Anda di halaman 1dari 4

Taba’s Inverted Model / Model Terbalik

Model Konseptualisasi dalam bentuk persamaan, peralatan fisik, uraian atau analogi
grafik yang menggambarkan situasi (keadaan) yang sebenarnya, baik berupa keadaan apa
adanya maupun keadaan yang seharusnya. Pengembangan Kurikulum (curriculum
development) merupakan istilah komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan,
penerapan, dan penilaian.

Model kurikulum menurut Taba dinamakan 'inverted model' atau model terbalik karena
merupakan kebalikan dari model kurikulum yang ada sebelumnya. Kurikulum yang ada
sebelumnya dikembangkan secara deduktif, sedangkan Taba mengembangkan kurikulum
secara induktif. Menurut Taba esensial proses deduktif cenderung mengurangi kemungkinan
adanya inovasi kreatif karena pengembangan secara deduktif dapat membatasi kemungkinan
mengeksperimentasikan konsep-konsep baru kurikulum.Oleh karena itu, Taba
mengembangkan kurikulum menggunakan cara pengembangan induktif yang disebut sebagai
inverted model (model terbalik). Pengembangan model terbalik ini diawali dengan melakukan
percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan implementasi. Hal dilakukan
guna mempertemukan teori dan praktek.

Kurikulum menurut Hilda Taba adalah: “ a curriculum is a plan for learning, therefore
what is know about the learning process and the development of individual has bearing on the
shaping of the curriculum”. kurikulum adalah suatu rencana belajar, oleh karena itu, konsep-
konsep tentang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-bentuk
kurikulum.

Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitik beratkan
kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan
penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam kurikulum ini dikembangkan tahapan-tahapan yang
harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Model pengembangan ini lebih rinci dan
lebih sempurna jika dibandingkan dengan model pengembangan Tyler. Model Taba
merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut terutama penekanannya pada
pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama
dalam pegembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan
memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum. Merupakan
karakteristik dalam model pengembangan Taba.
Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian
diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta
menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi
apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.

Keuntungan digunakannya inverted model ini adalah :

1. Membantu untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek karena produksi
unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan pengalaman praktis.
2. Kurikulum yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru
lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti dibandingkan
dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh urutan tradisional.
3. Kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar lebih
berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum yang ada.

Taba mengajukan pandangan yang berlawanan yaitu: langkah awal dimulai dengan
perencanaan unit-unit belajar-mengajar yang spesifik, bukan diawali dengan desain kerangka
yang umum. Lalu unit-unit tersebut diujicobakan dalam kelas yang kemudian akan digunakan
sebagai dasar empirik untuk menentukan overall design.

a. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru

Penyusunan unit diawali dengan mendiagnosis kebutuhan serta dilanjutkan dengan


merumuskan tujuan. Kegiatan ini juga mempertimbangkan keseimbangan antara kedalaman
serta keluasan materi pelajaran yang akan disusun. Kelompok tenaga pengajar membuat unit
eksperiment sebagai ajang untuk melakukan studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk
itu diperlukan (1) Perencanaan yang didasarkan atas teori yang kuat (2) Eksperimen didalam
kelas yang dapat menghasilkan data empiris untuk menguji landasan teori yang digunakan.
Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming unit yang masih bersifat draft yang siap diuji
pada langkah berikutnya.

b. Menguji unit eksperimen

Unit-unit (teaching-learning units) yang telah dibuat pada langkah pertama selanjutnya
diujicobakan pada kelas-kelas eksperimen dalam berbagai situasi dan kondisi belajar. Tujuan
dari dilakukannya uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat validitas dan kelayakan unit-
unit dalam pengajaran serta untuk mengetahui keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang
memiliki gaya mengajar dan kemampuan melaksanakan pengajaran unit yang berbeda-beda.
Hasil uji coba ini dapat digunakan untuk menyempurnakan draft kurikulum.

c. Mengadakan revisi dan konsolidasi

Langkah ini dilakukan jika hasil pada langkah kedua menunjukkan perlunya perbaikan
dan penyempurnaan unit-unit yang telah disusun. Revisi dan penyempurnaan draf teaching
learning units dilakukan berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selama langkah
pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang
konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum
dan ahli kurikulum. Produk langkah ini berupa teaching learning units yang telah teruji di
lapangan. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam
lingkup yang lebih luas.

d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum

Perkembangan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan yang berdasarkan pada


pertanyaan-pertanyaan apa isi unit-unit yang disusun secara berurutan itu telah berimbang ke
dalamnya dan keluasannya, dan apakah pengalaman belajar telah memungkinkan belajarnya
kemampuan intelektual dan emosional. Apabila proses penyempurnaan telah dilakukan secara
menyeluruh maka langkah berikutnya mengkaji kerangka kurikulum yang dilakukan oleh
para ahli kurikulum dan profesional lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah
dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan didesiminasikan.

e. Melakukan implementasi dan desiminasi


(sumber : https://srilestarilinawati.wordpress.com/)

Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program ke daerah dan
sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi
guru-guru di lapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang
berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan kurikulum realitas
dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian terlebih dahulu oleh staf pengajar yang
profesional. Dengan demikian, model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.

Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan


kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada
tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk
melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat
atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian
dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.

Anda mungkin juga menyukai