Anda di halaman 1dari 43

E PENDEKATAN DAN METODOLOGI

1. UMUM
Sesuai pemahaman konsultan dalam Kerangka Acuan Tugas, maka uraian dan penjelasan
kegiatan yang telah dipaparkan di atas, dapat dirumuskan dalam suatu langkah-langkah
pendekatan permasalahan dan aplikasi metode paling efektif sehubungan dengan
pelaksanaan layanan jasa pada proyek termaksud.
Pendekatan dan metodologi layanan jasa Konsultan tersebut telah disimpulkan
dalam bentuk rencana kerja yang dilengkapi dengan jadwal pekerjaan, jadwal
penugasan personil, tugas masing-masing tenaga ahli, tempat tugas dan lain sebagainya
yang sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
Hal-hal yang pokok dalam penanganan masalah layanan jasa tersebut, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Disamping memberikan layanan jasa supervisi sesuai Kerangka Acuan Tugas,
konsultan akan berusaha pula mengaplikasikan pengalamannya untukmelakukaan
langkah-langkah efektif sehingga dapat memberikan hasil yang terbaik.
Melaksanakan pengawasan untuk pengendalian biaya proyek dan berusaha dalam
hal efisiensi penggunaan biaya proyek.
Selain melakukan monitoring kemajuan pekerjaan, juga akan senantiasa
membuat metode pelaksanaan dan menyusun teknik penjadwalan kegiatan untuk
mendapatkan penghematan waktu.
Senantiasa berorientasi pada pelaksanaan program pengawasan jaminan mutu
secara efektif.
Senantiasa menjalin kerjasama secara harmonis dengan pihak kontraktor dalam
memecahkan masalah-masalah pelaksanaan pekerjaan dan pendaya-gunakan struktur
organisasinya.

Uraian tentang pendekatan dan metodologi berkaitan dengan layanan jasa konsultan
yang digunakan pada proyek ini secara jelas dipaparkan dalam sub bab berikut ini.
2. Tahap Supervisi Konstruksi

2.1. U m u m
Berdasarkan Kerangka Acuan Tugas, Lokasi proyek yang akan dilakukan supervisi adalah
Peningkatan Jalan Long Peso – Long Lasa Memiliki lokasi dan rencana waktu yang
disiapkan selama waktu 930 (Sembilan ratus tiga puluh) hari kalender dapat diprediksi
bahwa :
a. Lalu lintas yang akan melalui jalan ini adalah jalan dengan kategori lalu lintas yang
ringan.
b. Pekerjaan yang dilakukan dengan kategori peningkatan.
Dengan demikian, maka sistem pengawasan dan supervisi konstruksi menjadi hal
yang sangat penting sehingga diperlukan suatu wadah organisasi yang memadai
dalam melakukan monitor terhadap segala aspek pekerjaan sedemikian rupa sehingga
proyek ini dapat selesai tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya.
Untuk memenuhi target di atas, kami telah menyiapkan program kerja dan menyusun satu
tim memadai dalam jumlah dan kualitas yang terdiri dari tenaga-tenaga ahli seperti yang
dipaparkan pada usulan teknik ini pada point lainnya.
Dalam hal ini, kami yakin sepenuhnya bahwa jasa-jasa konstruksi yang akan kami berikan
dapat menambah satu bagian dalam hal penanganan pekerjaan pe n in g ka ta n jalan yang
dapat diandalkan menjadi Jalan Kabupaten atau Jalan Propinsi serta jalan
penghubung di Daerah-Daerah yang bersangkutan.

Pada prinsipnya, Konsultan lebih mengutamakan hal-hal yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :
Menyusun langkah-langkah yang terencana baik dan efektif mengenai pelaksanaan
Dokumen Kontrak baik fisik maupun administrasi teknis yang tentunyadapat dipahami
oleh kontraktor. Kegiatanini dilakukan diawali dari Pre Construction Meeting ( Rapat
Pendahuluan ) dan aktivitas lain pada masa mobilisasi.
Mengarahkan kontraktor untuk melakukan survei detail dan inventarisasi
lapangan kemudian melakukan rekayasa lapangan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan lapangan. Hasil rekayasa lapangan di konsultasikan dengan
Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen . Item pekerjaan yang dapat dilaksanakan
disesuaikan dengan dana yang tersedia dengan melakukan optimalisasi.
Mengarahkan kontraktor dalam persiapan metode pelaksanaan untuk semua kegiatan
pekerjaan dan membantu membuat revisi bila memerlukan peningkatan metode
tersebut.
Mengarahkan kontraktor untuk merencanakan dan menyusun jadual pelaksanaan
pekerjaan.
Bekerjasama dengan kontraktor dalam optimalisasi hasil kerja dari tenaga
kerjanya dan pendayagunaan peralatannya.
Senantiasa melakukan monitoring persediaan material dan peralatan yang memadai

Dokumen Usulan Teknis # 2


selama pelaksanaan.
Melakukan pengujian lapangan baik untuk pengujian tanah maupun
material lainnya dengan tujuan utama adalah tercapainya program jaminan mutu.
Secara periodik mengadakan Rapat Mingguan dengan pihak kontraktor guna
membahas semua kegiatan pekerjaan, terutama mengenai langkah-langkah yang
diperlukan untuk peningkatan dan efisiensi pelaksanaan di lapangan. Juga untuk
membahas secara detail dan menyelesaikan setiap masalah yang timbul, kaitan
dengan pengawasan mutu dan kemajuan pekerjaan.
Menyusun suatu metode yang menjamin, sehingga gambar kerja kontraktor tidak
terlambat dalam proses sejak pembuatan dan koreksi hingga mendapat persetujuan.
Menyelesaikan setiap perubahan dari perencanaan program,termasuk gambar
rencana dan spesifikasinya.
Membimbing kontraktor agar dapat memproduksi aggregat dengan mutu sesuai
spesifikasi yang telah disyaratkan.
Memeriksa dan menandatangani sertifikat pembayaran Bulanan Kontraktor,
sehingga penerimaan pembayaran dapat tepat pada waktunya, tanpa
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
Membuat laporan kepada Direksi secara lengkap dan kontinyu tentang segala
kemajuan pekerjaan melalui surat menyurat dan laporan kemajuan pekerjaan
bulanan.
Mengadakan rapat koordinasi sebulan sekali (yang harus dihadiri oleh staf utama
dari Direksi dan Konsultan serta Kontraktor) untuk membahas dan memecahkan
masalah penting yang terjadi selama pelaksanaan proyek.
Senantiasa menjalin hubungan secara harmonis dengan orang yangterlibat pada
proyek ini.
Dari uraian di atas, Konsultan berkeyakinan bahwa pekerjaan akan berjalan lancar
dengan hasil pekerjaan yang baik dan proyek akan selesai tepat pada waktunya.

Penjelasan tentang rencana usulan supervisi akan diuraikan dalam sub bab berikut ini.

2.2. Pekerjaan Persiapan


Apabila Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) kontraktor atau surat resmi lainnya, yang
menyatakan bahwa kontraktor sudah bisa memulai pekerjaan maka harus segera
dilakukan langkah-langkah untuk memulai pekerjaan persiapan sebagai tahap
pelaksanaan supervisi konstruksi, antara lain :
a. Atas persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan
Jembatan melakukan mobilisasi personil dan peralatan termasuk menyediakan kantor
proyek dan perlengkapannya serta alat transportasi.
b. Menyiapkan blanko standar dan membuat format laporan yang akan digunakan
selama pelaksanaan supervisi konstruksi (laporan Inspector, laporan pengujian
tanah dan bahan, blanko pengecekan topo-survey, blanko pengukuran volume
pekerjaan, blanko persetujuan request, surat menyurat antar instansi, blanko rekaman
pengiriman dan pemakaian peralatan/kendaraan dan lain-lain).

Dokumen Usulan Teknis # 3


c. Mengikuti atau memfasilitasi terlaksananya Pre Construction Meeting untuk
mendapatkan kesepakatan mengenai paling tidak 4 hal sebagai berikut :
 Kesamaan pengertian terhadap pasal-pasal DOKUMEN KONTRAK
menyangkut:
 Variasi pekerjaan (Pekerjaan tambah – kurang)
 Termination atau for feiture
 Mobilisasi
 Pemeliharaan dan pengenadalian lalu lintas
 Sub letting/ sub kontraktor
 Asuransi
 Dan lain-lain yang dianggap perlu:
 Kesepakatan tentang tata cara dan proses administrasi, Menyangkut :
 Request, approval & examination of works.
 Extension time for completion
 Drawing/gambar
 MC & Eskalasi
 PHO dan FHO
 Addendum kontrak
 Dan lain-lain yang dianggap perlu
 Kesepakatan tentang tata cara dan prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan utama
(Major item)
 Kemungkinan adanya perubahan komposisi/jumlah peralatan atau urutan kegiatan
pekerjaan yang telah dituangkan kedalam program mobilisasi dan jadwal konstruksi
yang telah disepakati menjelang penandatanganan kontrak.
Hasil-hasil Pre Construction Meeting dituangkan dalam bentuk Berita Acara yang
ditandatangani bersama oleh : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan Pejabat
Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Konsultan Supervisi
dan General Superintendent kontraktor.

d. Hal-hal penting lainnya harus dilakukan oleh konsultan pada tahap awal pekerjaan
adalah pengkajian ulang secara terinci dan evaluasi data yang telah ada
seperti standar perencanaan, rencana spesifikasi, surat keterangan material,
persyaratan kontrak, rencana aggaran biaya, rencana kerja, dan lain-lain. Hal ini
bermanfaat untuk menghilangkan keraguan atau mengoreksi kesalahan yang dapat
ditemukan serta dapat mengurangi biaya proyek dan menghemat waktu pelaksanaan
dengan pertimbangan yang dapat diterima secara teknis. Dalam Kerangka Acuan
Kerja butir 1.4. telah dikemukakan bahwa studi terdahulu atas jalan yang akan
dikerjakan ini belum ada, sehingga akan dikoordinasikan dengan Pelaksana/Pejabat
Pembuat Komitmen untuk melakukan rekayasa lapangan dan selanjutnya kaji ulang
perencanaan sesuai dengan tingkat dan prosedur baku yang sudah ada. Produk Kaji

Dokumen Usulan Teknis # 4


Ulang perencanaan akan diselesaikan dalam priode mobilisasi, sehingga tidak
menghambat aktivitas kontraktor dalam tahapan konstruksi selanjutnya.
Untuk proyek pendek (non multy years), kaji ulang harus selesai dalam waktu 1 bulan
setelah Site Take Over, dan dilakukan Contract Change Order oleh Panitia Peneliti
Pelaksanaan Kontrak kemudian dibuatkan Amandemen Kontrak.
2.3. Pengaturan Lalu Lintas
1. U m u m
Arus lalu lintas selama periode konstruksi tentu akan terganggu. Hal ini tidak
dapat dihindari, sebagai akibat pengoperasian alat berat sepanjang jalur lalu lintas
dan lokasi pekerjaan konstruksi. Untuk itu disarankan agar menjaga kelancaran
arus lalu lintas selama pelaksanaan konstruksi dan konsultan akan mengusulkan
metode pelaksanaan pekerjaan sehingga kemacetan arus lalu lintas selama
konstruksi dapat dihindari.
2. Usulan Pengaturan Lalu Lintas
Konsultan akan mengusulkan pengaturan lalu lintas dengan pertimbangan secara
matang dan teliti untuk meminimalkan gangguan lalu lintas dan ketidaknyamanan yang
dialami oleh masyarakat. Dengan demikian konsultan juga percaya bahwa dalam
penyusunan rencana pelaksanaan konstruksi telah menjadi bagian pertimbangan
dalam hal ini.
Sebagai tambahan, rencana secara terinci dalam pengawasan dan pengaturan lalu
lintas harus disusun sebagai berikut :

Selama tahap mobilisasi dan sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus


menyiapkan rencana detail tentang metode yang terbaik untuk pengawasan dan
pengaturan lalu lintas selama setiap tahap periode konstruksi. Rencana tersebut
harus meliputi semua kemungkinan metode pengawasan dan pengaturan lalu lintas.
Setelah Kontraktor merumuskan rencana awal, maka harus mengadakan rapat
konsultasi dengan pihak konsultan, Proyek Manajer dan wakil dari instansi lain yang
terkait secara langsung guna membahas seluruh aspek perencanaan dan
memutuskan metode yang paling efektif yang akan digunakan dalam pengawasan
dan pengaturan lalu lintas.
Selain itu, konsultan juga akan melakukan koordinasi dengan kontraktor
mengenai pemanfaatan jalan kerja agar tetap dapat terpelihara.

Setelah rencana kontraktor tersebut sudah disiapkan, maka harus diperiksa oleh konsultan
(terkait dengan wakil dari instansi yang menghadiri rapat). Setiap perubahan dan
tambahan akan dikembalikan. Setelah disetujui, maka disajikan menjadi rencana bagian
pengawasan dan pengaturan lalu lintas.

Selama pelaksanaan kontraktor menyelesaikan rencana tersebut, kemudian dikirim


guna mendapat konstruksi, konsultan harus senantiasa mengarahkan kontraktor untuk
merevisi rencana pengawasan dan pengaturan lalu lintas jika perlu.

Dokumen Usulan Teknis # 5


2.4. Program Jaminan Mutu
Pada dekade terakhir ini skala dan kompleksibilitas proyek jalan semakin bertambah
besar, dana terbatas, periode pelaksanaan singkat dan tuntutan untuk menghindari
kesalahan pelaksanaan semakin intensif. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan diperlukan sistem quality assurance (jaminan mutu) yang berguna
untuk mencegah terjadinya kesalahan, dan menemukan kesalahan pada saat yang
tepat.
Quality assurance adalah semua kegiatan yang diperlukan untuk memberikan rasa percaya
(confidence) bahwa suatu konstruksi akan berfungsi dengan baik selama masa pelayanan.
Dari uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pemahaman konsultan terhadap
program jaminan mutu merupakan hal yang paling essensial dalam penanganan proyek.
Dari pengalaman menangani Proyek-proyek peningkatan jalan, menurut konsultan paling
tidak ada 3 hal yang paling mendasar mengenai program jaminan mutu yang akan
diuraikan berikut ini, yakni:

a. Pemahaman terhadap Syarat-syarat teknis pekerjaan.


Syarat-syarat teknis pekerjaan diatas diatur dalam spesifikasi BAB V – Dokumen
Kontrak Fisik. Secara garis besar spesifikasi terdiri dari 6 pokok uraian sebagai berikut :
1. Uraian atau lingkup pekerjaan
a. Mencakup seluruh bagian-bagian pekerjaan yang tercakup dalam artikel /
jenis pekerjaan yang dimaksud.
b. Pada umumnya yang tercakup lebih luas / banyak dari judul / jenis pekerjaan
itu sendiri.
c. Menentukan jenis peralatan yang diperlukan d. Mempengaruhi struktur analisa
harga satuan
2. Bahan atau Material
a. Mencakup ketentuan bahan baku maupun bahan olahan
b. Mencakup tata cara “handling”
3. Metode pelaksanaan dan peralatan yang digunakan
a. Sebelum pelaksanaan diharuskan melakukan percobaan/pengujian
b. Mangatur cara dan urut-urutan pelaksanaan, peralatan yang disarankan,
keadaan cuaca yang disarankan, pengendalian mutu setiap tahap pelaksanaan
4. Syarat hasil akhir dan pengendalian mutu.
a. Merupakan persyaratan paling penting / menentukan sebelum pekerjaan tersebut
layak untuk diterima dan dibayar
b. Bagian dari proses pengendalian mutu tahap akhir.
5. Cara pengukuran hasil kerja
a. Mengandung unsur “penyederhanaan” dan memperkecil kemungkinan
“silang pendapat” di lapangan
b. Hasilnya pada umumnya lebih kecil dari apa yang telah dikerjakan (dari sudut

Dokumen Usulan Teknis # 6


kuantitas)
c. Sangat mempengaruhi “faktor koreksi” dalam analisa harga satuan.
6. Cara pembayaran.
a. Mencakup satuan dari pembayaran ( Rp/ton, Rp/m2, Rp/liter, dll )

b. Pembayaran dimaksudkan sebagai “kompensasi” dari tenaga kerja, bahan,


peralatan, dsb, untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan yang tercakup
dalam diskripsi pekerjaan yang dimaksud. Penjelasan tersebut menyiratkan
bahwa tidak akan mungkin diperoleh hasil yang optimal dari proyek
tanpa dilakukan pemahaman dan penerapan Dokumen Proyek secara baik
oleh semua pihak yang terkait.

b. Pelaksanaan kendali mutu yang benar.


Tata cara pengendalian mutu yang baik khususnya yang berkenaan dengan
persyaratan teknik :

1. Tahap Pengendalian mutu yang baik


Ada tiga tahap pengendalian mutu :
 Pengendalian mutu bahan baku
 Pengendalian mutu bahan olahan
 Pengendalian mutu bahan pekerjaan terpasang.
2. Jenis Pengendalian mutu yang baik.
Ada dua jenis pengendalian mutu yang harus dilakukan
 Mutu tentang dimensi ( panjang, lebar, tebal. Elevasi, kemiringan, kerataan, dsb )
 Mutu tentang kualitas fisik ( kepadatan, stability, kuat tekan, CBR, dsb)
3. Aplikasi Spesifikasi yang benar.
Struktur Spesifikasi selalu mencakup 5 hal untuk tiap jenis pekerjaan maupun
bahan, yakni :
 Jenis pemeriksaan material
 Metode pemeriksaan
 Frekuensi pemeriksaan
 Persyaratan mutu
 Toleransi

Aplikasi spesifikasi yang benar yang mencakup kelima hal tersebut diatas untuk
setiap item pekerjaan dapat dilihat pada lembar berikut.

Dokumen Usulan Teknis # 7


Dokumen Usulan Teknis # 8
Dokumen Usulan Teknis # 9
c. Persetujuan atau Penolakan Pekerjaan
Pada setiap bagian pekerjaan yang sudah selesai, Konsultan akan mengadakan metode
"Inspeksi untuk menerima hasil pekerjaan" secara tepat. Jika pekerjaan sudah
dilakukan secara memuaskan dan sesuai dengan spesifikasi dalam Dokumen
Kontrak, konsultan akan membuat rekomendasi secara resmi kepada Pelaksana/Pejabat
Pembuat Komitmen penerimaan pekerjaan.
Pekerjaan yang tidak dapat diterima atau tidak sesuai dengan spesifikasi, akibat
penyimpangan kualitas karena pelaksanaan yang buruk, pemakaian bahan yang
rusak, atau akibat hal lain sehingga ditolak akan diberikan catatan secara
tertulis mengenai alasan penolakan tersebut, dengan mengkoordinasikannya kepada
Pelaksana/ Pejabat Pembuat Komitmen berkaitan dengan setiap pekerjaan yang ditolak.
Program jaminan mutu, yang akan dilaksanakan oleh konsultan dalam melakukan tugas
dan tanggung jawabnya akan mengacu pada program jaminan mutu yang diuraikan
diatas. Oleh sebab itu dalam penanganan proyek ini selain tenaga professional yang
kualified yang akan ditugaskan, tenaga teknis yang akan diturunkan juga adalah
tenaga-tenaga yang sudah matang dan berpengalaman di bidang tugasnya masing-
masing.

2.5. Monitoring Kemajuan Pekerjaan


1. Pengendalian Jadwal Pelaksanaan
Salah satu hal yang harus dilaksanakan konsultan setelah Surat Perintah Mulai
Kerja (SMPK) adalah melakukan diskusi dengan kontraktor mengenai jadwal
pelaksanaan yang lebih terinci, untuk bersama-sama menyusun jadwal tersebut.
Berdasarkan pengalaman dalam supervisi konstruksi pada proyek yang sejenis,
konsultan menyadari benar bahwa jadwal membutuhkan evaluasi yang
berkesinambungan untuk memantau kelemahan struktur organisasi kontraktor,
metode pelaksanaan, penugasan personil, penggunaan peralatan dan lain
sebagainya.

Dokumen Usulan Teknis # 10


Pada umumnya pelaksanaan kontrak dibagi atas 3 periode :
- Periode satu : Rencana pelaksanaan 0 - 70 %
- Periode dua : Rencana pelaksanaan 70 – 100 %
- Priode tiga : Rencana pelaksanaan 100 %.
Suatu proyek dikatakan kritis bila :
- Pada priode kesatu : keterlambatan > 25 %
- Pada priode kedua : keterlambatan > 15 %
- Pada Periode ketiga : Fisik belum selesai.
Proyek dikategorikan terlambat bila :
- Pada priode kesatu : keterlambatan 10 - 25 %
- Pada priode kedua : keterlambatan 10 - 15 %
Untuk Proyek kritis harus dilakukan Show Cause Meeting.
Oleh sebab itu Konsultan merencanakan akan mengendalikan kemajuan pekerjaan
konstruksi dengan CPM (Critical Path Methode) dari jadwal pelaksanaan kerja.
Dengan CPM jadwal diperbaharui berdasarkan progress perbulan dengan Komputer.
Sehingga Konsultan (Supervision Engineer) akan melibatkan diri dengan semua
aspek kegiatan pengendalian kemajuan kerja.
Konsultan secara periodik setiap minggu, mengevaluasi jadwal kontraktor tentang
kemajuan dari kegiatan lapangan dan langkah- langkah perbaikan yang harus
diambil untuk mengurangi keterlambatan yang dialami.
Jika diprediksi bahwa bagian pekerjaan yang kritis ( Critical Path ) akan tertunda,
konsultan segera memfasilitasi pelaksanaan rapat khusus dengan kontraktor dan
Pelaksana/ Pejabat Pembuat Komitmen untuk mendiskusikan semua item pekerjaan
berhubungan dengan masalah tersebut, menunjukkan secara tepat apa
permasalahannya, memberi pengarahan bagaimana mencari jalan keluarnya dan
menginstruksikan kontraktor untuk mengambil tindakan segera. Perlu dicatat bahwa
hal ini harus diambil bukan setelah Critical Path ditunda.

Dokumen Usulan Teknis # 11


2. Evaluasi Ulang Terhadap Rencana Kerja Kontraktor
Sebelum pekerjaan konstruksi, konsultan akan mengkaji ulang dan melakukan
evaluasi tentang rencana kerja kontraktor yang memperlihatkan metode usulan dan
prosedur pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Rencana kerja ini menggambarkan
secara detail program kerja kontraktor seperti mobilisasi, jadwal pelaksanaan yang
memperhitungkan lalu lintas dan faktor keamanan, metodologi pelaksanaan, program
pengendalian mutu, metode pengadaan dan penyimpanan material, penggunaan
peralatan kerja, organisasi kerja, sub kontraktor (jika ada) dan lain-lainnya.
Pertimbangan Konsultan atas rencana kerja kontraktor akan memerlukan perhatian
khusus terutama pada beberapa pokok persoalan berikut ini :
 Metode pelaksanaan untuk mendapatkan mutu kerja sesuai dengan
spesifikasi dan syarat-syarat kontrak
 Jadwal pelaksanaan pekerjaan secara detail dengan metode Critical Path dan atas
pertimbangan semua kegiatan item pekerjaan yang saling berkaitan
 Perhitungan pengendalian keselamatan, terutama keamanan lalu lintas yang ada
dengan mempertimbangkan kenyamanan masyarakat
 Mobilisasi peralatan dan personil yang memadai.
Berdasarkan hasil evaluasi di atas, konsultan akan meminta kontraktor untuk merevisi
rencana kerja dan membantu bila diperlukan. Setelah rencana kerja tersebut
diperbaiki sesuai dengan pertimbangan konsultan, walaupun telah disetujui akan
tetapi tetap dikaji ulang lebih jauh jika memang diperlukan.
3. Perencanaan dan Koordinasi Kemajuan Jadwal CPM
Suatu metode yang efektif untuk kemajuan pekerjaan secara memuaskan, atau
bahkan untuk meningkatkannya, adalah hal yang memerlukan perhatian terutama dari
segi penjadwalan proyek dan rapat koordinasi yang diadakan setiap Minggu
(sebaiknya setiap hari

Dokumen Usulan Teknis # 12


Senin pagi) antara konsultan dan kontraktor. Dalam rapat ini harus dihadiri oleh
personil utama dari kedua pihak, untuk rumusan rencana kerja selanjutnya.
Pada saat yang sama, setiap masalah yang timbul yang dapat mempengaruhi metode
CPM, akan dianalisa dengan langkah- langkah yang tepat untuk mendapatkan
pemecahannya. Dalam hal ini, sebelum diadakan rapat bersama staf pada setiap
akhir Minggu (hari Sabtu) untuk membicarakan kegiatan Minggu tersebut dan
menentukan bobot kemajuan yang dicapai.

Kemudian kontraktor harus pula mempersiapkan sebuah jadwal Bar- Chart sederhana
yang memperlihatkanjadwal pekerjaan selanjutnya yang direncanakan pada Minggu
berikut dan menunjukkan Rapat Koordinasi Mingguan pada setiap hari Senin antara
konsultan dan kontraktor.

Walaupun jadwal Mingguan kontraktor bersifat sementara, namun tetap akan


membantu secara efektif konsultan maupun kontraktor di lapangan terutama
pengaturan personilnya guna menghilangkan keraguan, sehingga dapat mengakibatkan
kemajuan yang lebih positif.

Sepanjang koordinasi yang baik dan terpelihara antara konsultan dan kontraktor,
maka akan memudahkan terutama dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan,
memecahkan masalah dan menghindarkan kesalah pahaman serta akan
memungkinkan tercapainya pekerjaan yang maksimum.

4. Evaluasi Ulang Terhadap Gambar Pelaksanaan Kontraktor Kontraktor diharuskan


menyerahkan gambar pelaksanaan kepada Konsultan untuk disetujui, dimana
diperlihatkan secara lengkap dan lebih rinci seluruh bangunan/struktur yang
harus dibangun sesuai Construction Plant yang digunakan, waktu untuk pekerjaan
persiapan, pemeriksaan, perbaikan dan persetujuan gambar pelaksanaan yang bisa
dipertimbangkan dan jika tidak akan terjadi keterlambatan kemajuan kerja. Dengan
menyadari akan hal ini, konsultan dengan kontraktor menyusun jadwal proses gambar
pelaksanaan dan dipersiapkan untuk disetujui sesuai prioritas yang dapat
mempengaruhi critical path.

5. Memacu Keterlambatan Pekerjaan


Bila Kontraktor gagal memenuhi target dalam sesuai jadwal yang telah disepakati
sebelumnya baik akibat kelalaian kontraktor maupun akibat permasalahan tertentu
sehingga terjadi deviasi yang cukup besar, maka konsultan akan segera
mengusulkan untuk dilakukan Show Cause Meeting (Rapat pembuktian). Untuk
proyek LCB (Local Competitive Bidding) tingkatan pelaksanaan Show Cause
Meeting dilakukan sesuai deviasi keterlambatan proyek dengan urutan
tingkatan sbb :

Dokumen Usulan Teknis # 13


 Keterlambatan 10 – 15 % dilakukan SCM tingkat Proyek.
 Keterlambatan 15 – 25 % dilakukan SCM tingkat Propinsi.
 Keterlambatan > 25 % dilakukan SCM tingkat Direktorat Jenderal

Materi rapat Show Cause Meeting mencakup hal sebagai berikut :

 Pembuktian tentang kemungkinan / kesanggupan kontraktor bila diberi


kesempatan umtuk mengatasi keterlambatan atau masalah
 Test Case yang diperintahkan kepada kontraktor guna
membuktikan kesanggupannya dalam jangka waktu tertentu.

Keputusan akhir atas pelaksanaan Show Cause Meeting dapat berupa :

 Dilanjutkan dengan perpanjangan waktu


 Dilanjutkan tapi denda pada akhir masa kontrak apabila pekerjaan belum
terselesaikan
 Kerja sama dengan Pihak Ketiga / Three Parties Agreement (TPA)
 For Feiture.
 Pemutusan Kontrak.
a. Perpanjangan waktu pelaksanaan.
Dalam pelaksanaan fisik kadang-kadang dijumpai hal-hal yang sebelumnya tidak
diperhitungkan dalam penentuan waktu pelaksanaan dalam dokumen
kontrak, sehingga bagaimanapun upaya kontraktor untuk mengerjakan tugasnya
tetap terjadi keterlambatan dari progress yang dibuat berdasarkan waktu
pelaksanaan sesuai dengan dokumen kontrak. Untuk kasus demikian, kontraktor
akan mengajukan perpanjangan waktu dengan alasan- alasan tertentu. Hal-hal
yang layak dipertimbangkan untuk pemberian rekomendasi perpanjangan waktu oleh
konsultan adalah sebagai berikut :
- Pekerjaan tambah / kurang. Walaupun CCO yang dsepakati adalah CCO
balance, namun item pekerjaan tambah yang diberikan memerlukan waktu
pelaksanaan yang lebih lama dibanding dengan pengurangan item pekerjaan
lain sebelumnya, misalnya Penambahan kuantitas item pekerjaan Pasangan
batu atau saluran pasangan batu dengan mortar yang dikerjakan secara manual
dibanding dengan pengurangan kuantitas pekerjaan yang dilakukan secara
mekanis misalnya pekerjaan Hot mix.
- Perubahan Desain. Misalnya perubahan ketebalan LPA atau LPB menjadi
lebih tebal sehingga kuantitasnya meningkat dibanding dengan pengurangan
ketebalan lapisan beraspal akan memerlukan waktu yang lebih lama.
- Bencana Alam. Bila terjadi bencana alam misalnya terjadi banjir , tanah longsor,
dan lain-lain sehingga aktivitas kontraktor terhambat atau ada bagian pekerjaan
yang rusak yang harus diperbaiki kembali oleh kontraktor. Bencana alam harus
dibuktikan dengan pernyataan Gubernur .

Dokumen Usulan Teknis # 14


- Hambatan Proyek. Proyek terhambat baik akibat “hilang” nya material pokok
dari pasaran, misalnya aspal atau semen maupun hambatan karena
pembebasan tanah di lokasi yang belum beres.
- Force Majeur. Terjadinya hal-hal yang diluar kekuasaan kedua
pihak ( Kontraktor dan pemilik Proyek ) misalnya : terjadi perang, pemberontakan,
perang saudara, huru-hara atau kekacauan lainnya. Kasus ini juga harus di
“back up” dengan Pernyataan Gubernur
- Hujan yang luar biasa. Secara umum hari hujan memang sudah
diperhitungkan dalam menghitung waktu pelaksanaan dalam dokumen kontrak,
oleh sebab itu kondisi yang bisa dipertimbangkan adalah bila hujan yang terjadi
merupakan hujan yang luar biasa akibat perubahan musim, misalnya terjadinya
fenomena “El Nino “ pada tahun 1997 – 1998. Curah hujan yang terjadi
harus dibuktikan data pencatatan curah hujan harian.
Prosedur pengusulan sampai persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan
dapat dikemukakan sebagai berkut :

 Kontraktor : Mengajukan usulan tertulis dengan dilengkapi alasan perpanjangan


waktu dan waktu tambahan yang dibutuhkan kepada Pemimpin Proyek dengan
tembusan Konsultan Supervisi.
 Konsultan supervisi : mempelajari usulan kontraktor dan membuat Justifikasi
teknis termasuk mengevaluasi kebutuhan waktu pelaksanaan.
 Pemimpin Proyek meminta kepada Panitia Peneliti Pelaksanaan
Kontrak untuk membahas usulan Kontraktor.
 Panitia Peneliti melaksanakan rapat yang dihadiri oleh unsur Proyek,
Konsultan Supervisi dan Kontraktor. untuk membahas usulan kontraktor
tersebut. Panitia Peneliti memberikan rekomendasi kepada Pelaksana/Pejabat
Pembuat Komitmen mengenai usulan tersebut termasuk waktu yang disetujui
apabila perpanjangan waktu diberikan. Yang dituangkan dalam Berita Acara Rapat.
 Dengan dasar tersebut Pelaksana/ Pejabat Pembuat Komitmen membuat
amandemen / addendum kontrak

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan sebelum Amandemen Kontrak diterbitkan


adalah :

 Semua jaminan (uang muka, pelaksanaan dan lain-lain) harus disesuaikan.


 Jadwal pelaksanaan fisik Curva S disesuaikan, dengan tetap
mempertahankan kemiringan curva.

2.6. Pengendalian Biaya Proyek

Dokumen Usulan Teknis # 15


1. U m u m

Konsultan menyadari sepenuhnya dalam hal pengendalian semua biaya yang berhubungan
dengan proyek dan akan membuat usaha pengendalian secara dini hingga akhir tahap
konstruksi.
Berbagai cara untuk melakukan hal ini, seperti penggunaan komputer untuk
pengolahan data pembiayaan, menghindari keterlambatan kemajuan pekerjaan,
mempertahankan pekerjaan tambah kurang seminimal mungkin, dan menjamin
prosedur pelaksanaan konstruksi yang paling efisien.
Dalam pengendalian biaya proyek yaitu meminimalkan biaya operasi lapangan,
menyiapkan sertifikat pembayaran secara teliti dan meyakinkan Kontraktor dengan
membayar pekerjaan yang telah dikerjakan, menyiapkan perkiraan pekerjaan sisa
secara berkala sehingga jadwal pembayaran bisa disesuaikan dengan taksiran kemajuan
pekerjaan yang tepat, dan menjamin bahwa pekerjaan telah diterima sesuai dengan
spesifikasi.
Sebagai ringkasan, cara terbaik untuk mengendalikan biaya proyek secara
keseluruhan adalah mengoptimalkan pekerjaan yang telah selesai dan menjamin bahwa
tanggal penyelesaian kontrak dapat dicapai tanpa adanya perpanjangan waktu. Pada sub
bab ini berisi uraian singkat tentang penggunaan sistim komputer dalam pengendalian
biaya proyek, pengolahan pengeluaran rekening kontraktor dan kontinyu memeriksa
keseimbangan jumlah bahan yang tersisa selama pelaksanaan.

2. Sistem Komputer untuk Pengolahan Data Pembiayaan Proyek


Menjaga data biaya proyek yang terbaru adalah bagian yang terpenting dari supervisi
konstruksi tetapi kegiatan ini menjadi sulit dan memerlukan waktu, dengan akibatnya
sering menjadikan kurang efektifnya metode ini.

Tetapi pada proyek ini Konsultan akan menggunakan sistem Komputer yang bisa
beroperasi dilapangan tanpa memerlukan alat penunjang yang lebih memadai. Hal ini
berarti bahwa konsultan harus dapat mengolah semua data yang berhubungan dengan
pengontrolan biaya proyek secara cermat, teliti dan cepat.
a. Persiapan dan Pemrosesan Tagihan Kontraktor
Sistem pembayaran yang biasa digunakan terhadap prestasi kontraktor
terdiri dari :

 Sistem Monthly Certificate ( MC )


System Monthly certificate merupakan cara pembayaran yang terhadap prestasi
pekerjaan kontraktor setiap bulan. Oleh karena itu Kontraktor akan mengajukan
tagihan setiap bulan kepada proyek mengenai prestasi pekerjaan yang bisa diterima
baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Dari Pengalaman mengerjakan proyek sejenis beberapa hal yang berkaitan
dengan sistem MC ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

 Harus diajukan setiap bulan meskipun progress yang ditagihkan Rp. 0.

Dokumen Usulan Teknis # 16


 Diajukan setiap tanggal 25 bulan yang bersangkutan
 Maksimal 7 hari setelah tanggal pengajuan sudah harus ada tanggapan, diterima ,
diperbaiki atau ditolak.
 Maksimal 10 hari setelah pengajuan SPP diajukan Ke
Pelaksana/ Pejabat Pembuat Komitmen.
 Tanggal 10 bulan berikut sudah disetujui untuk dibayar.
 Bila ada perbedaan pendapat terhadap item pekerjaan yang diajukan, MC bisa jalan
terus dengan menunda item pekerjaan yang masih bermasalah.
 Bila belum tercapai kesepakatan dapat dibayarkan 70 %.
 Material On site dapat dibayarkan 80 % untuk material dan 40
% untuk agregat dari kuantitas yang telah siap dilapangan.
 Oleh karena dalam MC digunakan sistem kumulatif maka dalam setiap
pengajuan MC terdapat potongan-potongan yang terdiri dari:
 Nilai bersih MC sebelumnya

 10 % untuk jaminan pemeliharaan

 Angsuran uang Muka

 Pajak, denda dan lainnya

Pengajuan MC juga dilengkapi dengan asuransi, sewa alat dan retribusi


tambang galian golongan C

 Sistem Termyn
Termyn dibayarkan apabila prestasi kontraktor telah mencapai progress tertentu
yang tercantum dalam kontrak. Penelitian dan pemeriksaan dilakukan oleh Direksi
teknik / Konsultan Supervisi sesuai dengan progress yang diajukan. Maksimal
10 hari setelah pengajuan dokumen termyn, SPP sudah harus disajikan.
Konsultan akan memeriksa dan mengevaluasi hasil pengukuran material dan
opname pekerjaan yang dapat diterima dan hasil pekerjaan sesuai dalam
ketentuan Dokumen Kontrak. Metode pengukuran dan perhitungan yang dipakai
dalam menentukan jumlah material terpasang dan hasil pekerjaan yang dapat diterima
sebagaimana ditunjukkan Dokumen Kontrak.
Kegiatan ini penting, sehingga Site Engineer didampingi memeriksa pengukuran hasil
pekerjaan dengan teliti dan dapat diterima.Konsultan dengan cara tepat akan
memeriksa pengukuran hasil pekerjaan yang sudah disiapkan oleh kontraktor dan
akan menerima sesuai jumlah pekerjaan yang sebenarnya sesuai dengan
spesifikasi. Konsultan kemudian akan merekomendasikan Sertifikat Pembayaran
Bulanan atas pekerjaan yang telah selesai dan disetujui
Format blanko standar yang digunakan disiapkan khusus untuk sertifikat
pembayaran bulanan yang telah disetujui Direksi. Jumlah pembayaran secara bertahap
akan dihitung sebagaimana mestinya sesuai dengan harga satuan dan jumlah
pekerjaan yang sudah disetujui oleh Konsultan.
Sertifikat bulanan ditanda tangani oleh wakil senior supervisi dari konsultan dan

Dokumen Usulan Teknis # 17


kontraktor kemudian diteruskan ke Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen untuk
pemeriksaan akhir dan persetujuan pembayaran. Bagan alir prosedure sertifikat
pembayaran mulai dari tahap pekerjaan fisik untuk bagian pekerjaan yang diajukan
dapat dilihat lembar berikut ini :
b. Pemeriksaan Jumlah Material Sisa dan Perkiraan Biaya Berkala Konsultan akan
mengkaji ulang dan memeriksa secara berkala pekerjaan sisa, dibuat perkiraan
biaya untuk semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dan disampaikan kepada
Direksi secara berkesinambungan tentang keadaan perkiraan keseimbangan
pekerjaan yang harus diselesaikan. Untuk hal ini Konsultan akan menyiapkan jadwal
pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan dengan taksiran dansecara rutin
diperbaharui secara berkala pula seiring dengan kemajuan pekerjaan yang
sebenarnya serta setiap perubahan jadwal pekerjaan.

2.7. Pengendalian Keselamatan


Keselamatan personil adalah hal yang sangat penting dan menjadi hal yang harus
dipertimbangkan dalam setiap pekerjaan konstruksi, khususnya akibat terjadinya
bangkitan lalu lintas berhubung dengan pelaksanaan proyek ini.

Selain faktor keamanan terhadap lalu lintas, personil yang terlibat dalam proyek juga
harus diingatkan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya longsor pada
pekerjaan galian, kemungkinan tertimbun apabila mengerjakan galian yang lebih tinggi
diatas kepala, dari bahan–bahan peledak apabila suatu pekerjaan galian batu harus
dilakukan dengan cara “blasting” dan lain-lain sebagainya
Hampir dalam setiap dokumen kontrak, selalu dipersyaratkan agar kontraktor
mengasuransikan keseluruhan personil yang terlibat dalam proyek. Konsultan akan
mengkoordinasikan hal tersebut dengan Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen
agarKontraktormemenuhi persyaratan tersebut. Untuk keamanan pejalan kaki akan disusun
dengan suatu pertimbangan khusus, terutama kegunaan dengan maksud dalam skala
besar, tanda lalu lintas dan tanda pengatur, barikade, lampu seperti yang diperlukan
malam hari dan pengaman yang sama. Peralatan rambu yang berwarna akan digunakan
untuk lalu lintas pada lokasi yang berbahaya dan selama perjalanan jam puncak.
Beberapa galian terbuka ditutup dengan barikade yang mempunyai reflektor dan bercahaya
bila malam hari. Selama periode konstruksi, konsultan akan memberi tanda sederhana
berdasarkan pertimbangan keamanan atau daerah yang ditentukan untuk diperbaiki
keamanannya, dan kontraktor akan mengambil langkah secara tepat termasuk
memperbaharui program keamanan proyek.

2.8. Pekerjaan Tambah Kurang

Dokumen Usulan Teknis # 18


Walaupun pada prinsipnya bahwa perintah kerja tambah kurang tidak dinginkan karena
dapat mengakibatkan penambahan biaya dan perpanjangan waktu. Namun demikian
konsultan harus tetap menyiapkan kemungkinan timbulnya perubahan yang dapat
saja terjadi selama periode pembangunan jalan.
Ada dua bentuk perubahan atas pekerjaan yakni Change order dan Addenda.
Change Order, adalah suatu perintah tertulis yang diterbitkan oleh Pelaksana/Pejabat
Pembuat Komitmen dengan rekomendasi Konsultan supervisi dan ditandatangani pula
oleh Kontraktor, yang menunjukkan bahwa Pihak Kontraktor menerima adanya perubahan-
perubahan atas pekerjaan atau perubahan-perubahan atas dokumen Kontrak dan
persetujuannnya pada dasar pembayaran dan penyesuaian waktu, bila ada, untuk tujuan
pelaksanaan dari perubahan itu.
Addenda, adalah suatu perjanjian tertulis antara Pemilik dan Kontraktor yang mensyahkan
perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau Dokumen Kontrak, yang mana terjadinya
variasi dalam struktur Harga Satuan Mata Pembayaran dan diperkirakan akan
menyebabkan terjadinya variasi jumlah Nilai Kontrak dan sudah pernah dinegosiasi
sebelumnya dan disepakati melalui Change order. Addenda juga harus dibuat pada saat
penutupan Kontrak dan untuk semua perubahan kontraktual atau perubahan teknis penting
lainya, tanpa memandang apakah terjadi variasi- variasi struktur Harga Satuan atau
terhadap jumlah Harga Kontrak.

Perubahan-perubahan atas pekerjaan dapat terjadi karena prakarsa dari Konsultan /


Direksi Teknik atau prakarsa dari Kontraktor, dan persetujuannya dilaksanakan melalui
Change Order dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang terkait dalam proyek. Prosedur
pendahuluan dari Change order tergantung dari pemprakarsa change order tersebut ,
yakni :
a. Diprakarsai oleh Konsultan supervisi / Direksi Teknik
Konsultan Supervisi akan mengirim suatu pemberitahuan tertulis kepada
kontraktor yang berisi :
 Uraian detail dari perubahan yang diusulkan, dan lokasi perubahan di proyek.
 Gambar tambahan atau revisinya dan spesifikasi, yang memuat rincian
mengenai perubahan yang diusulkan.
 Perkiraan waktu untuk membuat perubahan.
 Apakah usulan perubahan dapat dilaksanakan di bawah struktur Harga satuan Mata
pembayaran yang ada ataukah merupakan penambahan Harga Satuan atau
jumlah Harga dibutuhkan untuk disepakati atau diresmikan dalam Addendum
Pemberitahuan semacam itu hanya merupakan permintaan untuk informasi, dan bukan
suatu instruksi untuk melaksanakan perubahan, juga bukan untuk menhentikan
pekerjaan yang sedang berlangsung.

b. Diprakarsai oleh Kontraktor.


Kontraktor dapat mengajukan perubahan dengan mengirim suatu pemberitahuan
tertulis kepada Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen dengan tembusan kepada

Dokumen Usulan Teknis # 19


Konsultan Supervisi mengenai :
 Uraian detail dari usulan perubahan
 Keterangan dan alasan membuat / mengajukan perubahan
 Keterangan dan pengaruhnya terhadap jadwal pelaksanaan, bila ada.
 Keterangan tentang pengaruhnya terhadap pekerjaan dari sub kontraktor , bila ada
Penjelasan detail mengenai apakah keseluruhan atau hanya sebagian dari
perubahan yang diusulkan akan dilaksanakan di bawah struktur Harga satuan Mata
pembayaran yang ada, termasuk pula dengan setiap tambahan Harga Satuan atau
Jumlah Harga yang menurut kontraktor perlu dipertimbangkan untuk disetujui.
Sebelum perubahan atas pekerjaan (Change order / Addenda)
didefinitifkan, Konsultan harus membuat semacam “Justifikasi teknik” terhadap setiap
item pekerjaan yang dimaksud, untuk disampaikan kepada Pelaksana/Pejabat
Pembuat Komitmen .
Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen dapat meminta pertimbangan kepada Panitia
Peneliti Pelaksanaan Kontrak untuk membahas usulan perubahan pekerjaan tersebut,
Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak akan merekomendasikan kepada
Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen segala hal yang berkaitan dengan usulan
tersebut.
Rekomendasi tersebut djadikan acuan oleh Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen
untuk membuat/ melaksanakan Change order atau Addenda,

Pelaksanaan Change order.


Isi dari change Order akan didasarkan pada, salah satu dari :
1. Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen akan menyiapkan Change order dan
memberi nomor urut
2. Change order akan berisi uraian perubahan-perubahan dalam
pekerjaan baik penambahan maupun penghapusan, dengan lampiran dari dokumen
Kontrak yang direvisi seperlunya untuk menentukan perincian perubahan itu.
3. Change order akan menetapkan dasar-dasar pembayaran dan penyesuaian
waktu yang dibutuhkan, karena adanya perubahan yang timbul / terjadi. Dan bila
diangap perlu akan menetapkan pula setiap Harga satuan tambahan atau jumlah harga
yang telah dinegosiasi sebelumnya antara Pihak proyek dan kontraktor, yang
diperlukan untuk diresmikan didalam Addendum.
4. Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen akan menandatangani dan memberi tanggal
Change Order tersebut, yang menunjukkan bahwa Kontraktor setuju atas detail si fi
dalam change order tersebut.

Pelaksanaan Addenda .
1. isi dari “ Addenda” akan didasarkan pada, salah satu dari hal berikut ini:
a. Instruksi pemilik untuk melaksanakan perubahan atas Dokumen
Kontrak, atau

Dokumen Usulan Teknis # 20


b. Karena adanya perubahan kontraktual atau teknis penting, atau
c. Change order yang telah ditanda tangani atau Change order berisikan
tambahan Harga Satuan Mata Anggaran atau tambahan terhadap jumlah harga,
atau
d. Karena adanya perubahan kuantitas yang berakibat menimbulkan variasi-variasi
dalam jumlah Harga Kontrak, yang berarti merubah jumlah harga kontrak yang
telah dicantumkan sebelumnya dalam Surat Perjanjian kontrak atau pada
Addendum terdahulu, atau
e. Perhitungan kuantitas akhir dan jumlah Harga Kontrak untuk Addendum
penutupan pada waktu Penutupan Kontrak.
2. Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen menyiapkan Addendum.
3. Addendum akan menguraikan setiap masalah perubahan pekerjaan yang bersifat
kontraktual, teknisatau kuantitas, baik untuk penambahan maupun penghapusan,
dengan lampiran dari dokumen Kontrak yang direvisi seperlunya untuk menentukan
perincian perubahan itu.
4. Pihak Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen dan Kontraktor bersama-sama
menandatangani Addendum ini dan menyampaikannya ke atasan langsung Pinpro
untuk dimintakan persetujuan dan tanda tangan.

2.9. Klaim dan Perselisihan

1. U m u m
Konsultan akan senantiasa mengutamakan aspek musyawarah dalam
penyelesain klaim dan perselisihan dengan kontraktor, sehingga situasi hubungan
harmonis dalam pengawasan dan pola efisiensi proyek tetap terpelihara dan ditekan
untuk keseluruhan unsur terkait yaitu kontraktor, konsultan, unsur Proyek dan Dinas
Pekerjaan Umum setempat.
Kejadian klaim atau perselisihan dapat saja terjadi, namun secara garis besarnya
dapat ditanggulangi seperti langkah-langkah dalam bagian berikut.
2. Proses Klaim
Jika klaim diajukan oleh kontraktor, maka konsultan akan menjaga etika profesional
dengan memberikan evaluasi yang bijaksana sesuai prosedur klaim yang ada dalam
daftar dalam perjanjian kontrak. Evaluasi dimulai dengan review secara teliti isi dari
klaim dan keseluruhan data pendukung sangat penting, dengan demikian kontraktor
harus menyerahkan tambahan data yang lebih detail. Konsultan juga akan
melihat acuan dari data yang dapat digunakan yang dengan berbagai sistim yang
digunakan untuk klaim seperti, surat-menyurat, laporan, test/laboratorium, catatan
survey, jadwal harian, dokumen kontrak, data cuaca, sertifikat pembayaran,
perhitungan lalu lintas, dokumentasi dan sebagainya.
Setelah seluruh data yang digunakan telah diperoleh maka konsultan membuat studi
pendekatan berdasarkan kejadian yang berkaitan dengan klaim, sehingga
penetapan dapat dibuat, seperti validitas dari setiap kegiatan klaim. Konsultan
kemudian akan menyiapkan laporan detail seluruh aspek dari klaim termasuk data
pendukung, biaya/jadwal, dan hasil temuan serta rekomendasi. Setelah laporan
lengkap, maka diserahkan kepada Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen untuk

Dokumen Usulan Teknis # 21


diperiksa.
Laporan konsultan tersebut, dipelajari dan dievaluasi ulang oleh Pejabat Pembuat
Komitmen untuk selang beberapa waktu. Keputusan akan dilakukan setelah isi klaim
sebagian/seluruhnya disetujui atau ditolak, sehingga konsultan akan menyampaikan
kepada Kontraktor tentang hal yang bersangkutan secara detail dari hasil keputusan ini.
3. Penyelesaian Perselisihan
Jika perselisihan timbul, konsultan akan (sama dengan garis besar metode proses
klaim di atas) tetap berupaya pada penyelesaian secara musyawarah. Konsultan
akan menerima penyerahan alasan perselisihan secara tertulis dari pihak Kontraktor
termasuk pertanyaan dan data penunjang sebagai data pendukung terjadinya perselisihan
tersebut.
Konsultan juga akan senantiasa tanggap untuk melakukan review informasi yang
dapat menimbulkan perselisihan dalam seluruh permasalahan, petunjuk umum yang
diberikan dalam kondisi umum kontrak diikuti untuk menurunkan perselisihan.
Perlu juga diingatkan kepada Kontraktor mengenai hierarchy kontrak
dengan urutan “kekuatan” sebagai berikut :
- Kontrak
- Adenda
- Ketentuan Umum
- Ketentuan Khusus
- Spesifikasi Umum
- Spesifikasi Khusus
- Daftar Kuattas dan Harga Satuan
- Gambar Rencana.

2.10. Tahap Penyelesaian Konstruksi


Bila progress fisik sudah mencapai 97 %, Kontraktor dapat mengusulkan serah terima
pekerjaan secara tertulis kepada Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen dengan
tembusan kepada Konsultan Supervisi. Ada dua tahapan serah terima pekerjaan yakni :

a. Serah Terima Pekerjaan sementara ( Provisonal hand over / PHO).


Usulan Kontraktor akanditindaklanjuti oleh Konsultan Supervisi dengan memeriksa
langsung kebenaran progress fisik yang diajukan oleh Kontraktor,
kemudianmerekomendasikannya ke Pinpro/ Pinbagpro bahwa pekerjaan memang
sudah sesuai dengan usulan kontraktor dan diharapkan akan segera rampung
seluruhnya (100 %) pada saat pemeriksaan oleh panitia PHO.
Berdasarkan usulan Kontraktor dan rekomendasi Konsultan Supervisi,
Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen akan meminta kepada Panitia PHO yang
sudah dibentuk sebelumnya untuk mengadakan rapat Serah Terima pekerjaan.
Untuk mempermudah pekerjaan Tim PHO nantinya, terlebih dahulu ketiga
unsur yang terkaitdalam proyek tersebut, yakni unsur proyek, Konsultan Supervisi
dan Kontraktor akan melakukan pemeriksaan pendahuluan mengenai kondisi proyek

Dokumen Usulan Teknis # 22


dan membuat daftar kekurangan dan ketidak sempurnaan pekerjaan ( List of defect
and deficiencies )
Ketua Panitia PHO akan menanggapi surat Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen
dan membuat undangan untuk membicarakan hal tersebut
Urutan pelaksanaan PHO selanjutnya pada umumnya adalah sebagai berikut :
1. Rapat pleno I
Dalam rapat pleno I, paling tidak dibicarakan 3 hal :
a. Pembentukan Group yang biasanya terdiri dari 3 – 4 Group
 Group I : Untuk perkerasan, Bahu jalan, Drainase dan perlengkapan
jalan.
 Group II : Struktur dan finishing jembatan.
 Group III : Pengujian laboratorium
 Group IV : Administrasi kantor.
Setiap Group akan diketuai oleh salah seorang dari unsur Panitia dengan
anggota masing-masing dari unsur proyek, Konsultan Supervisi dan
kontraktor.
b. Jadwal pemeriksaan proyek, untuk menentukan :
 Mekanisme dan waktu kunjungan lapangan I ( first Visit )
 Rapat Pleno II
c. Job description masing-masing Group
2. Pemeriksaan Proyek a. First Visit.
a. Group I, II dan III akan melakukan pemeriksaan langsung
lapangan dan mengecek serta menyesuaikan daftar kekurangan dan
ketidaksempurnaan pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya serta
melakukan pengujia-pengujian terhadap beberapa sampel yang diambil secara
acak. Sedangkan Group Administasi kantor akan memeriksa kelengkapan
administrasi proyek.
b. Rapat Group
Hasil pemeriksaan lapangan dan administrasi teknis serta pengujian
laboratorium akan didiskusikan bersama dalam oleh masing-masing group
dan dibuatkan resume hasil pemeriksaan dan usulan solusi pemecahan
masalah.
c. Rapat Pleno II.
Dalam rapat pleno II, Ketua masing-masing group mengemukakan hasil rapat
group yang ditanggapi oleh group lain. Berdasarkan hasil pembahasan, rapat
kemudian memutuskan untuk menerima atau menolak serah terima pekerjaan.
Bila Panitia dapat menerima hasil pekerjaan, maka rapat kemudian
membicarakan mengenai :
 Menentukan batasan waktu kepada kontraktor untuk
memperbaiki segala kekurangan dan ketidaksempurnaan pekerjaan.
 Menentukan waktu untuk kunjungan kedua ( second visit ) untuk

Dokumen Usulan Teknis # 23


memeriksa perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Kontraktor
d. Second visit
Sesuai waktu yang telah disepakati dalam Rapat Pleno II, Tim PHO akan
turun kembali ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap hasil-hasil
perbaikan yang telah dilakukan oleh Kontraktor sesuai daftar kekurangan dan
ketidaksempurnaan pekerjaan.
3. Rapat Pleno III
Rapat ini bertujuan untuk membahas laporan hasil kunjungan kedua, Tim PHO
dan berdasarkan laporan tersebut apabila dinyatakan bahwa segala kekurangan
dan ketidaksempurnaan pekerjaan telah dilaksanakan sesuai petunjuk maka
dapat dibuat Berita Acara serah terima sementara pekerjaan.

b. Serah Terima Pekerjaan Akhir ( Final Hand Over/ FHO).


Final Hand Over dilakukan apabila masa pemeliharaan telah berakhir. Tim
FHO akan kembali meninjau keadaan proyek minimal 21 hari sebelum akhir
masa pemeliharaan. Tim PHO akan merekomendasikan kepada Pelaksana/Pejabat
Pembuat Komitmen bahwa proyek sudah dapat diterima.

Tindak lanjut dari rekomendasi tersebut, akan dibuatkan berita acara serah terima
pekerjaan dari Kontraktor ke Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen. Selanjutnya
Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen akan menyerahkan tanggung jawab
pemeliharaan dan operasional ruas jalan yang telah diselesaikan kepada Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan atas nama Pemerintah Republik
Indonesia sebagai pemilik pekerjaan.

3. KOORDINASI KEGIATAN

3.1. U m u m

Sehubungan dengan penyusunan rencana pelaksanaan, jika tenaga dan peralatan tidak
dengan sesuai kondisi yang telah disyaratkan, maka pekerjaan proyek tidak akan selesai
dalam pola yang terbaik.
Demikian juga bila kegiatan yang berjalan tidak dalam koordinasi yang baik, maka tidak
dapat pula dicapai hasil yang baik antara pemerintah, konsultan, dan kontraktor. Untuk itu
konsultan akan mencurahkan segala usaha koordinasi selama dalam kegiatan proyek
dengan mantap dan lancer,
Salah satu sistim terbaik untuk menjaga koordinasi yang erat adalah mengadakan
pertemuan secara teratur terutama antara konsultan dan kontraktor, seperti pada beberapa
jenis pertemuan yang secara garis besar diuraikan di bawah ini. Perlu dipahami
pula bahwa jenis pertemuan di bawah bukanlah suatu keharusan dan ketetapan yang
mengikat.
3.2. Pertemuan Mingguan Staf Konsultan

Dokumen Usulan Teknis # 24


Jenis pertemuan ini akan diadakan pada hari Sabtu dengan para peserta senior atau
merupakan sebagai penanggung jawab, seperti Supervision Engineer dan Quality
Engineer/Chief Inspector.
Pertemuan personil akan membahas masalah penting seperti jenis permasalahan
dari kegiatan yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan, quality control,
kemajuan, keselamatan, dan lain lain. Konsultan akan memantau kegiatan mingguan
yang telah lewat, rencana kerja mingguan mendatang dan menyiapkan agenda untuk
pertemuan mingguan konsultan dan kontraktor, umumnya diadakan setiap hari Senin
berikutnya.
3.3. Pertemuan Mingguan Konsultan dan Kontraktor
Seperti telah disinggung, bahwa pertemuan ini akan lebih baik bila diadakan pada
waktu pada hari Senin yang dihadiri oleh senior tim konsultan yaitu Site Engineer
dan Project Manager dari kontraktor serta dari gugus kendali mutu. Selama
pertemuan, harus kontraktor mempresentasikan tentang rencana kerja untuk seminggu
berikutnya.

Masalah lain yang akan dibahas dan dianggap penting adalah kontrol kwalitas,
kemajuan, status/operasi peralatan, kontrol keamanan, dan masalah lain dengan rencana
yang dibuat dan cara mengoreksinya. Pada
saat dimulai pertemuan konsultan akan memberikan agenda uraian prinsip yang akan
dibahas dan setelah itu disiapkan risalah secara garis besarnya dalam pertemuan
pembagian rencana berikutnya kepada kontraktor dan pihak lainnya. Risalah pertemuan
ini terbukti sangat berguna dalam meneliti dan mendapatkan data yang sering dibutuhkan
untuk waktu mendatang.

3.4. Pertemuan Bulanan Direksi, Konsultan dan Kontraktor


Pertemuan ini diadakan pada akhir atau awal bulan, akan dihadiri oleh Pinpro,
kontraktor serta beberapa staf senior yang ditunjuk dan Site Engineer dari konsultan.
Sebelum pertemuan, konsultan akan menyiapkan agenda daftar draft point utama yang
akan dibahas secara khusus dalam hubungannya dengan masalah kontrol kualitas,
kemajuan, pengajuan rekening, keamanan hubungannya dengan masyarakat dan lain-
lain.
Selama pertemuan, jadwal CPM yang tepat dapat dipakai sebagai acuan untuk
memperlihatkan status terakhir dari kemajuan yang sedang dibuat. Risalah pertemuan
akan disiapkan oleh konsultan dan dibagikan kepada peserta sebagai pedoman dan akan
digunakan. Seperti telah diuraikan, risalah-risalah pertemuan sering terbukti sangat
penting.

Dokumen Usulan Teknis # 25


3.5. Rapat Bulanan Konsultan dan Instansi terkait

Setiap bulan juga Konsultan akan mengikuti Rapat Koordinasi yang dilaksanakan oleh
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bulungan . Rapat dimaksudkan
untuk melaporkan secara langsung ke Pejabat Pembuat Komitmen mengenai kemajuan
pekerjaan lapangan, hambatan yang ditemui, Evaluasi Kinerja Konsultan yang
disampaikan oleh Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen fisik ke Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Kabupaten Bulungan, Hal – hal yang menyangkut administrasi
kontrak konsultan dan lain-lain sebagainya. Resume rapat akan dibuat oleh masing-
masing SE sebagai kelengkapan surat perjalanan Dinas dalam kaitannya dengan
penagihan invoice konsultan

4. JADWAL PROGRAM PELAKSANAAN SUPERVISI

Sesuai dengan uraian di atas, maka lingkup layanan jasa konsultan, sesuai tahapan
supervisi konstruksi dari pekerjaan persiapan sampai laporan pengendalian mutu
dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang dianggap perlu (selain dalam kontrak) telah
tercakup di dalam bagian pendekatan dan metodologi pelaksanaan.
Demikian juga untuk program tersebut, agar dapat terlaksana secara lancar sesuai
mekanisme yang telah disusun, akan disertai dengan jadwal pelaksanaan.
Dengan demikian konsultan akan berusaha secara maksimal untuk menyusun dan
menyajikan suatu rencana kerja pelaksanaan supervisi dengan memperhitungkan jangka
waktu yang tersedia sesuai dengan estimasi pelaksanaan dari untuk masing-masing
item pekerjaan dan hal lainnya.

5. PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Petunjuk teknis yang diberikan oleh Konsultan dan petunjuk-petunjuk umum yang
diberikan oleh Pelaksana/Pejabat Pembuat Komitmen tentang teknis pelaksanaan
pekerjaan Pembangunan dan pemeliharaan Jalan dan Jembatan secara garis besar dapat
dikemukakan sebagai berikut :

1. Pekerjaan Drainase, terdiri dari :


 Pekerjaan galian saluran
Pekerjaan galian saluran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan peralatan
(Excavator), agar hasil yang diperoleh bisa dipercepat. Biasanya galian saluran
dikerjakan bersamaan dengan galian tanah untuk pelebaran formasi jalan. Batas-
batas galian di tentukan terlebih dahulu termasuk kedalaman pengalian. Galian hasil
pekerjaan secara mekanis biasanya masih disempurnakan dengan cara manual.
Apabila dilakukan secara manual yang perlu diperhatikan adalah kedalaman galian.
Kadang-kadang pekerja tidak menggali sampai kedalaman yang dipersyaratkan
atau tidak memperhatikan grading memanjang jalan. Akibatnya berkaitan dengan

Dokumen Usulan Teknis # 26


pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk saluran yang diperkeras. Pekerja
biasanya mempertahankan tinggi pasangan sesuai dengan soft drawing, sehingga
kadang-kadang bibir pasangan batu akan lebih tinggi dari permukaan jalan. Apalagi
bila pekerjaan saluran dikerjakan sebelum pekerjaan LPA/LPB dilakukan. Hal-hal
seperti ini yang secara kontinyu akan diperhatikan oleh Konsultan.

 Pekerjaan Pasangan batu dengan mortar


Dalam pekerjaan peningkatan jalan pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar
merupakan pekerjaan pendukung diluar dari pekerjaan jalan dan dikerjakan setempat-
setempat maupun secara keseluruhan. Namun pekerjaan ini jadi sangat penting karena
merupakan salah satu dari faktor yang membuat tahan tidaknya suatu jalan.
Biasanya saluran diberi pasangan batu dengan mortar pada lokasi dengan
kemiringan memanjang > 5 %, atau pada daerah permukiman.
Setelah pekerjaan persiapan selesai secara garis besar pekerjaan pasangan batu
dengan mortar meliputi :
a. Pekerjaan Pengukuran.
Pekerjaan pengukuran disini adalah pengukuran beda tinggi dimana akan menjadi
dasar dalam perencanaan untuk menetukan dimana arah nantinya air akan
mengalir.
b. Pemasangan Bouw plank
Pekerjaan pemasangan bouw plank bertujuan untuk menentukan elevasi dan
dimensi pasangan dilapangan yang nantinya menjadi acuan untuk pekerjaan
pemasangan.
c. Persiapan material.
Persiapan material ini meliputi beberapa jenis kegiatan seperti :
 Persiapan material
 Pemeriksaan material
 Pengangkatan atau pengangkutan ke lapangan
 Pencampuran Material
Material yang dibicarakan dalam hal ini adalah agregat batu, pasir ditambah semen
yang keseluruhannya harus memenuhi persyaratan spesifikasi.
d. Pelaksanaan pekerjaan drainase (pek. Pasangan batu)
Konstruksi pekerjaan pasangan batu pada pekerjaan drainase meliputi pekerjaan :
a). Penyiapan formasi atau pondasi
Pondasi atau galian untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar
dimulai dari ujung dasar tembok.
b). Pemasangan batu
Pasangan batu dimulai dari :
Penyiapan batu
Batu harus dibersihkan dari cacat yang mengurangi lekatan dengan
adukan. Sebelum pekerjaan melapis batu harus betul-betul basah dan

Dokumen Usulan Teknis # 27


sudah cukup waktu yang diberikan untuk penyerapan air sampai jenuh.
Pemasangan batu
 Landasan dari adukan semen, setebal paling sedikit 3 cm harus
ditempatkan pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini
harus dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga batu
permukaan selalu tertanam pada adukan tersebut sebelum mengeras.
 Batu harus tertanam dengan kuat dan satu dengan
lainnya bersinggungan untuk mendapatkan tebal yang diperlukan.
 Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng kearah
atas, dan permukaan harus diakhiri segera setelah pengerusan awal
dari adukan dengan menyapu dengan sapu yang kaku.
Pada umumnya pekerja selalu memulai memasang batu pada kedua
bagian dinding, baru kemudian bodemnya. Cara Pemasangan seperti itu
biasanya tidak memperhatikan ketebalan bodem, Oleh sebab itu pekerja
akan diarahkan untuk memulai sesuai urutan pekerjaan diatas.
c. Pekerjaan pemeriksaan struktur dan perbaikan
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan terakhir yang merupakan pekerjaan finishing.
Disini dikoreksi kekurangan-kekurangan yang terjadi sekaligus perbaikannya.
 Pekerjaan gorong-gorong.
Pekerjaan ini mencakup pekerjaan perbaikan, perpanjangan,
penggantian atau pembuatan baru dari gorong-gorong pipa beton
bertulang atau pipa besi gelombang. Secara garis besar pekerjaan ini
meliputi :
a. Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan disini adalah pekerjaan penggalian dan persiapan galian
serta pondasi untuk gorong-gorong. Dalam pekerjaan ini pemerikaan dari elevasi
atau level galian harus selalu terkontrol. Untuk menghindari pekerjaan penggalian
atau penimbunan tambahan.
b. Pelaksanaan / penempatan gorong-gorong pipa
Dalam pelaksanaan / penempatan gorong-gorong yang harus diperhatikan adalah :
o Pipa harus ditempatkan dengan hati-hati, bibir sambungan harus terpasang
baik dalam kedudukannya dan sesuai dengan arah dan kedudukannya.
o Sebelum melanjutkan pemasangan bagian pipa yang berikutnya bagian bawah
bukaan yang sebelumnya harus diberi adukan yang cukup pada sisi dalam
sehingga bagian dalam dari pipa berikutnya rapat dan rata. Pada saat yang
sama bagian atas harus juga diberi adukan yang sama.
o Setelah pipa dipasang, sambungan selanjutnya harus di isi dengan adukan,
dan adukan tambahan harus diberi untuk membentuk selimut disekililing
sambungan. Bagian dalam sambungan harus disapu dan diselesaikan hingga
rata.
o Pengurungan kembali dan pemadatan disekeliling dan diatas gorong-gorong

Dokumen Usulan Teknis # 28


harus sesuai dengan yang dipersyaratkan. Material timbunan yang memenuhi
persyaratan harus diberikan untuk timbunan pilihan.
o Urugan harus dilakukan sampai tinggi minimun 30 cm diatas puncak pipa dan
tak terkecuali dalam galian, untuk jarak minimun 1.5 diameter dari sumbu
pipa kemasing-masing sisi.
o Alat berat dan mesin gilas harus tidak boleh beroperasi lebih dekat dari 1.5 m
sampai pipa telah dilapisi sampai kedalaman paling sedikit 60 cm diatas puncak
pipa.
o Pipa harus diselimuti dengan beton sesuai dengan perincian yang diberikan
dalam gambar atau yang diperintahkan oleh direksi teknik.

2. Pekerjaan Tanah

 Pekerjaan galian tanah


Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penaganan, dan pembuangan dari tanah
atau material lain dari badan jalan atau disekitarnya. Galian dibagi menjadi dua
macam :
a. Galian biasa b. Galian padas
Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagi gailan
padas, sedangkan galian padas harus mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3
atau lebih atau galian yang harus menggunakan alat bertekanan udara, pemboran atau
peledakan. adapun prosedur dari penggalian sebagai berikut.
 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar.
 Pekerjaan galian harus dilakukan dengan ganguan seminimal mungkin terhadap
material dibawah dan diluar batas galian.
 Dimana material terbuka pada garis formasi atau permukaan lapis tanah dasar,maka
meterial tersebut harus dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang atau
diganti dengan timbunan pilihan.
 Peledakan sebagai salah satu pembongkaran padas (pengalian) hanya dapat
dilakukan bila pengunaan alat pengaruk hydrolis tidak praktis dan harus
persetujuan direksi.
 Pekerjaan urugan
Pekerjaan uragan disini ialah pekerjaan pengambilan, pengankutan, penghamparan
dan pemadatan tanah dasar serta urugan kembali galian. Dalam pekerjan pengurugan
tidak boleh dilakukan pada waktu hujan dan pemadatan urugan tidak boleh dilakukan
setelah hujan atau lainnya bila kadar air material diluar rentang yang ditentukan.
Urugan secara garis besar terbagi dua yaitu :
 urugan biasa
 urugan pilihan
Pemasangan dan pemadatan urugan dimulai dari :
a. Penyiapan tempat kerja
Sebelum pemasangan urugan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah

Dokumen Usulan Teknis # 29


penyiapan tempat kerja dimana semua bahan yang tidak memenuhi persyaratan
harus dibuang dari lokasi pekerjaan.
b. Pemasangan urugan
o Urugan harus dibawah kepermukaan yang telah disiapkan dan disebar merata
dalam lapis yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tabal lapisan
nantinya.
o Sebaiknya urugan tanah diangkut langsung dari lokasi sumber material kelokasi
yang telah dipersiapkan dan penimbunan stok urugan sebaiknya dihindari.
o Untuk penempatan urugan diatas atau terhadap selimut pasir atau bahan
drinase porous harus diperhatikan agar tidak terjadi pencampuran dari dua
material tersebut.
c. Pemadatan urugan
o Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan masing-masing
lapis harus dipadatkan benar-benar dengan menggunakan alat pemadat yang
memadai.
o Pemadatan dilakukan hanya bila kadar air dari material berada dalam rentang 3%
sampai lebih dari 1% dari kadar air optimun.
o Urugan padas ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal 20 cm yang
sanggup menutupi rongga pada bagian padas atau urugan.
o Timbunan harus dipadatkan mulai pada tepi luar dan berlanjut kearah sumbu
jalan sedemikan sehingga masing-masing bagian menerima usaha pemadatan
yang sama.

 Pekerjaan Penyiapan badan jalan


Pekerjaan penyiapan badan jalan dilakukan sebelum pekerjaan lapisan
diatasnya dikerjakan. Lapisan lama bila ada harus digaruk terlebih dahulu
dengan menggunakan motor grader kemudian dipadatkan dengan vibrator
Roller.
3. Pekerjaan Widening dan Bahu Jalan

 Pekerjaan widening
Pekerjaan widening adalah pekerjaan menambah lebar perkerasan yang ada
sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan.pelebaran harus dilakukan hanya pada stu
sisi dari perkerasan, sedemikian rupa sehingga membuat sumbu jalan jadi lebih lurus
dan mengurangi lengkungan pada tikungan. Secara garis besar pekerjaan widening
terbagi dua jenis pekerjaan :
a. Pekerjaan persiapan
Pekerjaan ini meliputi :
o Penggalian material yang ada
Bahan yang ada harus digali hingga kedalam yang telah ditentukan. Dalam hal
ini bahan galian tidak boleh digunakan kembali.
o Pencampuran bahan yang baru dengan yang sudah ada Pencampuran ditempat

Dokumen Usulan Teknis # 30


dari material yang ada dengan yang baru dapat dilakukan bila material bahu
yang ada mempunyai kualitas yang cukup baik, namun sebaiknya
menggunakan material yang baru.
o Pemotongan tepi dari jalur lintasan
Tepi yang terkupas dari perkerasan jalur lintasan yang ada harus dipotong
hingga bahan yang baik yang tidak gembur, retak, atau tidak stabil.
o Penyiapan formasi dan pelebaran
Formasi galian tempat pelebaran perkerasan harus disiapkan dan
dipadatkan.untuk pekerjaan pelebaran harus sesegera mungkin menyusul
pekerjaan penggalian.
b. Pemasangan dan pemadatan material untuk pelebaran perkerasan.
Pemasangan dan pemadatan material untuk pelebaran perkerasan harus sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Lapis pondasi agregat dibawa ketempat
pada badan jalan dan dihampar pada kadar air yang rentan.
Masing-masing lapisang harus dihampar pada satu operasi pada tingkat yang
merata dan menghasilkan tebal yang padat yang diperlukan. Tebal minimun
lapisan gembur yang untuk setiap
lapisan konstruksi harus dua kali lipat ukuran terbesar agregat dan tidak melebihi
18 cm.
segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir masing- masing lapis harus
dipadatkan dengan peralatan yang memadai, hingga mencapai kepadatan paling
sedikit 95 % dari kepadatan kering maximun.

 Pekerjaan Bahu Jalan


Pekerjaan bahu jalan biasanya merupakan pekerjaan akhir setelah pekerjaan
pengaspalan selesai. Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan bahu jalan adaah
kemiringan permukaan. Perlu perhatian khusus kepada operator grader, karena
dalam menghampar biasanya akan membuat cacat permukaan akibat goresan blade
grader.

4. Pekerjaan Lapisan Berbutir

 Pekerjaan Lapis Pondasi Bawah dan Lapis Pondasi Atas.


Secara garis besarnya pekerjaan Lapis Pondasi Bawah dan Lapis Pondasi Atas
untuk jenis pekerjaan Peningkatan Jalan adalah merupakan pekerjaan yang akan
dilakukan baik secara setempat- setempat maupun secara keseluruhan, dengan
demikian pekerjaan LPA dan LPB akan dikerjakan dengan jalan membongkar LPA
dan LPB yang lama yang telah mengalami kerusakan dan diganti dengan LPA dan
LPB yang baru.
Sebelum penghamparan material LPB maka harus dilakukan pemeriksaan terhadap
lapisan tanah dasar, apakah masih cukup kuat atau harus diadakan pemadatan ulang
dan atau pembongkaran terhadap tanah dasar. Hal ini sangat penting karena
konstruksi jalan sangat tergantung dari kekuatan tanah dasar.

Dokumen Usulan Teknis # 31


Yang perlu diperhatikan pada pekerjaan LPA dan LPB adalah kualitas dari bahan yang
dipakai dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis sesuai dengan standar
pemadatan. Untuk mendapatkan pemadatan yang maksimum maka harus diketahui
kadar air oftimum dari bahan tersebut, sehingga kadar air oftimum tersebut akan
menjadi patokan pada saat pemadatan. Untuk mengetahui hasil pemadatan ini maka
diadakan pengujian kepadatan baik dilapangan
maupun di laboratorium oleh Material Technician.
Perlu diperhatikan jangan sampai LPA dan LPB yang dikerjakan terendam air pada
saat musim hujan, untuk menghindari hal ini maka harus dibuat saluran air yang akan
cepat mengalirkan air pada saat hujan (jangan membiarkan adanya genangan pada
badan jalan). Syarat-syarat teknis untuk pekerjaan LPA dan LPB akan mengikuti
standar-standar yang berlaku pada Bina Marga.
5. Pekerjaan Lapisan Beraspal

 Pekerjaan Lapis resap Pengikat dan Lapis Perekat


Lapis resap pengikat dihampar diatas lapis berbutir dan Lapis perekat dihampar diatas
lapisan beraspal. Perbedaannya terletak pada kekentalan dan kecepatan
pengeringan. Biasanya material Lapis resap pengikat diperoleh dengan
pencampuran volume 64 % aspal dan 36 % miyak tanah, sedangkan material untuk
lapis perekat terdiri dari campuran 80 % aspal dan 20 % M. tanah dalam
perbandingan volume. Proporsi campuran dapat dikontrol dengan pengukuran spesific
gravity campuran, kemudian dideteksi dengan spesific gravity masing-masing
material pencampur ( Sp.Gr. aspal umumnya : 1,03 dan Minyak tanah : 0.8 ).
Misalnya untuk 80 % Aspal dan 20 % Minyak tanah akan menghasilkan Spesific
gravity campuran : 0,8 *
1.03+0.2 x 0.8 = 0.984. Nilai ini dibandingkan dengan spesific gravity hasil
pengujian laboratorium untuk material yang diperiksa. Bila hasilnya lebih besar
berarti aspalnya terlalu banyak dan sebaliknya.
Untuk penghamparan Prime coat dan Tack coat, lapangan terlebih dahulu dibersihkan
dengan Air compressor. Kemudian penghamparan material prime coat dan tack coat
dilakukan dengan Asphalt sprayer atau Asphalt distributor. “Aplication rate”
penyemprotan diukur dengan menggunakan karung goni yang dilapisi kertas semen
berukuran 25 * 25 cm yang ditempatkan pada bagian jalan yang akan di beri
lapisan coating. Beratnya ditimbang sebelum dan sesudah penyemprotan.

Application rate diperoleh dengan membagi berat material dengan luasan kertas
sampling. Bila ingin diketahui rate dalam l/m2 maka berat tersebut dibagi dengan
Spesific gravity campuran.
 Pekerjaan Pengaspalan.
Setelah pekerjaan Coating selesai maka pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan
lapis permukaan.
Berikut ini diberikan uraian secara garis besar tentang pelaksanaan pekerjaan
pengaspalan yang umum dilakukan :

Dokumen Usulan Teknis # 32


a. Existing pavement dengan patching sebelumnya, jika ada pada
bagian jalan yang berlubang (crack crocodile).
b. Medan (area) lebih dahulu dilakukan survey/pengukuran pada bagian panjang
dan lebarnya jalan.
Lebar harus diberikan reserve minimum = 5 Cm, sebagai cadangan
melebarnya aspal karena compaction.
c. Urutan-urutan peralatan untuk pengaspalan (paving unit)
sebagai berikut :

1) Ujung pangkal area dijaga, untuk mengatur lalu lintas


(bergantian). Petugas dilengkapi walky talky (radio komunikasi) 2 buah.
2) Paling depan team surveyor melakukan pengukuran dan menyiapkan
medan, dengan alat theodolit, roll meter 50 m, roll meter 5 m, paku, martil dan
tali plastik serta cat.
3) Compressor pembersih debu, air, dan kotoran lainnya.
4) DT (Dump Truck) memuat Asphalt untuk di dump/
dimasukkan ke Asphalt Finisher. Temperatur Asphalt minimum 100°C.
5) Asphalt finisher, untuk menebarkan asphalt yang terkirim sesuai dengan
ukuran yang ditetapkan pada shop drawing/gambar kerja dengan kemiringan
jalan 2%. Tebal gembur = tebal padat dikalikan berat jenis aspal. Bila ukuran
belum sesuai, kontraktor wajib mengatur/menyetel screed (sepatu asphalt
finisher), bisa dengan manual atau elektris, begitu pula lebar dan
kemiringannya untuk seketika dan screed (sepatu) asphalt finisher dapat
diatur.
6) Tandem Roller (Penggilas roda besi awal), dengan bobot 6-8 ton menggilas
asphalt 1 passing, ke muka sekali kebelakang sekali. Lebar (wide) hamparan
Aspal sesuai dengan design/review design penggilasan sesuai hasil trial,
temperatur minimum 90°C, sebelum digilas hamparan yang segregasi/kasar
harus ditabur hot mix dengan ayakan saringan 10 mm.
7) PTR (Pneumatic Tyre Roller), penggilas ban karet dengan bobot 8-12 ton,
menggilas hamparan hot mix 10-14 passing atau sesuai dengan hasil
trial. Dengan temperatur minimum 75°C. Hasil penggilasan permukaan aspal
tidak boleh ada bekas alur-alur ban karet.
8) Tandem Roller (penggilas roda besi akhir) dengan bobot 6-8 ton, digilas
sebanyak 1 passing untuk meratakan/ menghilangkan bekas ban karet.
Temperatur minimum 50°C. Mesin penggilas pada point no. 7, 8, dan 9. Roda
penggerak posisinya di belakang dan tangki air harus selalu penuh, untuk
menyiram roda-roda karet/roda besi sedikit demi sedikit lewat lubang-lubang
pipa air pendingin. Jadi air tidak boleh terlalu banyak, juga tidak boleh terlalu
sedikit agar pendinginan Hot Mix terjadi secara perlahan-lahan.
Penggilasan untuk layer pertama (engkel) dimulai dari pinggir ketengah,
sedang penggilasan layer kedua (joint), dimulai dari tengah kepinggir.
9) Hamparan yang telah selesai digilas, diberikan rambu-rambu barikade
dengan jarak 5-10 m, agar tidak terinjak lalu lintas.

Dokumen Usulan Teknis # 33


 Pekerjaan pasangan batu
Pekerjaan pasangan batu pada jalan mencakup pekerjaan struktur yang
ditunjukkan pada gambar yang terbuat dari pasangan batu. Umumnya
pasangan batu digunakan hanya untuk struktur seperti tembok penahan
tanah, talud, pondasi gorong-gorong persegi dan tembok kepala gorong-
gorong yang konstruksinya dari pasangan batu.
Pekerjaan pasangan batu meliputi pekerjaan :
a. Persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan pengukuran dan pemasangan
bouwplank dimana nantinya akan menjadi dasar untuk pelaksanaan pekerjaan
dimana dimensi dan eleavasi ditentukan. Pekerjaan persiapan juga termasuk
penyiapan meterial yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya.
Material disini ialah batu ditambah pasir dan semen (adukan) yang kesemuanya
harus memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.
b. Pelaksanan Pekerjaan pasangan batu.
Pekerjaan pasangan batu dimulai dari :
o Persiapan pondasi
Pondasi pada struktur pasangan batu harus disiapkan karena merupakan
pendukung dari pasangan batu tersebut. Dasar pondasi harus mendatar atau
bertangga yang juga horisontal.
o Pemasangan batu
Sebelum memasang batu seharusnya landasan dari adukan segar yg paling
sedikit 3 cm tebalnya dipasang pd pondasi sebelum penempatan masing-
masing batu pd lapisan pertama.
Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dari muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dari tembok dari batu yang
terpasang. Biasanya pasangan batu dilengkapi dengan sulingan atau penyaring
untuk mengalirkan air, dan permukaan horisontal dari seluruh pasangan dibuat
rapi dengan adukan setebal 2 cm.
Beberapa jenis dari item pekerjaan yang disebutkan diatas disajikan dalam
bentuk bagan alir agar lebih mudah dipahami
Demikian secara singkat mengenai pelaksanaan pekerjaan untuk Pembangunan Jalan
Batulaga KM. 57 di Ruas Jalan Tanjung Selor – Berau tersebut diatas.

Dokumen Usulan Teknis # 34


Dokumen Usulan Teknis # 86
Dokumen Usulan Teknis # 87
Dokumen Usulan Teknis # 88
Dokumen Usulan Teknis # 89
Dokumen Usulan Teknis # 90
Dokumen Usulan Teknis # 91
Dokumen Usulan Teknis # 92
BAGAN
AGAN PELAKS
AKSANAAN
AAN PEKERJAA
ERJAAN
N
LAPIS PENETRASI MACCA
CCADAM

Dokumen Usulan Teknis # 93

Anda mungkin juga menyukai