Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nelli pradilla

Kelas : Reguler A
Nim : 2211111030
MK : PAI (Pendidikan Agama Islam)
Dosen Pengampu : Dr. Hapni Laila Siregar,M.A

1. Bisakah manusia mencapai kebahagiaan dengan menempuh jalan di luar


agama (agama islam)

Jawaban : Mungkin ia bisa bahagia di dunia tapi tidak bahagia di akhirat


dan di dunia pun tidak akan ada orang yg lepas dari cobaan Allah SWT.

Kebahagiaan dalam Islam adalah kebahagiaan autentik artinya lahir dan


tumbuh dari nilai-nilai hakiki Islam dan mewujud dalam diri seseorang
hamba yang mampu menunjukkan sikap tobat (melakukan introspeksi dan
koreksi diri) untuk selalu berpegang pada nilai-nilai kebenaran ilahiah,
mensyukuri karunia Allah berupa nikmat iman, Islam, dan kehidupan, serta
menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran, dan keadilan dalam menjalani
kehidupan pribadi, sosial, dan profesional. Pada sisi lain, kebahagiaan itu
menjadi tidak lengkap jika tidak mewujud dalam kehidupan konkret dengan
jalan membahagiakan orang lain.

Tak ada orang yang ingin hidupnya tidak bahagia. Semua orang ingin
bahagia. Namun hanya sedikit orang yang mengerti arti kebahagiaan yang
sesungguhnya. Hidup bahagia merupakan idaman setiap orang, bahkan
menjadi simbol keberhasilan sebuah kehidupan. Tidak sedikit manusia yang
mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya. Menggantungkan cita-cita
menjulang setinggi langit dengan puncak tujuan tersebut, yaitu bagaimana
meraih kebahagiaan hidup. Dan ini menjadi cita cita tertinggi setiap orang
baik yang mukmin atau yang kafir kepada Allah.
Apabila kebahagiaan itu terletak pada harta benda yang bertumpuk
tumpuk, mereka telah mengorbankan segala-galanya untuk meraihnya.
Nyatanya, itu tak pernah diraih dan membuat pengorbanannya sia-sia.
Apabila kebahagiaan itu terletak pada ketinggian pangkat dan jabatan,
mereka juga telah siap mengorbankan apa saja demi memperoleh apa yang
diinginkannya. Tapi tetap saja kebahagiaan itu tidak pernah didapatkannya.
Apabila kebahagiaan itu terletak pada ketenaran nama, mereka telah
berusaha untuk meraihnya dengan apapun juga dan mereka tidak
mendapati apa yang disebut kebahagiaan.

Banyak cara dilakukan manusia untuk meraih kebahagiaan Sebagian mereka


beranggapan bahwa kebahagiaan bisa diraih dengan banyaknya harta, kedudukan
yang terpandang, dan popularitas yang pantang surut. Tak heran bila manusia
berlomba-lomba mendapatkan itu semua, termasuk dengan menggunakan segala
cara. Sebenarnya kebahagiaan hidup yang hakiki dan ketenangan hanya
didapatkan dalam agama Islam yang mulia ini.

Sehingga yang dapat hidup bahagia dalam arti yang sebenarnya hanyalah orang-
orang yang berpegang teguh dengan agama ini.

Ada beberapa cara yang diajarkan agama ini untuk dapat mencapai hidup
bahagia.

di antaranya disebutkan oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di


rahimahullah dalam kitabnya Al-Wasailul Mufidah lil Hayatis Sa'idah:

a) Beriman dan beramal shalih.

b) Banyak mengingat Allah (berdzikir) karena dengan dzikir kepada-Nya akan


diperoleh kelapangan dan ketenangan, yang berarti akan hilang kegelisahan dan
kegundah gulanaan.
c) Bersandar kepada Allah dan tawakkal pada-Nya, yakin dan percaya kepada Nya
dan bersemangat untuk meraih keutamaan-Nya. Dengan cara seperti ini seorang
hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa serta gundah
gulana.

Kebahagiaan dalam perspektif islam :

Ibnu Qayyim al-jauziyah

"kebahagiaan itu adalah perasaan senang dan tentram karena hati sehat dan
berfungsi dengan baik bisa berhubungan demgan tuhan pemilik
kebahagiaan,kesuksesan,kekayaan,kemuliaan ilmu dan hikmah adalah Allah"

Kitab mizanul 'amal al-ghazali

"bahagia terbagi 2 yaitu hakiki (kebahagiaan yang akan di peroleh dengan modal
iman ilmu&amal), majasi (kebahagiaan duniawi,yaitu bahagia fana yang tidak
abadi)"

Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang digariskan oleh
Allah. Yang dimaksud dengan meniti jalan Allah adalah menaati perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas dan benar. Ayat 153 surah al-An’am
diatas sebelumnya didiahului dengan penjelasan tentang beberapa perintah dan
larangan Allah kepada orang beriman.Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa
orang yang meninggalkan jalan yang digariskan oleh Allah akan, tidak tenang dan
tidak bahagia. Karena ia akan mencari jalan dan sumber kebahagiaan pada jalan
yang dibuat dan digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya. Dalam ayat lain
dijelaskan:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatah Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta”. (surat Thaha [20]: 123

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar, (al-Baqarah/2: 155)dan firman-Nya:

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan


mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji? (al-'Ankabut/29:
2)Makin berat dan makin tinggi cita-cita yang akan dicapai, makin besar pula
rintangan dan cobaan yang akan dialami. Untuk mencapai keridaan Allah dan
memperoleh surga, bukan suatu hal yang mudah dan gampang, tetapi harus
melalui perjuangan yang gigih yang penuh rintangan dan cobaan sebagaimana
halnya orang-orang terdahulu. Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan,
nabinya dibunuh, pengikutnya disiksa sampai ada di antara mereka digergaji
kepalanya dalam keadaan hidup atau dibakar hidup-hidup.

Oleh karena cobaan dan penderitaan yang dialaminya dirasakan lama, sekalipun
mereka yakin bahwa bagaimanapun juga pertolongan Allah akan datang, maka
rasul mereka dan pengikut-pengikutnya merasa gelisah lalu berkata, "Bilakah
datang pertolongan Allah," pertanyaan itu dijawab oleh Allah, "Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." Pada saatnya nanti mereka
akan menang dan mengalahkan musuh, penganiaya dan orang-orang zalim.Jadi,
"Bisakah manusia mencapai kebahagian dengan menempu jalan diluar agama
Islam"?.

Tentu jawabannya Tidak, Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan
agama yang digariskan oleh Allah. Yang dimaksud dengan meniti jalan Allah
adalah menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas dan
benar. Ayat 153 surah al-An’am diatas sebelumnya didiahului dengan penjelasan
tentang beberapa perintah dan larangan Allah kepada orang beriman.
Kebahagiaan hakiki hanyalah di akhirat, maka sebagai orang yang beriman tidak
akan menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Orang beriman hendaknya
berpikir bahwa hidup akan kekal di akhirat dan dunia hanyalah sementara.Kalau
orientasi kebahagiaan di akhirat

Anda mungkin juga menyukai