Anda di halaman 1dari 4

Granulasi Basah

Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat
tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu kemudian massa yang basah tersebut
digranulasi. Tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang
biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam
campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang
cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan
meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan
kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran
dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja. Jika sudah
diperoleh massa basah atau lembab, maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan
alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul. Dengan terbentuknya granul
ini, maka luas permukaannya meningkat dan dengan demikian proses pengeringan menjadi lebih cepat.
Setelah langkah tersebut dilakukan, maka pengeringan granul diayak kembali dengan ukuran ayakan
tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Menurut Voight
(1994), granulat sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

 dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur (homogen)


 sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang kecil dan mengandung bagian berbentuk serbuk
tidak lebih dari 10%
 memiliki daya hancur yang baik
 menunjukkan kekompakan makanis yang memuaskan
 tidak terlampau kering
 hancur baik di dalam air, pembuatan tablet dengan metoda granulasi basah memiliki beberapa
keuntungan. Keuntungan-keuntungan yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Penggunaan
metoda granulasi basah dapat meningkatkan kopresibilitas.
b. Untuk zat aktif yang dosis besar yang mempunyai aliran atau kemampatan yang buruk,
harus digranulasi dengan metoda basah, untuk memperolah aliran dan kohesi yang cocok
umtuk pengempaan.
c. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
d. Mengontrol pelepasan
e. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
f. Distribusi keseragaman kandungan
g. Meningkatkan kecepatan disolusi
h. Bentuk sediaan lepas terkendali dapat dibuat dengan pemilihan pengikat dan pelarut yang
sesuai

Beberapa kekurangan penggunaan metode granulasi basah ini adalah sebagai berikut:

a. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi


b. Waktu, ruangan, dan peralatan (mesin) yang digunakan butuh biaya cukup tinggi
c. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini.
Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.
d. Kehilangan bahan selama berbagai tahapan proses

A. Alur/tahapan pembuatan tablet menggunakan metoda granulasi basah, secara prosedur


pembuatan tablet menggunakan metoda granula basah dapat dijelaskan melalui alur atau
tahap-tahapan berikut ini, yaitu:
1. Bahan aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin
penggiling. Sementara itu, untuk skala laboratorium dapat dilakukan dengan
pengayakan.
2. Campurkan bahan aktif, pengisi, pengikat kering, dan penghancur dalam.
3. Tambahkan pelarut (air dan alkohol) untuk mengaktifkan pengikat kering. Jika pengikat
sudah dibuat sebagai cairan yang kental, maka langsung tambahkan dalam campuran.
4. Massa yang lembap dibentuk menjadi granul dengan diayak melalui pengayak dengan
nomor mesh 6 – 12.
5. Granul kemudian dikeringkan pada suhu 50 - 60ᴼ C atau dalam pengering lapis mengalir.
6. Granul yang kering kemudian diayak dengan pengayak nomor mesh 18 – 20, lalu
tambahkan penghancur luar, glidan, dan lubrikan.
7. Lalu lakukan pengujian granul.
8. Massa granul siap dicetak.

B. Pengikat dan pelarut Pengikat merupakan suatu bahan adhesif yang ditambahkan pada
formulasi tablet. Fungsi pengikat adalah untuk memberikan kohesivitas yang diperlukan untuk
mengikat partikelpartikel padat di bawah pengempaan untuk membentuk suatu tablet yang
kompak. Dalam proses granulasi basah, pengikat meningkatkan pembesaran ukuran partikel
membentuk granul sehingga dapat memperbaiki sifat alir massa yang akan dicetak. Pengikat
juga dapat memperbaiki kekerasan tablet dengan meningkatkan gaya intragranular dan antar
granular.
C. Jenis Pengikat Pengikat dibedakan menjadi polimer alam dan polimer sintetis atau gula.
Pemilihan pengikat bersifat empiris dan tergantung pada pengalaman terdahulu dari formulator.
Sementara itu, jumlah pengikat yang dibutuhkan ditetapkan dengan studi optimasi dan merujuk
kisaran konsentrasi pada buku-buku yang ada. Prinsip terjadinya pembesaran
partikel/aglomerasi karena gaya kohesif yang disebabkan oleh jembatan cair yang terjadi antar
partikel padat. Disamping itu, pada awalnya terjadi juga gaya tarik antar molekular, gaya van der
waals, dan gaya elektrostatis. Dengan demikian, semua gaya bekerja secara serentak dalam
proses granulasi basah.
D. Pengeringan Granul Pengeringan adalah proses menghilangkan cairan dari suatu bahan dengan
menggunakan panas. Hal ini akan tercapai dengan memindahkan cairan dari permukaan granul
kedalam suatu fase uap yang tidak jenuh. Pengeringan dalam pabrik farmasi merupakan suatu
unit proses dalam pembuatan granul dan kemudian dicampur dan dicetak menjadi tablet atau
kapsul. Dalam melakukan proses pengeringan terhadap granul yang sudah diproduksi, terdapat
penggolongan terkait dengan alat pengeringnya. Penggolongan ini didasarkan atas:
a. Pemindahan panas (kontak langsung dan tidak langsung).
b. Penanganan solid (pengering lapis statis, pengering lapisan bergerak, pengering lapis
mengalir, dan lain sebagainya).

Granulasi Kering

Granulasi kering disebut juga slugging. Selanjutnya, yang dimaksud granulasi kering (slugging) ini
adalah memproses partikel bahan aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat. Setelah menjadi masa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Pembuatan tablet dengan metoda
granulasi kering ini dilakukan dengan menggunakan mesin khusus pembuat bongkahan (slugging), yaitu
mesin berat pembuat tablet besar dengan lubang, kempa, dan pons besar yang biasanya berdiameter
2,5 cm atau lebih. Selanjutnya, bongkahan tersebut dihancurkan dengan mesin granulator untuk
memperoleh karakteristik granul yang dikehendaki. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut. Sementara itu, ikatannya didapat melalui
gaya. Teknik ini dikatakan cukup baik, digunakan untuk bahan aktif yang memiliki dosis efektif yang
terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau bahan aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan
kelembaban. Pada proses ini, komponen-komponen tablet dikompakan dengan mesin cetak tablet lalu
ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch, sehingga diperoleh massa yang disebut slug. Oleh
karena itu, prosesnya disebut dengan istilah slugging. Pada proses selanjutnya, slug ini kemudian diayak
dan diaduk untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug
yang didapat belum memuaskan, maka proses diatas dapat diulang. Keterbatasan yang dimaksudkan
slung sebagai berikut:

a. Proses bets tunggal.


b. Pemeliharaan peralatan lebih banyak dibutuhkan.
c. Skala ekonomi yang buruk dan hasil rendah.
d. Hasil perjam rendah.
e. Pengendalian proses yang buruk.
f. Polusi udara dan bunyi yang berlebihan.
g. Kebutuhan wadah dan ruang penyimpanan meningkat.
h. Membutuhkan energi yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg bongkahan (slug) lebih
banyak.

Dalam jumlah besar granulasi kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller
compactor yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg. Roller compactor menggunakan
dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang lainnya. Dengan bantuan tehnik
hidrolik pada salah satu penggiling, mesin ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk
yang mengalir dintara penggiling.

A. Alur pembuatan tablet metoda granulasi kering, secara prosedur pembuatan tablet menggunakan
metoda granula kering dapat dijelaskan melalui alur atau tahap-tahapan berikut ini, yaitu:
a. Bahan aktif dan eksipien dihaluskan terlebih dahulu.
b. Bahan aktif dan semua eksipien (pengisi, pengikat kering, sebagian penghancur,
lubrikan, dan glidan) sampai lebih kurang 50% dari jumlah yang ada dalam formula.
c. Campuran serbuk kemudian dikempa dengan mesin besar khusus dan kuat yang disebut
“mesin bongkah” (slugging machine) yang menghasilkan bongkahan (slug) atau dengan
mesin chilsonator yang menghasilkan pita/lempeng yang rapuh.
d. Bongkahan atau pita/lempeng kemudian diayak melalui pengayak dengan mesh 18 – 20.
e. Serbuk hasil ayakan dilakukan slugging lagi dan di ayak dengan ayakan yang sama.
f. Granul yang dihasilkan dicampurkan dengan fase luar yaitu sisa lubrikan, penghancur,
dan glidan lalu siap dicetak menjadi tablet.

penggunaan metode granulasi kering ini dilakukan dalam kondisi-kondisi sebagai berikut:

a. Kandungan bahan aktif dalam tablet tinggi.


b. Bahan aktif susah mengalir.
c. Bahan aktif sensitif terhadap panas dan lembab.

pembuatan tablet dengan metoda granulasi kering memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-
keuntungan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat, dan
pengeringan yang memakan waktu.
b. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
c. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat.

Namun demikian, pembuatan tablet dengan metoda granulasi kering ini pun memiliki kekurangan-
kekurangan. Beberapa kekurangan penggunaan metode granulasi kering ini adalah sebagai berikut:

a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug.


b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
c. Proses pembuatannya banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.

Anda mungkin juga menyukai