Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL

“PEMBUATAN GRANUL BASAH”

Disusun oleh :

1. Beny Pangestu
2. Belawati
3. Fitri Qodari Taryono
4. Izma Jauziah

Semester VII AB

SEKOLAH TINGGI FARMASI (STF)

YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL CIREBON

2019
1.1 Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat melakukan metode granulasi dengan menggunakan

granulasi basah.

1.2 Tinjauan Pustaka

A. Granulasi

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme

pengikatan tertentu. Dapat juga diartikan, granulasi adalah proses pembuatan ikatan

partikel-partikelkecil membentuk padatan yang lebih besar atau agregat

permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul yang lebih

homogen dari segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Adapun fungsi

granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa

cetak tablet, memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran seragam

yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu,

dan memperbaiki penampakan tablet. Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses

granulasi dapat dilewati jika zat aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa.

Metode ini disebut kempa langsung. Metode ini mengurangi lamanya

proses pembuatan tablet melalui proses granulasi, tapi sering timbul beberapa

kendala yang disebabkan sifat bahan aktif itu sendiri atau eksipien. Pembuatan tablet

dapat dilakukan dengan proses granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung.

B. Granulasi Basah

Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang

dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan


dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut:

Menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah,

pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan

kering, pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi.

Penimbangan dan pencampuran: Bahan aktif, pengisi, dan bahan

penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai

denganjumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang

akan diproduksi dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan

menggunakan mesin pencampur serbuk atau mikser.

Pembuatan granulasi basah. Hal ini dapat dilakukan dengan

menambahkan cairan pengikat ke dalam campuran serbuk, melewatkan

adonan yang lembab melalui ayakan yang ukuran nya sesuai kebutuhan,

granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini dikeringkan, lalu diayak

kembali dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya mengurangi

ukuran granul berikut nya. Unsur pengikat dalam tablet juga membantu

merekatkan granul satu dengan lainnya, menjaga kesatuan tablet setelah

dikompresi. Bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20% cairan dari

tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase, macam-macam gom

alam (seperti akasia) derivat selulosa (metilselulosa,

karboksimetilselulosa dan selulosa mikrokristal), gelatin, dan povidon.

Bila diinginkan warna dan rasa dapat ditambahkan ke dalam bahan

pengikat sehingga terjadi granulasi dengan warna dan rasa yang

diinginkan.
Penyaringan adonan lembab menjadi granul.Pada umumnya

granulasibasah ditekan melalui ayakan nomor 6 atau 8. Dibuat granul

dengan menekankan pada alat yang dibuat berlubang-lubang.

Pengeringan granul.Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet

pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pengendalian

temperatur.Untuk metode terbaru untuk pengeringan sekarang ini yaitu

fluidization disalurkan ke dalam fluid bed dryers.Pada metode ini granul

dikeringkan dalam keadaan tertutup dan diputar-putar sambil dialirkan

udara yang hangat.

Penyaringan kering. Setelah dikeringkan, granul dilewatkan

melaluiayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai

untuk pengayakan granulasi asli. Ukuran granul dihaluskan tergantung

pada ukuran punch yang akandipakai dan tablet yang akan diproduksi.

Semakin kecil tablet yang akandiproduksi semakin halus granul yang

dipakai, biasa nya menggunakan ayakanukuran 12-20.

Pelinciran atau lubrikasi. Jumlah pelincir yang dipakai pada

pembuatantablet mulai dari 0,1% berat granul sampai 5%. Manfaat

pelincir dalam pembuatan tablet kompresi; mempercepat aliran granul

dalam corong kedalam rongga cetakan, mencegah melekat nya granul

pada punch dan cetakan, mengurangi gesekan antara tablet dan dinding

cetakan ketika tablet dilemparkan dari mesin dan memberikan rupa yang

bagus pada tablet yang sudah jadi.


Pencetakan tablet. Mesin tablet berputar (rotary) dengan kecepatan

tinggimempunyai banyak punch dan die (cetakan) dapat menyisihkan

mesin tablettunggal, karena punch berputar secara terus menerus maka

pencetakan tablet berlangsung secara terus menerus pula. Mesin tablet

tunggal biasanya berkapasitas 100 tablet per menit sedangkan mesin

tablet rotary dengan 16 tempat (16 set punch dan die) dapat memproduksi

1150 tablet per menit (Ansel, 1989).

Keuntungan granulasi basah :

a. Dapat digunakan untuk tablet dengan sistem pelepasan zat aktif

terkendali.

b. Mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan

keseragaman kandungan yang baik.

c. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan

sulit dikompres

d. Meningkatkan atau memperbaiki distribusi keseragaman kandungan.

e. Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut

dan dosis kecil.

f. Dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas serbuk dengan

penambahan bahan pengikat.

g. Untuk serbuk dengan BJ yang rendah (voluminous) sehingga dapat

mencegah kontaminasi silang.

h. Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari

serbuk).
i. Memperoleh aliran yang lebih baik.

j. Mendapatkan berat jenis yang sesuai.

k. Mengontrol pelepasan.

l. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.

m. Zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam

cairan pengikat.

Kekurangan/kerugian granulasi basah :

a. Dalam granulasi basah ini, biaya yang dibutuhkan cukup tinggi.

b. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.

c. Zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan

dengan metode ini.

d. Membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu

yang banyak.

e. Memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke unit

proses lainnya.

1.3 Alat dan Bahan

Alat Bahan

a. mortir dan stamper a. Theophlin

b. beker glass 500ml , 1000 ml b. CTM

c. Loyang c. Efedrin HCL

d. pencampur bergulir d. Metil selulosa


e. ayakan granul mesh 12,16 e. Amylum

f. Batang pengaduk f. Talkum

g. Lemari pengering g. SL

h. Timbangan h. CMC

i. Sudip i. Aqua Pro Injeksi

j. Bunsen dan spiritus

k. Toples

1.4 Prosedur Kerja

1. Buat formulasi granul

2. Timbang masing – masing bahan

3. Buat mucilago CMC dengan cara :

a. Panas kan CMC sebanyak 3 gram dengan Aqua Pro Injeksi sebanyak 60 ml

b. Aduk hingga menjadi mucilago

4. Masukkan bahan – bahan kedalam mortir, gerus ad halus

5. Masukkan mucilago yang telah dibuat kedalam mortir sedikit demi sedikit, aduk

dengan kuat

6. Ayak dengan pengayak granul mesh 12,16 diatas loyang

7. Masukkan kedalam toples

8. Keringkan.
1.5 Pembahasan

Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode

granulasi basah karena parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil

terhadap lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah,

akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama

dibanding dengan cara granulasi kering. Pengayakan pada metode ini

bertujuan untuk mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan

obat yang padat dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu campuran serbuk

yang rata sehingga memiliki distribusi normal dan diharapkan kandungan zat

aktif dalam sediaan menjadi seragam. Massa granul yang sudah diayak

kemudian dikeringkan dengan 2 cara yaitu meggunakan lemari pengering

(oven) dan alat FBD (Fluid Bed Dryer) untuk mencegah terjadinya binding

dan sticking yang disebabkan masih adanya kandungan air di dalam granul.

Setelah kering granul diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran

yang sama rata.

Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada

massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya

kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan

dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Bahan pengikat secara

umum dapat dibedakan menjadi: pengikat dari alam, polimer

sintetik/semisintetik dan gula.

Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam

bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga
ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan

digranul baru ditambahkan pelarut.

Tabel III. Pengikat yang biasanya digunakan dalam granulasi basah

Konsentrasi (%dari
Nama Pelarut
formula)
Selulosa mikrokristalin 10-50 Air

Polimer (turunan selulosa) 1-5 Air

CMC Na 2-7 Alcohol

HPC 2-5 Alkohol,

HPMC 1-3 air

MC 1-5 Air

HEC 2-5 Air

EC 10-25 Air (pasta)

PVP 2-20 Air

Gelatin 5-10 Air

Gom Alam 5-10 Air

Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk

cair maka bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel, selanjutnya

terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel

yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/

pembesaran granul. Setelah proses pengayakan dilakukan proses pengeringan

yang mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antara partikel yang saling

mengikat membentuk granul. Banyaknya larutan pengikat yang dibutuhkan

dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada: jumlah bahan, ukuran


partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas, kelarutan

dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan. Pada tabel IV terlihat

perkiraan volume larutan pengikat yang dibutuhkan untuk menggranul

berbagai bahan pengisi.

Pada pembuatan tablet dengan metode granulasi kering dan kempa

langsung, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering.

Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan

pemisah hasil cetakan. Bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses

pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik sehingga

cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena

itu kadarpelicinyang berlebihan harus dihindari. Bahan pelicin yang biasa

digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam

stearat, asam palmitat, dan pati (Siregar, 2010).

Zat-zat yangdigunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam stearat.

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali bahan

pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi

cetakan dengan baik. Dengan dibuat granul akan terjadi free flowing, mengisi

cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi capping (retak)

(Anief,1987).. Jumlah pelincir yang dipakai pada pembuatan tablet mulai dari

0,1% berat granul sampai 5%

Bahan pelicin dalam formulasi sediaan tablet mempunyai 3 fungsi,

yaitu :

1) Lubricants
Fungsi utama dari lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan atau

friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan dinding die selama proses

pengempaan dan penarikan tablet. (Lachman Tablets, 110) Setiap lubrikan

memiliki konsentrasi optimum (tidak lebih dari 1%) untuk menghasilkan

kecepatan aliran yang optimum. (Lachman Tablets, 112) Semakin kecil

ukuran partikel granul, maka tablet membutuhkan jumlah lubrikan yang lebih

banyak (%). Contoh: Mg stearat, asam stearat, talk, minyak nabati

terhidrogenasi.

2) Glidants

Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/

meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga massa tersebut

dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam. Amilum adalah glidant yang

paling popular karena disamping dapat berfungsi sebagai glidant juga sebagai

disintegran dengan konsentrasi sampai 10 %. Talk lebih baik sebagai glidant

dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi

tablet. Contoh : silika pirogenik koloidal.

3) Antiadherents

Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya

(sticking) permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk,

magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang memiliki

sifat antiadherent sangat baik.


1.6 Hasil Pengamatan

A. Perhitungan Bahan

62,5
a. Theophylin : 100 x 200=125 mg

: 125 mg x 150 tablet : 18,750 mg ~ 18,75 gram

1
b. CTM : 100 x 200=2 mg

: 2 mg x 150 tablet : 300 mg ~ 0,3 gram

6,5
c. Efedrin Hcl : 100 x 200=13 mg

: 13 mg x 150 tablet : 1,950 mg ~ 1,95 gram

10
d. Metil Selulosa : x 200=20 mg
100

: 20 mg x 150 tablet : 3000 mg ~ 3 gram

Aqua Pro cmc : 3 x 20 = 60 ml

10
e. Amylum : 100 x 200=20 mg

: 20 mg x 150 tablet : 3000 mg ~ 3 gram

5
f. Talkum : 100 x 200=1 0 mg

: 10 mg x 150 tablet : 1500 mg ~ 1,5 gram

5
g. SL : 100 x 200=1 0 mg

: 10 mg x 150 tablet : 1500 mg ~ 1,5 gram

B. Granul

Hasil bobot granul : 29 gram


1.7 Kesimpulan

a. Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk

padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa,

sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran

serta bentuk partikel.

b. Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari

massa cetak tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam

yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu,

dan memperbaiki penampakan tablet.

c. Granulasi dibedakan menjadi dua yaitu granulasi basah dan granulasi kering.

d. Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk

atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan

pengadukan yang akan menghasilkan granul. Metode ini dapat digunakan

untuk zat aktif yang sukar larut dalam air atau pelarut yang digunakan tahan terhadap

pemanasan dan kelembaban. Umumnya digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak

karena mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas yang jelek.

e. Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara membuat granul secara

mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau pelarut pengikat. Metode ini digunakan

untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab, serta tidak tahan air atau

pelarut yang digunakan.


1.8 Saran

Dari praktikum yang telah dilaksanakan hendaknya data yang di ambil

dalam penimbangan haruslah secara sempurna. Selain itu sebelum melakukan

praktikum para praktikan sebaiknya sudah menguasai bahan-bahan materi

yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk pemahamannya.

Bimbingan dari laboran atau teknisi juga sangat diperlukan.


DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical

Anief M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : EGC Press.

Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas

Indonesia Press, Jakarta

Departemen Kesehatan Republic Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, edisi

ketiga. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Syamsuni, Drs. H. A., Apt.2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai