BAGIAN
PENDEKATAN, METODOLOGI
E
DAN PROGRAM KERJA
Sebagai bagian apresiasi dan inovasi kami dalam melaksanakan pekerjaan supervisi,
kami akan menerapkan pemahaman mengenai prodesur administrasi pengawasan
dalam melaksanakan setiap kegiatan.
Tujuan
Yaitu untuk mewujudkan hasil pelaksanaan proyek dengan sebaik-baiknya, sesuai
spesifikasi, target waktu dengan biaya efisien.
Kewenangan-Kewenangan
Terbatas pada hal-hal yang sudah jelas dalam Kontrak (Syarat-Syarat Umum), Gambar
Kerja dan Spesifikasi, dan tidak boleh membuat penafsiran sendiri yang mengakibatkan
timbulnya masalah atau perubahan kontrak.
Pengawas tidak boleh menghambat/menghentikan pekerjaan tanpa alasan yang jelas,
kecuali yang dapat menimbulkan bahaya atau yang dapat merugikan pihak proyek atau
pihak lain yang lebih besar.
Fungsi
Sebagai sarana kontrol yang efektif dalam proses pengendalian pelaksanaan proyek, dan
merupakan sarana komunikasi antar Konsultan, Kontraktor dan unsur-unsur yang
terlibat dalam pelaksaanan pekerjaan di lapangan.
Penting
Kesalahan sekecil apapun dilapangan sebaiknya dihindari, karena dari masalah kecil
dapat menjadi awal masalah yang lebih besar hingga ke tingkat atas/pimpinan
team/perusahaan. Hal ini akan mengakibatkan kegagalan proyek itu sendiri.
e. Setelah persyaratan dinilai telah dapat dipenuhi oleh kontraktor dan pekerjaan
dianggap layak untuk dilaksanakan, kemudian ditandatangani oleh staf lapangan,
dan melaporkan hasil pemeriksaanya kepada atasan Konsultan.
f. Selanjutnya Konsultan akan menandatangani Request tersebut, dan segera
kontraktor memperbanyak menjadi 2 (dua) copy untuk diserahkan kepada konsultan
dan proyek dan pekerjaan siap dilaksanakan
Informasi tambahan agar dilampirkan, misalnya: shop drawing, peta lokasi pekerjaan,
analisa pekerjaan,
Pengawas pekerjaan harus mempunyai catatan sendiri (buka diary lapangan), yang
mungkin dikemudian hari dapat menjadi bahan pengingat atau pembuktian penting dari
suatu masalah.
Dengan dibuatnya laporan mingguan, diharapkan dalam ukuran skala mingguan setia
perkembangan kemajuan pekerjaan dapat dimonitor dan dievaluasi.
MULAI
PERSIAPAN
-Personil
-Administrasi
-Peralatan
MOBILISASI
PENUTUPAN KONTRAK
Monitoring lapangan
Waktu pelaksanaan proyek di lapangan perlu dimonitor dengan cara sebagai berikut:
Pencatatan kegiatan-kegiatan di lapangan secara rinci dan sistematis pada suatu
format tertentu untuk memungkinkan proses pengelolaan data selanjutnya.
Pencatatan data mentah untuk perhitungan ataupun hasil kerja lapangan baik
peralatan ataupun tenaga kerja.
Yang dimaksud data mentah adalah perkiraan kemajuan harian, jumlah quantity
dan tenaga kerja dalam satuan tertentu.
Faktor luar lainnya, misalnya cuaca, keadaan lapangan, dsb.
Ini merupakan butir-butir penting yang wajib dan perlu tercantum pada laporan
lapangan. Data dari lapangan diolah dan dicocokkan dengan asumsi-asumsi pada
penyusunan Jadwal Rencana Pelaksanaan Pekerjaan untuk kemudian dilakukan prediksi
dini kemungkinan terjadinya keterlambatan.
Banyak sekali Inspector lebih tertarik untuk mengawasi kualitas pekerjaan dengan
menghiraukan laporan yang menjadi tanggung jawabnya Sistem pelaporan yang baik
dan sistematik adalah kunci kesuksesan monitoring waktu.
Keterlambatan
Sering terjadi keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sehingga diperlukan perpanjangan
waktu dalam penyelesaiannya. Keterlambatan bisa terjadi karena beberapa hal,
misalnya :
Kondisi cuaca.
Perbedaan kondisi lapangan.
Kelangkaan material.
Suspensi/pemberhentian pekerjaan sementara.
Perintah perubahan.
Pemogokan tenaga kerja (jarang terjadi).
1) Konsep Keterlambatan
Ada 2 (dua) macam keterlambatan:
Keterlambatan beralasan (Excusable delay)
Keterlambatan beralasan (Excusable delay) adalah jika keterlambatan yang terjadi
dikarenakan faktor diluar tanggung jawab kontraktor. Bila terjadi, maka kontraktor
berhak atas perpanjangan waktu.
Bila Direksi/Proyek tidak dapat memberikan perpanjangan waktu maka, pada keadaan
ini kontraktor harus melakukan percepatan pekerjaan agar tidak terlambat dengan
mendapat biaya percepatan.
Keterlambatan
Keterlambatan
Keterlambatan Beralasan
Beralasan berkompensasi
Kesalahan Excusable delay Kesalahan Excusable
Compansable delay
Keterlambatan
Keterlambatan Tak Beralasan tak
Beralasan berkompensasi
Non Excusable delay Excusable non
Compansable delay
Segala jenis bahan dan material yang akan digunakan dalam konstruksi
harus diperiksa dan ditest terlebih dahulu sesuai dengan standar spesifikasi yang
berlaku.
Pemeriksaan dan pengetesan ini biasanya dilakukan oleh Kontraktor dan diawasi oleh
Team Konsultan Supervisi untuk selama waktu konstruksi. Pengujian-pengujian
tersebut dilaksanakan baik dilapangan maupun dilaboratorium.
Pekerjaan ini pada dasarnya juga merupakan pekerjaan pengawasan kuantitas dalam
hubungannya dengan prestasi kerja kontraktor dan pengawasan kualitas terhadap mutu
bahan konstruksi.
Berikut disajikan bagan alir prosedur penyiapan campuran beton (Job Mix Design) dan
Bagan Alir Pengendalian Mutu Beton dalam pelaksanaan di lapangan.
Beton
Agregat Pasta
60 - 80% Vol. Total 20 - 40% Vol. Total
Proses
- Hidrasi
- Pengerasan
sempurna
Kualitas Beton
Permohonan
Pesetujuan
Quarry
Ga Memenuhi Proce
Syarat
ss
Persetujuan
Material
(Konsultan)
Laporan/Rekomondasi
Laboratorium (JMF)
Bentuk lain pengendalian mutu dapat dilakukan pada proses Kontraktor mengajukan
Request For Work, dimana kontrol dan pengecekan yang dilakukan mulai dari kesiapan
kontraktor dalam mempersiapkan pekerjaan (alat, dan stok material), checking lapangan
(dimensi dan elevasi), kesesuaian dengan shop drawing, dll, hingga mendapat
persetujuan dari Engineer.
Prosedur Pengendalian Mutu Campuran Beton Jenis Test Lab Site Freq.
Cara Pengendalian
Gambar kerja perlu dipersiapkan oleh Kontraktor, diperiksa dan disetujui oleh Team
Konsultan Supervisi selama konstruksi berjalan. Hal ini dikarenakan Gambar yang
diterima sewaktu tender atau pada permulaan konstruksi adalah gambar-gambar
standar yang disiapkan sewaktu final engineering design, dimana ada kalanya
terdapatnya perubahan situasi dan kondisi lapangan yang memungkinkan adanya
perubahan-perubahan konstruksi.
e. Laporan Bulanan
1. Laporan Bulanan.
Setiap bulannya Team Konsultan Supervisi harus dapat dan berkewajiban
untuk menyusun dan menyampaikan kepada Owner melalui Project Officer
laporan bulanan, dibuat dengan menggunakan form-form standar yang telah
ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan
Kawasan Permukiman Kabupaten Penajam Paser Utara . Informasi yang dapat
diketahui secara lengkap apa-apa yang terjadi, kemajuan-kemajuan fisik maupun
hasil yang dicapai, masalah-masalah yang dihadapi, tingkat penyerapan dana/
pembayaran, penyimpangan-penyimpangan dari rencana kerja yang terpaksa
harus dilakukan, dan bahkan
sebaiknya dilampiri dengan chart- chart maupun foto-foto untuk
kelengkapannya. Pelaporan tersebut tidak hanya terbatas pada hal-hal yang
menyangkut aktivitas dari pada Kontraktor tetapi juga Team Konsultan
Supervisi berkewajiban untuk melaporkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kegiatan konsultan supervisi.
Laporan ini harus sudah diterima oleh Proyek Peningkatan Saranan dan
Prasarana Fisik Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara Paling lambat tanggal
5 bulan berikutnya.
2. Laporan-Laporan lain.
Dalam hal-hal tertentu, Owner melalui Project Officer dapat memintakan pihak
Engineer untuk menyusun dan menyampaikan laporan-laporan tersendiri disamping
Laporan Bulanan.
- Evaluasi atas hal-hal yang terpaksa agak menyimpang dari Drawings atau
Specifications;
- dan lain-lain hal yang dipandang mutlak perlu oleh Project Officer.
Pemberitahuan Konsultan
Penyelesaian Pekerjaan Layak Tembesan Proyek Tidak Layak
(Kontraktor)
Pemberitahuan
Kepada Proyek Untuk Check Perbaikan Pekerjaan
segera membentuk Kelayakan PHO (Kontraktor)
Team PHO Oleh Konsultan
Perbaikan pekerjaan
sesuai hasil pemeriksaaan Dengan atau tanpa perbaikan sesuaai catatan
hasil pemeriksaan
Kontraktor pelaksanakan
Pemberitahuan
Pekerjaan Pemeliharaan Dalam kurun waktu yang ditentukan Kontraktor
Penyelesaian Pekerjaan
Pemeliharaan
(Defect Liability Period). harus membuat Statement at Completion (5
Selama 180 hari HK, terhitung sejak copy), lengkap As Built Drawing dan Back Up
(Kontraktor)
Dikeluarkannya
sertifikat PHO
Date (Quantity & Quality)
Check oleh
Konsultan
Konsultan menerbitkan
sertifikat PHO
c. Laporan Akhir
Pada periode menjelang berakhirnya pelayanan jasa konsultan, maka perlu dipersiapkan
segala sesuatunya dalam rangka pembuatan suatu laporan akhir pekerjaan (Final
report). Segera setelah pelaksanaan Provisional Hand Over (PHO), maka Konsultan harus
menyerahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan
Kawasan Permukima laporan akhir yang mencakup :
-Metode pelaksanaan fisik;
-Pelaksanaan pengawasan Teknis;
-Saran-saran untuk pelaksanaan pemeliharaan pekerjaan;
-Semua masalah-masalah teknis yang ditemui;
-Masalah yang mungkin akan timbul serta saran penanggulangannya;
-Laporan visualisasi pekerjaan;
-Perkecilan As-Built Drawing.
Dalam suatu proyek pembangunan, ada 3 (tiga) pihak yang terlibat langsung di
lapangan yaitu Pemimpin Proyek, Konsultan pengawas, dan Kontraktor Pelaksana.
Quality Assurance adalah semua kegiatan yang diperlukan untuk memberikan rasa
percaya bahwa suatu konstruksi akan berfungsi dengan baik selama masa pelayanan.
Spesifikasi adalah bagian dari Dokumen tender, dan merupakan suatu standar yang
berlaku untuk semua pekerjaan Konstruksi atau pekerjaan yang sejenis.. Jika terdapat
perbedaan teknis antara satu pekerjaan Konstruksi dengan yang lainnya, maka tidak
dapat dicantumkan dalam spesifikasi karena tidak standar, karenanya perlu dicantumkan
dalam dokumen lain yaitu Gambar Pelaksanaan dan jika perlu diterbitkan pula
Spesifikasi Khusus.
Ada beberapa hal yang sangat mendasar dari spesifikasi yang perlu dipahami oleh
semua pihak antara lain sebagai berikut :
Ada 2 (dua) hal pokok yang menjamin quality control (pengendalian mutu) dapat
berjalan dengan baik dan menghasilkan mutu pelaksanaan yang baik pula, yaitu:
Aspek ketenaga kerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi,diatur melalui Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-
ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umummaupun pada tiap
bagian konstruksi bangunan. Peraturan ini lebihditujukan untuk konstruksi bangunan,
sedangkan untuk jeniskonstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh.
Disamping itu, besarnya sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan inisangat minim
yaitu senilai seratus ribu rupiah.Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan
Menakertrans tersebut, pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri
Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986 -104/KPTS/1986:
Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja padaTempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman
yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini merupakan pedoman
yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk konstruksi di Indonesia.
secara berkala (setiap tahun). Peraturan atau pedoman teknis tersebut juga sangat
komprehensif dan mendetail. Hal lain yang dapat dicontoh adalah penerbitan brosur-
brosur penjelasan untuk menjawab secara spesifik berbagai isu utama yang muncul
dalam pelaksanaan pedoman teknis di lapangan. Pedoman yang dibuat dengan tujuan
untuk tercapainya keselamatan dan kesehatan kerja, bukan hanya sekedar sebagai
aturan, selayaknya secara terus menerus disempurnakan dan mengakomodasi masukan-
masukan dari pengalaman pelaku konstruksi di lapangan. Dengan demikian, pelaku
konstruksi akan secara sadar mengikuti peraturan untuk tujuan keselamatan dan
kesehatan kerjanya sendiri.
• Terbentur
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak atau ditampar
sesuatu yang bergerak. Contohnya: terkena pukulan palu, ditabrak kendaraan, benda
asing material.
• Membentur
Yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak terkena atau bersentuhan dengan
beberapa objek. Contohnya : terkena sudut atau bagian yang tajam, menabrak pipa-
pipa.
Contoh dari caught inadalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki pekerja tersangkut
diantara papan-papan yang patah di lantai. Contoh dari caught on adalah kecelakaan
yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar kawat. Sedangkan contoh dari caught
between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan atau kaki dari pekerja tersangkut
bagian mesin yang bergerak.
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang
lebih rendah. Contohnya: jatuh dari tangga atau atap.
Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa tergelincir, tersandung,
jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan pekerja seperti
mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang dilakukan diluar batas
kemampuan.
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan anggota badan dengan
alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.
• Terbakar.
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak dengan percikan
bunga api, atau dengan zat kimia yang panas
1. Faktor Manusia
Pencegahan :
2.Faktor Lingkungan
Pencegahan:
3.Faktor Teknis
• Berkaitan dengan kegiatan kerja Proyek seperti penggunaan peralatan dan alat berat,
penggalian, pembangunan, pengangkutan dan sebagainya.
• Disebabkan kondisi teknis dan metoda kerja yang tidak memenuhi standar
keselamatan (substandards condition).
Pencegahan:
1. Kebijakan K3
• Merupakan landasan keberhasilan K3 dalam proyek.
• Memuat komitment dan dukungan manajemen puncak terhadap pelaksanaan K3
dalam proyek.
• Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakansebagai landasan
kebijakan proyek lainnya.
3. Identifikasi Bahaya
• Sebelum memulai suatu pekerjaan, harus dilakukan Identifikasi Bahaya guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
• Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan Safety
Departement.
• Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List,
What If, Hazops, dan sebagainya.
• Semua hasil identifikasi Bahaya harus didokumentasikandengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
7. Promosi K3
• Selama kegiatan proyek berlangsung diselenggarakan program- program Promosi
K3.
• Bertujuan untuk mengingatkan dan meningkatkan awareness para pekerja
proyek.
• Kegiatan Promosi berupa poster, spanduk, buletin, lomba K3 dan sebagainya.
• Sebanyak mungkin keterlibatan pekerja.
10.Safety Inspection
• Merupakan program penting dalam phase konstruksi untuk meyakinkan bahwa
tidak ada “unsafe act dan unsafe Condition” dilingkungan proyek.
• Inspeksi dilakukan secara berkala.
• Dapat dilakukan oleh Petugas K3 atau dibentuk Joint Inspection semua unsur dan
Sub Kontraktor.
11.Equipment Inspection
• Semua peralatan (mekanis, power tools, alat berat dsb) harus diperiksa oleh
ahlinya sebelum diijinkan digunakan dalam proyek.
• Semua alat yang telah diperiksa harus diberi sertifikat penggunaan dilengkapi
dengan label khusus.
• Pemeriksaan dilakukan secara berkala.
18. Audit K3
• Secara berkala dilakukan audit K3 sesuai dengan jangka waktu proyek.
Alat Pelindung Diri Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan
resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya.
Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung:
a). Safety helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda-benda yang dapat melukai kepala.
b). Safety belt
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat trasportasi.
c). Penutup telinga
Berfungsi sebagai penutup telinga ketika bekerja ditempat yang bising.
d). Kacamata pengamanan
Berfungsi sebagai pengamanan mata ketika bekerja dari percikan.
e). Pelindung wajah
Berfungsi sebagai pelindung wajah ketika bekerja.
f). Masker.
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihisap ditempat yang kualitas udaranya
kurang bagus.
g). Safety Shoes
Berfungsi mengurangi dampak dan menghindarkan terlukanya jari-jari kaki dari
hantaman,tusukan atau timpaan benda yang berat dan keras pada saat terjadi
kecelakaan kerja.