang kuliner tentu tak aka nada habisnya. Usaha yang
SAYA kelola saat ini yaitu usaha Susu Murni ini bertujuan untuk belajar tentang cara berbisnis dan juga
ingin menanmbah pengalaman kerja disamping itu tentunya saya ingin mendapatkan keuntungan dari
usaha ini. Sehingga yang saya butuhkan di sini adalah kerja sama usaha yang saya buat dan
mempertahankan cita rasa yang saya miliki, selain itu yang tidak kalah penting ialah pelayanan yang
memuaskan untuk konsumen/pelanggan karna pelanggan adalah raja, dan tempat yang nyaman
tentunya. Apabila saya bisa mempertahankan itu semua maka saya tidak usah khawatir dengan
persaingan usaha yang mengancam usaha dagang saya.

Usaha yang sedang saya jalankan ini tentunya akan saya kembangkan demi mewujudkan keinginan saya
yaitu ingin menjadi seorang wirausaha yang sukses. Oleh karna itu jangan menunggu tua untuk jadi
pengusaha. Dari sekarang lah saya belajar ilmu tentang wirausaha. Jadi jangan pernah ragu untuk
memulai usaha

Analisa Persaingan

Dalam menjalankan usaha tentu saja pasti ada pesaing. Ada banyak sekali pesaing dari usaha Susu
Murni ini apalagi usaha ini di bidang kuliner. Tentunya saya bersaing dengan sehat dalam arti tidak
memakai bahan-bahan berbahaya seperti bahan pengawet. Yang terpenting dalam persaingan usaha
yaitu kreatifitas semakin menarik usaha saya semakin banyak juga pelanggan yang tertarik membeli
produk saya. Dan saya harus memuaskan pelanggan dengan pelayanan saya , tempat yang nyaman itu
juga penting dan juga bersih. Apabila saya bisa mempertahankan itu semua maka saya tidak usah
khawatir dengan persaingan usaha yang mengancam usaha dagang saya.
Demikian analisa SWOT

Analisa SWOT.

• STRENGTH (KEKUATAN)

Kekuatan dari usaha ini adalah banyaknya pelanggan yang ingin membeli atau bahkan memesan barang
dagangan saya, selain itu juga cuaca yang bagus sangat mempengaruhi usaha saya. Dan juga lokasi saya
yang strategis untuk berjualan. Susu Murni tidak hanya menyediakan 1 atau 2 rasa tapi beraneka macam
rasa dan harga yang cukup terjangkau. Itulah yg menjadi kekuatan saya.

• WEAKNESS (KELEMAHAN)

Kelemahan dari usaha ini adalah datang dari faktor cuaca dan masa expired yang tidak lama atau singkat
yaitu hanya bisa bertahan 3 jam. Jika dingin 3 hari. Ini yang menjadi kelemahan produk Susu saya.
Dimana permasalahan yang sering dihadapi para pedagang dan para pengusaha lain lain nya. Kelemahan
itu terkadang lebih mudah dilihat daripada sebuah kekuatan, namun ada beberapa hal yang menjadikan
kelemahan itu tidak diberikan solusi yang tepat karena tidak memaksimalkan kekuatan yang sudah ada.

• OPPORTUNITIES (KESEMPATAN)

Opportunities yaitu analisis peluang, ini adalah faktor positif yang muncul dari lingkungan dan
memberikan kesempatan bagi wirausaha untuk memanfaatkan peluang. Produ Susu Murni saya tidak
hanya menyediakan 1 atau 2 rasa tapi beraneka macam rasa dan harga yang cukup terjangkau. Itulah yg
menjadi kesempatan peluang bisnis saya. Jadi saya harus bisa memanfaatkan peluang sebaik mungkin
agar bisa menarik minat pembeli.

• THREATS (ANCAMAN)

Dalam dunia bisnis tentunya setiap perusahaan tidak akan dapat terlepas dari adanya
persaingan/ancaman usaha. Ancaman adalah kondisi yang menghambat keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan. Maka dari itu saya harus bisa menganalisis tantangan atau ancaman yang harus dihadapi
oleh setiap wirausaha untuk menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
pada suatu usaha yang menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera di atasi akan banyak pihak lain
yang akan meniru usaha saya ini, hal ini tentu akan membuat saingan yang baru bagi saya, ancaman
tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang maupun
masa yang akan datang.

Setelah menganalisis semua faktor, langkah selanjutnya adalah bagaimana memaksimalkan kekuatan
(strengths), menutupi kelemahan (weaknesses), memanfaatkan peluang (opportunities), dan menangkal
semua ancaman (threats) yang datang. Semoga penjelasan contoh analisis SWOT diatas dapat
memberikan gambaran mengenai analisis SWOT secara keseluruhan.
Segmen Pasar Yang Dimasuki

Segmentasi pasar sangat berpengaruh pada kemajuan ekonomi bidang kuliner ini maka dari itu harus
dipertimbangkan dan dipikirkan dengan cermat dan efektif karena pasar merupakan salah satu dari
pendistribusian usaha saya, dengan sedikit saja kelalaian dan kecerobohan dapat mengurangi
penghasilan usaha dagang, dan mengakibatkan banyak dampak negative bagi perkembangan usaha
saya. Target dari usaha saya adalah membidik pasar menengah, dimana saya menjual produk untuk
semua kalangan masyarakat, dari anak – anak, Remaja, hingga Orang dewasa. Dan untuk delivery
ordernya saya menyiapkan produk yang siap kemas dalam kemasan yang sudah rapih dan menarik, dari
pengalaman saya yang terbilang tidak terlalu berpengalaman.

Deskripsi Tentang Usaha

- Produk /jasa yang di hasilkan

- Jasa pelayanan

Pelayanan usaha saya itu ada 2 yaitu dengan menawarkan kepada pembeli produk saya dengan
penawaran tester terlebih dahulu agar konsumen tau bagaimana rasa dari Susu Murni sehingga
konsumen tertarik akan rasa dari Susu Murni.

Pelayanan yang kedua saya bisa delivery order. Pengecualian untuk delivery order hanya untuk 5
pesanan saja kurang dari itu saya tidak bisa.

- Ruang lingkup usaha

Ruang lingkup usaha dagang ini saya rancang dengan sebaik mungkin karena semua itu bisa
berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha dagang saya. Maka dari itu saya berusaha memberikan
sesuatu yang terbaik untuk konsumen atau pelanggan.

Sering terjadi produk yang bagus tidak laku hanya karna ruang lingkup yang salah. Perusahan-perusahan
besar biasanya sangat menyadari pentingnya aspek ini, Mereka mencari ruang lingkup yang strategis
untuk mempromosikan produknya.

Usaha pembangunan di bidang koperasi dimaksudkan untuk lebih meningkatkan peranan golongan
ekonomi lemah dalam ke-giatan ekonomi agar dengan demikian tingkat kesejahteraan go-longan
tersebut semakin meningkat. Pembinaan koperasi bertujuan untuk meng-usahakan agar kehidupan
koperasi kembali kepada alas dan sendi-sendi dasar koperasi. Untuk itu kebijaksanaan yang telah
ditempuh adalah : melaksanakan pembinaan organisasi koperasi dan pembinaan usahanya. Kegiatan
yang dilaksanakan berbentuk pendidikan dan latihan keterampilan bagi para anggota pengu-rus dan
badan pemeriksa koperasi, serta penyuluhan dan penerangan bagi para anggota koperasi dan
masyarakat luas dengan harapan agar mereka berminat untuk menjadi anggota koperasi. Pelaksanaan
kegiatan tersebut dijalankan dengan satu program pokok, yaitu Program Pendidikan Perkoperasian
Tujuan pembinaan koperasi selanjutnya adalah untuk meningkatkan peranan golongan ekonomi lemah
dalam kegiatan--kegiatan usahanya agar kesejahteraan mereka meningkat. Untuk itu, kebijaksanaan
yang ditempuh, adalah: Pertama, meningkat-kan pendidikan perkoperasian, terutama pendidikan dalam
bi-dang tatalaksana untuk tenaga di lingkungan koperasi-koperasi primer. Kedua, mengusahakan agar
koperasi-koperasi primer memperoleh kesempatan untuk melaksanakan kegiatan usaha. Ke-tiga,
mengusahakan agar untuk koperasi-koperasi primer, selalu menyediakan dana-dana kredit yang
diper-lukan untuk melaksanakan kegiatan usaha masing-masing dengan syarat-syarat yang ringan.

Pembinaan koperasi berikutnya adalah bertujuan untuk meningkatkan peranan dan kemampuan
koperasi, agar tumbuh menjadi koperasi primer yang tangguh dan mampu menjadi kekuatan ekonomi
desa, serta mengantarkan masyarakat menuju kemajuan dan kesejahteraan. Untuk itu, pembinaan
kope-rasi diarahkan untuk: (1) meningkatkan kemampuan koperasi untuk berprakarsa dan berswakarya,
(2) meningkatkan kemampuan koperasi sebagai salah satu wadah uta-ma untuk membina kemampuan
usaha golongan ekonomi lemah, (3) meningkatkan kemampuan koperasi sekunder dan koperasi-
koperasi primer lain-nya sehingga mampu melayani kepentingan anggota, (4) mening-katkan peranan
koperasi dalam berbagai sektor kegiatan pere-konomian, dan (5) meningkatkan kemampuan koperasi
untuk mengadakan kerjasama dengan koperasi-ko-perasi lain dan badan usaha bukan koperasi di
wilayah atau di daerah masing-masing.

Sesuai dengan hal-hal tersebut di atas, pembinaan kelem-bagaan koperasi diarahkan untuk mencapai
delapan tujuan. Per-tama, meningkatkan kemampuan organisasi koperasi, dengan mendorong
berfungsinya perlengkapan organisasi koperasi dan terwujudnya pembagian tugas yang jelas, sehingga
koperasi benar-benar mampu mencerminkan sifat demokrasinya dan mampu mendukung peningkatan
usahanya. Kedua, mengembang-kan sistem organisasi intern koperasi agar peranan anggota dalam
menentukan kebijaksanaan, partisipasinya dalam kegiatan usaha dan pengawasan, menjadi semakin
besar dan sesuai dengan kepentingan bersama. Ketiga, membentuk dan mengembangkan unit-unit
organisasi usaha di masing-masing wilayah kerja koperasi sebagai unit organik, sehingga ada
pe-ningkatan dalam jangkauan dan mutu pelayanan terhadap anggota koperasi. Keempat, membina dan
mengembangkan kemampuan tek-nis, keterampilan manajemen dan jiwa kewirakoperasian para
manajer, karyawan, dan anggota Badan Pemeriksa Koperasi, agar koperasi tumbuh menjadi kelompok
yang berhasilguna serta mam-pu memberikan pelayanan usaha yang optimal kepada para anggo-tanya.
Kelima, mengembangkan dan membina sistem informasi ma-najemen koperasi, sehingga pelaksanaan
pengambilan keputusan benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan para anggotanya dengan
dukungan informasi yang lengkap dan dapat diandalkan. Keenam, melaksanakan pembinaan dan
pengawasan agar perlengka-pan organisasi koperasi sungguh-sungguh dapat melaksanakan kegiatannya
sesuai dengan fungsinya. Agar Gerakan Koperasi juga dapat melaksanakan pengawasan dan
pemeriksaan, maka akan dikembangkan dan dimantapkan pengembangan Pusat Administrasi Usaha
yang dapat mendorong terbentuknya Koperasi Jasa Audit. Ketujuh, meningkatkan dan memperluas
kegiatan penyuluhan dan penerangan dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pengertian masyarakat
akan pentingnya koperasi dalam membantu meningkat-kan kesejahteraan dan memenuhi
kepentingan/kebutuhan mereka, dengan memanfaatkan berbagai media dan metoda yang tepat dan
efektif. Kedelapan, meningkatkan apresiasi terhadap koperasi di berbagai kalangan fungsional, seperti
pemuka masyarakat, ilmuwan, wartawan, kelompok tani, kelompok profesi dan seba-gainya dengan
kegiatan seminar, sayembara karya tulis, rembug desa dan sebagainya.

Dalam rangka meningkatkan peranan dan kemampuan koperasi, maka di samping diselenggarakan
pembinaan kelembagaan, juga dilaksanakan pembinaan usaha. Sebagaimana diketahui, kehidup-an
koperasi pada hakekatnya merupakan usaha bersama sesuai dengan kepentingan dan kegiatan ekonomi
para anggotanya dalam mewujudkan tujuan bersama, yaitu peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
para anggota koperasi. Pembinaan usaha tersebut dilaksanakan dengan cara-cara berikut: Pertama,
memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut usaha koperasi primer, dalam bidang-bidang pelayanan
kebutuhan pokok untuk masyarakat, produksi dan pengolahan hasil serta pemasarannya, simpan-
pinjam, dan jasa-jasa lainnya, agar tumbuh menjadi suatu lembaga ekonomi yang mandiri, mampu
melayani kebutuhan para anggota dan masyarakat di sekitarnya. Kedua, meningkat-kan kemampuan
perencanaan usaha koperasi primer. Ketiga, meningkatkan kemampuan koperasi primer untuk
memanfaatkan berbagai fasilitas perkreditan yang tersedia untuk pertumbuh-an usahanya. Keempat,
meningkatkan dan membina usaha Kopera-si Simpan Pinjam agar mampu berperan aktif dengan efektif
da-lam mengisi kebutuhan para anggota koperasi. Kelima, mengem-bangkan kerjasama dan jalinan
usaha antara Koperasi Primer dengan dukungan koperasi sekundernya. Keenam, memantapkan dan
mengembangkan Pusat-pusat Pelayanan Koperasi sehingga benar--benar dapat berperan dalam
mendukung pengembangan usaha koperasi sekunder dan koperasi primer lainnya. Kini sudah saatnya
masyarakat peternakan mengembalikan fungsi dan peran koperasi susu sebagaimana fitrahnya.

Dinamika Koperasi Susu

Koperasi sapi perah merupakan perusahaan yang bergerak di dalam produksi susu segar dan kemudian
dipasarkan ke industri susu sebagai bahan baku susu olahan dan produk asal susu lainnya. Koperasi
dalam memproduksi susu segar bermitra dengan peternak rakyat yang menjadi anggota koperasi.

Sebagai anggota koperasi, peternak adalah juga pemegang saham melalui simpanan wajib dan simpanan
pokok dan sebagainya. Dengan demikian keberhasilan koperasi dalam bisnis susu segar secara langsung
merupakan keberhasilan para peternak anggota itu sendiri. Sebaliknya jika terjadi mismanajemen dalam
pengurusan koperasi akan merugikan perkembangan peternak anggota koperasi.

Pada kenyataannya, berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa usaha sapi perah rakyat selama
25 tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, malah cenderung statis, khususnya dalam ukuran
usaha yang tetap bertahan pada skala 2-3 ekor per peternak. Pada sisi koperasi dilaporkan pula bahwa
hanya 20 persen dari total koperasi sapi perah yang dapat dinyatakan beroperasi secara layak dengan
tingkat produksi yang relatif tinggi. Pertanyaan menarik yang muncul dari dua kenyataan di atas adalah
apakah koperasi sebagai sebuah perusahaan dalam hukum ekonomi telah mengalokasikan faktor
produksi secara efisien? Pertanyaan kedua adalah: apakah koperasi mempunyai manajeman yang sesuai
dengan konsep saling menguntungkan antara sesama mitra? Penyelesaian kedua pertanyaan ini sangat
penting dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan produksi susu segar dalam negeri dan
meningkatkan insentif kepada peternak rakyat.
Permintaan susu dalam negeri relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan dan baru dapat dipenuhi
30 persen sedangkan sisanya dipenuhi melalui impor. Beberapa tahun lagi, Indonesia akan memasuki
pasar bebas dunia, dan ini berarti koperasi harus segera mencari jalan keluar bagi peningkatan produksi
dan menjadi tuan di rumah sendiri. Sekalipun setelah krisis ekonomi, susu impor menurun dan
penyerapan susu segar dalam negeri meningkat, IPS akan lebih menyukai impor susu karena harganya
akan lebih murah. Meskipun saat ini, harga susu dunia melonjak hingga lebih dari 100% akibat
kekeringan di Australia. Selama Januari hingga Juni 2007, harga bahan baku susu berupa full cream milk
powder impor naik dari 2.900 dolar AS per ton menjadi 4.500 dolar AS per ton.

Kebutuhan susu dalam negeri yang dapat dipasok dari produksi dalam negeri baru mencapai 45%
(360.000 ton) dari total kebutuhan 800.000 ton, sehingga sisanya masih diimpor dari luar negeri. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Secara nasional, sebagian besar agribisnis sapi perah merupakan peternakan rakyat yang
ditangani koperasi, sehingga sebagian besar (90%) produksi susu ditangani oleh koperasi.

Peternakan rakyat menurut data tahun 2000, populasi sapi perah sebanyak 354,3 ribu ekor dengan skala
kepemilikan 2-3 ekor per KK dan produktivitas rendah sekitar 9-10 liter per ekor per hari. Hal ini
disebabkan antara lain kualitas pakan yang belum baik dan pemeliharaan yang belum optimal. Skala
usaha KUD sebagian besar (60%) kapasitas produksinya masih rendah, yaitu di bawah 5.000 liter per
hari. Skala kepemilikan sapi perah 2-3 ekor per peternak hasilnya tidak optimal dengan produktivitas
rendah berakibat kehidupan peternak stagnan, bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya.

Perdagangan Susu Indonesia

Dalam peta perdagangan internasional produk-produk susu, saat ini Indonesia berada pada posisi
sebagai net-consumer. Sampai saat ini industri pengolahan susu nasional masih sangat bergantung pada
impor bahan baku susu. Jika kondisi tersebut tidak dibenahi dengan membangun sebuah sistem
agribisnis yang berbasis peternakan, maka Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor hasil ternak
khususnya susu sapi.

Dilihat dari sisi konsumsi, sampai saat ini konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk susu masih
tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Konsumsi susu
masyarakat Indonesia hanya 8 liter/kapita/tahun itu pun sudah termasuk produk-produk olahan yang
mengandung susu. Konsumsi susu negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura rata-rata
mencapai 30 liter/kapita/tahun, sedangkan negara-negara Eropa sudah mencapai 100
liter/kapita/tahun. Seiring dengan semakin tingginya pendapatan masyarakat dan semakin
bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, dapat dipastikan bahwa konsumsi produk-produk susu oleh
penduduk Indonesia akan meningkat.

Perkiraan peningkatan konsumsi tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik.
Produksi susu segar dan produk-produk derivatnya seharusnya dapat ditingkatkan. Kondisi produksi
susu segar Indonesia saat ini, sebagian besar (90%) dihasilkan oleh usaha rakyat dengan skala usaha 2-3
ekor sapi perah per peternak. Skala usaha ternak sekecil ini jelas kurang ekonomis karena keuntungan
yang didapatkan dari hasil penjualan susu hanya cukup untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup.
Dari sisi produksi, dengan demikian, kepemilikan sapi perah per peternak perlu ditingkatkan. Menurut
manajemen modern sapi perah, skala ekonomis bisa dicapai dengan kepemilikan minimal 10 ekor sapi
per peternak.

Dari sisi kelembagaan, sebagian besar peternak sapi perah yang ada di Indonesia merupakan anggota
koperasi susu. Koperasi tersebut merupakan lembaga yang bertindak sebagai mediator antara peternak
dengan industri pengolahan susu. Koperasi susu sangat menentukan posisi tawar peternak dalam
menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang akan diterima peternak. Peranan
koperasi sebagai mediator perlu dipertahankan. Pelayanannya perlu ditingkatkan dengan cara
meningkatkan kualitas SDM koperasi serta memperkuat networking dengan industri-industri
pengolahan. Adaptasi kelembagaan contract farming akan sangat membatu terwujudnya upaya ini.

Terkait dengan agribisnis susu, pada tahun 1983 Pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan
Bersama (SKB) Tiga Menteri yaitu Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan
dan Koperasi. Dalam SKB tersebut industri pengolah susu diwajibkan menyerap susu segar dalam negeri
sebagai pendamping dari susu impor untuk bahan baku industrinya. Proporsi penyerapan susu segar
dalam negeri ditetapkan dalam bentuk rasio susu yaitu perbandingan antara pemakaian susu segar
dalam negeri dan susu impor yang harus dibuktikan dalam bentuk ”bukti serap” (BUSEP). BUSEP
tersebut bertujuan untuk melindungi peternak dalam negeri dari persaingan terhadap susu impor.
Namun dengan adanya Inpres No 4 Tahun 1998 yang merupakan bagian dari LoI yang ditetapkan oleh
IMF, maka ketentuan pemerintah yang membatasi impor susu melalui BUSEP menjadi tidak berlaku lagi,
sehingga susu impor menjadi komoditi bebas masuk. Persoalan di industri hilir pun ada, misalnya tarif
BM yang tidak harmonis antara produk susu (5%) dengan bahan baku lain seperti gula (35%) dan
kemasan (5%-20%). Guna meningkatkan pangsa pelaku pasar domestik dalam pasar susu segar
Indonesia, BUSEP perlu diberlakukan kembali dan tarif BM produk susu perlu peninjauan kembali.

Kekurangan produksi susu segar dalam negeri merupakan peluang besar peternak susu untuk
mengembangkan usahanya. Namun demikian peternak masih menghadapi permasalahan, antara lain
yaitu rendahnya kemampuan budidaya khususnya menyangkut kesehatan ternak dan mutu bibit yang
rendah. Kekurangan tersebut selain mengakibatkan lambatnya pertumbuhan produksi susu juga
berpengaruh terhadap kualitas susu yang dihasilkan. Selain itu mulai sulitnya lahan sebagai sumber
rumput hijauan bagi ternak, tingginya biaya transportasi, serta kecilnya skala usaha sebagaimana telah
dikemukakan di atas, juga menjadi penghambat perkembangan produksi susu domestik.

Dalam hal pemasaran susu dari peternak dalam negeri, keberadaan Inpres No 4/1998 mengakibatkan
posisi industri pengolahan susu menjadi jauh lebih kuat dibandingkan peternak karena industri
pengolahan susu mempunyai pilihan untuk memenuhi bahan baku yang dibutuhkan yaitu susu segar
dari dalam negeri maupun dari impor. Hal ini menyebabkan relatif rendahnya harga susu segar yang
diterima oleh perternak dalam negeri.

Permasalahan lain yang dihadapi peternak adalah besarnya ketergantungan peternak terhadap industri
pengolahan susu dalam memasarkan susu segar yang dihasilkannya. Dengan absennya keberpihakan
Pemerintah terhadap peternak, hal ini menimbulkan kecenderungan bahwa harga susu segar yang
diterima peternak relatif rendah. Adanya pemberlakuan standar bahan baku yang ketat oleh kalangan
industri pengolah susu mendudukkan peternak sapi perah pada posisi tawar (bargaining position) yang
rendah. Lebih ekstrim lagi, keberadaan industri pengolah susu ini dapat menyebabkan terbentuknya
struktur pasar oligopsoni yang tentunya menekan peternak. Selain harga susu yang sangat murah pada
struktur pasar tersebut, tekanan yang diterima peternak semakin bertambah dengan adanya retribusi
yang diberlakukan oleh kebanyakan Pemda di era otonomi daerah ini.

Bila melihat perkembangan agribisnis persusuan di negara lain, peran koperasi sangatlah besar dalam
mengembangkan usaha tersebut. Di India, misalnya, koperasi susu telah berkembang sedemikian rupa
sehingga sampai saat ini kurang lebih telah berjumlah 57.000 unit dengan 6 juta anggota. Begitu pula di
Uruguay, dimana para peternak domestiknya telah mampu memproduksi 90% dari total produksi susu
nasional. Besarnya peran koperasi tersebut belum terlihat di Indonesia. Koperasi susu kita mempunyai
posisi tawar yang sangat lemah ketika berhadapan dengan industri pengolahan susu, baik dalam hal
jumlah penjualan susu, waktu penjualan, dan harga yang diperoleh.

Masalah penting mengenai perkoperasian susu adalah proses pembentukan koperasi tersebut
umumnya bersifat top-down dan intervensi pemerintah relatif besar dalam mengatur organisasi.
Pembentukan anggota koperasi bukanlah atas dasar akumulasi modal anggota tetapi lebih banyak
bersifat pemberian kredit ternak sapi dalam rangka kemitraan dengan bantuan modal dari pemerintah.
Status anggota koperasi hanya berfungsi pada saat menjual susu segar dan pembayaran iuran wajib dan
iuran pokok. Koperasi sebagai lembaga ekonomi dalam menjalankan manajemen tanpa pengawasan
yang ketat oleh anggota, justru sebaliknya koperasi cenderung berkuasa mengatur anggota.

Arah Kebijakan

Agar pangsa pasar susu yang dihasilkan peternak domestik dapat ditingkatkan maka masalah-masalah di
atas perlu ditanggulangi dengan baik. Revolusi putih harus dilaksanakan sejak saat ini, yaitu dengan
meningkatkan produksi dan konsumsi susu nasional. Adapun kebijakan dalam upaya substitusi impor
susu yang dapat diambil untuk mencapai kondisi tersebut antara lain sebagai berikut.

Pertama, Pemerintah perlu memberikan dukungan nyata untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas
hasil ternak (susu) kepada para peternak. Dayasaing susu yang dihasilkan peternak hanya akan dapat
ditingkatkan apabila produktivitas dan kualitas tersebut ditingkatkan. Untuk itu, penelitian dan
pengembangan khususnya mengenai teknis dan manajemen produksi perlu ditingkatkan. Gerakan
nasional seyogianya diikuti dengan aktivitas nyata berupa bantuan antara lain dalam bentuk pelatihan
dan penyuluhan budidaya sapi perah yang baik, mendorong tersedianya bibit sapi unggul, kemudahan
untuk pemanfaatan lahan, akses dan ketersediaan modal, serta pengembangan beragam industri
pengolahan susu sehingga harga di tingkat peternak menjadi relatif lebih stabil.

Kedua, perlu dibentuk wadah kemitraan yang jujur dan memperhatikan kepentingan bersama antara
peternak, koperasi susu dan industri pengolahan susu sehingga pengembangan agribisnis berbasis
peternakan dapat berjalan dengan baik. Semua pihak yang terkait haruslah saling membutuhkan dan
saling menguntungkan. Ini dapat diwujudkan melalui sistem contract farming, dimana terdapat
keterpaduan dari berbagai unsur baik peternak, koperasi, industri/pemodal maupun pemerintah.
Ketiga, koperasi susu perlu didorong dan difasilitasi agar dapat melakukan pengolahan sederhana susu
segar, antara lain yakni pasteurisasi dan pengemasan susu segar, pengolahan menjadi yogurt, keju dsb.
Hal ini disertai dengan program promosi secara luas kepada masyarakat, terutama anak-anak, tentang
manfaat mengkonsumsi susu segar dan produk-produk olahannya. Pendirian pabrik pengolahan susu
yang dimiliki gerakan koperasi juga perlu didorong. Langkah ini diperlukan untuk mengantisipasi makin
menguat dan relatif stabilnya nilai kurs rupiah terhadap US dolar, yang dapat mengakibatkan industri
pengolahan susu kembali mengimpor sebagian besar dari bahan baku susunya dari luar negeri.

Keempat, Pemerintah Pusat maupun Daerah seyogianya mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang


mampu memperkuat posisi tawar peternak sapi perah khususnya dan pengembangan agribisnis berbasis
peternakan umumnya. Ini antara lain dapat dilakukan dengan menghapuskan retribusi yang
menyebabkan ongkos produksi bertambah mahal, menghapuskan pajak pertambahan nilai bila
pengolahan masih dilakukan oleh peternak, serta pemberlakuan tarif bea masuk terhadap susu impor
untuk melindungi produksi dalam negeri.

Kelima, mengefektifkan kinerja dewan persusuan nasional agar dapat merangkul seluruh stakeholder
persusuan termasuk IPS yang mengatur regulasi harga dan penyerapan susu yang berpihak pada
peternak rakyat.

Semoga kelima arah kebijakan di atas dapat segera diwujudkan oleh para pengambil kebijakan dalam
rangka merealisasikan gerakan revolusi putih. Revolusi putih yang berhasil akan menjamin terjadinya
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia: ketersediaan suplai susu yang terjamin,
meningkatnya pendapatan peternak dan pelaku usaha lainnya di bidang peternakan.

Anda mungkin juga menyukai