Anda di halaman 1dari 3

Konsep Kebahagiaan Dalam Perspektif Islam dan Luar Islam

Kehidupan manusia diwarnai dengan bermacam-macam harapan dan tujuan. Salah


satu harapan atau tujuan dalam kehidupan ini adalah untuk dapat memperoleh kebahagiaan di
dunia maupun di akhirat. Banyak orang mengabdikan hidupnya untuk mencapai kebahagian
dengan segala upaya, sementara itu banyak juga orang yang masih belum mengetahui atau
memahami apa sebenarnya kebahagiaan itu. Pada setiap orang definisi dari kebahagiaan
berbeda-beda, ada sebagian orang yang mengatakan definisi kebahagiaan hidup adalah harta,
tahta, wanita dan sebagian orang lagi mendefinikan kebahagiaan adalah ketenangan hidup.
Berikut adalah konsep kebahagiaan dalam perspektif islam dan luar islam.
1. Konsep Kebahagiaan Dalam Perspektif Islam
Konsep kebahagiaan dalam islam telah dijelaskan dalam Al-Qur’an, Hadist
Nabi dan pendapat para sahabat dan ulama. Berikut uraian kebahagiaan yang
dijelaskan dalam Al-Qur’an, Hadist, dan pendapat para sahabat dan ulama:
o Al-Qur’an
Dalam Al-Quran, Allah menyebut kata bahagia dalam dua segmen; pertama,
kebahagiaan karena dunia. Dan kedua, kebahagiaan karena keutamaan dan rahmat
Allah. Kebahagiaan karena dunia adalah kebahagiaan yang tercela. Maksudnya
dunia yang melupakan keutamaan dan nikmat Allah. Hal ini ditunjukkan oleh
firman Allah tentang Qarun, “Janganlah engkau berbahagia, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbahagia.” (QS. Al Qashash [28]: 76)
Adapun kebahagiaan karena keutamaan dan rahmat Allah adalah kebahagian
yang terpuji, bahkan diperintahkan. Allah berfirman, “Katakanlah: “Dengan
keutamaan Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Keutamaan Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58). Demikian penjelasan singkat kebahagiaan
dalam Al-Qur’an, masih banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
kebahagiaan.
o Hadist
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kekayaan (yang hakiki)
bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati
yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).
Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab “Kekayaan (yang hakiki) adalah
kekayaan hati (hati yang selalu merasa cukup).
Hadist diatas menjelaskan kekayaan yang sesungguhnya adalah bukan harta
melainkan rasa cukup atas pemberian Allah SWT, sekaligus menjelaskan bahwa
kebahagiaan bukanlah harta didunia tetapi rasa syukur dan cukup atas pemberian-
Nya.
o Pendapat para sahabat dan ulama
Ali bin Abi Thalhah dan Ibnu Abbas memaknai kehidupan yang baik
dengan as-sa’adah atau rasa bahagia. Satu riwayat dari ad-Dahhaak menyatakan
bahwa kehidupan yang baik ialah rizki yang halal, kelezatan dan kepuasan
beribadah kepada Allah dalam hidup, dan lapang dada.
Menurut al-Qasimi, kehidupan yang baik adalah rasa sejuk (tenteram) dalam
dada karena puas dan yakin, merasakan manisnya iman, ingin menemui apa yang
telah dijanjikan Allah dan ridha menerima ketentuan (qadha) dari Tuhan.
Selanjutnya, jiwanya dapat melepaskan diri dari apa yang telah memperbudaknya
selama ini, merasa tenteram dengan satu Tuhan yang disembah, serta mengambil
cahaya (nur) dari rahasia wujud yang berdiri padanya, dan lain-lain kelebihan
yang telah ditentukan pada tempatnya masing-masing. Itulah kehidupan yang baik
di dunia, adapun kehidupan keakhirat akan lebih baik dan sempurna ganjarannya.

2. Konsep Kebahagiaan Dalam Perspektif Luar Islam


Menurut Seligman (2002) kebahagiaan adalah keadaan psikologis yang positif
dimana seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasan hidup dan juga pikiran dan
perasaan yang positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. Emosi positif  bisa
tentang masa lalu, masa sekarang, atau masa depan, dengan mempelajari ketiga
macam kebahagiaan ini, seseorang bisa menggerakkan emosi kearah yang positif
dengan mengubah perasaan tentang masa lalu, cara berpikir tentang masa depan, dan
cara menjalani masa sekarang. Kebahagiaan jangka panjang muncul meningkat
sejalan dengan banyaknya emosi positif yang dialami seseorang pada saat mengingat
masa lalu, menatap masa mendatang, dan menjalani masa kini. Emosi positif tentang
masa lalu mencakup kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggan dan kedamaian.
Studi kasus :
Banyak pasangan yang sudah berumah tangga tetapi tidak bahagia dikarenakan banyak
faktor, salah satunya permasalahan ekonomi.
Solusi :
Untuk mengatasi masalah ini harus diatasi secara bijaksana oleh suami dan istri,
dibicarakan baik-baik dan mencari solusi bersama. Misalnya saja dari istri membantu mencari
nafkah untuk menambah pemasukan dalam rumah tangga.
Janganlah mereka mengira bahwa perselisihan adalah bencana besar yang tak bisa
ditolak dan tak bisa diatasi. Justru dengan segala cara, mereka harus mencari solusi agar
keluarga tetap terjaga dan tali pernikahan bisa dipertahankan. Mereka harus yakin setiap
masalah ada solusinya. Mereka jangan putus asa dan terus berjuang mencari solusi demi
keutuhan keluarga dan melanggengkan pernikahan.  

 Daftar Pustaka
- https://umma.id/article/share/id/1005/52681
- https://rumaysho.com/766-manusia-tidak-pernah-merasa-puas-dengan-harta.html
- https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-konsep-kebahagiaan-menurut-islam/8316/4
- https://www.universitaspsikologi.com/2018/05/pengertian-dan-aspek-
kebahagiaan-happiness.html#:~:text=Menurut%20Seligman
%20(2002)%20kebahagiaan%20adalah,positif%20terhadap%20kehidupan
%20yang%20dijalaninya.

Anda mungkin juga menyukai