Anda di halaman 1dari 118

Jurnal IKAHIMSI

SEKILAS IKAHIMSI
Sebelum menjadi IKAHIMSI organisasi ini bernama FORKOMASA (Forum
Komunikasi Mahasiswa Sejarah) Indonesia yang didirikan pada 09 Mei 1991 di
Padang, Sumatera Barat.
Nama FORKOMASA Indonesia diubah menjadi IKAHIMSI pada 28 Juli 1995 di
Universitas Riau (UNRI) Pekanbaru dibawah naungan DIKTI dan Indrajaya Piliang
dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta sebagai Sekjen (Sekretaris Jenderal) pertama.
MUNAS I IKAHIMSI dilaksanakan di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung
pada tahun 1997 dan Sekjen terpilih Fahmi dari Universitas Jember (UNJEMBER).
MUNAS II dilaksanakan di Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya pada tahun
2000 dengan Sekjen terpilih Ahmad Nahsih Lutfi dari Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta.
MUNAS III dilaksanakan di Universitas Negeri Makassar (UNM) Makassar pada
tahun 2002 dengan Sekjen terpilih Erwin Kusuma dari Universitas Indonesia (UI)
Jakarta.
MUNAS IV dilaksanakan di UNUD pada tahun 2004 dengan Sekjen terpilih Suhada
dari Universitas Diponegoro (UNDIP).
MUNAS V dilaksanakan di UNDIP pada tahun 2006 dengan Sekjen terpilih Irwan
Bernando Samosir dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
MUNAS VI dilaksanakan di Universitas Tadulako (UNTAD) Palu pada tahun 2009
dengan Sekjen terpilih Titi Susanti dari Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta.
MUNAS VII dilaksanakan di Universitas Riau (UNRI) Pekanbaru pada tahun 2011
dengan Sekjen terpilih Sarifudin Bin La Kuma dari Universitas Tadulako (UNTAD)
Palu.

Penerbit: Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia (IKAHIMSI) Surat Keterangan ISSN: SK
PDII LIPI No. 0005.119/JI.3.2/SK.ISSN/2011.07 tanggal 29 Juli 2011 ISSN 2088-81XX Pelindung:
Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE., MS., Pembimbing: Dra. Junarti, M.Hum., Pimpinan Umum:
Sarifudin Bin La Kuma Wakil Pimpinan Umum: Royandi Hutasoit Penyunting Ahli: Prof. Gusti
Asnan, Dias Pradadimara, M.A., Sarkawi B. Husain, S.S., M.Hum., Haliadi S.S., M.Hum., Saiful Hakam
S.S., M.A., Penyunting Pelaksana: Fadlan, M. Syahid, Deki Suganda, Sulaeman, Aulia Rahman.
Pelaksana Administrasi: Ridha Artistik: Royandi Hutasoit

Alamat Redaksi: Perumahan Dosen UNTAD Blok A7 No.13, Tondo, Palu, Sulawesi Tengah. Kode Pos
94118 CP: 085342673062 / 085756200528 E-mail: ikahimsi@yahoo.com

“MENYUSURI JEJAK SEJARAH


PESISIR INDONESIA”
COVER STORY
Gambar 1 : Pantai Batu Adenu Sumondung, Banggai Kepulauan (Dokumen
Pribadi KBK)
Gambar 2 : Pantai Parigi (Dokumen Pribadi
Gambar 3 : Kota Luwuk (Dokumen Pribadi KBK)
Gambar 4 : Pelabuhan Dede Toli-Toli (Dokumen Pribadi Irfandi H. Hasan)
Gambar 5 : Pulau Lutungan Toli-Toli (Dokumen Pribadi Irfandi H. Hasan)
Gambar 6 : Pelabuhan Parigi (Dokumen Pribadi KBK)
DESAIN COVER
Irfandi H. Hasan, S.Pd.

2
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Info Sejarah
Kajian sejarah pesisir bukan lagi merupakan kajian baru sejak perhatian kepada dunia
maritim diberikan mulai beberapa dekade yang lalu. Disertasi F.X. Suhartono tentang
kota-kota pantai di Jawa di masa sebelkum abad ke-18 dan disertasi dan karya-karya
lanjutan A.B. Lapian telah meneguhkan kajian dunia maritim sebagai kajian penting
dalam penulisan sejarah Indonesia di samping kajian dunia agraris (dan gerakan petani).
Tapi pertanyaan terpenting dalam kajian dunia maritim, dimana kajian masyarakat
pesisir merupakan bagian yang penting di dalamnya, adalah apakah dalam mengkaji
dunia maritim dilahirkan dan dibutuhkan satu perangkat kerja, konsep, teori, atau
metode yang berbeda dengan kajian dunia agraris? Ataukah kajian dunia maritim
“sekedar” menggeser subject matter kajiannya dari dunia petani ke dunia pelaut dan
nelayan?

Pengantar Pedagang Kopra - Orang Kaya - Elite


DIAZ PRADADIMARA …...................... 4 Baru: Sejarah Sosio-Ekonomi Dan
Kejayaan Budaya Maritim Di Pantai Politik Di Sulawesi Tengah
Utara Jawa Dan Refleksi Membangun MOHAMMAD SAIRIN .......................... 76
Indonesia Sebagai Negara Bahari: Budaya Maritim Dan Permasalahan
Menyambung Mata Rantai Yang Putus Pendidikan: Studi Kasus Indramayu
SINGGIH TRI SULISTIYONO ............... 6 AGUNG WIBOWO .............................. 85
Peta Dalam Sejarah Dan Sejarah Memory Etnik Tionghoa Di Jeneponto:
Dalam Peta Sebuah Tinjauan Historis
GUSTI ASNAN ...................................... 22 ISMAIL SYAWAL ................................. 95
Sejarah Perkembangan Nama Teluk Serba-Serbi IKAHIMSI ................... 104
Tomini Di Pulau Sulawesi Selingan .............................................. 113
HALIADI-SADI ..................................... 31 Tentang Penulis ................................. 114
Padewakang Dan Pinisi: Kajian
Kemaritiman Sulawesi Selatan
EDWARD L. POELINGGOMANG ....... 45
Kota-Kota Pelabuhan Nusantara
Dalam Perspektif Sejarah
DR. MHD NUR, M.S. ........................... 53
“Selama Laut Masih Berombak,
Pasir Di Pantai Tak Akan Tenang”
Diaspora Orang-Orang Bugis-
Makassar Di Surabaya, Abad XV-XX
SARKAWI B. HUSAIN .......................... 65

Redaksi IKAHIMSI menerima tulisan dari kalangan mahasiswa sejarah dalam bentuk
soft file. Tulisan tersebut dapat dikirimkan melalui email ke ikahimsi@yahoo.com.
Redaktur berhak mengubah tulisan tanpa mengubah isi.
Edisi selanjutnya akan mengangkat tema “Menyoal Masa Depan Pendidikan
Indonesia”. Kunjungi ikahimsi@yahoo.com
Kritik dan saran dapat dikirimkan melalui email ke ikahimsi@yahoo.com

3
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Salah satu hal yang mengkhawatirkan bagi dunia menimbulkan kegelisahan. Dari puluhan makalah
penulisan sejarah di Indonesia bukanlah kurangnya yang dibacakan ada aneka ragam topik yang
penulisan sejarah itu sendiri: sejak runtuhnya masa ditawarkan sehingga menimbulkan kesan tidak ada
Orde Baru kita sudah menyaksikan banjir tulisan kristalisasi pendapat dan pendekatan tertentu yang
baik dari kalangan sejarawan profesional (mereka memunculkan adanya perdebatan besar yang
yang dididik untuk menjadi sejarawan dan pada berlangsung tidak hanya dalam arena konferensi
saat penulisan masih mengajar atau melakukan tapi juga sesudahnya. Ini semua memunculkan
penelitian sejarah sebagai pekerjaan utamanya), pertanyaan, kalau tidak ada perdebatan dan tidak
para pelaku sejarah yang menulis kesaksian ada hal yang “dipertaruhkan” dalam perdebatan
perjalanan hidupnya, atau dari mereka yang ini, apakah ini berarti memang tidak ada yang
memiliki perhatian pada masa lalu meski tidak perlu diperhatikan dalam perkembangan penulisan
dididik untuk itu (seperti para pekerja LSM, sejarah di Indonesia? Tugas penulisan sejarah dan
komentator politik dan sebagainya) dan berharap para penulis sejarah kemudian “jatuh” pada
dapat belajar dari pengalaman di masa lalu. Yang mengulang hal-hal yang sama setiap tahun dan
mengkhawatirkan adalah tidak adanya satu jurnal mungkin menambahkan liputan kajian pada hal-hal
ilmiah sejarah pun yang dapat bertahan terbit yang selama ini “belum diangkat” meski hal-hal
untuk periode waktu yang lama. tersebut tidak memicu perdebatan besar, atau
Tentu kurangnya jurnal ilmiah yang terbit teratur bahkan perdebatan kecil. Kalau hal tersebut
dalam waktu yang lama bukan masalah yang memang benar adanya, tentu masyarakat luas tidak
hanya dihadapi oleh para sejarawan. Dalam ilmu- salah apabila ilmu sejarah tidak diperhatikan.
ilmu sosial dan humaniorapun jurnal ilmiah yang Apa yang dilakukan oleh jurnal yang anda pegang
“tahan lama” tidak mudah didapat. Jurnal-jurnal ini, yang sepenuhnya diusahakan oleh Ikatan
seperti Prisma (dari LP3ES) dan Masyarakat Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia
Indonesia (dari LIPI) adalah 2 jurnal yang sempat (IKAHIMSI), adalah sebuah percobaan awal untuk
terbit bertahan untuk waktu yang cukup panjang, menjawab kedua permasalahan besar yang sudah
dan keduanya sekarang sedang berusaha untuk dipaparkan di atas. Memang sudah seharusnya
dihidupkan kembali. Di bidang sejarah, jurnal mahasiswa dan IKAHIMSI mengambil peranan
Lembaran Sejarah (dari UGM) dan Sejarah (dari dalam memajukan kajian dan penulisan sejarah di
MSI) adalah 2 jurnal yang sempat terbit meski Indonesia. Tugas untuk memajukan terlalu besar
tidak selama Prisma ataupun Masyarakat dan terlalu penting untuk hanya dilimpahkan pada
Indonesia, dan keduanya kemudian menghilang para sejarawan profesional. Mahasiswa dan
setelah beberapa tahun muncul. Kurangnya jurnal organisasi kemahasiswaan sudah saatnya
ilmiah yang terbit teratur tentu mengkhawatirkan berdampingan dengan pekerja LSM, organisasi
semua pihak. Berbagai usaha sudah dimulai, kemasyarakatan, lembaga penerbitan dan
termasuk menyediakan dukungan bagi penerbitan perguruan tinggi maupun organisasi profesional
oleh berbagai lembaga dalam lingkungan untuk membangun kajian sejarah yang
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menggairahkan. Karena hanya dengan saling-
mewajibkan penerbitan karya ilmiah oleh dukung, saling-baca, dan saling-kritik sebuah
mahasiswa dan, terutama, staf pengajar dan kehidupan akademis dan intelektual bisa dibangun.
peneliti, dan berbagai usaha lain. Hasil dari usaha- Diharapkan penulis dan sejarawan lain dapat terus
usaha ini tentu tidak segera nampak melainkan menyumbangkan tulisan ke jurnal ini dan
baru akan dapat dilihat beberapa tahun mendatang. menjadikannya satu jurnal yang menjawab
Kurangnya jurnal ilmiah adalah satu masalah besar kebutuhan semua pihak.
dalam dunia kajian sejarah. Tapi bukan satu- Topik yang diangkat jurnal ini dalam edisi
satunya. Dari Konferensi Nasional Sejarah IX perdananya adalah “Menyusuri Jejak Sejarah
yang dilakukan di Jakarta tahun 2011 yang lalu Pesisir Indonesia,” sebuah topik yang mencoba
nampak sekali adanya kegelisahan di kalangan untuk menggeser perhatian dalam kajian sejarah
sejarawan. Dalam diskusi muncul adanya Indonesia ke luar daerah pedesaan dan perkotaan.
kekhawatiran para sejarawan akan kurangnya Kajian sejarah pesisir bukan lagi merupakan kajian
perhatian masyarakat di luar para sejarawan akan baru sejak perhatian kepada dunia maritim
kajian sejarah. Di tingkat sekolah menengah, diberikan mulai beberapa dekade yang lalu.
misalnya, pelajaran sejarah hanya diajarkan dalam Disertasi F.X. Suhartono tentang kota-kota pantai
waktu yang sangat terbatas. Namun tidak adil di Jawa di masa sebelkum abad ke-18 dan disertasi
apabila hanya “pihak luar” yang disalahkan dalam dan karya-karya lanjutan A.B. Lapian telah

4
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

meneguhkan kajian dunia maritim sebagai kajian Setelah tiga tulisan yang berusaha meletakkan
penting dalam penulisan sejarah Indonesia di konteks kajian sejarah maritim, kelompok tulisan-
samping kajian dunia agraris (dan gerakan petani). tulisan lain yang dalam jurnal ini melihat
Tapi pertanyaan terpenting dalam kajian dunia masyarakat pesisir pada berbagai aspek perubahan
maritim, dimana kajian masyarakat pesisir sejarahnya. Mhd. Nur melihat adanya apa yang
merupakan bagian yang penting di dalamnya, disebutnya “kota-kota pelabuhan” yang tersebar di
adalah apakah dalam mengkaji dunia maritim Nusantara dan menganalisanya dalam perspektif
dilahirkan dan dibutuhkan satu perangkat kerja, sejarah. Tulisan-tulisan Sarkawi B. Husain, Ismail,
konsep, teori, atau metode yang berbeda dengan Mohammad Sairin, dan Agung Wibowo masing-
kajian dunia agraris? Ataukah kajian dunia masing mengkaji kelompok-kelompok masyarakat
maritim “sekedar” menggeser subject matter yang bermukim di pesisir. Dua tulisan pertama
kajiannya dari dunia petani ke dunia pelaut dan melihat apa yang disebut sebagai masyarakat
nelayan? “diaspora” dimana Sarkawi B. Husain melihat
Dalam jurnal ini diterbitkan sekumpulan tulisan “orang-orang Bugis-Makassar” yang menetap di
tentang masyarakat pesisir dengan melihat Surabaya, sedang Ismail mengkaji masyarakat
berbagai aspeknya. Singgih Tri Sulistyono dama keturunan Tionghoa di Jeneponto (Sulawesi
tulisannya “Kejayaan Budaya Maritim di Pantai Selatan). Mohammad Sairin menulis tentang kelas
Utara Jawa dan Refleksi Membangun Indonesia masyarakat “baru” yang disebutnya elite yang
sebagai Negara Bahari,” mencoba untuk menguat bersama dengan tumbuhnya perdagangan
meletakkan konteks kajian sejarah maritim dalam kopra di Sulawesi Tengah, sementara Agung
konteks membangun kembali Indonesia yang kali Wibowo mengkaji satu aspek masyarakat maritim,
ini lebih menekankan strategi pembangunannya dalam hal ini masyarakat nelayan di Indramayu
pada potensi ke-bahari-an yang merupakan corak (Jawa Barat), yakni aspek pendidikan mereka.
sekaligus modal. Dengan melohat pantai utara Tulisan-tulisan ini menunjukkan dinamisnya
Pulau Jawa, Singgih Tri Sulistyono menunjukkan masyarakat pesisir, tingginya tingkat keterkaitan
adanya akar sejarah dari strategi membangun apa mereka dengan dunia luar, dan terbukanya mereka
yang disebutnya sebagai “negara bahari.” Gusti terhadap pengaruh yang datang. Satu tulisan lagi
Asnan dan Edward L. Poelinggomang dalam yang ditulis oleh Haliadi Sadi agak berbeda
makalahnya masing-masing melihat kajian dunia dengan kedua kelompok tulisan di atas. Seperti
maritim melalui aspek teknologi dengan melihat menyambung tulisan Gusti Asnan, dalam
peta sebagai teknologi untuk membangun tulisannya Haliadi Sadi menggunakan peta dari
pengetahuan dan kapal sebagai alat untuk berbagai periode untuk melihat adanya perubahan
memanfaatkan air dan angin serta untuk menjalin konsepsi tentang Teluk Tomini. Tentu tulisan-
hubungan antar masyarakat yang dihubungkan tulisan di jurnal ini tidak memiliki pretensi untuk
dengan laut. Gusti Asnan dalam tulisannya “Peta segera menjawab pertanyaan besar yang diajukan
dalam Sejarah dan Sejarah dalam Peta” melihat di bagian lain pengantar ini. Dan memang
bahwa peta yang sekarang sering diciptakan dan dibutuhkan kajian lebih luas dan lebih beragam
digunakan menarik akarnya dari peta-peta yang untuk dapat menjawabnya. Yang dapat dan perlu
dibuat oleh para pelaut Eropa karena peta-peta dilakukan sekarang adalah terus memberikan
yang dibuat oleh pelaut Asia tidak berhasil lagi gambaran dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dilacak bentuk dan keberadaannya. Sedangkan kecil untuk akhirnya dapat menjawab pertanyaan
Edward L. Poelinggomang yang menulis besar
“Padewakang dan Pinisi” melihat adanya berbagai
jenis perahu yang digunakan dalam pelayaran
sebagai wujud adanya transformasi teknologi di
Dias Pradadimara
dunia maritim.
Makassar, Juli 2012
.

5
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Singgih Tri Sulistiyono


pantura Jawa sebagai akibat dari serangkaian
Hingga saat ini, jika orang berbicara mengenai konflik politik dan militer antara kekuatan-
‘Jawa’ akan terbersit dalam pikirannya untuk kekuatan maritim di pantura Jawa dengan
membayangkan sebuah masyarakat agraris yang kekuatan-kekuatan baik kerajaan pedalaman
berorientasi ke pedalaman dengan sistem agraris Jawa (Mataram) maupun kekuatan-
kehidupan yang feodalistik. Masyarakat yang kekuatan Barat yang mulai bermunculan di
demikian itu juga dicirikan dengan kondisi perairan Nusantara sejak awal abad ke-16
masyarakat yang statis, teknologi sederhana, dan (terutama Portugis kemudian disusul oleh
masyarakat yang bersifat paguyuban Belanda). Kehancuran kekuatan maritim pantura
(gemeinschaft) dengan karakteristik yang Jawa itu sesungguhnya sudah dimulai dari
menonjol pada aktivitas gotong-royong, nilai kegagalan kerajaan Demak pada waktu melakukan
kebersamaan yang tinggi, keakraban, dan penyerbuan maritim terhadap Potugis di Malaka.
sebagainya. Kesan seperti itu terutama timbul dari Kegagalan itu telah membawa kehancuran armada
adanya monumen-monumen peninggalan sejarah angkatan laut pantura Jawa.
yang spektakuler yang dihasilkan oleh masyarakat Pada periode selanjutnya sejalan dengan
agraris yang feodalistik seperti candi Borobudur, muncul dan berkembangnya kerajaan agraris di
Prambanan, Sewu, Penataran, Singosari, dan pedalaman Jawa Tengah yaitu kerajaan Mataram,
puluhan candi besar lainnya. Jika dilihat dari basis-basis kekuatan maritim di pantura Jawa
peninggalan-peninggalan sejarah tersebut, tidak menderita ‘tikaman dari belakang’ yang
mengesankan bahwa masyarakat Jawa pernah mengakibatkan kehancuran pada sarana dan
mengalami kejayaan juga di bidang kemaritiman. prasarana maritim seperti dermaga, gudang,
Bahkan yang seringkali muncul adalah adanya perkantoran, dan basis-masis militer yang ada.
identifikasi masyarakat Jawa sebagai masyarakat Untuk selanjutnya pukulan pamungkas diberikan
agraris. Bahkan celakanya, pada administrator oleh VOC yang akhirnya mampu menghancurkan
kolonial zaman Belanda seringkali dan/ atau mengkooptasi sisa-sisa kekuatan yang
mengidentifikasikan masyarakat Jawa sebagai ada di kawasan pantura bagian tengah dan timur
masyarakat malas, lebih suka tidur daripada yang dipandang berpotensi membahayakan
bangun, lebih suka berbaring daripada duduk, kedudukannya. Dalam situasi seperti itu VOC
lebih suka istirahat daripada bekerja, dan dapat memusatkan kekuatannya di pantura Jawa
sebagainya.1 bagian barat untuk menghadapi Banten yang masih
Sesungguhnya wajah Jawa bukanlah memiliki kekuatan maritim yang relatif utuh.
bersifat monolitik. Masyarakat Jawa bukan hanya Dengan memanfaatkan perpecahan internal di
bercorak agraris saja, tetapi juga memiliki wajah dalam kraton Banten, akhirnya VOC mampu
maritim meskipun berada di bawah bayang-bayang menundukkannya. Dengan penghancuran Banten,
stigma masyarakat agraris-feodal. Demikian juga maka lengkaplah dominasi VOC atas dunia
secara historis, wajah agraris dan maritim kadang- maritim di pantura Jawa.
kadang silih berganti dan ada kalanya saling Untuk selanjutnya selama ratusan tahun
bersinergi atau sebaliknya saling berkonflik. Jadi masyarakat pantura Jawa hidup dalam puing-puing
tidak selamanya, panggung sejarah Jawa kehancuran budaya maritim. Mereka masih
didominasi oleh kekuatan agraris saja sehingga bertahan hidup tetapi dalam bayang-bayang
menimbulkan kesan seolah-olah Jawa identik kekuatan kolonialisme dan kapitalisme. Apa yang
dengan agraris-feodal. Namun demikian justru tersisa di kalangan masyarakat pribumi adalah
masa kejayaan kekuatan-kekuatan maritim di sisa-sisa kekuatan maritim sebagai tradisi dan
pantai utara (pantura) Jawa lebih panjang dalam ekonomi maritim yang bersifat marginal. Oleh
mengembangkan budaya maritim sebelum karena itu ketika sekarang Indonesia ingin
akhirnya mendapatkan pukulan telak dari kekuatan membangun kembali peradaban bahari maka harus
kolonialisme Barat. menyambung matarantai yang telah putus oleh
Makalah ini mencoba untuk mengkaji kekuatan kolonial. Tentu saja hal itu bisa
sejarah kehancuran budaya maritim di kawasan dilakukan dengan berbagai upaya untuk
membangkitkan kembali kejayaan budaya bahari
1 masa lampau itu antara lain melalui pendidikan,
Clive Day, The Policy and Administration of the Dutch
in Java (New York: MacMillan, 1954), hlm. 345.

6
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

penyusunan blueprint pembangunan negara bahari ancaman dari musuh-musuhnya, ia selalu meminta
yang komprehensif, dan sebagainya. perlindungan dari Cina. Sriwijaya mengakui Cina
sebagai pelindung dan mengirimkan upeti kepada
kaisar Cina. Dengan mengambil berbagai
kebijakan seperti itu, Sriwijaya merasa aman dari
Perkembangan dan dinamika kemaritiman bahaya ekspansi militer Cina yang telah jauh
kawasan pantura Jawa tidak dapat dipisahkan dari mencapai Vietnam dan Fu-Nan. Selain itu, kapal-
dinamika kebaharian di perairan Nusantara secara kapal Sriwijaya akan mendapatkan perlakuan yang
umum. Seperti diketahui bahwa sebelum kekuatan lebih baik ketika mereka berlabuh di pelabuhan-
maritim pantura Jawa tampil ke permukaan, pelabuhan Cina.3 Di sisi lain, pada level regional
kawasan perairan di Nusantara khususnya di Selat Sriwijaya meneguhkan kekuatannya dan bahkan
Malaka dan Selat Sunda berada di bawah kontrol melakukan ekspansi ke wilayah sekitarnya di
kerajaan Maritim terbesar di Asia Tenggara yaitu kawasan dunia Melayu. Secara berangsur-angsur
Sriwijaya semenjak sekitar abad ke-7 Masehi. Sriwijaya akhirnya dapat mengendalikan pusat-
Muncul dan berkembangnya Sriwijaya pusat perdagangan dan lalu-lintas pelayaran di
terkait erat dengan perdagangan yang sedang sekitarnya dengan kekuatan militer.4 Dengan cara
berkembang di sepanjang jaringan maritim antara seperti itu Sriwijaya mampu mengendalikan
India dan Cina, antara Nusantara dan Cina, dan mengontrol pusat-pusat perdagangan di
perdagangan intra-regional di Asia Tenggara. Di Semenanjung Malaya seperti P'eng-feng (Pahang),
antara faktor yang paling penting dalam Teng-ya-Nung (Trengganu), Ling-Ya-Su-Chia
kebangkitan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan (Langkasuka), Chi-lan-tan (Kelantan), Fo-lo-an
maritim di Asia Tenggara adalah kemampuan (Kuala Berang), Tan-ma-ling (Tambralingga,
mereka untuk mengontrol wilayah pedalaman Ligor), Chia-lo-si (Grahi, Teluk Brandon,).5
mereka sendiri di Sumatra dan kemampuannya Sriwijaya yang berkembang pesat di
untuk mendominasi kota-kota pelabuhan dunia Melayu ini sejalan dengan perkembangan
saingannya dan dengan demikian secara tidak kekuasaan politik di Jawa Tengah (Kerajaan
langsung juga mengontrol daerah-daerah Mataram). Kompetisi dan konflik antara Sriwijaya
pedalaman mereka. Kontrol ini memungkinkan dan kerajaan-kerajaan di Jawa menunjukkan
Sriwijaya untuk menguasai dan memusatkan intensitas tinggi ketika pusat kerajaan Mataram
perdagangan produk pertanian, hutan, dan produk- dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
produk laut kepulauan Indonesia di pelabuhan- Raja Sendok (929-947), telah memindahkan istana
pelabuhan yang dikuasai Sriwijaya. Selain itu, dan ia diakui sebagai pendiri dinasti baru (Isyana)
Sriwijaya juga mengembangkan sistem politik yang memerintah di Jawa Timur sampai 1222.
yang didasarkan pada kesetiaan dan kontrol Salah satu motif pemindahan ini adalah untuk
terhadap sumber daya perdagangan. Lokasi menghindari konflik dengan Sriwijaya. Munculnya
Sriwijaya itu sendiri sebenarnya relatif tidak kekuatan politik di Jawa Timur memberikan
strategis karena terletak jauh dari Selat Malaka. dampak yang signifikan bagi perekonomian daerah
Dengan memanfaatkan kekuatan armadanya, di kawasan pantura Jawa bagian timur pada
akhirnya Sriwijaya bisa mengontrol perdagangan khususnya dan kepulauan Indonesia pada
di bagian barat kepulauan Indonesia.2 Selain itu, umumnya.6 Berbeda dengan kerajaan Mataram di
mereka juga mampu melindungi perairan mereka Jawa Tengah yang sangat bergantung pada
melawan bajak laut dan kemungkinan serangan ekonomi pertanian sawah, wilayah pesisir dan
dari negara lain. Sebagai negara maritim,
Sriwijaya telah menerapkan strategi untuk 3
bertahan hidup dan memperluas kekuasaan. Untuk O.W. Wolters, Early Indonesia Commerce: A Study of
the Origins of Srivijaya (Ithaca, New York: Cornell
kelangsungan hidupnya, Sriwijaya menjalin
University Press, 1967), hlm. 152.
hubungan diplomatik internasional dengan dua 4
'kekuatan super', yaitu Cina dan India yang J.W. Christie, ‘Asia Sea Trade between the Tenth and
Thirteenth Centuries and Itas Impact on the States of
diperkirakan menjadi potensi ancaman. Diplomasi
Java and Bali’, in: H.P. Ray (ed.), Archeology of
dengan India, misalnya, dibangun dengan Seafaring: The India Acean in the Ancient Period
mendirikan sebuah vihara di Nalanda selama (Delhi: Pragati, 1999), hlm. 221-222.
pemerintahan Balaputadewa. Diplomasi dengan 5
R. Braddell, ‘An Introduction to the Study of Ancient
Cina dibangun dengan mengirim upeti kepada Times in the Malay Peninsula and the Straits of
kaisar Cina. Setiap kali Sriwijaya mendapat Malacca’, JMBRAS 14 (1936), hlm. 1-71.
6
O.W. Wolters, ‘Studying Srivijaya’, JMBRAS 2 (52)
2
Pierre-Yves Manguin, ‘Palembang and Sriwijaya: An (1979), hlm. 6. Lihat juga H.G. Quaritch Wales, ‘The
Early Malay Harbour-City Rediscovered’, JMBRAS 1 Extent of Srivijaya’s Influence Abroad’, JMBRAS 1
(66) (1993) 33. (51) (1978), hlm. 5.

7
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

lembah-lembah sungai di Jawa Timur belum barat Nusantara, sementara bagian timur berada di
belum berkembang sebagai daerah-daerah bawah kontrol oleh Airlangga. Namun demikian
pertanian yang surplus yang dapat mendukung Jawa sebenarnya masih juga memiliki hubungan
kekuatan politik kerajaan baru ini. Oleh karena itu, perdagangan dengan bagian barat wilayah
sejak periode awal raja-raja Jawa Timur memberi Nusantara.8
perhatian yang lebih terhadap perdagangan Gelombang ekspansi Jawa semakin
maritim. Hubungan perdagangan diselenggarakan meningkat kembali ketika Kertanegara memegang
baik dengan kawasan timur kepulauan Indonesia tampuk kekuasaan sebagai raja Singasari (Jawa
(seperti Maluku) maupun dengan kawasan bagian Timur) pada tahun 1268. Dengan meneruskan
barat (seperti dengan orang-orang Sumatra dan tradisi politik Jawa yang anti dominasi Cina, ia
Semenanjung Malaya yang pada waktu itu masih mencoba untuk memperluas pengaruhnya dengan
di bawah dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya). membentuk aliansi militer dan politik di antara
Selama masa pemerintahan raja kekuatan-kekuatan di Nusantara. Dia menyadari
Dharmawangsa Teguh (985-1006), terjadi bahwa Cina adalah kekuatan raksasa yang harus
peningkatan konflik ekonomi dan politik antara dihadapi bersama. Dia ingin menampilkan
Jawa dan Sriwijaya. Serangan pasukan Singasari sebagai kekuatan baru di Nusantara
Dharmawangsa terhadap Sriwijaya telah (termasuk dunia Jawa dan dunia Melayu). Dia
menempatkan kerajaan maritim ini pada 'posisi menggantikan semua pejabat yang tidak sejalan
berbahaya'. Hanya dengan membangun hubungan dengan ambisinya. Kerajaan Sriwijaya dan vassal-
baik dengan kerajaan Cola (India) dan Cina vassalnya yang secara tradisional menjalin
akhirnya Sriwijaya mampu melakukan serangan hubungan baik dengan Cina dipaksa untuk menjadi
balik terhadap pasukan Dharmawangsa. Bahkan aliansi Kertanegara dengan mengirimkan
konspirasi yang didalangi oleh Sriwijaya (dengan Ekspedisi Pamalayu pada 1273. Tampaknya ia
salah satu pengikut Dharmawangsa) bisa mencoba untuk menyatukan Jawa dan dunia
menghancurkan istana Dharmawangsa dan Melayu untuk menghadapi Cina.
membunuhnya pada tahun 1006 dalam sebuah Jika selama masa kerajaan Singasari,
insiden yang populer disebut sebagai pralaya.7 aliansi kekuatan politik antara Jawa dengan
Hubungan baik antara Sriwijaya dengan Melayu dilakukan dengan relatif damai, namun
Chola tidak berlangsung lama. Pada tahun 1007 setelah masa kerajaan Majapahit (didirikan sejak
Kerajaan Chola mulai melakukan ekspansi ke 1292) kesatuan didirikan dengan kekuatan militer.
wilayah timur. Pada 1025 ibukota Sriwijaya Jika upaya raja Kertanegara untuk menyatukan
diserang. Selama agresi berikutnya di tahun 1027, dunia Melayu dengan dunia Jawa terutama
raja Sriwijaya (Sanggramawiyottunggawarman) ditujukan untuk menghadapi bahaya ekspansi
dapat ditangkap. Tidak ada catatan tentang nasib eksternal (dari Cina), kesatuan Majapahit ini
raja ini. Setelah jatuhnya istana Sriwijaya, terutama didorong oleh ambisi untuk
serangan berikutnya diarahkan ke daerah Sriwijaya menundukkan kekuasaan politik lokal di bawah
di Semenanjung Malaya. Kelemahan Sriwijaya bendera integrasi Majapahit. Dengan menerapkan
sebagai akibat dari agresi Kerajaan Chola telah kebijakan seperti itu, Majapahit bisa 'mewarisi'
menimbulkan dua dampak yang signifikan. sebagian besar bekas wilayah Sriwijaya.9
Pertama, penerus Dharmawangsa, yaitu Airlangga
(1019-1042) dapat merebut kembali daerah-daerah
8
yang melepaskan diri setelah peristiwa pralaya Setelah periode itu Sriwijaya mengalami kemunduran.
pada tahun 1006. Kedua, serangkaian serangan Berdasarkan informasi dari sumber-sumber Cina dapat
Chola mungkin memberikan kesadaran kepada diketahui bahwa utusan Sriwijaya yang terakhir
penguasa Sriwijaya kemitraan yang baik dengan dikirim ke Cina pada tahun 1178. Hal itu
mengindikasikan bahwa kerajaan Sriwijaya telah
Kerajaan Chola bisa berubah menjadi perang dan
lemah. Kerajaan-kerajaan vassal Sriwijaya mulai
penaklukan. Hal ini menjadi pendorong bagi mengirimkan utusan-utusannya sendiri ke Cina.
munculnya ‘gentlement agreement’ di antara 9
Sumber tradisional dari pertengahan abad keempat
kekuatan utama di Dunia Melayu dan Dunia Jawa.
belas, seperti Pararaton (1350) dan Negarakertagama
Situasi ini menjadi semakin mengkristal ketika dua (1365), menyediakan banyak informasi mengenai
kekuatan ini bersekutu untuk menghadapi kerajaan berbagai tempat yang diklaim dan dikuasai oleh
Cola melalui perkawinan politik antara Airlangga kerajaan Majapahit. Tempat-tempat ini mencakup
(penerus Dharmawangsa) dan seorang saudara Palembang, Jambi, Kampar, Siak, Rokan, Lamuri,
perempuan raja Sriwijaya. Ada semacam Barus, Haru di Sumatera; Pahang, Kelang, Sai dan
konsensus di mana Sriwijaya mengontrol bagian Trenggano di Semenanjung Malaya; Sampit, Kapuas,
Barito, Kutai dan Sedu di Kalimantan; Butung,
7
Luwuk, Banggai , Tabalong dan Sedu di Sulawesi;
D.G.E. Hall, Sejarah Asia Tenggara (Surabaya: Usaha Wandan di Maluku; Seran di Irian; Sumba dan Timor
nasional, 1988), hlm. 66. di pulau-pulau Nusatenggara. Meskipun daftar kapal

8
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Meskipun tampaknya Majapahit tidak mampu dalam orbit komersial Malaka. Hal ini sejalan
secara terus-menerus mengontrol Selat Malaka, dengan kedatangan Portugis di awal abad ke-16
tetapi sejauh ini Majapahit dipercaya sebagai ketika kerajaan Majapahit hanya bertahan sebagai
kerajaan yang terbesar dan terkuat di antara negara pedalaman kecil di bagian timur Jawa.
negara-negara Jawa, dan tidak memiliki saingan Sehubungan dengan perkembangan
yang berarti di Nusantara selama lebih dari satu Malaka sebagai pusat perdagangan Asia Tenggara,
abad. telah muncul juga beberapa pusat perdagangan di
Pertikaian internal kerajaan Majapahit bagian timur kepulauan Indonesia seperti
pada akhir abad ke-14 telah menyebabkan daerah- Makassar, Ternate, dan Tidore. Pelabuhan-
daerah vassal Majapahit memerdekakan diri. Salah pelabuhan ini pada awalnya merupakan semacam
satu bekas vassal Majapahit yang terletak di subjaringan perdagangan dunia Melayu berpusat di
jantung dunia Melayu, Malaka, juga melepaskan Malaka. Selain itu, perluasan jaringan perdagangan
diri dari Majapahit. Munculnya Malaka sebagai Melayu juga mencapai Filipina Selatan, yaitu
sebuah negara merdeka di akhir abad ke-14 segera Kesultanan Jolo dan Mangindanao. Struktur
menjadi pusat perdagangan dunia Melayu. semacam ini relatif lebih kuat dalam menghadapi
Bangkitnya Malaka dapat diasumsikan untuk penjajah Barat. Oleh karena itu penguasaan
menggantikan peran yang sebelumnya dimainkan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511, tidak
oleh Sriwijaya. Perkembangan Malaka membuat perdagangan dunia Melayu mengalami
diuntungkan oleh dua kondisi yaitu terjadinya kehancuran total. Jatuhnya Malaka justru
proses kehancuran kerajaan Majapahit sebagai memperkuat pusat-pusat perdagangan dan
akibat pertikaian internal dan perlindungan kaisar pelayaran seperti Aceh, Makassar, Sulu, Ternate,
Cina dari ancaman yang datang dari Ayutthaya Tidore, dan kota-kota pesisir di sepanjang pantura
yang mulai mengembangkan kekuatan militer Jawa. Pada awal abad ke-16 sentralitas dari
mereka ke selatan. Selama periode itu, Cina aktif jaringan Melayu mulai terpecah-pecah dalam
untuk patroli ke kawasan Nanyang (daerah selatan) bentuk pusat-pusat perdagangan di hampir semua
yang dipimpin oleh komandan Cheng-Ho. daerah di Asia Tenggara.
Selain itu, perkembangan Malaka juga Selama perjalanan sejarah, dinamika
seiring dengan semakin meningkatnya peran para kemaritiman kawasan pantura Jawa yang dicirikan
pedagang muslim di sepanjang Jalur Sutra maritim oleh kompetisi dan konflik ekonomi, politik, dan
antara Timur Tengah dan Asia Tenggara. Dengan budaya antara "dunia Jawa” dan “dunia Melayu”
memeluk Islam, penguasa Malaka berhasil telah memberikan warna tertentu bagi Jawa yang
menarik dukungan politik dan dukungan ekonomi oleh Houben dan kawan-kawan disebut sebagai
dari pedagang muslim. Dalam waktu singkat sebuah peta mental (mental map) Laut Jawa.
Malaka menjadi pusat kegiatan perdagangan di Mentalitas Laut Jawa di sini merujuk kepada
Asia Tenggara. Pelabuhan ini segera berfungsi seperangkat nilai-nilai dan konsep yang membuat
sebagai titik transit komoditi dari kepulauan Laut Jawa sebagi sebuah identitas budaya.
Indonesia dan kemudian didistribusikan ke timur Sebelum penetrasi kolonial Barat, Jawa
dan / atau ke barat. memainkan peran penting dalam membentuk
Sementara itu, Jawa juga mengalami beberapa elemen dasar mentalitas Laut Jawa.
perkembangan yang menarik. Islam mulai Posisi kunci Java adalah bagian dari proses sejarah
merambah kehidupan politik dan sosial di kawasan yang kompleks di mana perdagangan, politik dan
pantura Jawa sehingga menyulitkan Majapahit budaya berhubungan erat dari abad kesepuluh
dalam mempertahankan kekuasaannya di jantung sampai paruh kedua abad ketujuh belas sebelum
Pulau Jawa. Sejak abad ke-15, keseimbangan penetrasi Belanda atas Nusantara. Selama periode
kekuasaan di Nusantara menjauh dari kerajaan itu, pantai utara Jawa menjadi basis kerajaan
Majapahit dan kota-kota pelabuhan di pantura maritim besar yang memainkan peran penting
Jawa satu per satu masuk Islam dan ditarik ke dalam pembentukan identitas Laut Jawa.10
Peran Jawa dalam membentuk identitas
dari Laut Jawa dapat dengan mudah dimengerti
Majapahit diragukan, ada bukti kuat bahwa tempat- secara historis. Sebelum kehadiran Western
tempat yang disebutkan dalam sumber-sumber yang
dihubungkan oleh sebuah jaringan maritim. Lihat
10
A.B. Lapian, ‘The maritime network in the Indonesian Bandingkan dengan V.J.H. Houben, H.M.J. Maier and
archipelago in the fourteenth century’, in: SEAMEO W. van der Molen (eds), Looking in Odd Mirrors:The
Project in Archeology and Fine Arts SPAFA, Java Sea (Leiden: Vakgroep Talen en Culturen van
FinalRreport: Consultative Workshop on Research on Zuidoost-Asië en Oceanië Rijksuniversiteit, 1992),
Maritime Shipping and Trade Networks in Southeast hlm. 214. Lihat juga G.J. Knaap, Shallow Waters,
Asia (Cisarua, West Java, Indonesia: 20-27 November Rising Tide: Shipping and Trade in Java around 1775
1984), hlm. 71-80. (Leiden: KITLV Press, 1996), hlm. 9-18.

9
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

beberapa unsur budaya Jawa telah menyebar ke sebagainya. Selain itu, kelompok-kelompok etnis
daerah-daerah di sekitar Laut Jawa. Penyebaran dari kepulauan lain juga dapat dengan mudah
keluar dari alemen-elemen budaya Jawa ini sejalan ditemukan di sebagian besar kota-kota pelabuhan
dengan perluasan pengaruh politik kerajaan- di sepanjang pantura Jawa seperti Banten, Cirebon,
kerajaan di Jawa sebelum dominasi kolonialisme Demak, Tuban, Gresik, dan Surabaya. Di kota-
Barat. Hall menyatakan bahwa proses politik ini kota tersebut, pemukiman Bugis, Madura, Melayu,
cenderung menjadi proses integrasi politik dan Makassar bukan merupakan hal yang aneh.
daripada sentralisasi politik.11 Migrasi internal sebenarnya merupakan salah satu
Sejalan dengan proses integrasi politik, dasar yang paling penting untuk menciptakan
difusi sosial dan budaya juga terjadi. Selain pemahaman budaya di antara kelompok-kelompok
memanfaatkan saluran politik, difusi budaya juga sosial di wilayah sekitar Laut Jawa.
terjadi melalui aktivitas perdagangan, migrasi, Pendidikan dan penyebaran Islam juga
pendidikan Islam, penggunaan bahasa Jawa di menjadi fondasi bagi pengaruh budaya Jawa di
pesantren, dan lain-lain. Ekspansi politik dan luar Jawa. Di samping Aceh dan Minangkabau,
aktivitas pelayaran dan perdagangan pengaruh Islam dari Jawa di wilayah sekitar Laut
memungkinkan terjadinya migrasi berbagai Jawa juga signifikan. Meskipun keberadaan Islam
kelompok-kelompok etnis di kawasan Nusantara. di Jawa sendiri masih kecil dibandingkan Islam di
Dalam hal ini peranan orang Jawa dapat dilihat di Aceh (Samudra Pasai) misalnya, pelembagaan
Malaka sebagai pusat perdagangan terbesar di pendidikan Islam di Jawa, yaitu pesantren lebih
Nusantara menjelang kedatangan bangsa-bangsa berkembang daripada di tempat-tempat lain di
Barat. Schrieke mengatakan bahwa perdagangan di Nusantara. Sejak abad ke-15 salah satu kota di
Nusantara pada waktu itu ‘largerly in Javanese pantura Jawa, yaitu Gresik (Pesantren Giri),
hands’.12 Sementara itu Meilink-Roelofsz menjadi pusat penting pendidikan Islam di
menyatakan bahwa Malaka yang merupakan pasar Nusantara. Murid-murid pesantren ini tidak hanya
internasional terbesar di Nusantara di mana 84 dari Jawa tetapi juga dari berbagai daerah di
bahasa digunakan setiap hari didominasi oleh dua Kepulauan Indonesia, bahkan dari dunia Melayu.
kelompok pedagang paling kaya dan paling Pesantren ini didirikan oleh Sunan Giri (Raden
berkuasa yaitu orang-orang India dan orang Paku) yang diyakini sebagai salah satu Wali Songo
Jawa.13 Sementara itu Hall juga mengatakan:14 di Jawa.15
‘... the trade was in Javanese Sangat menarik bahwa bahasa Jawa,
hands, and by the beginning of the bukan bahasa Melayu, digunakan sebagai media
16th century they formed the most pengajaran di pesantren. Murid (santri) dari
important element in Malacca’s berbagai daerah di Nusantara harus belajar bahasa
population. The army was the Jawa sebelumnya sebelum belajar hukum Islam di
Javanese; most of its shipwrights pesantren. Ini berarti bahwa lebih banyak orang
were Javanese; and the great dari luar Jawa belajar kebudayaan Jawa termasuk
Javanese aristocratic families who cara berpikir dan berperilaku orang Jawa. Ketika
ran the trade between Eastern murid-murid kembali ke daerah mereka sendiri
Indonesia and Malacca were setelah menyelesaikan studi, mereka menyebarkan
represented there.’ pengetahuan Islam dalam bahasa campuran, antara
Dalam hubungan ini, tidak hanya orang bahasa lokal dan Jawa. Jika bahasa Melayu diakui
Jawa yang bermigrasi ke daerah di pusat-pusat sebagai lingua franca untuk kegiatan perdagangan,
perdagangan dan pelayaran, tetapi juga kelompok bahasa Jawa digunakan untuk lingua franca dunia
etnis lain. Di kota Makassar pada masa prakolonial pendidikan Islam di kepulauan Indonesia.
misalnya, dapat ditemukan dengan mudah orang Penting untuk dicatat bahwa konflik dan
Jawa, Banjar, Madura, Melayu, Baliness, dan 'penaklukan' yang dilakukan oleh kerajaan-
kerajaan Jawa ke daerah luar Jawa tidak
11
K.R. Hall, Maritime Trade and State Development in
sepenuhnya memberikan cedera yang menyakitkan
Early Southeast Asia (Honolulu: University of Hawaii pada masyarakat lokal. Hal ini menjelaskan
Press, 1985), hlm. 2. mengapa Hall lebih senang berbicara politik
12
B. Schrieke, Indonesia Sociological Studies integrasi dengan sistem upeti daripada sentralisasi
(Bandung: Van Hoeve, 1957), hlm. 64. dan penaklukan.16 Berbeda dari prasasti yang
13
M.A.P. Meilink-Roelofsz, Asian Trade and European
dikeluarkan oleh Kerajaan Sriwijaya yang banyak
Influence in the Indonesian Archipelago between 1500
and about 1630 (The Hague: Nijhoff, 1962), hlm. 37, 15
Umar Hasyim, Sunan Giri (Kudus: Menara, 1979).
55.
16
14 Hall, Maritime Trade, hlm. 2.
D.G.E. Hall, A History of Southeast Asia (London:
Macmillan, 1966), hlm. 199.

10
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

diwarnai dengan ancaman dan kutukan terhadap kerajaan Majapahit sangat termashur di kalangan
kekuatan lokal yang ingin melawan kekuasaan masyarakat umum. Dia mengatakan:18
pusat, belum ditemukan prasasti serupa di daerah- “They say that the island of
daerah di luar pusat kraton yang dikeluarkan oleh Java used to rule as far as the
kerajaan-kerajaan Jawa. Prasasti Jawa di luar Moluccas on the eastern side and
wilayah inti kerajaan terutama berhubungan (over) a great part of the west; and
dengan hadiah raja kerajaan setempat, perkawinan that it had almost all this for a long
politik, pengakuan dan tindakan memberi pujian time past until about a hundred
terhadap kemuliaan raja-raja Jawa, dan years ago, when its power began to
sebagainya. diminish until it came to its present
Tampaknya secara politis, proses integrasi state… It is because of this power
yang dilaksanakan oleh kerajaan-kerajaan Jawa, di and great worth that Java had, and
beberapa kasus, dapat dipahami oleh beberapa because it navigated too many
unsur-unsur lokal sebagai kekuatan eksternal yang places and very far away, for they
dapat memberikan rasa bangga dan wewenang affirm that it navigated to Aden,
kepada kekuatan lokal. Mereka merasa telah and its chief trade was in Banua
disahkan oleh kekuatan politik dan militer besar Quelim, Bengal and Pase, that it
dari Jawa. Beberapa sumber sejarah lokal dari had the whole (of trade) at that
daerah-daerah sekitar Laut Jawa bercerita tentang time…”.
kekuatan politik lokal yang bangga menjadi bagian Sedjarah Melaju juga bercerita tentang
dari integrasi Jawa. Selain itu, beberapa penguasa raja Tanjung Pura (di Kalimantan Selatan) yang
lokal di wilayah sekitar Laut Jawa juga bangga memiliki hubungan keluarga dengan raja
jika mereka bisa menikah dengan keluarga Majapahit. Dan salah satu keturunan mereka
kerajaan Jawa dan akhirnya mereka mendapat menikah dengan Sultan Mansyur Syah, raja
gelar bangsawan dari Raja Jawa. Buku Sedjarah Mallaca.19 Sementara itu, Hikayat Banjar dan
Melaju, yang mungkin ditulis di Malaka setelah Kotaringin yang memberikan keterangan
jatuhnya Kesultanan Malaka pada abad ke-16, mengenai asal-usul kerajaan Banjarmasin
mengatakan:17 mengatakan bahwa raja ini adalah keturunan
"….. maka tersebutlah kerajaan Majapahit. Puteri Jungjung Buih
perkataan betara Madjapahit, maka (Tanjung Buih), Banjarmasin leluhur raja-raja,
baginda beranak dengan anak raja menikah dengan Raden Surianata, putra kerajaan
Bukit Siguntang itu dua orang laki- Majapahit.20 Raja Mallaca (Iskandar Syah) bahkan
laki, dan yang tua Radin Inu Merta mengirim delegasi ke Majapahit meminta
Wangsa namanya, maka diradjakan pedagang untuk menjalankan bisnis mereka tidak
baginda di Madjapahit… terlalu hanya di Pase, tetapi juga di pelabuhan Mallaca.
sekali besar keradjaan baginda pada Raja Majapahit menjawab bahwa jung Jawa sudah
zaman itu, seluruh tanah Djawa sejak lama berlayar ke Pase dan mereka sudah
seluruhnja di dalam hukum tanah memiliki hubungan baik. Di Pase, para pedagang
Djawa itu semuanja di dalam Jawa dibebaskan dari pajak ekspor dan impor
hukum baginda, dan segala raja- sebab raja Pase adalah vassal Majapahit.21
raja Nusantarapun setengah sudah Hal ini juga sangat menarik bahwa
ta’luk kepada baginda. Setelah kehadiran unsur-unsur budaya Jawa di daerah-
betara Madjapahit mendengar
Singapura negeri besar, radjanya
18
tiada menjembah banginda, dan A. Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires: An
radja Singapura itu saudara sepupu Account of the East, from the Red Sea to Japan,
Written in Malacca and India in 1512-1515 (London:
baginda, maka radja Madjapahitpun
Hakluyt Society Series, 1944), hlm. 174. Lihat juga
menyuruh utusan ke Singapura…” B.E. Colless, ‘Majapahit Revisited: External Evidence
on the Geography and Ethnology of East Java in the
Penting untuk dicatat bahwa Tome Pires Majapahit Period’, JMBRAS 2 (1975), hlm. 124-161.
yang berkunjung ke kota-kota di sepanjang pantai Lihat juga Wertheim, Indonesian Society, 52-53.
19
utara Jawa pada awal abad ke-16 mendengar Abdullah (ed.) Sedjarah Melayu, 125-135.
dengan telinganya sendiri bahwa kemuliaan 20
Elizabeth Tiora (ed.) Hikayat Banjar dan Kotaringin
(Jakarta: Departement P & K, Direktur Jenderal
Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional,
Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan
17
Abdullah (ed.) Sedjarah Melayu (Djakarta: Nusantara, 1993), hlm. 38.
21
Djambatan, 1958), hlm. 145. Cortesao, The Suma Oriental, hlm. 239.

11
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

daerah di luar Jawa bukan hanya diterima untuk pembaharuan. Ada kemungkinan bahwa Islam
memperkaya budaya lokal tetapi juga menjadi sebagai sistem kepercayaan baru memiliki potensi
semacam simbol prestisius. Bahkan, hal-hal yang di samping sebagai wahana terbentuknya sebuah
di Jawa hanya digunakan sebagai koin yang solidaritas sosial baru juga dapat menimbulkan
bergambar tokoh pewayangan Semar misalnya, perpecahan-perpecahan dalam masyarakat
digunakan sebagai jimat di Kelantan. Masyarakat terutama antara kekuatan yang protagonis dan
setempat menyebut koin sebagai ‘amulet Jawa’ antagonis. Sudah barang tentu munculnya
atau ‘fetis Jawa’ atau ‘jimat Jawa’. Barang ini kelompok antagonis dan protagonist itu tidak dapat
diyakini mampu menyembuhkan berbagai dilepaskan dari kepentingan masing-masing
penyakit.22 kelompok sosial. Pada saat saudagar Islam (seperti
Arus perubahan besar berjalan sejalan orang-orang Gujarat, Benggala, Malaka, Sumatra,
dengan perkembangan yang semakin pesat dan sebagainya) mulai mendominasi perdagangan
perdagangan Asia yang dilakukan oleh orang- di sebuah kota pelabuhan, barangkali memeluk
orang Islam. Kedudukan dan peranan yang agama Islam merupakan pilihan yang elegan baik
semakin penting dari saudagar-saudagar Islam dipertimbangkan dari segi politik maupun
dalam perdagangan di Nusantara ekonomi. Dalam hubungan ini barangkali Islam
memprekondisikan agama ini semakin menjadi mampu memberikan nilai-nilai yang dapat
identitas sosial dari sekelompok pedagang tertentu. memberikan dukungan dan pembenaran dari status
Pada saat peranan mereka menjadi semakin kuat, sosial mereka. Tentu saja perkembangan semacam
solidaritas sosial mereka juga semakin tumbuh itu akan menjadi ancaman bagi penguasa
ketika harus berhadapan dengan kenyataan adanya pedalaman yang masih memeluk agama Hindu.
kelompok sosial lain di luar mereka yaitu para Islam akhirnya juga menjadi lambang kekuatan-
penguasa dan pedagang Hindu yang hingga abad kontra dalam menghadapi kekuasaan pusat yang
XV masih memegang tampuk pimpinan politik di masih berideologi Hindu. Para penguasa pesisir
banyak daerah di Nusantara. Sifat agama Islam yang menjadi protagonist agama Islam pada abad
sebagai agama dakwah juga mempercepat proses XV dan XVII antara lain Tuban, Demak, Banten,
penyebaran agama ini bukan hanya di kalangan Cirebon, dan sebagainya.23
pedagang tetapi juga di kalangan para penguasa Pada akhirnya proses perubahan ini
kota-kota pelabuhan. Tentu saja ketertarikan para dipercepat dengan semakin melemahnya kekuatan
penguasa pesisir untuk memeluk agama Islam kerajaan Hindu-pedalaman sebagai akibat dari
barangkali bukan hanya sekedar daya tarik syariah intrik-intrik internal. Pada saat seperti itu para
agama ini tetapi juga daya tarik ekonominya. penguasa pesisir yang sudah memeluk agama
Ketika para pedagang Islam mulai mendominasi Islam tinggal mematangkan proses pembusukan
perdagangan di pelabuhan mereka, maka pilihan kekuasaan Hindu-pedalaman bagaikan buah
untuk mengikuti agama Islam juga akan mangga yang sudah ranum sehingga sedikit
memberikan keuntungan secara ekonomis karena goyangan pada dahan akan menyebabkan
akan lebih banyak menarik saudagar-saudagar kejatuhannya. Hal semacam itu telah dialami oleh
muslim untuk berdagang di daerah kekuasaannya. kesultanan Tuban, Demak, Cirebon dan Banten.
Pada awalnya penyebaran Islam banyak Uraian di atas memberikan gambaran
terjadi di kalangan pedagang itu sendiri. Namun yang cukup jelas bahwa sebelum dominasi
demikian pada tahap selanjutnya penyebaran kolonialisme Belanda, kekuatan maritim Jawa
agama Islam juga merambah di kalangan penguasa yang berbasis di pantura Jawa memiliki andil yang
politik. Dalam hubungan ini tidak mengherankan signifikan dalam ikut menentukan dinamika
jika kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam pada kebaharian di perairan Nusantara. Dinamika
awalnya muncul di kawasan pantai seperti kebaharian itu telah memungkinkan terjadinya
kerajaan Pasai, Malaka, Demak, Cirebon, Banten, hubungan-hubungan lintas budaya di antara
dan sebagainya. Seperti diketahui bahwa para berbagai kelompok etnis yang ada di Nusantara
penguasa pesisir bukan hanya berkuasa di bidang baik melalui aktivitas diplomasi politik, militer,
politik tetapi juga di bidang perdagangan. Kota- perdagangan, penyebaran agama, unsur-unsur
kota pelabuhan sebagai melting pot di samping budaya, dan sebagainya.
memberikan wahana bagi terjadinya komunikasi
lintas budaya (cross-cultural communication) di
antara kelompok-kelompok sosial yang
berinteraksi juga menyediakan ruang sosial (social
space) untuk perubahan dan pembaharuan-
23
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia
22
A. Rentse, ‘Majapahit Amulets in Kelantan’, JMBRAS Baru 1500-1900: Dari Emporium sampai Imperium
14 (1936), hlm. 300-304. Jilid 1 (Jakarta: Gramedia, 1988), 20).

12
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Sumber-sumber sejarah sebetulnya telah yang lebih besar yang berlayar lewat pantai utara
menunjukkan betapa pentingnya peranan Jawa menuju ke Maluku dan kembali ke barat.26
pelabuhan Jepara bagi kejaraan Demak, Mataram, Di masa jaya Kesultanan Demak, Jepara
dan selanjutnya pada masa VOC. Pada abad XVI merupakan bagian dari wilayah kesultanan itu.
Jepara masih merupakan tempat yang terletak di Pada masa itu Jepara menjadi tempat tinggal para
pantai barat Pulau Muria. Pulau ini merupakan pedagang dan pelaut. Sebagai kota pelabuhan yang
pulau yang terpisah dari daratan Jawa. Selat di terletak di teluk yang aman, Jepara lebih disukai
antara dua pulau itu lazim disebut sebagai Selat daripada Demak. Namun demikian Demak
Muria. Pada awal perkembangannya, Jepara (Jung memiliki potensi yang menguntungkan karena
Moro) merupakan kota pelabuhan yang sudah tua, dekat dengan pedalaman Jawa Tengah yang
lebih tua daripada kota Demak itu sendiri yang menghasilkan beras yang pada waktu itu
baru dibuka pada akhir periode kerajaan Majapahit merupakan komoditi ekspor yang penting dari
yaitu akhir abad ke-15. Pada masa itu, Jepara Jawa untuk diekspor ke luar Jawa dan Malaka.
sudah merupakan pelabuhan dagang yang besar.24 Semasa kejayaan Demak, Jepara tidak hanya
Bahkan pada masa Hindu, Jepara diduga sudah berperan penting sebagai pelabuhan dagang saja
menjadi pusat pemerintahan kerajaan Kalingga tetapi juga sebagai pangkalan angkatan laut
yang dalam sumber-sumber Cina disebut sebagai Kesultanan Demak. Pada waktu itu Adipati Unus-
Ho-ling (abad ke-5 hingga abad ke-7 masehi) yang lah yang menjadi penguasa lokal di Jepara sebelum
diduga juga telah mengembangkan perdagangan ia diangkat sebagai Sultan untuk menggantikan
internasionalnya.25 Dalam hubungan itu tentu saja ayahnya, yaitu Raden Patah pada tahun 1518.
pelabuhan Jepara memiliki peran yang sangat Dengan perencanaan selama 5 tahun, Adipati Unus
penting. akan menggempur Malaka (sebelum dikuasai
Setelah mengalami pasang-surut Portugis tahun 1511) dengan alasan bahwa Sultan
perkembangan, pelabuhan Jepara kembali Malaka telah menghina pelautnya yang datang di
memperoleh momentum perkembangan pada masa Malaka. Sementara itu pada tahun 1511 Portugis
akhir kerajaan Majapahit dan awal periode sudah mendahului menguasai Malaka. Kejadian ini
perkembangan agama Islam di pantai utara Jawa. justru memberikan semangat yang lebih besar
Pelabuhan Jepara berangsur-angsur kembali kepada Adpati Unus dan armadanya untuk
menjadi pelabuhan dagang yang besar setelah menghancurkan penguasa kafir. Ia berusaha
sebelumnya mengalami kemunduran sebagai menghubungi para penguasa Melayu di Palembang
pelabuhan perikanan kecil. Hal itu sejalan dengan dan Sultan Malaka yang melarikan diri untuk
perkembangan kerajaan Demak yang tumbuh bersama-sama bertempur melawan Portugis.27
sebagai kekuatan Maritim di Nusantara yang Adipati Unus mempersiapkan armada
memanfaatkan pelabuhan Jepara sebagai salah satu kapal sebanyak 100 buah dengan volume kapal
pelabuhan dagang yang utama. Jepara merupakan yang paling kecil 200 ton. Kapal-kapal itu dibuat
pelabuhan besar dengan letak yang aman yaitu di di Lasem dan Semarang. Sekitar pergantian tahun
sebuah teluk yang terlindungi oleh beberapa pulau 1512/1513, dilaksanakanlah serangan terhadap
kecil di lepas pantai. Letak pelabuhan Jepara Malaka yang berakhir dengan kehancuran armada
sangat menguntungkan bagi kapal-kapal dagang laut dari Demak. Pasukan Pati Unus itu berangkat
dari dari Jepara pada tanggal 1 Januari 1513.28
Dari gabungan seluruh angkatan laut bandar-
bandar Jawa Tengah dan Palembang yang kembali
hanya 10 kapal jung dan 10 kapal barang. Menurut
24
W.P. Groeneveld, Historical Note on Indonesia&
Tome Pires Adipati Unus memerintahkan supaya
Malaya Compiled From Chinese Sources (Jakarta: sebuah kapal perang jung besar yang berlapis baja,
1969), hlm. 21-22. yang sebenarnya dapat diselamatkannya,
25
Banyak sarjana yang mengasosiasikan Ho-ling dengan didamparkan di pantai Jepara dan dibiarkan di situ,
kerajaan Kalingga yang berpusat di kawasan Jepara.
Pada tahun 422 seorang pendeta Buddha dari India 26
F.A. Sutjipto, “Some Remarks on the Harbour City of
berkunjung ke Ho-ling dalam perjalanannya ke Cina. Japara in the Seventeenth Century”, makalah
Ia sempat tinggal selama beberapa tahun di Ho-ling dipresentasikan pada The 5th IAHA Conference
dan menjadi penasehat raja Ho-ling yang juga (Manila, 1971), hlm. 1-2.
beragama Buddha. Ho-ling juga telah mengirim utusan 27
ke Cina bebeapa kali dari tahun 430 hingga tahun 660- M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004
an. Lihat Keneth R. Hall, Maritime Trade and State (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005), hlm. 80-89).
28
Development in Early Southeast Asia (Honolulu: H.J. de Graaf & Th. Pigeaud, De Eerste Muslimse
University of Hawaii Press, 1985), hlm. 104. Lihat Vorstendommen op Java: Studien over de
juga W.J. Van der Meulen, S.J., “In Search of Ho- staatkundige Geschiedenis van de 15 en 16 de Eeuw
ling”, Indonesia 23 (1977), hlm. 87-111. (Leiden: KITLV, 1974), hlm. 93.

13
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

sebagai kenang-kenangan perang yang mereka istirahat dan menjual sebagian barang
dilancarkannya ‘terhadap bangsa yang paling dagangan yang dibeli dari Malaka dan untuk
gagah berani di dunia’. Oleh karena itu tidak benar persiapan berlayar ke timur (ke Maluku) guna
jika dikatakan bahwa setelah kegagalan membeli rempah-rempah. Ada kemungkinan
penyerangan Demak ke Malaka menyebabkan bahwa ada kelompok pedagang yang
dunia maritim di Jawa tidak bisa bangkit kembali. berspesialisasi ke timur dan ada pula yang
Meskipun Demak telah melakukan ekspedisi ke berspesialisasi pelayaran ke barat. Namun
Malaka yang gagal sebanyak dua kali, namun demikian juga tidak mustahil mereka mengambil
semangat kebahariannya masih berkobar-kobar. rute dagang baik ke barat maupun ke timur.
Setelah kegagalan itu, Demak masih mengirimkan Komoditi utama yang dibutuhkan oleh
armadanya ke Maluku untuk bertempur melawan kawasan Maluku adalah berbagai jenis kain dan
Portugis di sana. Menurut kesaksian Mendes Pinto beras. Oleh karena itu pedagang Jepara membawa
bahwa dalam rangka pengislaman di Pasuruan dan beras dari pedalaman Demak dan kain dari Malaka
mencegah persekongkolan antara Portugis dan untuk dibawa ke Maluku. Mereka berangkat ke
penguasa non Islam di Jawa, pada tahun 1546 timur dengan menyusuri pantai utara Jawa dengan
Demak (masa Sultan Trenggana) mengirimkan nenyinggahi pelabuhan Tuban, Gresik, Surabaya
ekspedisi laut gabungan dengan penguasa pesisir untuk kemudian menuju Makassar dan selanjutnya
Jawa Tengah dan Jawa Barat sebanyak 2.700 kapal menuju Ambon dan pelabuhan lain di Maluku. Di
yang terdiri dari 1000 kapal jung dan 1700 kapal sini mereka menjual komoditi dari Malaka, Jawa,
dayung dengan disertai 80.000 orang prajurit.29 dan Makassar untuk kemudian membeli rempah-
Pada abad ke-16 ekonomi maritim rempah guna dijual di Jawa dan terutama di
merupakan sektor yang menonjol di Nusantara. Malaka. Di samping itu Jepara juga memiliki
Para pedagang dari bebagai daerah di Nusantara hubungan dagang bahkan hubungan politik dengan
melakukan kegiatan perdagangan laut dengan Bangka, Kalimantan Selatan (Banjarmasin),
prahu-prahu mereka yeng memiliki bentuk yang Tanjungpura, dan Lawe.30
beraneka ragam. Dalam menempuh rute ke barat, Peranan pelabuhan Jepara semakin
mereka membawa barang-barang dagangan seperti meningkat ketika terjadi intrik-intrik perebutan
beras, garam, kayu cendana, kulit kerbau, dan lain- kekuasaan di Demak sejalan dengan semakin
lain. Mereka mengambil rute pelayaran dengan mendangkalnya pelabuhan Demak sebagai akibat
menyusuri pantai utara Jawa baik untuk dari proses sedimentasi. Jepara pada akhirnya
kepentingan transaksi dagang maupun untuk mejadi pelabuhan utama kerajaan Demak.
mengambil bekal dalam perjalanan seperti bahan Kemajuan ini berlangsung terus meskipun pada
makanan, air minum, kayu bakar, dan sebagainya. tahun 1599 Jepara diserang dan diduduki oleh
Di Banten mereka bisa menjual komoditi garam tentara Mataram. Jepara dijadikan sebagai salah
yang mereka bawa dari Lasem, Gresik dan Jaratan satu bandar Mataram yang maju. Orang-orang
dan membeli lada untuk dijual di Malaka. Setelah Belanda melaporkan bahwa pada tahun 1615
itu mereka meneruskan pelayaran menyusur pantai mereka bertemu tidak kurang dari 60-80 jung Jawa
menuju ke pelabuhan-pelabuhan di pantai timur di kawasan perairan Sumatra yang sebagian besar
Sumatra seperti Palembang, Jambi, Melayu, dan berasal dari Jepara. Mataram juga memanfaatkan
sebagainya untuk selanjutnya menuju ke Malaka. Jepara sebagai pusat pembuatan kapal.31
Di pelabuhan Malaka inilah para pedagang Jawa Setelah Mataram menyerahkan Jepara
menjual beras yang dibawa dari Demak dan kepada Kumpeni pada tahun 1743 atas jasanya
Jepara. membantu memadamkan pemberotakan orang
Di Malaka mereka membeli berbagai Cina, pelabuhan ini menjadi semakin mundur.
komoditi yang berasal dari negeri-negeri di Kumpeni lebih senang memilih Semarang sebagai
kawasan Semenanjung Malaya dan negeri-negeri pelabuhan utama di Jawa Tengah karena memiliki
yang terletak di sebelah baratnya (negeri-negeri jaringan transportasi yang lebih baik sehingga
atas angin) serta barang-barang dari dunia timur strategis dari segi pertahanan.
(Cina, Jepang dan sebagainya). Mereka membeli
kain sutera, tekstil, porselin, barang pecah belah,
barang logam, dan sebagainya. Komoditi-komoditi
dagang ini kemudian dibawa berlayar ke timur
dengan melewati rute yang sama hingga akhirnya
mencapai Jepara. Sambil menunggu angin barat

29
Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires: 30
An Account of the East, 2nd Series (London: Hakluyt F.A. Sutjipto, “Some Remarks...”, hlm. 185.
31
Society, 1944), hlm. 187-188. Ibid.

14
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Bukti arkeologis bahwa nenek moyang


bangsa Indonesia sudah menggunakan kapal
sebagai sarana transportasi baik untuk kepentingan
Oleh karena keterbatasan ruang, dalam
militer maupun untuk kepentingan ekonomi
membicarakan mengenai budaya maritim di
ditemukan pada relief Candi Borobudur yang
pantura Jawa, makalah ini tidak akan membahas
dibangun pada abad IX Masehi. Kapal yang
semua aspek budaya maritim itu sendiri yang
dipahatkan di Borobudur mempunyai kesamaan
tentunya sangat luas yang bisa mencakup:
dengan kapal jenis kora-kora sebagaimana yang
pelayaran, perdagangan, politik, perkapalan,
digambarkan oleh orang-orang Eropa pada saat
perompakan, kenelayanan, dan sebagainya. Bagian
pertama kali datang di Nusantara. Lambung kapal
ini hanya akan memfokuskan pada salah satu
Borobudur memiliki sepasang penggandung
aspek dari budaya maritim yaitu produksi
(outrigger) yang terapung yang berfungsi sebagai
perkapalan di pantai utara Jawa. Hal ini bukannya
penyeimbang dan tempat para pendayung. Kapal
tanpa pertimbangan. Industri perkapalan
Borobudur memiliki dua tiang layar berkaki tiga
merupakan suatu industri yang sangat
untuk mengibarkan layar empat persegi panjang
komprehensif yang melibatkan banyak sektor yang
dan memiliki haluan di mana digantungkan layar
menuntut kecakapan dan kemajuan suatu
persegi yang pada kapal-kapal Yunani kuno
komunitas. Sebuah industri kapal pada waktu itu
disebut sebagai artemon dan seperti Jung Jawa
harus melibatkan para blandong (penebang kayu),
pada abad XVII.
tukang kayu, designer, pembuat layar, pembuat
Tidak ada keterangan lebih lanjut apakah
tali, pandai besi, dan sebagainya yang memerlukan
kapal Borobudur digunakan untuk tujuan dagang
bakat dan membutuhkan proses transfer ilmu dan
ataukah untuk kepentingan operasi militer dan
skill yang cukup canggih. Jika kapal-kapal yang
sampai di mana kapal ini menyusuri lautan-lautan
diproduksi bukan hanya untuk pelayaran pantai,
di Asia. Namun demikian berdasarkan laporan-
tetapi pelayaran samudera, tentunya industri kapal
laporan perjalanan bangsa-bangsa Eropa yang
di pantura Jawa juga merupakan sesuatu yang
datang pada abad XVI diceritakan bahwa kapal-
dapat dikategorikan sebagai ‘industri berat’
kapal dagang dengan menggunakan penggandung
layaknya seperti sekarang ini. Sudah tentu waktu
dengan lambung kapal yang terbuat dari papan-
itu belum banyak jenis ‘industri berat’ kecuali
papan kayu memang umum dibuat di Nusantara
perkapalan dan mungkin konstruksi untuk
dan di Filipina dan sebagian jenis ini kemungkinan
pembuatan candi.
merupakan perkembangan lebih lanjut dari Kapal
Membuat kapal merupakan salah satu
Borobudur.
keterampilan tertua yang dimiliki oleh nenek
Menurut Horridge kapal yang dipahat di
moyang bangsa Indonesia, yaitu orang
Candi Borobudur lebih menyerupai kapal jenis
Austronesia. Sudah barang tentu kemampuan itu
kora-kora yang merupakan jenis kapal perang yang
diperlukan untuk melakukan eksodus dari daratan
diawaki oleh para prajurit angkatan laut untuk
Asia menuju pulau-pulau di perairan Nusantara
melakukan pertempuran laut melawan bajak laut
dan Oseania. Barangkali persoalannya adalah
atau armada musuh dan untuk melakukan
apakah semua kelompok etnik keturunan
ekspedisi untuk penaklukan daerah pantai. Jenis
Austronesia yang tersebar di kawasan Nusantara
kora-kora ini juga yang sering digunakan oleh para
dan Oseania itu melestarikan kemampuan mereka
perompak dari Sulu dan Sulawesi. Penayangan
dalam membuat kapal? Pada kenyataannya masih
kapal perang di Candi Borobudur mungkin
banyak kelompok etnik di Nusantara yang
merupakan kebanggaaan tersendiri bagi penguasa
melestarikan budaya pembuaan kapal itu, namun
kerajaan Mataram itu sendiri yang sebetulnya
sayang sekali sumber-sumber sejarah mengenai hal
merupakan negara agraris. Sudah barang tentu
itu tidak begitu menjanjikan, kecuali beberapa
pada waktu itu juga sudah berkembang kapal-
peninggalan arkheologis yang juag masih terbatas
kapal dagang yang lebih baik yang digunakan
jumlahnya.
untuk perdagangan di kawasan Nusantara maupun
intra-Asia. Apalagi dalam masa kerajaan Sriwijaya
32
Sebagian besar informasi dalam bagian ini diambil diberitakan bahwa seorang pendeta Cina yang
dari laporan Penelitian Indriyanto, Sutejo K. Widodo, bernama I-tsing melakukan perjalanan dari
Singgih Tri Sulistiyono, dkk. “Rekontruksi Situs Sriwijaya ke India dengan menumpang kapal
Galangan Kapal Lasem untuk Pengembangan Promosi dagang Sriwijaya. Pahatan-pahatan candi di
Paket Wisata Bahari di Rembang”, Laporan Penelitian Kamboja yang seusia dengan Borobudur lebih
(Pusat Studi Sejarah dan Budaya Maritim Asia menggambarkan adanya perahu-perahu dagang
Tenggara Universitas Diponegoro, 2005).
tanpa penggandung daripada pahatan di Borobudur
yang merupakan kapal-kapal perang.

15
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Selain kapal tipe kora-kora sebagaimana Asia, perdagangan sudah bersifat besar-besaran. Ia
yang didapati di Borobudur, laporan-laporan membuktikan bahwa perdagangan Asia pada masa
bangsa-bangsa Barat yang datang di Nusantara prakolonial bukan hanya perdagangan barang-
abad XVI seperti Belanda dan Portugis juga barang mewah sebagaimana yang dikemukakan
melaporkan jenis kapal yang kebanyakan oleh van Leur.33 Beras dan lada juga merupakan
beroperasi di Laut Jawa yang mereka sebut sebagai komoditas dagang yang penting, sehingga
jonques atau jung. ‘Jung Jawa’ ini memiliki pelayaran dan perdagangan sudah bersifat massive.
sepasang kemudi di bagian buritan, sebuah rumah Dengan demikian hal itu memerlukan kapal
di atas geladak, dan sebuah layar persegi miring muatan yang besar. Ia menunjukkan bahwa kapal-
pada masing-masing tiang berkaki tiga. Jung Jawa kapal Eropa pada awal kedatangannya di
ini memiliki kapasitas sekitar 200-300 ton. Nusantara sebanding dengan kapal-kapal Asia.34
Menarik sekali bahwa prototipe layar persegi Pembuktian mengenai ukuran ‘kapal Asia’ yang
miring yang dipasang pada tiang berkaki tiga ini sebanding dengan kapal-kapal Eropa pada waktu
juga menjadi ciri dari perahu mayang dan jukung, awal kedatangannya di Indonesia juga menarik
serta perahu lain di Jawa. perhatian para peneliti yang lain. Dengan
Jung Jawa merupakan perahu dagang menggunakan sumber-sumber Cina, penelitian
yang besar yang mampu menyeberangi Laut Jawa, Manguin membuktikan bahwa kapal-kapal Asia
Laut Cina Selatan hingga teluk Benggala. Kapal Tenggara sudah memiliki ukuran yang besar. Hal
jenis inilah yang membuat orang-orang Portugis ini dibuktikan dengan hasil penggalian arkeologis
terheran-heran mengenai kemajuan perkapalan di di kawasan Riau yang menemukan sisa kapal yang
Nusantara pada awal abad XVI. Sejalan dengan berukuran sekitar 30 meter.35 Pendapat yang
kemajuan dunia perkapalan Barat yang digunakan serupa juga diungkapkan oleh Horidge bahwa para
untuk melakukan monopoli perdagangan di pelaut Eropa awal masih menjumpai prahu kora-
Nusantara jung-jung Jawa ini segera mengalami kora yang merupakan salah satu jenis kapal papan
kemunduran. Kemunduran ini terutama disebabkan tradisional yang berukuran antara 10 hingga 30
oleh kompetisi dengan kapal-kapal Barat yang meter.36 Bahkan ada yang menunjukkan bahwa
memiliki konstruksi, perlengkapan, dan kapal ekspedisi Cheng Ho pada awal abad ke-15
persenjataan yang lebih baik yang mampu memiliki ukuran sekitar 7 kali lebih besar jika
menghancurkan kapal-kapal tradisional di dibandingkan dengan kapal ‘Santa Maria’ yang
Nusantara. digunakan oleh Colombus pada akhir abad itu.37
Adipati Unus mempersiapkan armada Bagaimanakah dengan orang Jawa yang
kapal sebanyak 100 buah dengan volume kapal bisa dianggap mewakili kemajuan dunia maritim
yang paling kecil 200 ton. Kapal-kapal itu dibuat pantura Jawa. Diogo de Couto seorang pelaut
di Lasem dan Semarang. Sekitar pergantian tahun Spanyol pada tahun 1597 mengatakan bahwa
1512/1513, dilaksanakanlah serangan terhadap orang Jawa semua sangat berpengalaman dalam
Malaka yang berakhir dengan kehancuran armada pelayaran antara Cina dan Madagaskar. Bahkan
laut dari Demak. Dari gabungan seluruh angkatan
laut bandar-bandar Jawa Tengah dan Palembang 33
J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society: Essay in
yang kembali hanya 10 kapal jung dan 10 kapal Asian Social and Economic History (Dordrecht: Foris
barang. Menurut Tome Pires Adipati Unus publication, 1983).
memerintahkan supaya sebuah kapal perang jung 34
Meilink Roelofzs, Asian Trade and European
besar yang berlapis baja, yang sebenarnya dapat Influence in the Indonesian Archipelago between 1500
diselamatkannya, didamparkan di pantai Jepara and about 1680 (The Hague: Martinus Nijhoff, 1962).
dan dibiarkan di situ, sebagai kenang-kenangan 35
P.Y. Manguin & Nurhadi, ‘Perahu Karam di Situs
perang yang dilancarkannya ‘terhadap bangsa yang Bukit Jaras, Propinsi Riau: Sebuah Laporan
paling gagah berani di dunia’. Sementara’, dalam: 10 Tahun Kerjasama Pusat
Informasi bahwa orang-orang Nusantara Penelitian Archeologi Nasional & Ecole Francaise
memiliki kapal-kapal yang sebanding dengan d’Extreme-Orient (Jakarta: Pusat Penelitian
kapal-kapal yang digunakan oleh para penjelajah Archeologi Nasional, hlm. 43-64). Lihat juga P.Y.
Manguin, ‘The Vanishing Jong: Insular Southeast
Eropa yang awal dapat diketahui dari beberapa
Asian Fleet in Trade and War (Fifteenth to
hasil penelitian. Pada tahun 1962, Melink-Roelofsz Seventeenth Centuries), in: A. Reid (ed.), Southeast
telah menerbitkan karyanya yang menganalisis Asia in the Early Modern Era: Trade, Power, and
perkembangan perdagangan Asia menjelang Belief (Ithaca-London: Cornell University Press, 1993,
kedatangan bangsa-bangsa Eropa dan sejauhmana hlm. 198-199.
perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang 36
Adrian Horidge, Sailing Craft of Indonesia
Eropa di Asia itu mempunyai pengaruh terhadap (Singapore: Oxford University Press, 1986).
kemajuan perdagangan di Asia. Ia menyebutkan 37
Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Cheng_Ho
bahwa pada waktu bangsa-bangsa Eropa datang di (Dikunjungi tanggal 10 Oktober 2009).

16
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

pemimpin Portugis di Malaka, Alfonso Mekkah. Tampaknya Sultan Malaka ini sangat
D’Albuquerque pernah membuat kopi dari sebuah bangga menggunakan kapal ‘made-in Java’.42
peta yang digunakan oleh pelaut Jawa dan Namun demikian sayang sekali bahwa galangan
dikirimkan ke Raja Portugal yang bernama Dom kapal pantura Jawa ini tidak banyak meninggalkan
Manuel.38 Oleh karena itu apa yang digambarkan jejak yang dapat menjadi bahan untuk melakukan
oleh Schrieke dan Meilink-Roelofsz mengenai rekonstruksi sejarah industri kapal prakolonial.
peran orang Jawa yang sangat signifikan dalam Salah satu pusat galangan kapal di pantura Jawa
pelayaran dan perdagangan di Malaka adalah Lasem. Lasem terletak di kawasan pantura
sebagaimana yang telah dibahas di atas dapat Jawa Tengah bagian timur. Wilayah Lasem
dengan mudah dipahami. Pertanyaan selanjutnya sebagai salah satu bagian penting dari wilayah
adalah apakah orang Jawa hanya terkenal sebagai kerajaan Majapahit dapat ditemukan dalam kitab
pelaut saja? Apakah mereka juga masih memiliki Negarakertagama.43
keahlian membuat kapal? Sejak jaman kerajaan Majapahit Lasem
Sangat menarik untuk mengutip apa yang telah menjadi salah satu pusat pembuatan kapal.
dikemukakan oleh seorang kapten kapal De Prestasi ini terus berlangsung pada masa kerajaan
Urdaneta pada tahun 1537:39 Islam Demak yang memiliki armada yang kuat.
“They (Javanese) have many junks Dua kali armada Demak menyerang posisi
which they navigate to all parts, as Portugis di Malaka dengan kekuatan sekitar 100
well as ships worked by oars, buah kapal lebih. Meskipun mengalami kegagalan,
which they call calalules, which go namun serangan itu menunjukkan bahwa kerajaan
very vast. We also saw that they Demak pernah memiliki armada laut yang cukup
built many fustas like ours, having tangguh di Asia Tenggara. Dalam hal ini sebagian
obtained the plans for them from kapal-kapal itu dibuat Lasem, yaitu di Desa Dasun
the Portuguese”.40 yang terletak di muara Sungai Bagan atau Sungai
Keterangan orang Spanyol itu Lasem. Kapal-kapal yang diproduksi oleh
memberikan gambaran cukup jelas bahwa orang galangan kapal Lasem digunakan baik untuk kapal
Jawa bukan hanya mahir bernavigasi atau berlayar nelayan, kapal dagang pantai dan kapal dagang
mengendalikan kapal-kapal mereka, tetapi juga samudera sebagaimana yang terjadi pada masa
memiliki kemampuan untuk memproduksi kapal kerajaan Demak. Bahkan ada indikasi bahwa
sebagaimana orang Portugis dan Spanyol. Di orang-orang Eropa juga melakukan pemesanan di
samping Sumatra dan Banjarmasin, kawasan galangan kapal Lasem ketika mereka belum
pantura merupakan produsen kapal atau jung menguasai pusat-pusat galangan kapal di
dengan empat tiang layar. Kapal-kapal itu tidak Nusantara. Hal itu bisa dipahami karena untuk
hanya digunakan sendiri tetapi juga dijual kepada membuat dan mendatangkan kapal-kapal dari
pengusaha pelayaran dan perdagangan.41 Menurut Eropa yang sesuai dengan medan perairan di
Meilink-Roelofsz, Pasai dan Malaka tidak Nusantara tentu saja dibutuhkan biaya yang besar,
memiliki pengalaman untuk memproduksi kapal sehingga lebih efisien dan efektif jika dipesan di
meskipun kedua tempat itu merupakan pusat galangan kapal di Nusantara.44
pelayaran dan perdagangan. Hal itu berbeda Tidak diketahui dengan pasti sejak kapan
dengan Jawa. Pada waktu itu Jawa telah menerima tradisi pembuatan kapal di Lasem mulai
pesanan kapal besar dari Sultan Mansur Syah dari berlangsung. Akan tetapi diperkirakan bahwa
Malaka untuk digunakan perjalanan naik haji ke tradisi membuat kapal itu sudah berlangsung
sebelum abad ke-16.45 Misalnya, ketika Demak
melakukan ekspedisi militer ke Malaka untuk
38
Sudjoko, “Ancient Indonesian Technology: mengusir Portugis, sebagian kapal yang digunakan
Shipbuilding and Fire arms Production around the
Sixteenth Century”, Aspek-aspek Arkeologi Indonesia
42
9 (1981), hlm. 6. Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires, hlm. 250.
39 43 43
Ibid., hlm. 9. Slamet Muljono, Negara Kertagama dan Tafsir
40
Fustas atau fusta atau juga seringdisebut galliot Sejarahnya. 1979. Jakarta: Bharatara Karya Aksara),
merupakan kapal yang relatif kecil, ringan, dan cepat hlm. 56.
44
dengan badan yang dangkal yang digerakkan baik oleh Sudjoko, “Ancient Indonesian Technology”, hlm. 9.
pendayung maupun layar. Secara esensial fustas ini 45
Industri perkapalan Asia Tenggara mengembangkan
bisa disebut sebagai galey kecil dengan ukuran sekitar suatu jenis kapal yang berasal dari perahu kecil
12 hingga 18 pendayung di masing-masing sisinya. Indonesia kuno. Perahu pembawa muatan yang terlibat
Biasanya kapal ini dilengkapi tiga canon. Lihat dalam perdagangan antar pulau pada abad XVI adalah
“Fusta”, dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/Fusta jenis kapal yang menyerupai gambar yang dilukiskan
(Dikunjungi tanggal 3 Desember 2009). di Candi Borobudur di Jawa Tengah. Baca:
41
Sudjoko, “Ancient Indonesian Technology”, hlm. 8. K.N.Chaudhuri, op.cit., hlm. 140.

17
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

dibuat dan dikirim dari Lasem. Namun demikian kesempatan kepada orang-orang swasta Belanda
setelah kekalahan Demak dalam penyerangan untuk terjun dalam dunia bisnis pembuatan kapal
Portugis di Malaka, kerajaan Demak seperti di Lasem. Mungkin hal ini terjadi di samping
kehabisan energi, sehingga ketika Tome Pires karena kelumpuhan industri perkapalan pribumi
mengunjungi Jawa pada tahun 1515 mengatakan akibat berbagai perang dan tekanan yang ada, juga
bahwa orang Jawa tidak mampu lagi membuat 1 untuk mengambil alih bisnis perkapalan sebagai
jung dalam waktu 10 tahun.46 Jadi sesungguhnya bisnis yang strategis di tangan orang-orang
salah satu penyebab awal kelumpuhan pantura Belanda yang tentu saja tidak akan menjadi
Jawa dalam industri perkapalan berkaitan dengan ancaman bagi VOC. Tampaknya justru kontinuitas
peperangan-peperangan laut yang menghabiskan bisnis galangan kapal di Lasem ini ‘dilanjutkan’
energi untuk melawan Portugis di Malaka dan oleh perusahaan-perusahaan Belanda. Salah satu
ekspansi politik di sepanjang pantai utara Jawa pengusaha Belanda yang terjun bisnis galangan
mulai dari Pasuruan hingga Banten. kapal di Lasem adalah Daniel Dupree. Pada masa
Sebelum sempat bangkit kembali dari itu, galangan kapal Daniel Dupree ini menjadi
kekalahan-kekalahan perang melawan Portugis dan produsen kapal untuk memenuhi kebutuhan kapal
perluasan wilayah di pantura Jawa yang baik bagi pedagang pribumi maupun VOC. Oleh
melelahkan, sejak menjelang akhir abad ke-16 karena situasi politik yang belum begitu aman
kota-kota di pantura Jawa mendapatkan ‘tikaman sejalan dengan perlawanan Trunojoyo, galangan
dari belakang’ yang dilakukan oleh kerajaan kapal Dupree ini belum dapat berkembang dengan
Mataram yang berhasil menghancurkan Pajang baik.49 Setelah periode itu, belum ditemukan
sebagai pewaris kerajaan Demak. Jika peperangan sumber-sumber sejarah mengenai kontinuitas
melawan Portugis telah menghancurkan armada galangan kapal Lasem ini.
perang dan kerugian secara ekonomis serta Pada tahun 1832 diketahui, Tuan Horning
kehancuran kapital, maka serangan Mataram telah menjadi pemilik galangan dan tuan Browne
menghancurkan infrastruktur bisnis maritim di menjadi pemborong. Kemudian pada tahun 1836,
sepanjang pantai utara Jawa bagian timur dan galangan itu dimiliki oleh tuan Perry sedangkan
tengah. Selanjutnya, kehancuran maritim pribumi Browne dan Horning menjadi pemborong. Pada
di pantura jawa itu ‘disempurnakan’ oleh VOC tahun 1849 diketahui sebagai pemilik galangan
yang mampu menundukkan dan bahkan merampas yaitu Browne en Co. sebagai perusahaan patungan.
kawasan pantura Jawa ini dari Mataram dan Selanjutnya pada tahun 1878 diketahui bahwa
akhirnya juga dari Banten. Setelah kawasan pemilik galangan itu adalah sebuah firma, yang
pantura Jawa didominasi oleh VOC, Jawa bernama Firma Nering Bogel en Dunlop.50
mengalami proses feodalisasi yang semakin Galangan kapal di Rembang ini telah
sofisticated bukan hanya pada masyarakat memberikan andil yang cukup besar bagi
pedalamannya tetapi juga sisa-sisa kerajaan perkembangan perkapalan dan pelayaran baik yang
maritim seperi Cirebon dan Banten.47 berlangsung di wilayah Rembang maupun wilayah
Dalam tahun 1670-an VOC sudah mulai lain yang menggunakan jasa pembuatan kapal di
menguasai tempat-tempat pembuatan kapal dan Rembang. Pelabuhan Rembang menjadi ramai
hutan jati di pantura Jawa khususnya Jawa bagian antara lain juga disebabkan oleh galangan kapal
tengah dan timur yang sebelumnya dikuasai oleh ini. Banyak kapal-kapal yang berlabuh di
Mataram. Pada tahun 1743 Kumpeni berhasil Pelabuhan Rembang di samping untuk berdagang
mengadakan perjanjian dengan Mataram yang juga melakukan perbaikan terhadap kapal-kapal
mengesahkan monopoli VOC atas semua mereka di geladak kapal Rembang. Dengan
pembuatan kapal di bekas wilayah Mataram di demikian galangan kapal di Rembang menjadi
pantura Jawa kecuali prahu atau kapal yang tempat pembuatan maupun perbaikan kapal.
digunakan untuk orang Jawa sendiri dengan Pada tanggal 3 Juli 1813, galangan kapal
ukuran yang ditentukan oleh VOC. Kapal-kapal Rembang telah berhasil diperbaiki 20 perahu dan
yang dijual untuk memenuhi pemesanan pembeli 14 kapal meriam yang telah dikirim kembali ke
asing hanya boleh dilakukan oleh VOC di Batavia dalam kondisi yang baik. Kemudian pada
Batavia.48 Selain itu, VOC juga memberi tanggal 31 Oktober 1813 telah berhasil pula
diperbaiki 30 kapal yang digunakan untuk
46
Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires, hlm.
183-195. Shadow of Agriculture: Non-farm Activities in the
47 Javanese Economy, past and Present (Amsterdam:
Burger, Sejarah Ekonomis Sosiologis indonesia I, Royal Tropical Institute, 1991), hlm. 15.
hlm. 47-92. 49
48 H.J.de Graaf, Runtuhnya Islam Mataram. (Jakarta:
Peter Boomgaard, “The non-agricultural Side of an graffiti Press, 1987), hlm. 73 dan 135.
Economy Java, 1500-1900”, dalam: Paul Alexander, 50
Peter Boomgaard, Benjamin White (eds), In the K.V., tahun 1878-1879, hlm. 220. Lihat lampiran 15.

18
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

mengangkut garam dan beras dari satu daerah ke Lasem sebagai galangan kapal di samping karena
daerah lain. Pada bulan Oktober juga telah dikirim mudah memperoleh kayu jati dari pedalaman
sebuah kapal meriam oleh Residen Jepara ke Rembang (termasuk daerah Blora) Lasem juga
galangan kapal Rembang untuk diperbaiki. Kapal memiliki posisi yang sangat strategis dari segi
tersebut setelah selesai dibawa ke Banjarmasin militer. Fasilitas galangan kapal yang sudah ada di
oleh Residen Jepara untuk menumpas Soditan (Dasun) diperluas oleh Jepang dan
pemberontak. Memang galangan kapal Rembang dijadikan sebagai prioritas utama galangan kapal
menjadi pusat bengkel kapal di Jawa karena pada di Jawa. Pemerintah pendudukan Jepang pada
saat itu, galangan ini merupakan galangan yang waktu itu sangat membutuhkan alat transportasi
cukup besar di Hindia Belanda. Namun demikian, laut untuk mengangkut bahan pangan dan obat-
bagi kapal-kapal yang rusak berat, misal lantai obatan yang dibutuhkan tentara mereka yang
kapal jebol sehingga air laut masuk, tidak bisa sedang menghadapi sekutu di Papua dan Morotai.
diperbaiki di Rembang, kecuali diperbaiki untuk Jepang sendiri sedang menghadapi kesulitan untuk
sementara saja. Perbaikan kapal yang rusak berat mendatangkan kapal dari Jepang sebab
menelan biaya sampai 3.00 gulden, sedangkan bagi menghadapi blokade sekutu. Program pembuatan
kapal yang rusak ringan bisa mencapai 500 gulden. kapal di Lasem ini melibatkan 44.000 orang buruh
Kapal-kapal pemerintah yang diperbaiki di Indonesia dan 215 orang teknisi Jepang. Pada
galangan kapal Rembang ini semuanya menjadi tahun 1942, galangan kapal Dasun ini
tanggungan EIC. Pada tahun 1813, pemerintah menghasilkan 150 kapal yang kebanyakan diberi
memberikan anggaran rutin untuk biaya tenaga mesin diesel dan pada tahun 1943
pengelolaan galangan kapal Rembang ini sebesar menghasilkan 127 kapal. Pada tahun 1944
2.00 gulden per tahun. direncanakan akan membangun 700 kapal namun
Pembuatan kapal di galangan kapal hanya berhasil memproduksi 343 buah.52 Untuk
Rembang memang mengalami kemajuan baik pembuatan dan perluasan pabrik ini, pemerintah
dalam jumlah kapal yang dibuat maupun teknik pendudukan Jepang di Lasem melakukan relokasi
pembuatan yang semakin baik. Sebenarnya, terhadap tiga kampung di Dasun. Ratusan hektar
tentang teknik, dan jaminan keamanan bagi kapal kawasan di Dasun digunakan untuk gudang kayu
yang akan dibuat menempuh pada jarak pelayaran jati dan kompleks pembuatan kapal kayu.
tertentu memang berbeda-beda. Akan tetapi, Setelah Jepang menyerah kalah tahun
sarana dasar bagi kapal kayu yang didorong oleh 1945, kondisi galangan kapal Lasem menjadi tidak
angin, memiliki batasan teknik yang sama. Kapal terurus karena situasi chaos. Dalam situasi seperti
ini tidak melebihi ukuran tertentu, jumlah kalasi, itu, banyak alat-alat konstruksi kapal dan kayu
permukaan layar, dan kecepatan. Pada tahun 1813, yang dicuri oleh penduduk. Selanjutnya ketika
di galangan ini telah mampu dibuat kapal layar Belanda mulai melakukan gerakan untuk
cepat dan kapal meriam, di samping memproduksi menguasai kawasan Rembang, maka para pejuang
kapal-kapal kecil. Meskipun demikian cepat Republik melakukan taktik bumi hangus. Dalam
tidaknya pembuatan kapal sangat bergantung pada hal ini galangan kapal Lasem menjadi sasaran
jumlah para pekerja yang melakukan pekerjaan itu. pembakaran dalam rangka taktik bumi hangus para
Pada bulan September tahun 1813, dilaporkan gerilyawan Republik. Dengan begitu, tamatlah
bahwa di galangan ini telah dilakukan pekerjaan riwayat kejayaan galangan kapal Lasem setelah
pembuatan yang terdiri dari enam buah kapal mengalami pasang-surut selama berabad-abad.
meriam berkapasitas 30 orang yang dibuat dengan
cara: dasar didempul, lapisan kayu lengkap
menutup papan kabin, tiang, dan geladak; sebuah A.B. Lapian, ‘The maritime network in the
kapal layar berkapasitas 20 orang; delapan kapal Indonesian archipelago in the fourteenth
meriam tiang rendah lengkap dan siap century’, in: SEAMEO Project in
dikemudikan dengan kekecualian belum dilapisi Archeology and Fine Arts SPAFA, Final
tembaga; 10 perahu berkapasitas 10 orang dengan Rreport: Consultative Workshop on
papan pada bagian dalam; serta sebuah perahu Research on Maritime Shipping and
dengan geladak dari papan pada bagian dalam.51 Trade Networks in Southeast Asia
Pada waktu permulaan pendudukan (Cisarua, West Java, Indonesia: 20-27
Jepang, Lasem juga dijadikan sebagai salah satu November 1984).
tempat dari enam tempat pembuatan kapal di
pantai utara pulau Jawa (yaitu Pasar Ikan Jakarta,
Cirebon, Tegal, Pekalongan, dan Juana). Pemilihan
Lucas, Anton E., Peristiwa Tiga Daerah. Revolusi
51
Monthly Report for The Marine Garde at Rembang, dalam Revolusi (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
Arsip marine no. 28B, kolesi ARNAS Jakarta. 1989).

19
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

A. Cortesao, The Suma Oriental of Tome Pires: An Indriyanto, Sutejo K. Widodo, Singgih Tri
Account of the East, from the Red Sea to Sulistiyono, dkk., “Rekontruksi Situs
Japan, Written in Malacca and India in Galangan Kapal Lasem untuk
1512-1515, London: Hakluyt Society Pengembangan Promosi Paket Wisata
Series, 1944. Bahari di Rembang”, Laporan Penelitian,
__________, The Suma Oriental of Tome Pires: Pusat Studi Sejarah dan Budaya Maritim
An Account of the East, 2nd Series Asia Tenggara Universitas Diponegoro,
London: Hakluyt Society, 1944. 2005.
A. Rentse, ‘Majapahit Amulets in Kelantan’, J.C. van Leur, Indonesian Trade and Society:
JMBRAS 14, 1936. Essay in Asian Social and Economic
History, Dordrecht: Foris publication,
Adrian Horidge, Sailing Craft of Indonesia,
1983.
Singapore: Oxford University Press,
1986. J.W. Christie, ‘Asia Sea Trade between the Tenth
and Thirteenth Centuries and Itas Impact
B.E. Colless, ‘Majapahit Revisited: External
on the States of Java and Bali’, in: H.P.
Evidence on the Geography and
Ray (ed.), Archeology of Seafaring: The
Ethnology of East Java in the Majapahit
India Acean in the Ancient Period, Delhi:
Period’, JMBRAS 2, 1975
Pragati, 1999.
B. Schrieke, Indonesia Sociological Studies,
K.N.Chaudhuri, op.cit.,
Bandung: Van Hoeve, 1957.
K.R. Hall, Maritime Trade and State Development
Burger, Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia I,
in Early Southeast Asia, Honolulu:
Jilid I, Jakarta: Prajnaparamita, 1962.
University of Hawaii Press, 1985.
Clive Day, The Policy and Administration of the
K.V., tahun 1878-1879,
Dutch in Java, New York: MacMillan,
1954. Keneth R. Hall, Maritime Trade and State
Development in Early Southeast Asia,
D.G.E. Hall, A History of Southeast Asia, London:
Honolulu: University of Hawaii Press,
Macmillan, 1966.
1985.
D.G.E. Hall, Sejarah Asia Tenggara, Surabaya:
Lucas, Anton E., Peristiwa Tiga Daerah. Revolusi
Usaha nasional, 1988.
dalam Revolusi, Jakarta: Pustaka Utama
Elizabeth Tiora (ed.) Hikayat Banjar dan Grafiti, 1989.
Kotaringin, Jakarta: Departement P & K,
M.A.P. Meilink-Roelofsz, Asian Trade and
Direktur Jenderal Kebudayaan, Direktorat
European Influence in the Indonesian
Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek
Archipelago between 1500 and about
Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan
1630, The Hague: Nijhoff, 1962.
Nusantara, 1993.
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-
“Fusta”, dalam: http://en.wikipedia.org/wiki/Fusta,
2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
Dikunjungi tanggal 3 Desember 2009.
2005.
F.A. Sutjipto, “Some Remarks on the Harbour City
Meilink Roelofzs, Asian Trade and European
of Japara in the Seventeenth Century”,
Influence in the Indonesian Archipelago
makalah dipresentasikan pada The 5th
between 1500 and about 1680, The
IAHA Conference, Manila, 1971.
Hague: Martinus Nijhoff, 1962.
G.J. Knaap, Shallow Waters, Rising Tide: Shipping
Monthly Report for The Marine Garde at
and Trade in Java around 1775, Leiden:
Rembang, Arsip marine no. 28B, kolesi
KITLV Press, 1996.
ARNAS Jakarta.
H.G. Quaritch Wales, ‘The Extent of Srivijaya’s
O.W. Wolters, Early Indonesia Commerce: A
Influence Abroad’, JMBRAS 1 (51), 1978.
Study of the Origins of Srivijaya, Ithaca-
H.J. de Graaf & Th. Pigeaud, De Eerste Muslimse New York: Cornell University Press,
Vorstendommen op Java: Studien over de 1967.
staatkundige Geschiedenis van de 15 en
___________, ‘Studying Srivijaya’, JMBRAS 2
16 de Eeuw, Leiden: KITLV, 1974.
(52), 1979.
H.J.de Graaf, Runtuhnya Islam Mataram, Jakarta:
P.Y. Manguin, ‘The Vanishing Jong: Insular
Graffiti Press, 1987.
Southeast Asian Fleet in Trade and War
http://id.wikipedia.org/wiki/Cheng_Ho, (Fifteenth to Seventeenth Centuries), in:
Dikunjungi tanggal 10 Oktober 2009. A. Reid (ed.), Southeast Asia in the Early

20
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Modern Era: Trade, Power, and Belief , Imperium Jilid 1, Jakarta: Gramedia,
Ithaca-London: Cornell University Press, 1988).
1993. Slamet Muljono, Negara Kertagama dan Tafsir
P.Y. Manguin & Nurhadi, ‘Perahu Karam di Situs Sejarahnya, Jakarta: Bharatara Karya
Bukit Jaras, Propinsi Riau: Sebuah Aksara, 1979.
Laporan Sementara’, dalam: 10 Tahun Sudjoko, “Ancient Indonesian Technology:
Kerjasama Pusat Penelitian Archeologi Shipbuilding and Fire arms Production
Nasional & Ecole Francaise d’Extreme- around the Sixteenth Century”, Aspek-
Orient, Jakarta: Pusat Penelitian aspek Arkeologi Indonesia 9, 1981.
Archeologi Nasional, hlm. 43-64.
Taufik Abdullah (ed.) Sedjarah Melayu, Djakarta:
Peter Boomgaard, “The non-agricultural Side of an Djambatan, 1958.
Economy Java, 1500-1900”, dalam: Paul
Umar Hasyim, Sunan Giri, Kudus: Menara, 1979.
Alexander, Peter Boomgaard, Benjamin
White (eds), In the Shadow of V.J.H. Houben, H.M.J. Maier and W. van der
Agriculture: Non-farm Activities in the Molen (eds), Looking in Odd Mirrors:The
Javanese Economy, past and Present, Java Sea, Leiden: Vakgroep Talen en
Amsterdam: Royal Tropical Institute, Culturen van Zuidoost-Asië en Oceanië
1991. Rijksuniversiteit, 1992.
Pierre-Yves Manguin, ‘Palembang and Sriwijaya: W.J. Van der Meulen, S.J., “In Search of Ho-ling”,
An Early Malay Harbour-City Indonesia 23, 1977.
Rediscovered’, JMBRAS 1 (66), 1993. W.P. Groeneveld, Historical Note on Indonesia&
R. Braddell, ‘An Introduction to the Study of Malaya Compiled From Chinese Sources,
Ancient Times in the Malay Peninsula Jakarta: 1969.
and the Straits of Malacca’, JMBRAS 14, W. F. Wertheim, Indonesian Society in
1936. Transition: A Study of Social Change,
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Bandung: Sumur Bandung, 1960.
Baru 1500-1900: Dari Emporium sampai

21
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Gusti Asnan
Sesuatu yang cukup menarik di Indonesia akhir- dinding-dinding kelas sekolah (tanpa mengenai
akhir ini adalah mulai seringnya ditampilkan peta makna dan fungsinya). Kalangan terpelajar,
dalam media massa dan mulai diproduksinya peta meskipun telah mengetahui peta sebagai
dalam jumlah yang cukup banyak. Hampir setiap penggambaran muka bumi atau bagian dari ilmu
hari, dalam sejumlah media cetak (surat kabar dan bumi (geografi), namun banyak di antara mereka
majalah), baik yang diterbitkan di ibu kota atau di yang tidak memiliki peta, tidak pernah
daerah, selalu ditemukan peta sebagai “pelengkap” menggunakan peta, serta tidak memahami
pemberitaan. Hal yang sama, walaupun tidak makna/simbol yang ada pada peta. Tidak itu saja,
seintensif surat kabar dan majalah, juga ditemukan sukar rasanya untuk dipercaya, bahwa sejumlah
pada media elektronik (televisi). Tampilan dan mahasiswa S-2 Sejarah pada sebuah perguruan
kualitas peta yang disajikan rata-rata bermutu tinggi negeri (sebagian besar di antara mereka
tinggi. Media massa berlomba-lomba berstatus sebagai guru sejarah pada jenjang
menampilkan beragam bentuk dan format serta pendidikan SLTP, SLTA, dan ada di antaranya
disain peta. Sebagian besar menghadirkan peta dosen sejarah) tidak mampu membuat peta Asia
yang disiapkan perancang atau disainer media Tenggara dengan baik. Hal yang sama juga
tersebut, namun banyak pula yang menampilkan dialami oleh sejumlah mahasiswa S-1 Sejarah pada
peta yang diunduh dari internet. sebuah perguruan tinggi. Mereka tidak mampu
Peta juga diproduksi dalam jumlah yang “membaca” peta buta Indonesia.
banyak akhir-akhir ini. Di samping peta tunggal, Kesimpulan di atas memang didasarkan
juga diproduksi atlas. Kualitas peta yang pada penelitian yang dilakukan di daerah dan pada
dihasilkan sangat beragam, namun umumnya lingkungan yang terbatas. Namun, dengan segala
bermutu baik. Peta juga semakin mudah kekurangan yang dimiliki oleh penelitian tersebut,
didapatkan karena diperjualbelikan di berbagai fenomena ini kiranya bisa dijadikan sebagai dasar
toko buku. Harganya juga beragam, tergantung untuk mengatakan bahwa kondisi yang relatif
pada kualitasnya. Peta juga ditempatkan di banyak sama sesungguhnya ditemukan pada sebagian
ruang publik, seperti di pasar, di pusat kota, di besar warga bangsa, baik masyarakat awam atau
kawasan wisata, dan di kawasan rawan bencana kaum terpelajar (terutama sejarawan murni atau
(peta jalur evakuasi). Tidak itu saja, peta bahkan pendidikan) di hampir seluruh penjuru persada ini.
dibuat pada dinding luar sekolah (dasar), atau – Berdasarkan fenomena di atas, bangkitnya
mengikuti tren berbatik akhir-akhir ini - peta juga gairah “berpeta-ria” akhir-akhir ini perlu dihargai
dibuat dengan motif batik dan dijadikan sebagai dan didukung. Sejarawan berkewajiban untuk ikut-
hiasan dinding rumah/kantor. serta dalam “gerakan” ini. Sebagai sosok yang
Penyertaan peta pada berbagai media bergelut dalam ilmu yang mempelajari kejadian
massa diharapkan membantu pembaca dan pemirsa atau peristiwa yang terjadi dalam ruang (dan
untuk lebih mudah memahami berita yang waktu) sejarawan memang harus akrab dan
disajikan. Di samping itu, produksi dan memahami serta menguasai peta. Kurang lengkap
penyebarluasan peta dalam jumlah yang masif kesejarawan seorang sejarawan bila dunia peta
diharapkan mampu menjadikan masyarakat “sadar belum mereka kuasai. Setidaknya, mereka
peta”, mampu meningkatkan pengetahuan warga (sejarawan) harus mengetahui arti atau makna peta
bangsa, baik pengetahuan pada negeri secara bagi sejarah, baik sejarah sebagaimana
umum atau pengetahuan sesuai dengan bidang dilukiskan/dideskripsikan atau sejarah sebagai
ilmu yang mereka dalami (bagi kalangan peristiwa atau kejadian itu sendiri. Tanggung
terpelajar) secara khusus. jawab yang sama, bahkan dengan kadar yang lebih
Harapan yang kedua di atas memang besar, juga diemban oleh ahli ilmu bumi.
layak untuk diungkapkan. Sebab, berdasarkan Bukankah salah satu keahlian yang harus dimiliki
penelitian (yang dilakukan beberapa kali), dapat mereka yang mendalami ilmu bumi adalah dunia
ditarik sebuah kesimpulan bahwa dewasa ini peta ini?
banyak anak bangsa yang masih belum atau Artikel ini mencoba mendiskusikan peta
kurang “sadar peta”, peta masih merupakan dan hubungannya dengan sejarah, baik sejarah
sesuatu yang “asing” pada sebagian besar sebagaimana dikisahkan dan sejarah sebagai
masyarakat Indonesia, dan menariknya, gejala ini peristiwa/kejadian.
tidak terkecuali bagi kalangan terpelajarnya. Dari
beberapa kali penelitian diketahui bahwa
kebanyakan masyarakat awam hanya mengenal
peta sebagai gambar yang digantungkan di

22
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

atau wilayah, yang hanya mencakup sebagian


wilayah pemukiman serta irigasi yang mereka
miliki. Relatif terbatasnya rupa bumi yang mereka
Ada banyak pengertian atau defenisi peta yang
tampilkan, karena itulah “dunia” yang mereka
lazim dikemukakan. Beberapa di antaranya
kenal, dan sesungguhnya itulah “dunia” yang
menyebut bahwa peta adalah penggambaran atau
penting bagi mereka.
penglukisan konvensional muka bumi yang
Yunani dan Romawi yang memiliki
menunjukkan letak tanah, sungai, gunung, laut,
kebudayaan yang maju dan mengagumkan, yang
selat, teluk, tanjung, dan lain sebagainya; atau
banyak membuat bangunan besar dari batu atau
suatu representasi melalui gambar dari suatu
marmar juga membuat peta dengan menggunakan
daerah yang menyatakan sifat, seperti batas
bahan batu atau marmar. Sama dengan yang
daerah, sifat permukaan, peruntukan lahan; atau
dilakukan pembuat peta Babilonia, peta Yunani
suatu gambaran dan lukisan yang menyatakan
dan Romawi ini juga ditorehkan/dipahatkan pada
letak sesuatu; atau denah sesuatu di muka bumi. Di
batu atau marmar. Di samping itu mereka juga
samping itu, lazim dan bahkan menjadi bagian
melukis batu atau marmar tersebut. Salah satu peta
yang tidak boleh diabaikan, peta harus memiliki
buatan zaman klasik ini dikenal dengan sebutan
skala tertentu dan simbol-simbol tertentu. Peta
marbel map atau puzzle map. Teknologi
berfungsi sebagai alat analisis, alat komunikasi,
pembuatan peta pada batu dan marmar pasti jauh
catatan visual permanen alat peraga dan media
lebih rumit bila dibandingkan dengan pembuatan
pembelajaran.
peta pada tanah yang dikeringkan. Majunya
Perkembangan, pertumbuhan,
teknologi pembuatan peta era Yunani dan Romawi
penggunaan, pemakaian, dan penghargaan
juga terlihat dari ukuran peta yang dibuat.
terhadap peta paralel dengan tingkat kebudayaan
Informasi yang disajikan juga lebih lengkap. Dari
masyarakat pendukungnya. Masyarakat dengan
satu marble map yang ditemukan, diketahui bahwa
tingkat kebudayaan yang bersahaja memiliki peta
peta tersebut menggambarkan dengan cukup detil
yang sederhana. Sebaliknya masyarakat dengan
wajah kota Roma, seperti berbagai bangunan, jalan
tingkat kebudayaan yang maju memiliki peta yang
dan tangga yang ada di seantero kota tersebut pada
kompleks. Hal sama juga berlaku pada
abad ke-2 SM. Ukuran peta yang dibuat pada masa
penggunaan, pemakaian dan penghargaan terhadap
Yunani dan Romawi ini jauh lebih besar. Di
peta. Tingkat penggunaan, pemakaian dan
samping teknologi yang telah maju, ilmu
penghargaan terhadap peta pada masyarakat
pengetahuan masa itu juga telah berkembang
dengan kebudayaan yang maju jauh lebih sering,
dengan pesat. Pengetahuan, dalam artian ilmu
sungguh-sungguh dan tinggi bila dibandingkan
bumi telah tumbuh dan berkembang, bahkan
dengan masyarakat dengan kebudayaan yang lebih
ahlinya telah menghasilkan karya yang luar biasa.
bersahaja.
Salah satu di antaranya adalah Claudius
Peta adalah produk kebudayaan. Sebagai
Ptolomeus. Ilmuwan ini, tidak hanya sekedar ahli
produk kebudayaan, peta adalah sesuatu yang
ilmu bumi, tetapi juga pembuat peta (kartografer)
dinamis. Senantiasa ada perubahan terhadap
yang unggul. Dia termasuk salah seorang ilmuwan
bentuk, format dan kualitas peta. Teknologi dan
perintis atau peletak dasar pembuatan peta
hasil pembuatannya terkait erat dengan
moderen. Dia berhasil membuat deskripsi atau
perkembangan unsur teknologi dan ilmu
gambaran atau ‘peta’ mengenai dunia. Namun
pengetahuan yang ada dalam unsur-unsur
“peta asli” sebagai buah tangan yang
kebudayaan masyarakat pembuatnya. Semakin
sesungguhnya dari ilmuwan yang hidup pada abad
tinggi kebudayaan (khususnya unsur teknologi dan
ke-2 M ini tidak pernah ditemukan. ‘Peta’ dunia
ilmu pengetahuan) masyarakat pembuatnya
itu dideskripsikan Ptolomeus dalam bukunya yang
semakin canggih teknologi pembuatan peta,
berjudul Geographia (ca. 150 SM). Dan peta yang
semakin detil lukisan yang disajikan, serta semakin
dirancang Ptolomeus ini diwujudkan menjadi “peta
beragam wujud, bentuk dan corak peta yang
yang sesungguhnya” pada abad ke-15 M.
diproduksi.
Rupa bumi yang ditampilkan dalam peta
Masyarakat Babilonia (2300 SM), yang
Yunani/Romawi juga memperlihatkan “dunia”
dianggap sebagai penemu pertama peta, dengan
yang mereka kenal waktu itu. Di samping
teknologinya yang relatif “sederhana”, “hanya”
mendeskripsikan kota, “negara” atau “kerajaan”
mampu membuat peta yang “sederhana” pula.
mereka sendiri, peta yang dihasilkan pada zaman
Masyarakat yang tinggal di kawasan Eufrat dan
tersebut juga telah menampilkan rupa bumi di
Tigris ini “hanya” mampu membuat peta dengan
kawasan yang jauh dari negeri mereka. Bahkan
jalan menoreh/mengukir lempengan tanah yang
bila dicermati “peta dunia” karya Ptolomeus dapat
dikeraskan. Rupa bumi yang dideskripsikan juga
dikatakan bahwa peta tersebut telah menampilkan
terbatas, hanya meliputi suatu bagian kecil kota
sebagian dunia yang kita kenal dewasa ini (sampai

23
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

ke India dan China serta Afrika). Hal ini bisa menempatkan Jerusalem pada titik tengah peta,
dimengerti, bahwa ilmu dan pengetahuan orang dan sebagaimana diketahui Jerusalem adalah kota
saat itu sudah jauh melampaui batas-batas terpenting dalam agama Kristen. Hal yang sama
teritorialnya. Persintuhan dan kontak mereka sebetulnya juga hadir pada peta yang dibuat oleh
dengan orang luar telah demikian intensif saat itu. kartografer Islam, Al Idrisi misalnya. Dia
Pada kurun waktu abad ke-6 hingga 14/15 menempatkan Arab pada titik tengah dari peta
M), atau pada masa Abad Pertengahan (dalam dunianya. Jiwa zaman yang menempatkan
sejarah Eropa) dan pada era gilang gemilang pembuat peta pada posisi sentral tetap berlanjut
(dalam peradaban dan kebudayaan Islam), pada masa-masa berikutnya. Pada “era awal
teknologi pembuatan peta semakin maju. Kertas Eropa”, orang Eropa menempatkan Eropa pada
telah dipergunakan dan “coretan” atau “lukisan” titik tengah peta dunia dan kecenderungan itu tetap
pada kertas telah dilakukan. Di samping peta berlanjut hingga saat sekarang. Di Amerika,
sebagai gambaran rupa bumi yang “sesungguhnya” kartografernya juga menempatkan benua tersebut
juga dikembangkan peta model “denah”. Mutu pada posisi tengah peta dunia. Orang Asia,
peta sudah meningkat dengan sangat signifikan. terutama China juga melakukan hal yang sama.
Rupa bumi yang disajikan juga sudah demikian Pada abad ke-18 dan 19 peta yang dibuat di negeri
luas, “dunia” yang ditampilkan sudah meliputi tersebut telah menempatkan China (Asia) pada
sebagian besar dunia yang dikenal sekarang. posisi tengah peta dunia. Peta dunia yang semula
Perkembangan yang sama tetap berlanjut pada dikembangkan di China inilah yang kemudian
periode-periode berikutnya, terutama sekali pada menjadi patokan (dasar) bagi peta-peta yang dibuat
era moderen yang ditandai dengan penemuan di kawasan Asia (terutama di kawasan Asia Timur
berbagai alat pembuat peta serta mesin cetak. dan Tenggara serta Selatan) dalam membuat peta
Wajah dunia yang ditampilkan pada era moderen dunia di negeri/negara mereka hingga saat
ini, yang diawali dengan penemuan “dunia baru”, sekarang. Karena itu, pada peta dunia yang lazim
juga semakin luas dan utuh. Bagian bumi yang ditemukan di Indonesia atau kawasan sekitarnya
pada masa sebelumnya tidak pernah nampak senantiasa menempatkan Asia pada posisi
dalam berbagai peta, seperti kawasan Amerika dan tengahnya.
Australia mulai ditampilkan. Dan seiring dengan
semakin tingginya kontak serta hubungan dengan
dunia baru tersebut maka dunia yang Sebagai bagian dari sejarah peta dunia, Nusantara
sesungguhnya hadirlah sudah dalam peta. atau kepulauan Indonesia sesungguhnya telah
Perkembangan ini tetap berlanjut hingga saat hadir sejak pertama kali peta dunia dibuat. Pulau-
sekarang, sesuai dengan yang kita lihat bersama. pulau di Nusantara telah hadir dalam peta
Sebagai produk kebudayaan, peta Ptolomeus dan Al-Idrisi. Namun, seperti yang
sebagaimana dia dilukiskan dan dideskripsikan disebut pada bagian terdahulu, karena peta dunia
tidak hanya menampilkan unsur ilmu, pengetahuan di atas menempatkan Eropa dan Tanah Arab
dan teknologi masyarakat pendukungnya, tetapi sebagai titik pusatnya, maka gambaran pulau-
juga jiwa zaman dan latar belakang budaya serta pulau di Nusantara hanya terletak di bagian pinggir
politik yang berkembang pada saat peta tersebut peta saja. Posisi seperti itu nyaris membuat
dibuat. Setiap zaman melahirkan peta yang sesuai kawasan “pinggiran” ini luput dari perhatian.
dengan “suasana batin” zaman yang bersangkutan. Bagaimana dengan dunia peta orang
Setiap zaman juga melahiran peta yang sesuai Indonesia sendiri? Apakah anak negeri ini juga
dengan latar belakang budaya dan politik zaman telah mengenal atau membuat peta sendiri?
tersebut. “Regionalisme”, dalam artian daerah di Apakah peta yang dimilikinya hanya sebagi hasil
mana peta dibuat adalah daerah yang paling hebat dari kontak yang dilakukannya dengan orang asing
dan penting, merupakan salah satu ciri utama (Eropa atau Arab) yang sebelumnya telah
hadirnya semangat zaman dan adanya pengaruh mengenal dan membuat peta? Dengan kata anak
budaya/politik dalam pembuaan sebuah peta. Ciri negeri ini tidak mengenal peta sebelum
“regionalisme” ini diwujudkan dengan berhubungan dengan orang Eropa? Pendapat
menempatkan daerah di mana peta itu dibuat pada umum yang berkembang di tengah masyarakat
posisi sentral peta. Peta yang dibuat pada Abad (baik awam atau akademis) menang cenderung
Pertengahan, suatu zaman sangat kental dengan mengatakan bahwa orang Indonesia tidak
aroma keagamaan (Kristen) telah melahirkan peta mengenal peta sebelum mereka berhubungan
yang menempatkan pusat kelahiran agama itu pada dengan orang Eropa. Memang ada underestimasi
posisi terpenting (pusat) peta dunia. Hal ini terlihat banyak kalangan yang mengatakan bahwa anak
dengan sangat jelas pada peta T-O, seperti yang negeri ini tidak punya dan tidak mengenal peta
dirancang ilmuwan Isidores dari Sevilla pada abad sebelum mereka berhubungan dengan orang Barat.
ke-7 M. Dalam deskripsinya ini, sang ilmuwan Namun, bila dikaitkan dengan aktivitas bahari

24
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

orang Indonesia, maka anggapan ini rasanya tidak orang Eropa, sejarah peta di Indonesia tidak bisa
bisa diterima. dipisahkan dengan bangsa Barat. Merekalah yang
Dari bukti-bukti sejarah diketahui bahwa kemudian memperkenalkan peta (moderen) yang
sejak masa prasejarah atau milenium pertama lebih lengkap ke negeri ini. Apalagi, setelah
orang-orang dari kepulauan Nusantara sudah kehadiran bangsa Eropa - secara lambat namun
mengarungi lautan luas hingga ke pantai timur pasti - aktivitas bahari orang Indonesia khususnya
Benua Afrika. Aktivitas bahari orang-orang dari dan kebudayaan serta peradaban “asli” anak negeri
Kepulauan Nusantara di kawasan timur Afrika di Nusantara ini umumnya mulai terpinggirkan.
tetap berlanjut pada masa “moderen awal”. Tahun Sejak dominsi orang Eropa di dunia bahari
1154 misalnya Al-Idrisi menyebut bahwa Nusantara, para pelaut Indonesia tidak lagi leluasa
penduduk Zendt di Afrika Timur telah berdagang mengarungi lautan luas, pelayaran mereka terbatas
dengan saudagar dari Zabag (Sumatera atau Jawa). pada pelayaran lokal (antar-pulau atau antar-kota
Tahun 1509 Lopo Sequira, pelaut Portugis pantai dalam buah pulau) saja lagi. Perlu dicatat,
menjumpai sebuah kapal dari Jawa di Pulau bahwa peta yang dimiliki oleh anak negeri ini
Madagaskar. Tahun 1601 pelaut Belanda sebelum atau pada hari-hari pertama kedatangan
menemukan pelaut/saudagar Aceh di Pulau orang Eropa lebih terbatas pada peta laut. Hal ini
Comoro. Mencermati luasnya laut dan jauhnya memang bisa dipahami karena dunianya orang
jarak yang mereka lalui/tempuh rasanya sukar Nusantara waktu itu adalah laut, sehingga wajar
diterima, bahwa para pelaut/saudagar tersebut saja peta laut yang mereka buat dan kembangkan.1
mengarungi laut luas tanpa menggunakan peta. Orang Portugis, kemudian Spanyol,
Mustahil rasanya bila hanya mengandalkan disusul oleh Belanda dan Inggris serta Perancis
kemampuan mereka membaca tanda-tanda alam, yang hadir di Nusantara memang “gila” peta.
seperti sebaran bintang di langit, arus laut, atau Hampir pada setiap armada/ekspedisi mereka yang
gelagat binatang (burung) semata. datang ke kawasan ini, terutama sekali pada hari-
Keraguan ini kiranya bisa dijawab dengan hari pertama kehadiran mereka, senantiasa disertai
temuan Niermeyer dan Krom yang menyebut oleh seorang kartografer. Dalam perkembangan
bahwa perjalanan Hayam Wuruk ke ujung timur selanjutnya, pembuat peta ini tidak saja ditemui
Jawa dipetakan dengan sangat bagus oleh juru peta dalam setiap armada/ekspedisi langsung dari
Majapahit. Merujuk kepada temuan tersebut, negeri induk ke Nusantara, tetapi juga pada hampir
kedua ilmuwan Belanda ini menyimpulkan bahwa setiap kapal yang melakukan pergerakan di
peta sesungguhnya bukanlah sesuatu yang asing perairan kawasan ini. Di samping peta (yang
bagi orang Indenesia. Kesimpulan ini sangat sesungguhnya) yang dibuat kartografer pada setiap
berdasar. Sebab jauh sebelum mereka menarik armada/ekspedisi atau kapal, “peta” (deskripsi)
kesimpulan di atas, tepatnya pada hari-hari juga dibuat oleh para pengelana Eropa yang
pertama orang Eropa hadir di perairan Nusantara, mengunjungi negeri ini. Para pengelana ini
Ludovico de Varthema dan Fransisco Rodriguez memberikan deskripsi geografis atau rupa bumi
telah menyaksikan dengan mata kepala mereka serta keadaan penduduk yang sangat detil dalam
sendiri, nakhoda pribumi Nusantara menggunakan catatan perjalanan (travelogues) mereka. Catatan
peta dalam pelayarannya. Ludovico de Varthema perjalanan pernah menjadi “mode” dan sangat
menyaksikan nakhoda pribumi (Jawa) digandrungi pada akhir abad ke-19 dan awal abad
menggunakan peta dalam pelayaran dari Pulau ke-20.
Kalimantan ke Pulau Jawa (1505). Fransisco Sebagai contoh “gilanya” orang Barat
Rodriguez juga melihat peta digunakan oleh dalam pembuatan peta bisa dilihat apa yang
nakhoda Jawa dan dia kemudian menjadikan peta dilakukan bangsa Portugis dan Belanda. Armada
yang digunakan nakhoda pribumi tersebut sebagai Portugis yang melakukan pelayaran pertama dan
dasar “peta dunia” yang dibuat serta diserahkannya kedua serta ketiga mereka mengelilingi Pulau
kepada Alfonso de Albuquerque (1512). Bila Sumatera (dari Malaka) pada dekade kedua dan
kedua orang ini menyaksikan bahwa pelaut ketiga abad ke-16) selalu disertai oleh seorang
(nakhoda) Indoneia telah terampil menggunakan kartografer. Karena itu, peta laut sekitar atau
peta pada hari-hari pertama kedatangan mereka
(orang Barat) ke Nusantara, dapat dikatakan bahwa
1
peta telah dimiliki dan dipergunakan orang Sayangnya, peta “asli” yang dibuat oleh anak negeri
Indonesia pada periode sebelum kedatangan orang pada masa awal ini tidak ditemukan lagi jejaknya,
Eropa ke kawasan ini. bahkan berita tentang peta pribumi ini tidak lagi
ditemukan ada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17.
Sayangnya peta “lokal” milik anak negeri
Ini pulalah sebabnya Willem Lodewijcks, salah
tidak berkembang. Keberadaannya segera seorang anak kapal armada Belanda yang pertama kali
digantikan oleh peta-peta yang dibuat oleh orang datang ke Nusantara tahun 1595/96 menyebut bahwa
Eropa. Harus diakui, sejak berhubungan dengan orang Jawa (Indonesia) tidak mengenal peta laut.

25
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

sekeliling Pulau Sumatera telah dibuat sejak kesempatan yang dipergunakan pemerintah Hindia
dekade kedua abad ke-16 dan itu dilakukan oleh Belanda untuk membuat peta negeri ini. Seiring
orang Portugis. Armada pertama Belanda yang dengan dilakukannya berbagai kampanye militer,
sampai di perairan Nusantara dan dipimpin oleh baik di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,
Cornelis de Houtman juga menginformasikan Sulawesi dan pulau-pulau lainnya, terciptalah
bahwa armada itu juga disertai oleh seorang berbagai peta wilayah. Banyak sekali peta (daerah)
kartografer. Sebagaimana disebut oleh van Leur, yang dibuat melalui cara ini. Proses pembuatan
baru saja armada tersebut lego jangkar di seperti ini umumnya dilakukan sepanjang abad ke-
pelabuhan Banten, dengan dibantu oleh sejumlah 19. Hal ini pulalah yang menyebabkan pada hari-
anak kapal yang mengukur kedalaman kolam hari pertama keberadaannya (hingga awal abad ke-
pelabuhan, jarak antara berbagai bangunan yang 20), dinas atau jawatan topografi (Topographische
ada di dalam dan sekitar pelabuhan, dan Dienst) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
mengumpulkan berbagai informasi lain mengenai Departemen Perang (Departement van Oorlog)
kawasan sekitar pelabuhan dan bandar raya pada pemerintahan Hindia Belanda.2
Banten, kartografernya sibuk membuat peta Di samping itu, pembuatan peta juga
pelabuhan Banten dan wilayah sekitar kota niaga dilakukan melalui berbagai ekspedisi dan
tersebut. Sedangkan para pengelana yang penelitian. Walaupun demikian, penanggungjawab
memberika deskripsi begitu lengkap mengenai utama pembuatan peta secara “nasional” berada di
kawasan laut dan pantai negeri ini antara lain tangan Dinas Peta di atas.
Tome Pires (1944) dan John Anderson untuk “Sentralisasi” pembuatan peta
Sumatera bagian timur (1970). menyebabkan peta yang dibuat sekaligus sebagai
VOC adalah lembaga atau pemerintah representasi pandangan Batavia terhadap negeri
yang pertama dengan serius ini. Sebagai bagian negeri induk, perspektif
mengembangkan/membuat peta negeri ini. Kongsi Batavia dalam menempatkan Hindia Belanda
dagang ini memiliki sebuah “divisi” pembuat peta dalam peta dunia tetap sama dengan pandangan
yang populer dengan sebutan “Bazen- negeri induk. Indonesia tetap ditempatkan pada
kaartenmakers”. Para pembuat peta yang bagian pinggir peta dunia. Makanya, pada peta
tergabung ke dalam “divisi” inilah yang dunia masa ini, posisi ini umumnya terletak pada
menyempurnakan peta-peta yang dibuat sisi timur yang nyaris tidak mendapat perhatian
sebelumnya, baik oleh kartografer Portugis, dari orang yang melihat peta tersebut.
Spanyol dan tentu saja Belanda. Sesuatu yang Peta wilayah Nederland Hindia yang
menarik dicatat dalam peta yang dibuat VOC dibuat saat juga menggambarkan perspektif
(serta kartografer Portugis atau Spanyol) adalah Batavia. Pada peta-peta wilayah (overzichtkaarten)
peta-peta tersebut lebih terfokus pada peta laut lama, yang dibuat pada abad ke-19, untuk daerah
(zeekaarten). yang telah dikuasai (secara politik) diberi tanda
Pembuatan atau lebih tepatnya (warna) merah misalnya. Pada waktu berikutnya,
penyempurnaan peta dilanjutkan oleh pemeritahan ketika kekuasaan politik pemerintah telah
(sementara) Inggris dan tentu saja pemerintah mencakup seluruh wilayah Hindia Belanda (seperti
Hindia Belanda. Inggris misalnya mendirikan yang dikenal dewasa ini), maka wilayah yang telah
Kantor Hidrografi, Raffles membuat peta Pulau dikuasai diwarnai sesuai dengan kaidah pembuatan
Jawa, Daendels membentuk departemen pemetaan peta moderen. Sedangkan untuk daerah tidak
dalam pemerintahannya, Daendels juga dikuasai atau idak menjadi bagian dari Hindia
mengintruksikan kepada pejabat bawahannya Belanda tidak diberi warna (hanya diberi warna
untuk mengumpulkan sebanyak mungkin bahan putih saja). Pola pembuatan peta seperti ini
guna dijadikan bahan pembuatan peta (dan kalau semakin nyata sejak awal abad ke-20 (dekade ke-
memungkinkan pejabat yang bersangkutan 2), saat mana pemerintah Hindia Belanda telah
membuat petanya sekalian). Bila pada masa-masa sungguh-sunggguh menguasai seluruh wilayah ini.
sebelumnya (hingga zaman VOC) banyak dibuat Sejak saat itu pemerintah Hindia Belanda telah
peta laut, maka sejak periode pemerintahan sungguh-sungguh menampatkan kawasan sekitar
sementara Inggris mulai banyak dibuat peta “tanah yang tidak masuk ke dalam wilayah
darat”, maksudnya sejak saat itu mulai dibuat peta kekuasaaannya sebagai negeri asing yang tidak
yang lebih lengkap mengenai keadaan alam (laut (perlu) diwarnai.
dan darat) Indonesia. Sebagai bagian dari kolonialsme Belanda,
Pemerintah Hindia Belanda yang maka penamaan, ungkapan, dan kategori yang
kemudian berkuasa di negeri ini juga melanjutkan
kegiatan membuat peta (yang lebih komprehensif). 2
Ketika lembaga ini kemudian dikembangkan
Ekspansi politik dan kampanye militer yang keberadaan dan pimpinannya juga tidak pernah
dilakukan di berbagai daerah adalah salah satu dipisahkan dari Departemen Perang.

26
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

dipakai dalam peta mengacu kepada apa yang Setelah Indonesia merdeka, khususnya
lazim/dipakai oleh kolonialis Belanda. Nama-nama segera setelah pengakuan kedaulatan, pembuatan
pulau, daerah administratif, kota, laut, teluk, peta dan penyebarluasan peta menjadi salah satu
gunung, sungai, dan lain sebagainya mengacu program utama pemerintah. Di samping peta
kepada penamaan yang dibuat/digunakan oleh dunia, peta yang paling banyak diproduksi dan
penjajah. Nama-nama yang diberikan terhadap disebarluasan adalah peta Indonesia (dan yang
daerah, pulau-pulau, kota-kota, teluk, tanjung, dimaksud dengan peta Indonesia di sini adalah
sungai dan lain sebagainya, sebagian besar peta wilayah keluruhan Republik Indonesia, peta
diambilkan dari nama-nama daerah atau tokoh- daerah adminisratif setingkat provinsi, dan
tokoh Belanda. Di samping itu tentu saja nama kabupaten/kota). “Sosialisasi” peta terutama
yang sebelumnya telah diberikan penduduk dilakukan kepada anak didik dengan sasaran utama
setempat. para pelajar sekolah dasar. Proses ini dilakukan
Secara umum ada empat jenis peta yang seiring dengan pengajaran ilmu bumi (geografi).
dibuat (dikembangkan) pada masa penjajahan Pemerintah RI saat itu memang menjadikan ilmu
yaitu peta wilayah secara umum, peta pelayaran, bumi sebagai mata pelajaran wajib bagi seluruh
peta kawasan pantai, peta perencanaan. Dari empat sekolah dasar. Melalui mata pelajaran ini,
jenis peta tersebut, peta wilayah pantai merupakan pemerintah ingin mengenalkan wilayah Indonesia
peta yang paling banyak diproduksi. Sebagai kepada anak bangsa (dimulai dari siswa sekolah
perbandingan, pada pertengahan dakade kedua dasar). Realisasi keinginan tersebut diwujudkan
abad ke-20 (1916) diproduksi peta wilayah pantai dengan memberikan pelajaran ilmu bumi wilayah
sebanyak 125 macam, peta perencanaan sebanyak administratif setingkat kabupaten/kota pada siswa
89 macam, peta pelayaran sebanyak 31 macam, kelas tiga, ilmu bumi wilayah administratif
dan peta wilayah sebanyak 19 macam. setingkat provinsi bagi siswa kelas empat, ilmu
Sesuatu yang menarik dalam sejarah peta bumi wilayah RI untuk siswa kelas lima dan ilmu
di Indonesia adalah mulai munculnya peta bumi dunia untuk siswa kelas enam. Dalam buku
Indonesia (Hindia Belanda) buatan kartografer teks untuk masing-masing pelajaran tersebut selalu
Jepang sejak dekade ke-3 abad ke-20. Namun dibuatkan peta daerah yang tengah dipelajari
berbeda dengan peta-peta Indonesia yang dibuat (umumnya peta yang dibuat secara amatiran). Ada
sebelumnya, peta Indonesia yang dibuat Jepang ini banyak buku teks pelajaran geografi untuk masing-
nampaknya merupakan bagian dari peta “Asia masing tingkatan kelas ini yang dibuat pada tahun
Timur Raya”, dengan kata lain, pada peta Hindia 1950-an dan 1960-an. Kiranya hal ini menarik
Belanda tersebut juga ditampilkan kawasan lain di untuk diteliti lebih lanjut
Asia Tenggara dan Asia Timur, bahkan sebagian Pola pengajaran ilmu bumi dan
wilayah di Samudera Pasifik (ingat sejak dekade “pembacaan” peta dilakukan dengan cara bercerita
ke-2 abad ke-20 Jepang juga telah mempunyai (terutama untuk kelas tiga dan empat). Karena itu
daerah koloni di Pasifik). Sejak dekade 1920-an, buku-buku teks mata pelajaran ilmu bumi untuk
para pembuat peta Jepang ternyata tidak hanya kelas tiga dan empat yang terbit tahun 1950-an dan
membuat peta wilayah Indonesia secara umum, awal 1960-an cenderung bersifat deskriptif-naratif.
tetapi juga membuat peta pelayaran, peta laut, dan Untuk mendukung “sosialisasi” pengajaran ilmu
peta kawasan pantai Indonesia. Kegiatan ini relatif bumi dan penyebarluasan peta ini, maka
tidak banyak terpublikasi. Namun menurut Parada pemerintah juga mengapresiasi penulis yang
Harahap, pada tahun 1933 peta pelayaraan, peta menerbitkan buku-buku “petualangan” atau buku-
laut, dan peta kawasan pantai Indonesia yang buku “perjalanan” yang mencerita wilayah pada
dibuat Jepang jauh lebih lengkap bila tingkat kabupaten provinsi atau keseluruhan
dibandingkan dengan peta yang sama yang dibuat republik.
oleh Belanda. Sejarah, sebagai ilmu yang tidak bisa
Sesuai dengan spirit Jepang yang ingin dipisahkan dengan ruang juga menjadi pelajaran
mewujudkan Asia Timur Raya, maka salah satu wajib pada era pasca-pengakuan kedaulatan.
arti kehadiran Jepang di Indonesia dalam lapangan Sejarah menjadi mata pelajaran dan bidang ilmu
ilmu bumi (geografi) adalah dalam hal pengubahan yang favorit dan penting saat itu. Buku-buku
posisi Indonesia (dan Asia) dalam peta dunia. sejarah banyak ditulis dan dipublikasikan.
Sejak zaman Jepang mulailah dibuat secara masif Sejarawan pun “naik daun”. Sama dengan ilmu
peta dunia yang menempatkan Asia pada bagian bumi, sejarah dijadikan sebagai sarana untuk lebih
sentral peta dunia. Sejalan dengan itu peta-peta menumbuhkan rasa cinta anak negeri kepada
Indonesia yang disatukan dengan kawasan lain di bangsa dan negara ini. Sama juga dengan ilmu
Asia Tenggara, Asia Timur dan kawasan Pasifik bumi, terjadi pula apa yang dinamakan
juga semakin banyak dibuat dan diperkenalkan “dekolonisasi” dalam penulisan sejarah, yakni
kepada masyarakat luas. pengingkaran unsur-unsur kolonial dalam

27
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

penulisan sejarah Indonesia. Dalam penulisan yang disajikan bermutu tinggi dan “sejarah” yang
sejarah “terbaru” ini orang Indonesia telah menjadi ditampilkan mencakup sejarah dalam arti yang
aktor utama sejarah negerinya, orang Indonesia luas, hampir tidak ada aspek sejarah bangsa dan
telah menjadi titik sentral sejarah negerinya, orang Indonesia di masa lampau yang tidak
bahkan - pada hal-hal tertentu - juga dalam sejarah tercakup dalam karyanya ini. Apa yang telah
dunia. dilakukan Robert Cribb ini selayaknya diikuti oleh
Pada tahun 1950-an, terdapat keterkaitan penerbitan atlas sejarah-atlas sejarah lainnya oleh
yang kuat antara pelajaran ilmu bumi dan sejarah. anak bangsa ini misalnya untuk tingkat daerah.
Hal ini, antara lain, bisa dilihat dari buku teks ilmu Peta atau atlas untuk daerah memang
bumi (terutama untuk kelas tiga dan empat) yang sangat dirasakan signifikansinya akhir-akhir ini.
berisikan deskripsi sejarah. Gambaran sejarah ini, Otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan
seperti kisah seorang pahlawan atau sebuah menuntut adanya peta atau atlas daerah yang baik
kejadian historis, umumnya diberikan ketika serta bermutu tinggi. Dari sejumlah peta atau atlas
membahas sebuah kota atau wilayah tertentu. daerah yang telah dibuat dan dipublikasikan (untuk
Keterkaitan sejarah dengan ilmu bumi, umum) terlihat bahwa pengerjaan masih belum
dan deskripsi sejarah dengan uraian pada buku teks begitu sempurna dan mutunya masih dibawah
ilmu bumi, secara langsung atau tidak, telah standar. Kenyataan ini tentu kurang baik, apalagi
memberi inspirasi pada Muhammad Yamin untuk apresiasi warga umumnya dan anak didik
menerbitkan buku Atlas Sedjarah (1956). Apa khususnya terhadap peta dewasa ini mulai tumbuh.
yang dilakukan Muhammad Yamin kemudian Bahkan di beberapa daerah, peta atau atlas daerah
diikuti oleh beberapa penulis lainnya, terutama menjadi kitab pegangan utama dalam pengajaran
pada tahun 1970-an. Namun berbeda dengan karya muatan lokal. Di Sumatra Barat misalnya, banyak
Yamin, atlas sejarah yang dibuat tahun 1970-an guru menggunakan peta atau atlas tematik Provinsi
(akhir 1970-an dan awal 1980-an) lebih terfokus Sumatera Barat dalam pelajaran Budaya Alam
pada atlas sejarah daerah. Fenomena ini tentu Minangkabau (BAM). Dari beberapa guru yang
berhubungan dengan latar belakang pembuatan mengajar mata pelajaran ini diketahui, bahwa pola
atlas sejarah tersebut, yakni sebagai bagian dari pengajaran seperti itu (menggunaan peta tematik
proyek inventarisasi dan dokumentasi sejarah dan daerah) diterapkan karena ada pesan dari pejabat,
kebudayaan nasional Departemen Pendidikan dan kepala dinas pendidikan (kabupaten/kota dan
Kebudayaan RI. Berbeda pula dengan karya provinsi) bahkan kepala daerah (bupati/walikota
Muhammad Yamin yang dikerjakan dengan cara dan gubernur) yang meminta mereka
relatif profesional, sebagian besar atlas sejarah menggunakan peta/atlas tematik daerah dalam
yang terbit di akhir tahun 1970-an dan awal 1980 pelajaran BAM. Fenomena yang sama juga
ini terkesan dikerjakan secara amatiran. Bahkan ditemukan di Riau dan Jambi. Ada permintaan dari
sebagian besar atlas sejarah yang dibuat dalam “pejabat berwenang” untuk mengunakan peta atau
“proyek” ini diterbitkan dalam bentuk buku, atlas tematik daerah guna mendukung pengajaran
sehingga tidak banyak warga masyarakat yang muatan lokal. Karena itu, perlu dan penting
mengambil manfaat dari keberadaannya. Padahal, kiranya peta dan atlas yang disajikan adalah
bisa dipastikan, anggaran yang dihabiskan untuk peta/atlas yang memenuhi kaidah pembuatan
itu tidak sedikit jumlah. peta/atlas yang sesungguhnya. Sama dengan era
Era 1980-an juga ditandai dengan mulai 1950-an, penggunaan peta/atlas tematik daerah ini
munculnya atlas sejarah (terutama atlas sejarah ditujukan untuk memperkenalkan warga daerah
Indonesia) yang dibuat dan diterbikan oleh penulis umumnya dan peserta didik pada khususnya pada
dan penerbit Indonesia. Walaupun demikian, daerah mereka. Dari pengenalan tersebut
dilihat dari mutu peta dan isi (deskripsi) historis diharapkan mereka tahu, setelah tahu diharapkan
yang disajikan memang perlu ditingkatkan. muncul rasa sayang, dan dari rasa sayang
Terdapat kecenderungan dari para penulis/penerbit diharapkan timbul rasa cinta pada daerah (serta
atlas sejarah ini untuk mereduksi lukisan sejarah cinta ada nusa atau bangsa). Bukankah ada
hanya pada sejarah politik semata. Peta dan deskris ungkapan lama yang tetap populer di tengah
sejarah yang umumnya ditampilkan hanya peta masyarakat kita: “tak kenal maka tak tahu, tak tahu
wilayah/daerah kerajaan dan sejarah perang maka tak sayang, dan tak sayang maka tak cinta”.
semata. Karena itu sangat pantas dihargai ikhtiar
Robert Cribb yang membuat dan menerbitkan
Historical Atlas of Indonesia (2000) dan Gairah masyarakat terhadap peta akhir-akhir ini
diperbarui menjadi Digital Atlas of Indonesian sejatinya diapresiasi dengan serius oleh berbagai
History (2010). Sangat berbeda dengan karya- pemangku kepentingan. Berbagai lembaga yang
karya (atas sejarah) sebelumnya, buah karya berhubungan dengan dunia peta (dan georafi),
Robert Cribb ini memang pantas diapresiasi. Peta secara langsung atau tidak, dituntut untuk ikut-

28
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

serta menindaklanjuti munculnya gairah “berpeta- Sosialisasi Penulisan Sejarah Indonesia


rianya” warga masyarakat ini. Tanpa bermaksud dirangkai dengan Peringatan 50 Tahun
mengurangi porsi peran lembaga-lembaga yang Seminar Sejarah Nasional Pertama (1957-
lain, peran-serta Bakosurtanal menjadi sangat 2007) dengan Tema Historiografi
penting. Tangungjawab pembuatan peta yang Indonesia: Kilas Balik dan Tantangan
“benar” dan “sesungguhnya” berada di tangan Masa Depan” di Cipanas, Jawa Barat, 12-
lembaga ini. 14 Desember 2007.
Bila upaya lembaga di atas tidak ------, “Geography, Historiography and Regional
maksimal, dikhawatirkan kecambah gairah Identity: West Sumatra in the 1950s”
“berpeta-ria” masyarakat ini akan tumbuh secara dalam Hanneman Samuel & Henk Schulte
tidak/kurang sempurna atau malah bisa salah Nordholt (eds.), Indonesia in Transition:
jadinya. Pengalaman di masa lampau, sebagai Rethinking ‘Civil Society’, ‘Region’ and
contoh pengalaman Sumatera Barat menjelang ‘Crisis’ (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
PRRI menunjukkan bahwa peta (dan sejarah) 2004), hal. 129-146.
pernah digunakan untuk keperluan yang bersifat
Harley, J. B., and Paul Laxton. The New Nature of
disintegratif. Peta daerah (administratif) saat itu
Maps: Essays in the History of
diplesetkan sehingga identik dengan peta
Cartography. Baltimore: Johns Hopkins
wilayah/daerah budaya. Para pelajar dan warga
University Press, 2001.
masyarakat diyakinkan dengan peta tersebut
tentang wilayah “baru” mereka. Pola pembuatan “Kaartbeschrijving” dalam ENI Deel II. ‘s-
peta seperti ini membanggakan di Sumatera Barat Gravenhage, Leiden: Martinus Nijhoof
dan menyakitkan atau bahkan melukai perasaan di dan E.J. Brill, 1921. hal. 227-243.
kawasan Riau dan Jambi. Ini pulalah salah satu Klooster, H.A.J., Indonesiers Shrijven Hun
(dari sekian banyak) penyebab munculnya Geschiendenis: De Ontwikkeling van de
pergolakan daerah di Sumatera Tengah pada Indonesische Geschiedbeofening in
parohan kedua 1950-an. Situasi sosial dan politik Theorie en Praktijk 1900-1980.
Indonesia saat sekarang, terutama bila dikaitkan Dordrecht, Cinnaminson: Foris
dengan “kegilaan” berotonomi daerah dan Publication, 1985.
berdesentralisasi, untuk kadar tertentu identik Leur, J.C., van, Indonesian Trade and Sociey:
dengan suasana tahun 1950-an, pada saat-saat Essays in Asian Social and Economi
sebelum terjadinya PRRI dan Permesta khususnya. Histoy. The Hague: W. Van Hoeve
Kegairahan sebagian daerah, pejabat daerah Publisher Ltd., 1967.
menggelorakan pengajaran budaya daerah (sebagai
Muhammad Yamin, Atlas Sejarah: Jaiu Risalah
muatan lokal) yang menyertakan peta/atlas daerah,
Berisi 83 Peta, Melukiskan Perdjalanan
bila tidak dikawal dengan baik bisa menimbulkan
Sedjarah Indonesia dan Sedjara Duia
efek yang tidak diharapkan. Apalagi bila disertai
dengan penulisan sejarah (daerah) yang untuk Dirgunakan Dipelabagai
daerah/regionalsentris pula. Bukanlah sejarah telah Perguruan. Amsterdam, Djakarta:
Djambatan 1956.
membuktikan, salah membuat dan membaca peta
pernah menimbulkan bentrok antar warga dan Parada Harahap, Menoedjoe Matahari Terbit
pemerintahan, dan salah “menulis” sejarah dari (Perdjalanan ke Djepang) November
pembacaan peta yang salah juga pernah 1933-Januari 1934. Batavia: N.V. Elect.
menimbulkan bencana (perang)? Wallahu’alam Drukkerij & Uitg. Mij, 1934.
bissawab. Ruggles, R., “The Teaching of the History of.
Cartography”, International Cartographic
Association Report, Budapest, 1989.
Achmad Jamil dkk., Atlas Sejarah untuk Suprihadi, Atlas Sejarah Dunia. Surabaya:: Karya
SLTP/MTs, & Sederajat. N.p.: Mastara, Pembina Swajaya, 2001.
2007.
Suseno D. Kusumo Wijoyo. Atlas Tematik
Chaid Latif, Atlas Sejarah: Indonesia dan Dunia. Provinsi Seri Pendidikan: Provinsi
Jakarta: Pembina, 1992. Sumatera Barat. Jakarta Anak Saleh
Cribb, Robert, Historical Atlas of Indonesia. Pratama, 2006.
Richmond, Surrey: Curzon, 2000. “Topographische Dienst” dalam ENI Del IV. ‘s-
------, Digital Atlas of Indonesian History. Gravehage, Leiden: Martinus Nijhoof dan
Copenhagen: NIAS, 2010. E.J. Brill, 1921. hal. 406-414.
Gusti Asnan, “Geografi dan Penulisan Sejarah”, Tugiyono K.S., Atlas dan Lukisan Sejarah
Makalah Disampaikan pada “Kegiatan Nasional Indonesia: Untuk Sekolah

29
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Menengah dan Umum. Jakarta: Baru, Tonnesson and Hans Antlov (eds.), Asia
1982. Forms of the Nation. Richmond: Curzon
Winichaul, Thongchai ‘Maps and the Formation Press, 1996, hal. 67-91
of th Geo-Body of Siam’ dala Stein

30
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Haliadi- Sadi
tersebut cocok dengan definisi peta yang
Teluk Tomini yang hadir dalam wacana menyatakan bahwa peta adalah “representasi dari
ilmu sejarah masih perlu direkonstruksi untuk muka bumi ke dalam peta datar.” Hal itu berarti
mendalami proses perkembangnannya terutama bahwa setiap orang yang membuat peta pada
yang ditampilkan dalam perkembangan sumber zaman tertentu berarti membuat representasi nama
peta Pulau Sulawesi. Akhir-akhir ini wilayah terhadap obyek kawasan yang gambarkan petanya.
Teluk Tomini mendapat perhatian khusus dari Setiap orang atau ilmuwan hanya
Kabupaten-Kabupaten yang ada dipesisir Teluk merepresentasikan apa yang diketahui tentang
Tomini Baik itu Kabupaten yang ada di Provinsi wilayah tersebut. Bisa jadi, wilayah yang dijumpai
Sulawesi Tengah maupun Provinsi Gorontalo dan hanya Buol sehingga disebut sebagai teluk Buol,
Provinsi Sulawesi Utara. Sejarah kawasan laut dan juga hanya wilayah Tomini sehingga teluk
termasuk Teluk Tomini dapat didukung oleh teori tersebut disebut sebagai teluk Tomini.
yang dikembangkan oleh Fernand Braudel tentang Hasil penelitian sejarah tentang Teluk
teori “geografical history” yang diterapkan bagi Tomini hingga kini belum banyak yang
Kawasan Mediterranean.1 Geografical history menuliskan, tapi dalam makalah Haliadi yang
sama dengan sejarah jangka panjang (longue berjudul: “Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah Di
duree), bersama ide sejarah kejadian-kejadian Poso: Antara Otonomi dan Pemikiran Kekuasaan
(l’histoire evenementielle) dan sejarah sosial atau Lokal”3 yang dipresentasikan pada Konferensi
sejarah struktural (l’histoire struturelle). Kajian Nasional Sejarah IX dan Kongres Masyarakat
menarik tentang suatu kawasan dalam sejarah yang Sejarawan Indonesia di Jakarta, sedikit telah
didukung oleh sumber peta di Indonesia masih menyebutkan “Konsepsi Tomini Raya” oleh Nani
sangat kurang dilakukan oleh sejarawan sehingga Wartabone dalam pembentukan Provinsi Sulawesi
masih dapat dilakukan secara terbuka oleh Tengah. Hal itu berarti bahwa Teluk Tomini
sejarawan maupun calon sejarawan atau sebagai sebuah nama wilayah teluk
mahasiswa jurusan sejarah. direpresentasikan dalam suatu wacana politik
Peta pada tahun 1598 yang peta dibuat pembentukan Provinsi Sulawesi Tengah pada
oleh Henricus F yang berjudul “a Langeren Fecit” tahun 1960-an. Wacana ini mengindikasikan
yang menampilkan pulau Kalimantan atau Borneo adanya perubahan mendasar dari aspek lingkungan
dengan Pulau Sulawesi atau Celebes belum sama kepada aspek politik dalam kaitannya dengan
sekali menyebutkan tentang Teluk Tomini, baru 79 pemahaman tentang kawasan Teluk Tomini. Teori
tahun kemudian pada tahun 1677 oleh Jan Van Der geographical history dari Fernand Braudel
Wall menyebutkan dua nama tentang Teluk menjanjikan analisis untuk membahas
Tomini dengan sebutan “boch van Bwool” dan perkembangan wacana Teluk Tomini yang hadir
“de Bocht van Tomine”2 Teluk Buol dan Teluk dalam perkembangan sumber sejarah berupa peta
Tomini. Sumber-sumber yang ditampilkan dalam lama sehingga kajian ini dianggap penting dan
perkembangan Peta Pulau Sulawesi Tersebut juga menarik untuk ditulis. Fernand Braudel dalam
mengindikasikan tentang perkembangan melihat geographical history memberikan
pengetahuan kartografi orang Eropa terhadap wawasan bahwa perkembangan sejarah geografi
Pulau Sulawesi pada umumnya dan Teluk Tomini terjadi dalam bentuk evolusioner sebagai long
pada khususnya yang tidak tuntas. Hal ini dipicu duree atau sejarah panjang. Hal itu cocok dengan
oleh sebagian ilmuwan tidak pernah ke Teluk 3
Tomini dan juga ilmuwan Eropa hanya datang ke Haliadi, “GERAKAN PEMUDA SULAWESI TENGAH
salah satu wilayah di kawasan teluk Tomini tidak DI POSO: Antara Otonomi dan Pemikiran Kekuasaan
Lokal” yang dipresentasikan pada Konferensi Nasional
pernah mengelilinginya secara sempurna. Teori
Sejarah IX dan Kongres Masyarakat Sejarawan
yang mendukung perkembangan nama teluk Indonesia oleh Direktorat Jenderal Sejarah dan
Burbakala Direktorat Geografi Sejarah Kementerian
1
Kebudayaan dan Pariwisata RI di Jakarta tanggal 5 – 8
Fernand Braudel, The Mediterranean and the Juli 2011, hal. 7; baca juga: Haliadi, Integrasi Dalam
Mediterranean World in the Age of Philip II. 2 jilid Sejarah Pasca Kolonial di Sulawesi Tengah,
(New York: Harper & Row, Publisher, 1966). Disampaikan pada Dialog Interakif Kesejarahan yang
2
E.C. Abendanon, Expedition De La Celebes Centrale, diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Nilai Sejarah
Voyages Geologiques et Geographiques a Travers La dan Purbakala RI dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Celebes Centrale Volume III (Leyde: Librairie et Provinsi Sulawesi Tengah di Hotel Palu Golden pada
Imprimerie Ci-Devant E.J. Brill, 1918), hal. 1454. tanggal 24 Nopember 2009, hal. 8.

31
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

perkembangan zaman penamaan Teluk Tomini Sumber peta dalam negeri yang tertua
yang terjadi pada tahun 1677 hingga tahun 1919. antara lain Peta Amanna Gappa dalam buku
Lumban Tobing yang dapat ditampilkan sebagai
berikut ini.

PETA AMANA GAPPA:

Peta paling tertua yang ditampilkan oleh Ioannes Iansonius tahun 1633, Huych Allardt
Iohan Blaeu tahun 1669 juga telah menyebutkan tahun 1652, N. Visscher tahun 167059 dan belum
“du Golfe de Tominie.58 Skala peta yang menyebutkan Teluk Tomini.
ditampilkan oleh Blaeu adalah 1: 1.650.000
dengan ukuran 107X87,5. Peta Blaeau
sesungguhnya merupakan peta ke 10 dari
Sembilan peta kuno Pulau Sulawesi yang tercipta
sejak tahun 1598 oleh Lodewijcksz, kemudian
Olivier van Noort tahun 1601, Iodocus Hondius
tahun 1611, Joris van Spilberger tahun 1619,
Hessel Gerritsz tahun 1622, Henricus Hondius dan

58 59
“La Cartografphie De La Celebes, Tenue Secrete, De La “La Cartographie Neerlandaise de la Celebes, D’Apres
V.O.I.C. 1643-1800;Periode de Grand eser, dalam: E.C. Des Modeles Etrangers, 1590-1670,” dalam: E.C.
Abendanon, Op.Cit., hal. 1473. Abendanon, Op., Cit., hal. 1449-1473.

32
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

PETA 1669
IOHAN BLAEU

Peta tua luar negeri yang menyebutkan pada tahun 1700 telah menyebutkan Teluk Tomini
Teluk Tomini disampaikan oleh Isaak de Graaf dengan sebutan “Boch van Tominie.”
PETA 1700:

33
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

ISAAK DE GRAAF

Peta tua selanjutnya oleh Gerit De Haan


tahun 1760 menyebutkan Teluk Tomini dengan
“Boch van Tominie.”
PETA 1760:
GERIT DE HAAN

34
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Kemudian pada tahun 1780-1800 wilayah


teluk Tomini disebutkan sebagai “”De Bogt
Tomini”60 pada Prinsipnya masih sama nama dapat
dilihat pada Peta 1780 berikut ini.

60
Evolution De La Carte De La Celebes Due A
L’Initiative Privee Au Cours De La Seconde Moitie Du
XVII, Pendant Le XVIII Et Au Commencement Du XIX
Sience 1641-1808, dalam tulisan: E.C. Abendanon,
Op.Cit., hal. 1488.

35
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

PETA 1780-1800:

36
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Pada tahun 1794 oleh Ri. Wilkinson dan sebagai “Gunong Telloo Bay.”
A. Arrowsmith menyebutkan Teluk Tomini
PETA 1794:
RI. WILKINSON DAN A. ARROWSMITH

Pada tahun 1805 D. Woodard menyebutkan Teluk Tomini sebagai “Guarantola Bay” 61 dan peta
ini banyak diacu orang karena dimuat dalam buku ekologi Sulawesi.
PETA 1805:
D. WOODARD

61
Ibid., hal. 1511.

37
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Pada tahun 1818 Js. Van Den Bosch Tello Bay.”


menyebutkan Teluk Tomini sebagai “Coenong
PETA 1818:
JS. VAN DEN BOSCH

Pada tahun 1848 Baron G.F.von


Derfelden van Hinderstein menyebutkan Teluk
Tomini dengan sebutan “Baai Tomini of
Goenong Tello.”62

62
Cartes De La Celebes Non Europeennes 1154, 1459,
1554 et 1816-19., dalam buku: E.C. Abendanon, Op.
Cit., Hal. 1520.

38
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

PETA 1848:
BARON G.F.VON DERFELDEN VAN HINDERSTEIN

Pada tahun 1848 Baron P. Melvill van


Carnbee menyebutkan Teluk Tomini dengan
sebutan “Golf De Tomini on de Gorontalo.”63

63
Ibid.

39
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

PETA 1848:
BARON P. MELVILL VAN CARNBEE

Pada tahun 1909, C. Graandijk et J.F.


Niermever menyebutkan “Golf van Tomini” untuk
Teluk Tomini.

40
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

PETA 1909:
C. GRAANDIJK ET J.F. NIERMEVER

Pada tahun 1916-17 W. van Gelder PETA 1916-17:


menyebutkan “Tel Tomini of Gorontalo” untuk W. VAN GELDER
menyebut Teluk Tomini dari Gorontalo.

41
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

BOONSTRA VAN HEERDT DAN L. WEBER

Pada tahun 1919 oleh Boonstra van


Heerdt dan L. Weber dalam petanya menyebutkan
Teluk Tomini sebagai “Golf van Tomini of
Gorontalo,”
PETA 1919:

yang merepresentasikan tentang kawasan tersebut,


Perkembangan sejarah nama suatu teluk isu lingkungan mengenai peta yang digambarkan,
sungguh rumit dan membutuhkan kejelian untuk juga representasi dari belahan bumi yang
memperdalami literatur yang ada mengenai digambarkan dalam peta datar. Salah satu hal yang
perkembangan geografi. Wacana ini menjanjikan dapat dilihat oleh sejarawan antara lain
suatu kekayaan intelektual berupa pembuat peta perkembangan pemikiran yang dipresentasikan

42
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

dalam bentuk peta, perkembangan lingkungan Gunung Tello” dimana pada waktu itu para
hidup dan alam sekitar yang dimuat dalam peta, kartograf Barat telah melihat adanya Gunung yang
dan perkembangan nama-nama yang ditampilkan. berada di Pulau Una-Una ditemukan oleh R.
Analisis tulisan ini berusaha menampilkan sebuah Wilkinson pada tahun 1794 walau peta yang dibuat
“longduree” atau sejarah panjang nama-nama sederhana tetapi telah menunjukkan empat pulau
tentang Teluk Tomini di Pulau Sulawesi. dan dua pulau penting di Teluk Tomini yakni
Pulau Togean dan Pulau Una-Una. Gunung Tello
yang dimaksudkan disini adalah Gunung Colo
Ada beberapa nama yang dapat yang berada di Pulau itu dan pernah meletus di
disebutkan yang mendukung penamaan Teluk abad ke-20 yang menenggelamkan beberapa
Tomini sebagai Teluk Buol dan Teluk Tominie kampong Bajo di sekitarnya.
pada abad ke-17 antara lain: Iohan Blaeu, Isaak de Ri. Wilkinson membuat peta pada tahun
Graaf , dan Gerit De Haan. Namun, sebelum nama 1794 dari data-data kartografi A. Arrowsmith yang
Iohan Blaeu disebut sebagai pemberi nama tentang menyebut teluk Tomini sebagai “Gunung Tello
teluk Tomini sesungguhnya telah ada nama-nama Bay” atau Teluk Gunung Tello yang menujuk
ilmuwan kartograf yang melihat Sulawesi sebagai teluk Tomini. Mereka juga telah menyebut pulau
satu peta antara lain: Oliver van Noort, Iodocus Peling, Banggai sebagai Cope, dan di Bagian Utara
Hondius, Joris van Spilbergen, Hessel Gerrits, telah menyebutkan Dondo di bagian Tolitoli dan
Henricus Hondius, Joannes Jansonius, Huich Boelangam menyebut Bualemo. D. Woodard
Allardt, N. Visscher. Mereka ini menampilkan peta membuat peta pada tahun 1805 yang diacu oleh
Sulawesi tanpa Teluk Tomini. Hal itu berarti Buku Sejarah Poso yang dikatakan sebagai peta
bahwa para kartograf ini belum sampai pada tertua, padahal peta sebelum ini mengenai
bagian Timur Pulau Sulawesi tetapi hanya Sulawesi sudah banyak ditampilkan oleh para
menjelajahi bagian Barat Pulau Sulawesi. Seperti Kartograf.64 Js. Van Den Bosch membuat peta
Peta yang ditampilkan oleh Joris van Spilbergen pada tahun 1818 yang mengambil data dari peta
pada tahun 1619 yang hanya menyebutkan nama- Hindi Timur dari sumber “Kaart der
nama Tello atau Tallo, Supa, Mandar, Magadi, Nederlandsche Bezittingen in oost-Indien” dan
Durate, Tetolli atau Tolitoli, dan Manado. Johan peta yang ditampilkan mengenai Pulau Sulawesi
Blaeu membuat peta pada tahun 1669 dengan telah telah agak sedikit sempurna dibandingkan dengan
menyebut nama “du golfu de Tomini” dalam peta-peta sebelumnya. Baron G.F.von Derfelden
sebuah laporan perjalanan yang berjudul van Hinderstein membuat peta pada tahun 1842
“l’Archipel Indien depuis le Straat van Sapy. dan peta yang ditampilkan sudah lengkap dengan
Sementara Isaak de Graaf membuat peta pada kelengkapan garis lintang dan garis bujur serta
tahun 1700 yang juga membuat keterangan tentang skala yang berukuran skala 1: 2.222.222.65 C.
perjalanan dari Bone, Tolo, dan Tomini dalam Graandijk et J.F. Niermever peta yang dibuat pada
sebuah buku yang berjudul: Cartographe de la tahun 1848 ini telah menampakkan peta kontur
V.O.I.C en Holande. Ilmuwan Gerit De Haan bukan peta datar biasa karena sudah menunjukkan
membuat peta yang sudah agak kompleks pada adanya gunung di Pulau Sulawesi. Teluk Tomini
tahun 1760 yang telah menggunakan banyak disebutnya sebagai Golfe De Tomini on de
sumber-sumber perjalanan yang mendasari Gorontalo dan telah dilengkapi dengan garis-garis
pembuatan petanya. Dia menggunakan sumber Jan laut dalam dan laut dangkal di pinggir pantai serta
van der Wall, Naber, dan Klaas De Lous. pulau-pulau di Teluk Tomini sudah
direpresentasikan secara baik. Carnbee juga telah
membuat peta Sulawesi Tengah yang lengkap
Nama-nama kartograf yang membuat Peta dengan batas-batanya.
Teluk Tomini antara tahun 1794 hingga tahun
1848 antara lain: Ri. Wilkinson dan A.
Arrowsmith, D. Woodard, Js. Van Den Bosch,
Baron G.F.von Derfelden van Hinderstein, C.
Graandijk et J.F. Niermever. Perkembangan nama
Teluk Tomini pada periode 54 tahun ini Periode ini adalah periode peletakaan
menunjukkan sesuatu yang dapat dikatakan dasar pembuatan peta secara baik dan telah
perubahan yang spektakuler. Menurut penulis
perubahan itu terjadi pada perspektif para 64
Baca buku; Hasan, dkk., Sejarah Poso (Yogyakarta:
kartograf yang hanya melihat dari perspektif Tiara Wacana, 2004).
Sulawesi bagian Barat yang telah berubah kepada 65
Peta Hinderstein diambil dari Algemeene kaart van
perspektif baru yang melihat dari Tengah Teluk Nederlandsch Oostindie te zamengteld (Muller: 1913),
Tomini yang ditandai dengan penyebutan “Teluk hal. 1.

43
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

digunakan untuk kepentingan politik orang-orang


Eropa di Wilayah Nusantara, sedangkan peta-peta “La Cartografphie De La Celebes, Tenue Secrete,
sebelumnya hanya digunakan untuk kepentingan De La V.O.I.C. 1643-1800;Periode de
perjalanan perdagangan dan petualangan dan juga Grand eser, dalam: E.C. Abendanon.
penyebaran agama Kristen. W. van Gelder
membuat peta pada tahun 1916-1917 dengan skala “La Cartographie Neerlandaise de la Celebes,
peta 1:2750000 yang sudah dilengkapi dengan D’Apres Des Modeles Etrangers, 1590-
keterangan dan inset. Boonstra van Heerdt dan L. 1670,” dalam: E.C. Abendanon.
Weber membuat Peta Sulawesi Tengah untuk Cartes De La Celebes Non Europeennes 1154,
kepentingan pemerintahan Hindia Belanda66 di 1459, 1554 et 1816-19., dalam buku: E.C.
Sulawesi Tengah lengkap dengan nama-nama desa Abendanon
dan batas-batas Kerajaan dan Onder Afdeling- E.C. Abendanon, Expedition De La Celebes
Onder Afdeling. Pada prinsipnya Peta yang dibuat Centrale, Voyages Geologiques et
oleh Weber merupakan peta untuk kepentingan Geographiques a Travers La Celebes
Politik Hindia Belanda yang dapat diacu oleh Centrale Volume III, Leyde: Librairie et
kepentingan Provinsi, kabupaten, dan Kota di Imprimerie Ci-Devant E.J. Brill, 1918.
Sulawesi untuk kepentingan pemekaran wilayah Evolution De La Carte De La Celebes Due A
dan penamaan-penamaan hasil pemekaran. L’Initiative Privee Au Cours De La
Seconde Moitie Du XVII, Pendant Le
XVIII Et Au Commencement Du XIX
Berdasarkan 14 buah peta Sulawesi yang
Sience 1641-1808, dalam tulisan: E.C.
ditampilkan telah menyebutkan nama Teluk
Abendanon
Tomini yang dibuat sejak tahun 1669 hingga tahun
1919 terdapat beberapa variasi penamaan dan Fernand Braudel, The Mediterranean and the
penyebutan berdasarkan ilmu pengetahuan Mediterranean World in the Age of Philip
kartografi yang dimiliki dan berdasarkan II. 2 jilid, New York: Harper & Row,
pengalaman kunjungan para kartograf di wilayah Publisher, 1966.
Sulawesi termasuk Teluk Tomini. Kesimpulan Haliadi, “GERAKAN PEMUDA SULAWESI
yang dapat ditarik sebagai penutup artikel ini TENGAH DI POSO: Antara Otonomi dan
antara lain: Pertama, Peta yang ditampilkan oleh Pemikiran Kekuasaan Lokal” yang
Iohan Blaeu, Isaak de Graaf, dan Gerit De Haan dipresentasikan pada Konferensi Nasional
pada tahun 1669 hingga tahun 1760 merupakan Sejarah IX dan Kongres Masyarakat
peta sederhana untuk kepentingan geografi Sejarawan Indonesia oleh
lingkungan untuk memahami wilayah. Kedua, Peta DirektoratJenderal Sejarah dan Burbakala
yang ditampilkan oleh Ri. Wilkinson dan A. Direktorat Geografi Sejarah Kementerian
Arrowsmith, D. Woodard, Js. Van Den Bosch, Kebudayaan dan Pariwisata RI di Jakarta
Baron G.F.von Derfelden van Hinderstein, C. tanggal 5 – 8 Juli 2011.
Graandijk et J.F. Niermever pada tahun 1794-1848 Haliadi, Integrasi Dalam Sejarah Pasca Kolonial di
menunjukkan bahwa sudah ada perkembangan Sulawesi Tengah, Disampaikan pada
pemahaman dari kartograf yang sudah dapat Dialog Interakif Kesejarahan yang
digunakan untuk pelayaran dan perdagangan di diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
kawasan Teluk Tomini. Ketiga, Peta yang dibuat Nilai Sejarah dan Purbakala RI dan Dinas
oleh W. van Gelder hingga Boonstra van Heerdt Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
dan L. Weber pada awal abad ke-20 sudah Sulawesi Tengah di Hotel Palu Golden
dijadikan panduan penting untuk penaklukan pada tanggal 24 Nopember 2009.
wilayah Hindia Belanda di kawasan Teluk Tomini
Hasan, dkk., Sejarah Poso. Yogyakarta: Tiara
dan sekitarnya termasuk dasar untuk pemekaran-
Wacana, 2004.
pemekaran wilayah pada masa Hindia Belanda di
Sulawesi Utara dan Tengah terutama pembentukan Hinderstein, diambil dari Algemeene kaart van
Afdeling, onder Afdeling, dan Distrik-Distrik di Nederlandsch Oostindie te zamengteld,
Pulau Sulawesi. Muller: 1913
Sartono Kartodirdjo, dkk., Ikhtisar Keadaan Politik
Hindia Belanda Tahun 1839-1848,
Jakarta: ANRI., 1973.

66
Sartono Kartodirdjo, dkk., Ikhtisar Keadaan Politik
Hindia Belanda Tahun 1839-1848 (Jakarta: ANRI.,
1973).

44
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Edward L Poelinggomang
Penduduk Sulawesi Selatan, meskipun tanaman dagang. Pembatasan ini dilakukan dengan
sebagian bergiat dalam bidang pertanian dan tujuan untuk mengarahkan pembahasan ini tidak
perikanan, diungkapkan dalam berbagai karya terbuai kelak dengan hal lain yang berkaitan
sebagai pelaut dan pedagang yang cekatan dan dengan kegiatan dan kehidupan kemaritiman.
ulung. Predikat yang diberikan itu, pada satu sisi,
menunjukkan bahwa mereka dipandang sebagai
masyarakat yang memiliki pengetahuan yang Untuk mengetahui kemaritiman
memadai tentang penggunaan laut sebagai masyarakat ini secara baik pada periode sebelum
infrastruktur dalam kehidupan mereka atau dengan abad ke-16 sangat sulit, karena keterangan yang
perkataan lain memiliki keahlian dalam bidang telah diketahui sangat pragmentaris. Dalam
kemaritiman. Pada sisi lainnya menunjukkan Negarakartagama (ditulis oleh prapanca tahun
bahwa mereka memiliki keahlian dalam tata dan 1365) tercatat sejumlah tempat di Sulawesi yang
teknik perniagaan pada masanya. Karangan ini didatangi oleh ekspedisi Majapahit yaitu:
diarahkan untuk mengungkapkan hal-hal yang Bantaeng, Luwu, Selayar, dan Uda (?) dan
telah mendasari predikat yang dipautkan pada kemudian sejumlah pulau yaitu: Selayar, Buton,
penduduk ini dari dua sisi itu agar dapat dipahami Banggai, dan Makassar (?). Di mana letak
mengapa predikat ini dikenakan pada mereka dan “Makassar” pada periode itu tidak dapat
bukan kepada pedagang Melayu dan Jawa yang diidentifikasikan. Dalam pemberitaan Tome Pires
dipandang lebih awal tercatat dalam sejarah (yang ditulis pada 1516) diketemukan penyebutan
melakukuan kegiatan itu. daerah dari pedagang yang datang dari Ole Islands
Gambaran faktor-faktor penentu predikat of Macassar (ilha dos Macaccar = pulau-pulau
itu, pada dirinya, hanya membentuk suatu Makassar). Penyebutan ini menempatkan seluruh
kerangka dari kehidupan kemaritiman. Kerangka Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, bahkan
itu baru dapat hidup apabila diberi daging dan termaksut Kalimatan sehingga pulau itu dalam
darah, suatu perlambang yang menunjuk pada peta pedagang Portugis disebut A gramde ilha de
dinamika intern dan kegiatan itu. Dinamika itu Maguacer (Pulau Makassar yang besar).
terletak pada manfaat kegiatan itu, baik dari segi Penduduk dari negeri ini, berdasarkan
keuntungan ekonomis maupun dari segi cacatan Portugis, telah lama melakukan perniagaan
keuntungan dinamisnya. Keuntungan ekonomis dengan Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan dengan
berkaitan dengan surplus modal usaha, sementara tempat-tempat antara Siam dan Pahang. Bila kita
keuntungan dinamis pada proses peningkatan dan menelusuri pemberitaan Tome Pires tampak bahwa
memajukan kegiatan perniagaan, yang pada jalur utara dalam pelayaran ke Maluku baru
gilirannya menyangkut dua hal penting, yaitu diketahui pedagang Melayu pada akhir abad ke-15.
pengelolaan sumber-sumber yang sebelumnya Hal itu menunjukkan bahwa pedagang-pedagang
dipandang tidak ekonomis menjadi sumber Melayu mengetahui jalur itu dari pedagang-
ekonomi yang mendatangkan surplus (vents for pedagang Makassar, yang selalu melakukan
surplus) dan pengembangan kemampuan dalam pelayaran dari negeri mereka ke Siam hingga
melaksanakan kegiatan ekonomi yang umumnya Pahang dan Pegu (Birma) pada waktu muson timur
diperoleh berkat hasil dari hubungan ekonomi laut dan kembali ke negeri mereka atau menelusuri
dalam kegiatan kemaritiman (highway of ke Sumatera dan Jawa pada waktu muson barat
learning). laut.
Dalam pengkajian kehidupan Pedagang dari negeri-negeri Makassar
kemaritiman masyarakat ini, pembahasan dibatasi yang datang berniaga di Malaka, oleh Tome Pires
pada persoalan keuntungan dinamis, suatu manfaat itu dapat dikelompokan dalam: pertama adalah
dari kegiatan pelayaran dan perdagangan yang para pedagang yang melakukan kegiatan
menuntut kepada usaha mempertahankan, perdagangan dengan membawa beras putih dan
membina, dan mengembangkan usaha. Dalam hal sedikit emas, dan kedua adalah mereka berlayar
ini pengambil-alihan pengetahuan dan teknologi bersama istri dan melakukan perampokan dan
akan lebih diarahkan pada persoalan menyangkut menjual barang rampokan itu dan juga budak yang
kehidupan kemaritiman dari pada kegiatan ditawan. Jika pemberitaan ini dikaitkan dengan
perdagangan. Demikian pula halnya menyangkut budaya di negeri-negeri itu, maka jelas bahwa
pemungsian sumber-sumber yang sebelumnya kelompok yang disebutkan terakhir itu adalah Bajo
tidak ekonomis lebih terarah pada perluasan atau Sama (penduduk aquatik), sementara yang
jaringan pelayaran dari pada pengembangan lainnya adalah orang Makassar, Bugis, Mandar,

45
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

dan Selayar, kelompok yang digambarkan Sulawesi Selatan tampak memperkuat keterlibatan
memiliki ciri seperti orang Siam. mereka dalam kegiatan kemaritiman dan
Bila diperhatikan barang dagangan perniagaan. Bahkan letak daerah ini, dipandang
mereka ketika itu, mungkin dapat diperkirakan dari sudut keadaan muson, sangat strategis dalam
bahwa mereka belum terlibat dalam pelayaran perniagaan di kawasan Asia Tenggara. Itulah
niaga ke Maluku, karena mereka tidak sebabnya tercatat dalam berbagai catatan para
memperdagangkan komoditi terpenting ketika itu pedagang asing sejumlah besar nama kota
yang hanya diperoleh di Maluku (rempah-rempah) pelabuhan tua di daerah ini.
dan Nusa Tenggara Timur (kayu cendana). Namun Kehadiran pedagang luar (asing ketika
bila ditelusuri pelayaran niaga mereka ke Jawa, itu) ke kota pelabuhan di wilayah Sulawesi Selatan
seperti yang dilakukan oleh pedagang dari Tallo ini berpengaruh terhadap kebijaksanaan
pada akhir abad ke-15, tampak bahwa ketertiban pemerintah setempat. Kerajaan yang memiliki
mereka ke Maluku dan Timor sudah berlangsung ambisi yang besar untuk dapat mengawasi
lama dan terdapat kemungkinan komoditi itu kegiatan perniagaan di kawasan itu adalah
hanya dipasarkan di kota pelabuhan negeri mereka kerajaan Gowa Tallo atau lazim disebut kerajaan
sendiri atau ke Jawa, seperti Gresik dan Banten. Makassar. Itulah sebabnya setelah dua kerajaan itu
Peningkatan pelayaran niaga ke Maluku dan Timor membentuk satu kesatuan (1528), dicanangkan
baru meningkat secara drastis pada awal paruh usaha penaklukan terhadap kerajaan-kerajaan
kedua abad ke-16. Peningkatan itu berkat pesisir dan kerajaan agraris yang potensial di
pengenalan jalur baru melalui Buton memasuki kawasan itu. Politik penaklukan itu dimaksudkan
Maluku; jalur ini tampak diperkenalkan oleh untuk memaksa kerajaan-kerajaan pesisir itu
pedagang Melayu, karena sebelumnya jalur mengalihkan kegiatan perniagaan mereka ke
pelayaran ke Maluku dilakukan melalui jalur pelabuhan Tallo dan Somba Opu; dalam
Selatan: mereka melakukan pelayaran ke kenyataannya kerajaan-kerajaan itu tetap
Sumbawa atau Flores, seperti yang diriwayatkan mengembangkan perniagaan di wilayah masing-
pada pelayaran Raja Tallo, Tunilaburi Suriwa masing. Perkembangan itu mendorong raja
(memerintah sekitar tahun 1490) kemudian Makassar, Tunipalangga Ulaweng (1546-1565)
meneruskan ke Maluku? melaksanakan kebijaksanaan penaklukan baru,
Berdasarkan gambaran itu dapat yaitu menaklukan dan mengangkut orang dan
disimpulkan bahwa kegiatan kemaritiman barang dari kerajaan taklukan itu ke wilayah
penduduk Sulawesi Selatan dalam bidang pelabuhan antara Tallo dan Somba Opu,
perdagangan sebenarnya telah berkembang kebijaksanaan yang dikenal dengan makkanama nu
sebelum kontak dengan pedagang Melayu dan mammio (aku bertitah dan kamu taati).
Jawa. Kontak perniagaan dengan dua kelompok Kebijaksanaan itu berakibat kota
pedagang itu berpengaruh terhadap parluasan jalur pelabuhan-kota pelabuhan kerajaan taklukan
dan jaringan perniagaan mereka. Keterlibatan menjadi sirna. Pada pihak lain kota pelabuhan-kota
mereka dalam kegiatan kemaritiman itu juga yang pelabuhan kerajaan Makassar berkembang sebagai
memungkinkan pedagang Melayu dan Jawa pusat kegiatan perniagaan di kawasan itu. Jika
memindahkan kegiatan mereka ke Makassar ketika sebelumnya, antara kota pelabuhan Tallo dan
Malaka dikuasai oleh Portugis pada 1511 dan Somba Opu terpisah, namun kemudian berkat
pelabuhan-pelabuhan pesisir utara Jawa oleh VOC penghadiran penduduk kota pelabuhan kerajaan
sekitar pertengahan paruh pertama abad ke-17. taklukan maka daerah antara dua pelabuhan itu
Keterlibatan mereka dalam dunia mulai berkembang menjadi daerah kegiatan
pelayaran niaga itu dimungkinkan oleh keadaan perniagaan; keseluruhan wilayah itu yang
pesisir mereka. Alfred Thayer Mahan menyatakan kemudian dikenal dengan Pelabuhan Makassar.
bahwa apabila keadaan pantai suatu negara Pemusatan kegiatan perniagaan penduduk yang
memungkinkan penduduknya turun ke laut, maka bergiat dalam dunia niaga di kawasan itu yang
mereka akan lebih bergairah untuk mencari akhirnya berhasil menempatkan kota pelabuhan itu
hubungan keluar melalui laut (Leur, 1941). sebagai pusat perniagaan dan pelabuhan transito
Dorongan untuk menjalin hubungan dengan terbesar di kepulauan Indonesia. F.W. Stapel
wilayah luar berkaitan dengan kecenderungan mengungkapkan keadaan perdagangan di
penduduknya untuk berdagang yang pada Makassar pada permulaan abad ke-17 sebagai
gilirannya akan melibatkan kebutuhan untuk berikut:
memproduksi barang dagangan. Pernyataan ini “perdagangan Makassar memiliki
menempatkan keadaan geografi sebagai faktor karakter yang menarik perhatian: negeri
keterlibatan penduduk dalam dunia kemaritiman, ini sendiri kurang atau tidak
khususnya dalam kaitannya dengan perdagangan. menghasilkan produksi ekspor. Kecuali
Pendapat ini bila dijabarkan dengan keadaan di tumbuh padi berlimpah dan kualitas

46
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

terbaik dan murah, juga terdapat ternak kemaritiman dan perniagaan merupakan karakter
(bahkan babi sebelum 1603). Orang manusia Bugis dan Makassar. Itulah sebabnya
Portugis dari Malaka dan Maluku juga ketika pusat perniagaan Makassar dilumpuhkan
mengambil dari sini terutama bahan oleh VOC (1667-1846), pelaut dan pedagang dari
makanan untuk kapal-kapal dan daerah daerah ini mengembara keluar untuk mencari pusat
pendudukan mereka. Tetapi yang lebih kegiatan lain sebagai pangkalan mereka: pesisir
penting, Makassar adalah perdagangan timur dan barat Kalimantan terus ke wilayah zona
transitonya dan rempah-rempah dan kayu perdagangan Selat Malaka. Berbagai laporan
cendana. Sebelum kedatangan orang pemerintahan Belanda maupun country traders
Eropa, orang Makassar adalah pelaut Inggris, mereka tetap terus memainkan peranan
ulang. Barang dagangan yang baru penting dalam kegiatan itu. Bahkan pihak Inggris,
disebutkan itu mereka muat dalam perahu dalam pengembangan pusat niaga di dunia
dan yang mereka dari Maluku dan Melayu, memanfaatkan pelaut dan pedagang Bugis
Kepulauan Sunda Kecil dan membawa dan Makassar. Kemudian pusat niaga yang dicapai
melalui Makassar ke pelabuhan- oleh Inggris menimbulkan kecemasan pihak
pelabuhan yang terletak di bagian utara pemerintah Hindia Belanda; kecemasan itu
dan barat. Di samping itu orang-orang berlandas pada keberhasilan Inggris memperoleh
Bugis, Melayu, dan Jawa juga membawa produksi dari kepulauan Indonesia yang layak dan
produksi mereka untuk di perdagangkan memasarkan produksi industrinya ke seluruh
di Makassar…”. wilayah kepulauan itu berkat bantuan dari warga
Pernyataan Stapel ini jelas menunjukkan dari koloninya. Kenyataan itu mendorong
terjadinya pemusatan kegiatan dari pedagang- pemerintah Hindia Belanda bergiat menarik
pedagang yang ketika itu berperang penting dalam kembali dan memanfaatkan jasa penduduknya itu.
dunia niaga. Di antara semua pedagang itu, ia Dalam hal ini diusahakan membuka bandar niaga
memberikan predikat terbaik pada “pedagang yang sebelumnya merupakan kebanggaan
Makassar”. Pedagang Makassar itu sepatutnya penduduk itu dan menempatkannya sebagian
tidak dipandang sebagai kelompok etnik Makassar pelabuhan bebas, mengikuti kebijaksanaan Inggris
pedagang-pedagang yang berasal dari kota atas Pulau Pinang dan Singapura, dan juga
pelabuhan Makassar, yang meliputi penduduk pelabuhan-pelabuhan lain yang merupakan
Tallo, Gowa, dan penduduk dari kerajaan taklukan pangkalan kegiatan mereka. Pada tahun 1846
yang dibawah ke Makassar seperti: Siang diumumkan rencana pelaksanaan pelabuhan bebas
(Pangkajene), Bacukiki, Supa, Napo (Balanipa), bagi pelabuhan Makassar pada 1 Januari 1847,
Sidenreng, Wajo, dan lainnya. Peranan yang kemudian menyusul: Kaili, Ternate, Ambon, dan
dimainkan oleh pedagang-pedagang itu telah Banda pada 1848. Salah satu alasan pembukaan
menempatkan bandar niaga itu sebagai bandar pelabuhan bebas Makassar itu dinyatakan:
niaga terpenting, dan kemajuan yang dicapai itu Jiwa dagang penduduknya (Sulawesi
menurut Anthony Reid, dalam kajian tentang Selatan, pen) melebihi berbagai penduduk
perdagangan Makassar, menunjukan sejarah di daerah lain dalam wilayah Hindia
pertumbuhan perdagangan yang menampilkan Belanda sehingga ingin dijadikan pusat
kisah kemajuan dan keberhasilan yang luar biasa kegiatan niaga bagi penduduk di wilayah
dalam sejarah Indonesia. pendudukan dan kerajaan-kerajaan
Kemajuan kota pelabuhan Makassar sekitarnya.
tampaknya bukan merupakan faktor yang Pernyataan ini menunjukan bahwa pelaut
menguatkan ketenaran pelaut dan pedagang dari dan pedagang dari Sulawesi Selatan tetap
daerah ini. Ketenaran mereka itu sesungguhnya diunggulkan. Hal itu terbukti karena hasil
ditentukan oleh semangat kemaritiman dan jiwa kebijaksanaan itu adalah semakin banyak
dagang. Hal itu juga tampak dalam pernyataan dari pedagang dari Sulawesi Selatan mengalihkan
Sultan Alauddin (1593-1639) dalam menanggapi perhatian ke Makassar. Jika pada waktu belum
tuntutan VOC untuk melarang penduduknya menjadi pelabuhan bebas hanya dikunjungi sekitar
melakukan niaga ke Maluku pada 1616, 350 perahu setiap tahun, maka pada tahun pertama
Tidak pernah didengar seseorang dilarang berkedudukan sebagai pelabuhan bebas telah
berlayar di laut. Jika engkau (VOC, pen) mencapai 1324 perahu atau meningkat sekitar
melarang pendudukan Makassar 378,28%. Kebijaksanaan pelabuhan bebas bagi
melakukan itu berarti engkau merampas Makassar dan kemajuan awal yang dicapai itu
roti (makanan, pen) dari mulut mereka. menjadi alasan pihak inggris di Singapura
Pernyataan itu bukan hanya menunjukan memandang bahwa usaha pemerintah Hindia
bahwa kerajaan Makassar menganut prinsip Belanda itu merupakan langkah persaingan dan
kebebasan di laut (mare liberum), tetapi juga jiwa ingin memundurkan kedudukan Singapura.

47
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Pernyataan itu pada dasarnya menunjuk ruang lingkup kegiatan mereka di persempit. Kapal
pada usaha pengalihan kegiatan kelompok pelaut KPM melayani juga pelabuhan-pelabuhan kecil
dan pedagang dari Sulawesi Selatan. Itulah dengan kapal api. Pemakaian kapal api lebih
sebabnya pedagang dan pengusaha Inggris dan memperkecil risiko kecelakaan pelayaran,
Cina yang bergiat di Singapura meningkatkan sehingga semakin kurang pemakaian jasa angkutan
kontak dagang mereka dengan kelompok pedagang perahu. Tambahan pula penaklukan wilayah
itu dan meningkatkan pelayaran niaga mereka ke mereka memundurkan harapan mereka pada
Makassar dan pusat perniagaan lainnya di kawasan pemerintah mereka yang memberikan jaminan dan
timur Indonesia. Hubungan yang erat antara dukungan melakukan niaga secara bebas. Itulah
pedagang dan pengusaha Singapura dan sebabnya setelah penaklukan kerajaan-kerajaan di
keterbatasan usaha pemerintah Hindia Belanda Sulawesi Selatan, kegiatan pelayaran niaga
untuk mengimbangi pelayaran jasa angkutan laut penduduk daerah itu mundur. Usaha untuk
pada pihak lain, menyebabkan arus gerak barang menggiatkan kembali pelayaran rakyat ini baru
kurang melalui pelabuhan di Jawa. Oleh karena itu dilaksanakan oleh pemerintah pada dasawarsa
pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa keempat abad ke-20.
perdagangan Makassar lebih menguntungkan
Singapura dari pada Jawa.
Sehubungan dengan pernyataan itu, pihak Perdagangan, menurut Robert Gilpin,
pemerintah Hindia Belanda merencanakan adalah hubungan ekonomi yang tertua dan
pembatalan kedudukan pelabuhan bebas Makassar. terpenting, bahkan dapat dikatakan bahwa
Rencana itu mendapat tantangan, baik dari pihak perdagangan telah menjadi sejarah dari evolusi
pengusaha dan penguasa pemerintah Belanda di hubungan internasional, meskipun pada
Makassar dan kawasan timur Indonesia lainnya, perkembangan awalnya senantiasa diikuti oleh
maupun pengusaha di Belanda, khususnya mereka perang. Perang yang terjadi itu pada dasarnya
yang menginginkan kebebasan berniaga. Mereka berkaitan dengan usaha untuk mempertahankan
menyatakan bahwa, disamping perdagangan sumber pendapatan dan kesejahteraan penguasa
Makassar menguntungkan semua pihak, tindakan dan elite politik yang berkaitan dengan pajak
pembatalan pelabuhan bebas akan berakibat pelaut perdagangan. Dalam hal inilah tampak bahwa
dan pedagang dari Sulawesi Selatan akan kembali perang yang menyertai perdagangan itu lebih
mengalihkan kegiatan mereka ke Singapura dan umum terjadi dalam rangka pengusaan jalur
menguntungkan Inggris. Kelompok ini (Bugis dan perdagangan. Keberhasilan dalam penguasaan
Makassar) yang memegang peranan penting dalam jalur perdagangan akan memberikan kesempatan
dunia pelayaran niaga di kawasan ini. yang terbaik bagi peningkatan pendapatan negeri
Kebenaran alasan pihak yang menentang itu.
rencana pemerintah itu tidak dapat dibantah. Oleh Dampak dari perang itu juga
karena itu penyelesaian persoalan dilakukan memungkinkan adanya usaha mengikuti ataupun
dengan metode lain, yaitu: (a) bergiat membatasi mencari jalur baru, munculnya kekuasaan baru
keterlibatan perusahaan pelayaran asing, khusunya sehubungan dengan pengaruh keuntungan
milik pengusaha Inggris dan Cina, (b) pelayaran niaga, dan pengenalan sumber-sumber
meningkatkan jumlah jalur pelayaran yang ekonomi baru. Hal ini dapat juga terjadi berkat
dikelola pihak pemerintah berkerjasama dengan hubungan niaga yang selama itu terjalin
pengusaha swasta Belanda, (c) memberikan hak merupakan alih pengetahuan dan teknologi. Hal-
monopoli bongkar dan muat barang kepada hal itu tampak jelas dalam perkembangan
Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), dan pelayaran niaga di kawasan kepulauan Asia
(d) membendung arus pelayaran penduduk ke Tenggara ini.
pelabuhan asing, khususnya Singapura dan Pulau Karya yang mengungkapkan pelayaran
Pinang. Untuk memantapkan hal yang disebutkan niaga di kawasan ini umumnya memberitakan jalur
terakhir itu, pemerintah melancarkan ekspedisi pelayaran ke Maluku senantiasa mengikuti jalur
militer pada 1905 untuk menduduki kerajaan- selatan: dari Malaka, menyusuri pesisir timur
kerajaan di Sulawesi Selatan. Itulah sebabnya Sumatera, pesisir utara Jawa, Bali, Lombok,
setelah ekspedisi itu berhasil memaksakan Sumbawa, Flores, hingga Solor atau Alor
penguasa kerajaan di daerah itu menandatangani kemudian berlayar di Maluku. Dalam pelayaran
pernyataan pendek, pemerintah mengumumkan balik, sejumlah pedagang kembali mengikuti jalur
pembatalan kedudukan Makassar sebagai itu ke kota pelabuhan di Jawa atau terus memasuki
pelabuhan bebas (1 Agustus 1906). zona perdagangan Selat Malaka. Selain itu,
Usaha pemerintah itu mengakibatkan menurut kajian Hall (1985), pedagang Jawa dalam
peranan pelaut dan pedagang Bugis dan Makassar melakukan pelayaran balik menyusuri jazirah
semakin berkurang. Hal itu disebabkan karena Selatan Sulawesi terus ke utara menyusuri kota

48
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

pelabuhan di pesisir barat Sulawesi memasuki harus berjuang keras mengimbangi pelaut dan
zona perdagangan Sulu, dan balik menyusuri pedagang Makassar. Stapel menyatakan bahwa
pesisir timur Kalimantan terus ke zona pertentangan dan perang yang terjadi antara
perdagangan Selat Malaka dan menyusuri pesisir Makassar dan VOC itu sesungguhnya berakar pada
Timur Sumatera kembali ke pelabuhan di pesisir keinginan masing-masing untuk tampil sebagai
utara Jawa. pihak yang menguasai perdagangan dengan
Kegiatan pelayaran penduduk Sulawesi andalan pelaut dan pedagang ulung mereka;
Selatan sebelum paruh kedua abad ke-16, seperti masing-masing mereka memiliki kemaunan yang
yang telah digambarkan secara ringkas dalam keras dan berpenderitaan “menang atau kalah
pembahasan terdahulu, terbagi dalam dua daerah engkau atau saya” (er op of er onder, jij of ik).
kegiatan. Pertama adalah pelayaran niaga ke barat; Namun pada akhirnya keterlibatan pelaut dan
pelaut dan pedagang ini berlayar menyusuri pesisir pedagang Sulawesi Selatan dalam dunia niaga di
barat Kalimantan terus memasuki zona Maluku berhasil dimonopoli oleh VOC setelah
perdagangan Laut Cina Selatan, kemudian ke perang Makassar.
selatan memasuki zona perdagangan Selat Malaka Pelaut dan pedagang daerah ini, setelah
kemudian kembali ke negeri mereka masing- kejatuhan kerajaan Makassar, mengembara
masing. Kedua adalah pelayaran ke kota mencari daerah niaga yang tidak berada dalam
pelabuhan pesisir Utara Jawa kemudian terus pengawasan VOC. Seperti ke Kalimantan dan
menelusuri jalur selatan ke Maluku dan kembali ke dunia Melayu. Berpangkalan pada tempat-tempat
negeri mereka atau kembali menelusuri jalur itu, mereka menggiatkan terus kegiatan pelayaran
selatan ke Solor, Bima, dan Sumbawa atau terus ke niaga mereka dengan mengembangkan
pelabuhan di Jawa kemudian memanfaatkan angin pengetahuan kemaritiman mereka yang mereka
muson tenggara ke negeri mereka. Terakhir adalah peroleh dari berbagai kontak niaga dengan pihak
jalur tambahan bagi mereka yang berniaga ke arah lain. Jalur utara melalui pesisir utara Sulawesi
barat kembali menelusuri kota pelabuhan pesisir yang sebelumnya lebih umum digunakan oleh
timur Sumatera atau terus ke pelabuhan di Jawa pedagang Portugis (meskipun menyita waktu lebih
baru kemudian kembali ke negeri mereka. Jika lama dalam pelayaran ke Maluku) ditelusuri oleh
perhatian jalur pelayaran niaga mereka ini tampak mereka. Hal itu karena jalur selatan dan utara
bahwa mereka memiliki pengetahuan yang melalui Buton dalam pengawasan VOC. Kegiatan
memadai dalam menggunakan perubahan angin itu menyebabkan kelompok ini dipandang telah
darat dan laut serta perubahan angin muson yang memberikan andil dalam pertukaran niaga antara
bertiup di kawasan ini: muson barat laut, timur perdagangan Sulu dan zona perdagangan Selat
laut, tenggara dan utara. Malaka, pada abad ke-18 hingga paruh pertama
Pengetahuan yang dimiliki itu yang abad ke-19.
mendasari pedagang Portugis mengikuti mereka Penelusuran daerah produksi baru mulai
dalam pelayaran kapal niaganya. Menurut kajian berkembang ketika terbuka kembali hubungan
Stapel, keterangan tentang pelayaran ke Makassar dagang antara VOC dan Cina. Permintaan akan
yang diperoleh pedagang Belanda adalah dari produksi laut seperti teripang, agar-agar, kerang
pelaut Makassar yang ikut dalam kapal dagang mutiara, sisik (kulit penyu) dan sebagainya telah
Portugis yang dirampas oleh kapal dagang membawa mereka hingga ke perairan Australia
Belanda. Keikutsertaan pelaut Makassar itu Utara. Wilayah produksi laut itu seperti Maluku
membuka juga peluang mereka untuk mengambil Selatan, Nusa Tenggara, dan perairan Australia
alih pengetahuan kemaritiman dari pedagang Utara, disamping wilayah perairan disekitar
Eropa. Itulah sebabnya dalam perkembangan Sulawesi dan kepulauan merupakan wilayah
kemudian, perahu dagang mereka juga telah kegiatan mereka. Bahkan pada periode paruh
berlayar ke Manila (koloni Spanyol di Philipina) kedua abad ke-18 hingga abad ke-19, mereka
dan ke Makao (koloni Portugis di daratan Cina). dipandang menguasai pemasaran produksi laut.
Bahkan menurut catatan Speelman, kerajaan Peranan mereka ini menyebabkan Inggris dan
Makassar memiliki negeri di dua kota dagang itu. Belanda bersaing untuk dapat menjalin hubungan
Keterlibatan penduduk Sulawesi Selatan niaga dengan mereka pada satu sisi untuk
dalam dunia pelayaran niaga itu yang mendapatkan produksi laut demi meningkatkan
memungkinkan kemajuan yang dicapai Makassar, hubungan niaga dengan Cina dan pada sisi lain
setelah Malaka jatuh diduduki Portugis dan untuk memasarkan produksi industri mereka.
pelabuhan pesisir utara Jawa oleh VOC. Bahkan Perdagangan dengan Cina ketika itu penting bagi
keuntungan pusat-pusat kegiatan itu membuka bangsa Eropa dalam kaitannya dengan produksi itu
peluang bagi ketenaran pelaut dan pedagang (sutera, porselin, dll), khususnya teh yang
daerah ini. Itulah sebabnya ketika VOC ingin mendapat pasaran yang layak di Eropa, dan
memonopoli perdagangan rempah-rempah, ia

49
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

sekaligus telah daerah pasar bagi produksi industri digunakan, tidak pernah tercatat memasuki
Eropa. perairan kepulauan Indonesia. Jenis kapal layar
Eropa yang tecatat hanyalah jenis skuner dan bark.
Sejumlah pedagang bumiputera dari Sulawesi
Hingga kini perahu dagang kebanggaan tercatat pernah memiliki jenis kapal itu pada
masyarakat Sulawesi Selatan adalah jenis perahu permulaan abad ke-19, seperti Lasapada Dg
pinisi, yang sering diidentifikasi sebagai perahu Patompo dan Lamatapuang memiliki Bark
Bugis. Sejak kapan jenis perahu ini digunakan Snuffelaar, La Ujung memiliki Bark Saena, dan La
sebagai sarana angkutan pelayaran niaga sulit Manrie memiliki Skuner Lamoenrie.
diketahui dengan pasti. Menurut tradisi lokal Pembuatan jenis pinisi tampaknya
masyarakat pembuat perahu di Bira, jenis perahu berkaitan erat dengan tantangan yang dihadapi
pinisi yang pertama dibuat oleh La Toge Langi, oleh pelaut dan pedagang ketika pelayaran jasa
nenek Sawerigading, tokoh mitologi dalam sejarah angkutan laut mulai ditangani oleh kapal layar
Sulawesi Selatan. Sebaliknya menurut Adrian besar dan kapal api pada satu sisi dan permintaan
Horridge (1985), pinisi merupakan alih teknologi jasa angkutan laut meningkat karena bertambahnya
pembuatan kapal dengan teknologi pembuatan produksi pada sisi lain. Tambahan pula, dengan
kapal dagang dari penduduk yang terjadi sekitar meningkatnya pemakai kapal layar yang besar dan
akhir abad ke-19. kapal api, pihak pemerintah membatasi perahu
Penelusuran jenis perahu dagang dagang yang kecil untuk memasuki pelabuhan
penduduk memberikan petunjuk bahwa dagang; untuk melayani perahu dagang bumiputra,
penyebutan pemakai jenis perahu pinisi baru pemerintah menyediakan pelabuhan kecil di luar
disebut pada tahun 1870. Jauh sebelumnya Tome wilayah kota; untuk wilayah perdagangan di
pires menyebut perahu yang dalam masyarakat itu Makassar di pelabuhan Baring-baringan, Taka
dikenal dengan nama Padewakang. Jenis perahu Tallo, dan Taka Pinjing. Pemakaian pelabuhan
ini yang digunakan untuk melakukan pelayaran kecil itu berarti menambah biaya pengangkutan
niaga dan jasa angkutan laut. Selain itu jenis barang ke kota. Hal itu dapat dipandang sebagai
perahu besar lainnya yang dikenal adalah Palari. faktor pendorong usaha pembuatan perahu/kapal
Jenis perahu ini digunakan untuk bertamasya atau dagang yang besar agar dapat membongkar dan
sebagai perahu perang. Itulah ketika pemerintah membuat barang di dermaga kota pelabuhan.
kerajaan Makassar berhasil membuat jenis kapal Keberhasilan dalam mengantisipasi
perang gallei (gorab), diperlombakan dengan jenis pelayaran jasa angkutan niaga itu memberikan
Palari pada 23 Maret 1620. Menurut Noteboom, kebanggaan tersendiri dalam kehidupan mereka.
gallei itu tidak pernah memasuki perairan Ketika pedagang Eropa mulai meninggalkan
Makassar. Juga instruktur dari Portugis, oleh pemakaian kapal layar dan menggunakan kapal api
karena itu dalam naskah lokal jenis kapal perang bagi jasa angkutan niaga, perahu/kapal dagang
itu dikatakan kapal Portugis. Dari hasil uji coba itu penduduk yang mampu bertahan dan terus
ternyata jenis gallei memiliki keunggulan sehingga melayani jasa angkutan adalah penisi dari pelaut
pada 1626 dibangun lagi sembilan gallei pada dan pedagang Sulawesi Selatan. Dalam bersaing
pusat pembuatan kapal di Tallo, atas perintah memberikan pelayan jasa angkutan dengan kapal
Mengkubumi Karaeng Matoaya. api, mereka juga menerapkan semacam asuransi
Pembuatan gallei ini menunjukkan kecelakaan yang dikenal dengan sistem wesel
kemampuan yang luar biasa karena bentuk kapal membayar biaya angkutan sedikit lebih mahal dari
itu tidak pernah memasuki perairan Makassar. pada tampa jaminan. Usaha-usaha yang dilakukan
Juga instruktur dari Portugis juga dapat dipastikan oleh pelaut dan pedagang Sulawesi Selatan itu
tidak pernah mengikuti kegiatan pembuatan jenis menyebabkan mereka tetap diperhitungkan dalam
kapal perang itu di negeri Arab, mengingat penataan kebijaksanaan perniagaan pemerintah
permusuhan yang keras antara mereka. Sehingga Hindia Belanda.
jelas bahwa pembuatan kapal itu berhasil berkat
rekonstruksi yang imajinatif terhadap
penggambaran bentuk jenis kapal itu dari orang H.D. Mengemba (1994), dalam
Portugis yang pernah melihatnya. karangannya berjudul “Semangat Kebaharian
Hal yang serupa pula berlaku bagi Orang Sulawesi Selatan: dahulu dan sekarang”
pembuatan jenis perahu pinisi. Bila jenis perahu menyatakan “semangat kebaharian anak-anak
itu merupakan duplikat dari pinnance (Inggris), Sulawesi Selatan sudah kurang bergetar dalam
pinas (Belanda) atau paniche (Prancis), jenis kapal jiwanya sehingga jumlah mereka yang terjun
dagang kapal Eropa yang bermesin kecil, sebagai secara langsung dalam bidang kebaharian sangat
pembantu bila menghadapi angin sakal. Jenis kapal minim”. Apa yang menyebabkan demikian tidak
dagang ini juga, berdasarkan yang telah terjawab dalam karangan itu dan juga jelas belum

50
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

tuntas terjawab dalam pembahasan ini. Namun penyesuaian dan pemanduan sehingga dimitoskan
demikian tergambar bahwa dukungan penguasa sebagai produk lokal oleh lokal genius. Itu dapat
terhadap kegiatan mereka merupakan motivasi menunjukan bahwa pengalihan yang terjadi
yang tinggi bagi mereka mengembangkan langsung dalam proses belajar mengajar, melalui
semangat kemaritiman mereka. Ketika mereka proses pertukaran pengetahuan dan teknologi
berada dalam pengawasan kerajaan Makassar yang sehingga produk akhir dipandang sebagai produk
menganut prinsip “kebebasan di laut” dan “politik lokal namun tetap berlabel asing, seperti gallei
pintu terbuka” mereka bergiat dan bersaing dengan (kapal perang) dan pinisi (kapal dagang).
pedagang VOC untuk menguasai pelayan niaga
dan memajukan bandar niaga Makassar. Ketika
Makassar beralih dalam pengawasan VOC yang Abdul Razak Dg Patunru, 1983. Sejarah Gowa.
melaksanakan monopoli dan melarang mereka Makassar: Yayasan Kebudayaan Sulawesi
melakukan pelayaran niaga di Maluku, mereka Selatan.
mengalihkan kegiatan mereka ke pusat niaga lain Andaya, Barbara W dan Leonard Y Andaya, 1982. A
yang bebas dari pengawasan VOC. History of Malaysia, London: the
Kenyataan yang serupa tampak pada paru MacMillan Pres Ltd.
kedua abad ke-18 dan abad ke-19. Ketika Inggris
Andaya, Leonard Y, 1981. The Heritage of Arung
menjalin kerja sama dengan mereka setelah
Palakka. The Hague: Martinus Nijhoff.
memiliki bandar niaga di dunia Melayu (Pulau
Pinang dan kemudian Singapura), Inggris Anonim, 1954. “Bijdragen tot de geschiedenis van
menganut prinsip perdagangan bebas dan Celebes“, dalam: TNI, Vol.16 no 2.
melaksanakan kebijaksanaan pelabuhan bebas, Booth, Anne, 1988. “Perdagangan, pertumbuhan dan
mereka tampil sebagai kelompok yang memegang perkembangan dalam perekonomian
peranan penting dalam memajukan perdagangan kolonial”, dalam: Anne Booth, dkk, Sejarah
Inggris. Hal itu kemudian diimbangi oleh Ekonomi Indonesia, Jakarta: LP3ES.
pemerintah Hindia Belanda dengan melaksanakan Cortesao, Armando, 1944. The Suma Oriental of
kebijaksanaan yang diterapkan oleh Inggris itu atas Tome Pires and the book of Fransisco
pelabuhan Makassar dan membuat kontrak kerja Rodrigues. London: Roberth Maclehose
sama dengan kerajaan-kerajaan di Sulawesi dan Co.Ltd.
Selatan untuk memajukan perdagangan. Strategi
Qilpin, Robert, 1987. The Political Economy of
pemerintah Hindia Belanda itu berhasil mendorong
International Relation. Princenton, New
mereka bergiat memajukan perdagangan
Jersei: Princenton Universiti Pres.
Makassar.
Berlandaskan pada kenyataan itu Hall, Kenneth R, 1985. Maritime Trade and State
seyogyanya dapat disimpulakan bahwa semangat Development in Early Southeast Asia.
kemaritiman masyarakat Sulawesi Selatan dapat Honolulu: University of Hawai Press.
berkembang bila mendapat dukungan dari Horrige, Adrian Horidge, 1985. The Prahu;
penguasa melakukan kegiatan kemaritiman secara Traditional Sailing Boat of Indonesia.
bebas. Kesimpulan itu harus dipandang “lunak” Singapura: Oxford University Press.
karena belum didukung oleh bukti-bukti yang Kamaruddin, dkk, Pengkajian (transliterasi dan
berhubungan dengan kegiatan mereka ketika terjemahan) Lontarak Bilang Raja Gowa
mereka kehilangan dukungan penguasa dan dan Tallok (Naskah Makassar). Ujung
penguasa yang membatasi kegiatan mereka, Pandang: Depdikbud.
meskipun terdapat beberapa indikasi ketika hal itu
terjadi. Dalam hal ini perlu penelitian yang Leur, J,C. Van Leur, 1941. “Mahan of den indischen
saksama tentang kegiatan mereka ketika VOC lessenaar”, dalam: KT VO1. XXX.
menguasai Makassar hingga mereka menjalin Lockwood, w.w. 1954. The Economic Development
hubungan dengan Inggris pada 1778 dan ketika of Japan, Princenton: Princenton University
pemerintah Hindia Belanda membatalkan Press.
pelabuhan bebas Makassar dan membatasi mereka Mangemba, H.D, 1994. “Semangat Kebaharian
melakukan pelayaran niaga ke pelabuhan asing orang Sulawesi Selatan dahulu dan
(1906-1942). sekarang”, dalam: Lontara Tahun ke 29, no
Hal yang nyata adalah kegiatan 3.
perdagangan bebas telah mendorong adanya usaha Noorduyn, J. Noordyn, 1983. “De Handelsrelatie
kearah pengembangan peluang untuk surplus, van het Makassarse rijk volgens de notitie
perluasan jalur dan jaringan perniagaan, dan van Speelman (1669)”, dalam: Nederlandse
pengalihan pengetahuan dan teknologi. Khususnya Historische Bronnen Vol. III.
menyangkut hal yang terkahir tampaknya terjadi

51
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Nooteboom, C, 1951, Aziatische Galelen, bangsa asing” dalam Qilbert Harmonic,


Rotterdam. (ed), Citra Masyarakat Indonesia, Jakarta:
Pell, Usman, 1986. “Pasang Surut Perahu Bugis Sinar Harapan.
Pinisi”, dalam: Mukhlis, ed. Dinamika Pigeaud, Th. G. Th, 1960. Java in the Foutheen
Bugis Makassar, Jakarta: Sinar Harapan. Century: A study in Cultural History. The
Pelras, Ch. 1983. “Sulawesi Selatan sebelum Hague: Maritinus Nijhoff.
datangnya Islam berdasarkan kesaksian

52
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Dr. Mhd Nur, M.S.


(hinterland), dan bahkan dari pelabuhan lainnya di
Dalam kesenian anak-anak Indonesia, Asia, Afrika, dan Eropa.
terselip bait pantun yang mengingatkan bahwa Pelabuhan-pelabuhan Nusantara menjadi
Kepulauan Nusantara dihuni oleh penduduk yang tempat pusat perdagangan yang dikunjungi oleh
gemar mengharungi samudra. Nenek Moyangku perahu dagang tradisional dan kapal moderen,
Orang Pelaut adalah seni khas anak-anak seperti kapal api, kapal motor, kapal layar, dan
Indonesia yang terdiri dari seni tari yang diiringi kapal pemerintah Hindia Belanda.1 Selain
dengan nyanyian. Di antara sampiran dan isi berdagang dengan sesama penduduk sekitar
pantun tersebut ada bait yang berbunyi sebagai pelabuhan, bangsa Indonesia juga berdagang
berikut: “Nenek moyangku orang pelaut; gemar dengan saudagar asing, terutama dengan pedagang
mengharung luas samudra; Menerjang ombak tiada Cina, India, Gujarat, dan Arab. Setiap pedagang
takut; Menempuh badai sudah biasa”). Isi pantun Nusantara mengenal negeri lainnya sebagai
itu menyatakan nenek moyang bangsa Indonesia pelabuhan dagang. Mereka mengenal pelabuhan
adalah para pelaut ulung dan berlayar ke seluaruh itu baik melalui cerita para saudagar yang
penjuru dunia, seperti ke kawasan Nusantara, Asia berdagang langsung ke sana maupun datang
Tenggara, Australia, Afrika, Madagaskar, dan langsung ke pelabuhan lain. Sambil menjual
tempat lainnya di belahan dunia. Sampirannya barang dagangan, mereka juga membeli barang
menjelaskan pula bahwa orang Indnesia tidak kebutuhan lainnya untuk dijual kembali di tempat
pernah takut kepada alam di lautan, baik ombak, asal. Akan tetapi kegiatan perdagangan di
gelombang tinggi, cuaca buruk, angin kencang, Nusantara pada awal abad ke-16 mulai menurun di
dan sebagainya sehingga badai yang mengobang beberapa pelabuhan karena dikuasai oleh bangsa
ambingkan kapal nelayan pun dianggap suatu hal Portugis dan Belanda. Perannya digantikan oleh
yang biasa. pelabuhan lain, sehingga muncul dinamika
Sejak tahun 500 Sebelum Masehi sampai beberapa pelabuhan di Nusantara. Kondisi itu
abad ke-19 Kepulauan Nusanatara menjadi ajang terjadi karena bangsa Portugis Dan Belanda
pelayaran dan perdagangan yang lebih ramai jika menerapkan sistem perdagangan monopoli dan
dibandingkan dengan kawasan lainnya di Asia. politik de vide et impera (politik pecah belah).
Bandar-bandar yang terletak di pulau-pulau Sebelum kedatangan bangsa Eropa ke
Nusantara sangat terkenal keindahannya, seperti Asia, kehidupan bangsa Indonesia selama berabad-
Banda, Ternate, Tidore, Makassar, Sunda Kelapa, 1
Banten, Tuban, Pekalongan, Jepara, Banjarmasin, “Scheepvaartbeweging Over 1907 Voor Zooveel de
Jaarlijksche Algemeene Handelsstatistiek van
Malaka, Aceh, Barus, Sibolga, Tiku, Pariaman, Nederlandsch-Indie die doet Kennen”, Koloniaal
Padang, Painan, Indrapura, dan lain-lain. Berbagai Verslag van 1908, Nederlandsch-Indie. Bijlage ZZ
jenis barang kebutuhan untuk kepentingan masa Overzichten Betreffende de Scheepvaart Over 1907. P.
3. Statistiek van den Handel, de Scheepvaart en de in
itu tersedia di setiap pelabuhan, baik yang berasal en Uitvoerrechten in Nederlandsch-Indie Over het
dari sekitar pelabuhan sendiri, daerah belakang Jaar 1906. Deel Iib. Batavia: Landsdrukkerij, p. 32.

53
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

abad cukup makmur, sebab kegiatan pelayaran dan (Gold, Gospel, Glory), sikap Portugis sangat
perdagangan terpusat di pelabuhan-pelabuhan angkuh dan menempuh jalan kekerasan terhadap
sebagai pintu gerbang suatu pulau. Kegiatan pedagang Nusantara.
pelayaran dan perdagangan yang berlangsung di Pada akhir abad ke-16 Portugis mendapat
pelabuhan-pelabuhan Nusantara dipimpin oleh saingan dari bangsa Eropa yang lain, yakni
seorang penduduk setempat yang dituakan. kedatangan bangsa Belanda pada tahun 1596 di
Penduduk yang berasal dari daerah pedalaman Banten. Untuk memperkuat basisnya, Belanda
membawa hasil hutan ke pasar di daerah pesisir. merebut Bandar-bandar di Nusantara dan membuat
Pada abad ke-5 S.M. telah terjadi hubungan kontrak-kontrak (perjanjian) dengan raja-raja
pelayaran dan perdagangan antara Cina dan India. Nusantara. Sampai abad ke-19 penduduk
Para pedagang memanfaatkan angin Muson dalam Nusantara sudah sedemikian ramai, sehingga lalu
pelayaran. Angin Muson adalah angin yang bertiup lalang perlayaran dan perdagangan berkembang
selama enam bulan. Angin tersebut terdiri dari pesat. Pelabuhan-pelabuhan sebagai tempat untuk
Muson Barat dan Muson Timur. Muson Barat menampung barang komoditi pun tumbuh di
adalah angin yang bertiup dari arah barat ke timur. kawasan Nusantara. Kondisi yang demikian
Para pelayar dari Eropa, Arab, Persia, dan India merupakan faktor terjadinya perkembangan pusat
memanfaatkan angin itu untuk berlayar ke perdagangan dan pelayaran di Nusantara dan
Nusantara dan Cina. Angin itu banyak menempuh menjadi cikal bakal kota-kota pelabuhan.
Samudra Hindia sehingga membawa uap air. Memasuki abad ke-19 Belanda merasa
Kondisi itu mengakibat kawasan Nuasantara telah semakin kuat di Nusantara, terutama setelah
mengalami musim penghujan. diadakannya Traktat London pada tahun 1824.
Muson Timur adalah angin yang bertiup Pemerintah Hindia Belanda melanjutkan
dari timur ke arah barat, dari benua Australia ke pengaturan keluar masuk kapal atau perahu dan
India, Persia, Arab, dan Eropa. Angin itu pendirian rumah penduduk sesuai dengan tata kota
dimanfaatkan oleh para pelayar untuk kembali ke dan pelabuhan ketika itu. Sejak itu terbentuklah
daerah asalnya. Biasanya sambil menunggu angin kota-kota kecil sekaligus pelabuhan perdagangan
Muson, para pedagang tinggal di kota Bandar yang ramai disinggahi oleh para pedagang asing
tertentu dan membentuk pemukiman bersama dan lokal di seluruh Nusantara. Pemerintah Hindia
orang yang berasal dari daerah yang sama, Belanda mengalami kesulitan untuk membenahi
sehingga di setiap kota Bandar di Nusanara selalu pelabuhan-pelabuhan Nusantara, karena kawasan
ditemukan Kampung Cina, Kampung Arab, itu terdiri dari sekitar 17.000 lebih pulau-pulau.
Kampung Keling, Kampung Gujarat, Kampung Konon hanya 5.000 pulau yang memiliki nama.
India, dan sebagainya. Sampai Indonesia Merdeka pada tahun 1945, dan
Barang dagangan yang mereka bawa ada bahkan sampai zaman Reformasi permasalahan
kalanya diturunkan di pelabuhan tertentu untuk toponimi nama pulau-pulau tersebut masih belum
dijual kepada para pedagang yang datang dari tuntas. Ketidaktahuan tentang kepemilikan pulau
pelabuhan lain. Setiap pelabuhan pada umumnya bagi Negara menyebabkan beberapa pulau di
memiliki gudang penumpukan barang yang daerah perbatasan menjadi sengketa internasional,
diawasi oleh pegawai pemerintah setempat. Pada misalnya sengketa Pulau Sipadan Pulau Ligitan,
tahun 1511 Portugis berhasil menguasai pelabuhan dan Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia.
Malaka sehingga para pedagang Nusantara Banyak pulau yang belum memiliki nama dan
mengalihkan perdagangan mereka ke pelabuhan belum berpenghuni. Kondisinya sebagian besar
lainnya, seperti ke Aceh, Tiku, Pariaman, Banten, terdiri dari hutan, rawa-rawa, dan tanah kering
Sunda Kelapa, Jepara, Makassar, Maluku, dan yang belum diolah.
sebagainya. Portugis pun melanjutkan Pelabuhanp-pelabuhan Nusantara pada
pelayarannya ke kawasan perairan Nusantara abad silam pernah mengalami kejayaan dalam
bagian timur, seperti Banten, Sunda Kelapa, perdagangan dan pelayaran. Ketika itu wilayah
Makassar, Maluku, dan Timor. Tindak tanduk perairan Nusantara terbuka penuh bagi pelayaran
Portugis tidak menyenangkan bagi bangsa dan perdagangan, baik perdagangan lokal maupun
Indonesia, karena disamping misi Three G - nya

54
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

asing.2 Pelabuhan-pelabuhan tesebut menjadi sifatnya, misalnya perkembangan yang terjadi di


rebutan pengaruh dagang bagi bangsa asing, suatu pelabuhan atau pelabuhan di pesisir utara
seperti Perancis, Inggris, Belanda, dan Amerika.3 dan selatan Pulau Jawa tentu akan berbeda dengan
Potensi yang dimiliki pelabuhan-pelabuhan peristiwa yang terjadi di pelabuhan-pelabuhan di
tersebut menyebabkan pemerintah Hindia Belanda Sulawesi atau pulau lainnya. Bahkan antara bandar
melihatnya sebagai potensi ekonomi yang telah yang berada di pesisir utara Pulau Jawa sama
dikuasainya sejak abad ke-17. Kebanggaan sekali berbeda sifatnya dengan bandar yang berada
penduduk Nusantara terhadap perairannya di pantai selatannya, begitu juga antara ujung barat
mengalami penurunan karena kejayaan pelabuhan dan timur Pulau Jawa. Suatu pelabuhan di daerah
sejak masa silam telah sirna dan hanya tinggal tertentu di dalam suatu negara juga memiliki
kenangan. Paling tidak tergambar pada kondisi perbedaan masing-masing, tergantung pada
pelabuhan-pelabuhan Nusantara setelah letaknya apakah strategis atau tidak, apakah sering
kemerdekaan RI. Indikator pasti yang ditiup angin muson atau tidak, hubungannya
menggambarkan ketertinggalan bandar-bandar dengan daerah belakang, terbuka atau tertutup
Nusantara dapat dilihat dari kemerosotan terhadap pedagang asing, beragamnya barang
pelayaran dan perdagangan di Nusantara.4 komoditi yang dihasilkan, fasilitas pelabuhan,
kebijaksanaan yang dilakukan oleh syahbandar,
peranan para pemimpin lokal, dan sebagainya.
Secara umum ada beberapa pendekatan
Kajian tentang suatu pelabuhan atau yang dilakukan oleh para peneliti untuk mengkaji
bandar sebagai pusat perdagangan telah banyak pelabuhan. Di antaranya melihat peranan
dilakukan oleh para peneliti. Kegiatan sebuah pelabuhan dan kebijaksanaan ekonomi yang
pelabuhan berawal dari pertemuan antara orang dijalankan oleh penguasa setempat atau
yang membutuhkan barang komoditi yang dimiliki pemerintah kolonial. Selain itu ada juga
oleh orang lain. Pertemuan yang sering terjadi di pendekatan tentang pelabuhan dalam perspektif
suatu tempat, yang dalam hal ini adalah di pesisir fungsinya sebagai tempat perdagangan, pelayaran,
pantai atau muara sungai, mendorong terbentuknya dan pintu gerbang keluar bagi pengiriman barang
sebuah bandar atau pelabuhan dengan segala komoditi dari daerah pedalaman. Di antara peneliti
aktivitasnya. Dalam langkah-langkah penggarapan yang memusatkan perhatian pada pelabuha adalah
penelitian kelautan diperlukan peralatan berupa Sutjipto Tijptoatmodjo, J. Kathhirithamby-Wells,
teori sebagai landasan untuk mempermudah Heather Sutherland, Edward L. Poelinggomang,
penulisan sesuai dengan pendekatan yang Susanto Zuhdi, Muhammad Nur, dan lain-lain.
dilakukan. Aspek-aspek yang terdapat di dalam Sutjipto Tjiptoatmodjo menulis tentang
permasalahan yang digarap sangat bervariasi kota-kota pantai di sekitar Selat Madura dan
peranannya dalam perhubungan ke daerah
2
Pedagang asing yang tinggal di pelabuhan-pelabuhan pedalaman selama abad ke-17 sampai 19. Menurut
Nusantara ada yang melahirkan keturunan, seperti Sutjipto Tjiptoatmodjo, kota-kota pantai yang
orang Belanda, Inggris, Perancis, Belgia, dan berada di Selat Madura dan daerah pedalaman
sebagainya. Lihat Zitting 1897-1898. Koloniaal
Verslag van 1897. Nederlandsch(Oost)-Indie. Bijlage saling tergantung dan saling menghidupi. Barang-
A No. 3. Statistiek Betreffend Bevolking van barang kebutuhan hidup sehari-hari penduduk
Nederlandsch-Indie Over 1895. P. 33. kota-kota pantai Selat Madura sebagian besar
3
Muhammad Nur. “Bandar Sibolga di Pantai Barat berasal dari daerah pedalaman atau pedesaan di
Sumatra Pada Abad Ke-19 Sampai Pertengahan Abad sekitar kota-kota pantai, bahkan ada yang jauh di
Ke-20”. Jakarta: Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Indonesia, 2000. pedalaman. Dalam hal pangan dan hasil desa
4
“Aankomst van Schepen en Vaartuigen in de lainnya, kota-kota pantai tergantung pada desa di
Verschillende Havens van Nederlandsche-Indie in het pedalamannya. Kota-kota pantai sendiri
Jaar 1936”, Statistiek van de Scheepvaart in memberikan fasilitas tertentu kepada desa, seperti
Nederlandsch-Indie over het Jaar 1936 Samengesteld
Bij het Hoofdkantoor van Scheepvaart. Batavia:
perlindungan keamanan, sebagai pusat pemasaran
Gedrukt door Drukkerij F.BS Uits., 1939, p. 22. Lihat bagi desa, pusat pemerintahan, dan sebagainya.
Juga Statistiek van de Scheepvaart in Nederlandsch- Barang impor yang ditangani oleh penduduk kota
Indie over het Jaar 1937….P. 23.

55
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

pantai dinikmati oleh penduduk desa. Demikian melimpah di Banten. Mereka juga membawa
pula barang kerajinan yang dihasilkan oleh barang dagangan dalam berbagai tipe. Selain lada,
penduduk kota pantai dapat dimanfaatkan oleh Banten juga mengumpulkan pakaian dari India;
penduduk desa, seperti alat-alat pertanian, kain sutra, kain katun, dan porselin dari Cina;
perkakas rumah tangga, dan sebagainya (Sutjipto, emas, dan minyak kasturi.
1983: 16-17). Kota-kota pantai di sekitar Selat Pada masa pemerintahan Ranamanggala
Madura mempunyai fungsi ganda, yakni sebagai pelabuhan Banten sudah ramai dan para pedagang
kota agama dan kota perdagangan. Sutjipto Cina yang tinggal di sana hidup makmur. Mereka
memberikan contoh bahwa kota Gresik lebih memegang peranan penting dalam kehidupan kota
mempunyai fungsi sebagai kota agama dan kota pelabuhan, seperti dalam bidang ekonomi dan
perdagangan. Contoh lainnya kota Surabaya, di politik. Ranamanggala menaruh perhatian besar
samping fungsi ekonomi perdagangan yang kuat, terhadap kelangsungan hidup Banten sebagai
juga mempunyai fungsi sebagai pusat wilayah kesultanan Islam dan bandar lada. Pada
pemerintahan dan administrasi.5 masa ini Banten memasuki era baru sebagai
J. Kathirithamby-Wells mengungkapkan entrepot internasional. Letaknya yang strategis di
kebijaksanaan yang dijalankan oleh penguasa jalan lintas perdagangan antara pesisir barat Pulau
pelabuhan Banten pada abad ke-16 dan 17.6 Sumatera dan pulau rempah-rempah di Maluku,
Menurutnya pelabuhan Banten berfungsi sebagai membuat Banten menjadi tempat pertemuan para
pelabuhan ekspor lada Kerajaan Sunda. Faktor pedagang pribumi dan asing. Ranamanggala
yang menyebabkan ramainya pelabuhan ini adalah berhasil menghalangi pengaruh Belanda dan
karena jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada Inggris dalam pasar lada di Banten. Ia bekerjasama
tahun 1511. Banyak pedagang yang tidak mau dengan syahbandar dalam membeli lada dengan
berhubungan dengan Portugis. Mereka yang harga rendah dari pedagang Cina dan menjual
biasanya berdagang di Malaka mengalihkan kembali dengan harga tinggi kepada para
pelayarannya ke Aceh, pantai barat Sumatra, Selat pedagang Eropa. Sampai tahun 1682 Banten
Sunda, dan terus ke Banten. Penguasa Banten masih berada dalam puncak kejayaan, terutama di
mengendalikan perkebunan lada di daerah bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1650-
pedalaman Sunda, bagian selatan Lampung, pantai 1682). Kondisi pelabuhan Banten selama abad ke-
barat Sumatera (Silebar), dan Sumatera bagian 17 banyak persamaannya dengan pelabuhan
selatan. Perkebunan lada menghasilkan kekayaan Sibolga pada abad ke-19, sebab kedua pelabuhan
Sultan Banten selama berabad-abad, sehingga ini sama-sama mengandalkan hasil perkebunan
Banten menjadi bandar yang paling penting di yang berasal dari pelabuhan lain. Perbedaannya
pulau Jawa. Pasar Banten menampung segala hanya terdapat pada sistem kekuasaan dan politik.
macam barang dagangan dan makanan yang dapat Banten mengatur pelabuhannya atas kebijaksanaan
dibeli dengan murah. Berbagai pedagang kesultanan Islam yang kuat, sedangkan pelabuhan
mengunjungi pelabuhan ini sebab di sana terjadi Sibolga berkembang atas kebijaksanaan
tukar menukar barang antar sesama pedagang, pemerintahan Hindia Belanda. Selain lada dan
seperti India, Turki, Arab, Persia, Gujarat, barang komoditi lainnya, barang dagangan utama
Malabar, Bengali, Cina, Malaka, Pantai utara pelabuhan Banten berlangsung dalam abad ke-17,
Jawa, Makasar, dan lain-lain. Tujuan utama namun setelah menjadi pelabuhan kolonial
mereka hanyalah untuk mencari lada yang Belanda banyak persamaannya dengan pelabuhan
Sibolga yang juga menjadi bandar kolonial pada
5 abad ke-19. Pendekatan J. Kathirithamby-Wells
Sutjipto Tjiptoatmojo. “Kota-Kota Pantai di Sekitar
Selat Madura (Abad XVII Sampai Medio Abad dalam menulis pelabuhan Banten dapat juga
XIX)”, Disertasi, Universitas Gadjah Mada. diterapkan untuk pengkajian pelabuhan lainnya di
Yogyakarta: 1983, hal. 22. Nusantara, sebab pada umumnya pelabuhan-
6
J. Kathirithamby-Wells. “Banten: A West Indonesian pelabuhan itu sama didukung oleh pelabuhan
Port and Polity During the Sixteenth and Seventeenth
Centuries”, dalam J. Kathirithamby-Wells & John
Villiers, ed. The Southeast Asian Port and Polity Rise
and Demise. National University of Singapore:
Singapore University Press, 1990, p. 107.

56
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

kolonial di bawah kebijaksanaan pemerintah pelabuhan bagi para pedagang asing untuk
Hindia Belanda.7 meramaikan pelabuhan itu dalam perdagangan.
Heather Sutherland pernah mengadakan Selain itu Pemerintah V.O.C. menjadikan
penelitian tentang sejarah pelabuhan Makassar. Makassar sebagai pelabuhan transito dan
Para pedagang Jawa telah mengunjungi pelabuhan pengembangan pasar seluas mungkin untuk
ini sejak sebelum tahun 1500. Kemudian orang meningkatkan kekayaan dan kesejahteraan
Melayu dari barat Nusantara juga mulai sering penduduknya. Kebijaksanaan inilah yang
mengunjungi perairan itu. Barangkali, menurut mendasari pertumbuhan dan kemajuaan Makassar
Sutherland, mereka mengikuti perpindahan suku sebagai kota pelabuhan kolonial pada akhir abad
Bajau yang berpindah-pindah di laut. ke-19, sehingga riwayat keberhasilannya yang
Kemungkinan munculnya Makassar adalah pada pesat sangat mengagumkan dalam sejarah
abad ke-16 di bawah kerajaan Goa dan Tallo, yang Indonesia.8
bebas didatangi bagi para pedagang asing, dan Pelabuhan Makassar menjadi hidup
menjadi pusat administrasi. Kondisi lokal dengan kegiatan pelayaran jung dan perahu
ditambah dengan kemajuan perdagangan pada pribumi. Para pedagang Cina ikut meramaikan
abad ke-16 membuktikan kemampuannya sebagai pelabuhan Makassar, dan apabila mereka berlayar
bandar yang paling efektif. Setelah Malaka jatuh ke pelabuhan yang lain membuat Makassar
ke tangan Portugis, juga banyak terjadi menjadi sepi (Sutherland, 1989:106). Pendekatan
pengungsian pedagang Melaka ke Makassar. yang dilakukan Heather Sutherland dalam kajian
Akibatnya adalah pelabuhan Makassar menjadi terhadap pelabuhan Makassar banyak membantu
pusat perdagangan yang kuat. Pelabuhan ini dalam meneliti Bandar-bandar lainnya di
semakin berkembang ketika Malaka ditaklukkan Nusantara. Pelabuhan-pelabuhan itu sama-sama
pedagang Belanda pada tahun 1641. Para berkembang dalam kebijaksanaan Pelabuhan
pedagang pribumi yang berpusat di Ternate, Makassar berada pada lajur pelayaran dan
Tidore, Jawa, dan Brunei melakukan hubungan perdagangan yang ramai antara Selat Malaka dan
dagang secara teratur ke Makassar sehingga perairan Maluku sebagai pusat rempah-rempah,
pelabuhan ini betul-betul menjadi pusat sedangkan pelabuhan lainnya terletak pada jalur
perdagangan dan pelayaran di timur Nusantara. alternatif para pedagang pribumi yang kurang
Perkembangan pelabuhan Makassar selanjutnya senang berdagang dengan Portugis atau Belanda
didukung oleh intervensi orang Eropa dan dan ditambah dengan kondisi perairan Samudera
kebijaksanaan penguasa kerajaan Makassar Hindia yang lebih berbahaya dari pada perairan
(Kerajaan Gowa dan Tallo) mulai dari sejak awal Selat Makassar.
berdirinya sampai tahun 1667. Sejak awal Pengkajian terhadap pelabuhan Makassar
perkembangannya, pelabuhan Makassar tidak juga dilakukan pula oleh Edward L.
dapat dipisahkan dari keterkaitannya dengan Poelinggomang, yang melihat proteksi dan
angkutan laut antar pulau di Asia Tenggara. perdagangan bebas pada abad ke-19. Ketika itu
Pelabuhan ini terletak di barat daya semenanjung pemerintah Hindia Belanda melakukan
Sulawesi, dengan mudah dicapai melalui jalur laut perlindungan (proteksi) dalam kegiatan
yang ramai di bagian timur Nusantara. Menariknya perdagangan di negaranya dan melaksanakan
Makassar bagi para pedagang terletak pada monopoli di Hindia Belanda umumnya dan di
kombinasi alam dan dukungan politik-ekonomi Makassar khususnya. Pada masa V.O.C pedagang
yang kuat antara kelompok pedagang dalam dan pelaut Cina diizinkan mengunjungi bandar
menguasai sumber ekonomi. Pelabuhan ini Makassar, tetapi memasuki awal era pemerintahan
dilindungi oleh beberapa pulau kecil di depan Hindia Belanda, hanya Batavia yang dibuka untuk
pantai sehingga kapal atau perahu dapat berlabuh
dengan aman. Kebijaksanaan yang dilakukan
8
Makassar setelah menjadi kota pelabuhan kolonial Heather Sutherland. “Eastern Emporium and
Company Town: Trade and Society in Eighteenth
Belanda pada abad ke-18 adalah tetap membuka Century Makassar”, dalam Frank Broeze, ed. Brides of
the Sea, Port Cities of Asia from the 16th-20th
7
J. Kathirithamby-Wells & John Villiers, ed. Op. Cit. p. Centuries. Kensington: New South Wales University
108. Press, 1989, p. 98.

57
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

dikunjungi karena dianggap mengancam masalah kesehatan, penyakit malaria, dan depresi
Pemerintah (Edward L. Poelinggomang, 1991:5). Ekonomi.10
Tujuannya adalah untuk mencegah para pedagang Berbeda halnya dengan bandar Sibolga di
asing dalam memperoleh produksi yang ada di pantai barat Sumatera, yang dikaji oleh
Bandar Makassar. Pemerintah Hindia Belanda Muhammad Nur, bahwa akibat kebijaksanaan
menolak untuk melaksanakan perdagangan bebas pemerintah Hindia Belanda, justru bandar semakin
yang dikembangkan oleh pedagang Inggris, sebab dijauhi para pedagang pribumi karena monopoli
Belanda berpegang teguh pada prinsip tidak pemerintah dalam perdagangan. Barang dagangan
membiarkan pedagang asing dan mereka yang yang dijual di bandar Sibolga umumnya berasal
tidak berkerjasama untuk mencapai keuntungan dari daerah pedalaman. Para pedagang asing yang
ekonomi di wilayah kekuasaannya. Ketika datang ke Sibolga hanyalah mencari hasil daerah
pedagang Inggris tampil di Makassar untuk pedalaman, seperti kapur barus dan kemenyan dan
melaksanakan kebijaksanaan perdagangan bebas, menukarkannya dengan barang-barang yang
dengan mudah mereka mendapat sambutan dari mereka bawa.11
pedagang setempat dan berhasil menjalin Pelabuhan Sibolga pada abad ke-19
hubungan perdagangan. Para pedagang Inggris adalah pelabuhan tempat pengumpulan barang
berhasil menarik mereka berdagang di Penang dan komoditi yang berasal dari daerah pedalaman dan
Singapura. Keberhasilan Inggris menarik pedagang pelabuhan lainnya. Pengangkutan barang secara
ke Singapura semakin banyak pedagang Makassar estafet antar pelabuhan juga terjadi di kawasan
yang berdagang ke sana, sebab Inggris memiliki pantai barat Sumatra, dan Sibolga menjadi
keunggulan dalam bidang ekonomi, perkembangan pusatnya. Akan tetapi sistem estafet itu sama
industrinya, jumlah armada dagangnya, dan sekali berbeda dengan ciri pelabuhan emporium
menguasai sejumlah komoditi terpenting. yang terdapat di Samudera Hindia pada masa lalu,
Kegagalan perdagangan bebas yang diciptakan melainkan lebih cenderung pada tipe pelabuhan
pemerintah Hindia Belanda di Makassar menurut “entrepot” dari pada “Feeder Points”. Dalam hal
Edward L. Poelinggomang disebabkan oleh ini jelas terjadi perubahan sosial dalam masyarakat
beberapa faktor, di antaranya pemungutan pajak Sibolga khususnya dan Tapanuli umumnya, yang
yang tinggi, larangan perdagangan senjata, disebabkan oleh faktor (kegiatan perdagangan)
monopoli penjualan candu dan minuman keras, dari luar. Pelabuhan Sibolga memang berbeda
tidak ikut berniaga produksi yang mendapat dengan pelabuhan pantai lainnya di pesisir barat
pasaran di Cina, monopoli pembelian produksi Pulau Sumatera. Secara umum pasar dalam sebuah
penduduk, kurangnya perlindungan pelayaran, kota terpisah dari pelabuhan, tetapi pasar Sibolga
perdagangan gelap, dan sebagainya.9 bersatu dengan pelabuhan. Hal ini terjadi karena
Susanto Zuhdi melakukan riset tentang Sibolga hanya layak untuk sebuah pelabuhan yang
pelabuhan Cilacap sebagai pusat jaringan ekonomi terletak di bibir sebuah teluk dan lahan kaki
setelah pelabuhan dibangun oleh pemerinah Hindia pegunungan Bukit Barisan yang sempit atau terjal
Belanda. Pertumbuhan pelabuhan terjadi setelah sehingga tidak memungkinkan pasar berada di
pembukaan jalan kereta api dengan membangun tempat lain. Jadi pelabuhan Sibolga berfungsi
beberapa sarana dan prasarana pelabuha Cilacap. ganda, yakni sebagai pusat perdagangan sekaligus
Pelabuhan Cilacap berperan pula dalam tempat berlabuhnya kapal dagang dan sebagai
pertumbuhan kota Cilacap karena terdapat pusat administrasi pemerintah Hindia Belanda.12
pelapisan sosial baru dengan kehadiran golongan
Cina dan Eropa di sana. Masalah sosial pun
muncul di kota Cilacap pada abad ke-19, terutama 10
Susanto Zuhdi. Cilacap (1830-1942) Bangkit dan
Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa. Jakarta: KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia), 2002.
11
Muhammad Nur. “Bandar Sibolga di Pantai Barat
9
Edward L. Poelinggomang. “Proteksi dan Perdagangan Sumatra Pada Abad Ke-19 Sampai Pertengahan Abad
Bebas, Kajian Tentang Perdagangan Makassar Pada Ke-20”. Jakarta: Disertasi, Program Pascasarjana
Abad Ke-19”, Disertasi, Vrije Universiteit Universitas Indonesia, 2000.
Amsterdam. Centrale Huisdrukkrij VU, 1991, hal. 12
Jane Drakard. A Malay Frontier Unity and Duality in
238-239. a Sumatran Kingdom. Studies on Southeast Asia,

58
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Pada awal abad ke-19 terjadi perjanjian Sejak tahun 1842 pelabuhan Sibolga telah
antara E.I.C. dan raja-raja Sibolga.13 Pemilihan diatur oleh pemerintah Hindia Belanda melalui
waktu sampai pertengahan abad ke-20 sebagai perencanaan pelabuhan, sehingga memiliki
batas akhir berdasarkan atas semakin merosotnya fasilitas yang cukup menampung kegiatan dagang
peranan bandar Sibolga dan anjloknya harga sesuai dengan kebutuhan ketika itu. Hal ini
barang komoditi sampai 80% ketika itu,14 dilakukan karena penduduk pelabuhan tersebut
ditambah dengan situasi yang tidak menentu bersifat heterogen dengan berbagai kelompok etnis
karena mulai pecahnya Perang Dunia II pada yang mendiaminya. Masing-masing kelompok
tahun 1939. Saat itu juga menandakan yang datang dapat hidup berdampingan dengan
berakhirnya zaman Hindia Belanda secara resmi. penduduk asli Tapanuli. Sebagai pelabuhan utama
Kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang di pantai barat Sumatera pada abad ke-19, Sibolga
dijalankan dalam perdagangan mendapat reaksi juga merupakan pintu gerbang tempat masuknya
dari penduduk setempat. Mereka menolak peran orang asing ke Tapanuli, baik sebagai pedagang,
pemerintah dalam perdagangan, tetapi tidak sedikit misi agama, maupun politik. Kepentingan Belanda
pula yang merasa senang atas politik Pemerintah di untuk mengatur pelabuhan ini adalah untuk
pelabuhan itu,15 antara lain karena struktur mendapatkan hasil daerah pedalaman yang sangat
kepemimpinan tradisional dikukuhkan oleh laku di pasaran Eropa.18
pemerintah Hindia Belanda.16 Kegairahan perdagangan dan kegiatan
Ada beberapa faktor yang menyebabkan maritim dari sebuah bandar di pantai barat pulau
turun naiknya pusat perdagangan maritim dan Sumatera, terdapat Sibolga di Teluk Tapian Nauli.
politik ekonomi Belanda di pelabuhan Sibolga, di Pelabuhan maritim itu memainkan peranan penting
antaranya munculnya bandar lain yang lebih dalam memajukan daerah pedalaman melalui
strategis letaknya. Bandar lain yang dibuka setelah perdagangan. Jika dibandingkan kajian tentang
bandar Sibolga berkembang dengan pesat sehingga Makassar oleh Heather Sutherland dan Edward L.
melebihi perkembangan Sibolga sendiri. Selain Poelinggomang, dengan bandar Sibolga, ada
jaringan perdagangan, corak pemerintahan, persamaan monopoli yang dilakukan oleh
pendidikan, dan lain-lainnya juga menentukan pemerintah Hindia Belanda di kedua bandar itu.
perkembangan dan kemerosotan bandar Sibolga. Pemerintah juga mengembangkan bandar Sibolga
Sebenarnya barang komoditi yang diperdagangkan menjadi bandar yang teratur dan memperbanyak
di pelabuhan Sibolga banyak dipasok dari saluran air untuk mengeringkan wilayah kota.
pelabuhan di sekitarnya. Barang itu dikumpulkan Tujuannya adalah untuk menarik para pedagang
di Sibolga dalam berbagai jenis.17 Setelah mereka setempat yang telah melakukan perdagangan gelap
tidak lagi membawa barang komoditi ke Sibolga ke Singapura. Pendekatan yang dilakukan Heather
perdagangan langsung merosot. Sutherland dan Edward L. Poelinggomang
terhadap bandar kolonial Makassar dapat menjadi
perbandingan dalam penulisan ini. Secara umum
Southeast Asia Program, 120 Uris Hall. Ithaca-New model penulisan tentang bandar Sibolga yang akan
York: Cornell University, 1990, p. 45. menjadi pokok permasalahan dalam pengkajian ini
13
John Bastin. The British in West Sumatra 1685-1825. banyak persamaannya dengan pendekatan yang
Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1965.
14
dilakukan oleh para penulis di atas, sebab bandar
“Bintang Batak”, No. 17, 28 April 1939. Surat Kabar.
Sibolga adalah bandar yang berorientasi maritim
Sibolga: Boekhandel en Bataksdrukkerij, 1939, hal. 2.
15 (pelayaran), sebagai pusat perdagangan dan pintu
P.C.A. Van Lith. Memorie van Overgave van het
Bestuur der Onderafdeeling Baroes, Bataklanden, gerbang yang menghadap ke Samudera Hindia,
Tapanoeli, 25 September 1925. P. 7. yang berada dalam pengawasan dan kebijaksanaan
16
Lance Castles. “Kehidupan Politik Sebuah pemerintah Hindia Belanda.19
Keresidenan: Tapanoeli 1915-1940”. Sibolga:
(Naskah terjemahan oleh Maurits Simatupang, belum
diterbitkan), 1972.
18
17
“Beknopt Overzigt van den Handel en de Scheepvaart Christine Dobbin. Kebangkitan Islam Dalam Ekonomi
ter Sumatra`s Westkust Gedurende het Jaar 1846- Petani Yang Sedang Berubah, Sumatera Tengah
1868”, Commerce Statistic. Bagian I. Batavia: Tahun 1784-1847. Jakarta: INIS, 1992, Hal. 69-118.
19
Landsdrukkerij, 1868. Muhammad Nur. Ibid.

59
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

kota adalah bagian dari lingkaran jaringan yang


Kota merupakan suatu tempat yang lebih besar. Secara administratif bahkan kota
memiliki fasilitas untuk kelangsungan pasar kecamatan bisa dilihat sebagai “pusat jaringan”
sehingga membebaskan manusia dari dari desa-desa di sekitarnya, tetapi pada gilirannya
ketergantungan pada tanah. Penduduk kota kota ini adalah salah satu mata rantai dari jaringan
dimungkinkan untuk melakukan kontak dengan yang berpusat di kota kabupaten.24
orang asing, mengalami perubahan pesat, dan taraf Kota yang terletak di pesisir atau daerah
individualisasi yang tinggi. Suatu kota muncul perairan lainnya cenderung mempunyai pelabuhan
setelah terjadi surplus ekonomi di daerah laut sebagai pintu gerbang untuk berhubungan
pedalaman. Max Weber menyatakan bahwa kota dengan daerah lain, sehingga disebut kota
terdiri atas sekelompok rumah, antara yang satu pelabuhan. Menurut Frank Broeze dalam buku
terpisah dari yang lain, merupakan tempat yang disuntingnya,25 kota pelabuhan berfungsi
kediaman yang relatif tertutup. Biasanya rumah- sebagai tempat keluar masuk barang dagangan
rumah di kota didirikan berdekatan, tetapi tidak untuk perkembangan perniagaan, sosial, dan
seluruhnya, dan masyarakat hidup dari perniagaan politik. Bandar menduduki posisi lebih tinggi dari
serta perusahaan berkat adanya pasar.20 pada daerah lainnya dalam sebuah kota (urban)
Menurut Gideon Sjoberg, berdirinya sebab kegiatan ekonomi terpusat di bandarnya.
sebuah kota modern didahului oleh sebuah kota Fungsi dan peranan bandar melebihi bagian kota
yang bersifat praindustri. Kota-kota praindustri lainnya dan terbuka bagi dunia, atau sekurang-
kebanyakan adalah pusat kegiatan pemerintah, kurangnya untuk berbagai kegiatan, terutama
keagamaan, dan bukan merupakan kegiatan aktivitas dagang. Bandar-bandar pantai di
komersil.21 Timbulnya kota-kota pada Abad Nusantara berperan terhadap daerah pedalaman
Pertengahan, menurut Henri Pirenne, didorong (hinterland).26 Bandar itu telah berhubungan
oleh kebutuhan setempat untuk saling bertemu dengan pedagang asing sejak berabad-abad yang
bagi memenuhi kebutuhan bersama, di antaranya lalu.27
upacara keagamaan, jual beli, pertemuan politik, Suatu kota pelabuhan juga merupakan
pengadilan, dan kebutuhan sebagai tempat jembatan penghubung antara darat dan laut. Kota
berlindung pada masa perang.22 Grunfeld pelabuhan dapat dibagi dalam berbagai golongan,
mendefinisikan kota sebagai berikut: “Kota adalah jika dilihat secara geografis, manajemen, dan
suatu pemukimam dengan kepadatan penduduk
24
yang lebih besar dari pada kepadatan wilayah Tsuyoshi Kato, “Rantau Pariaman: Dunia saudagar
nasional, dengan struktur mata pencaharian non Pesisir Minangkabau Abad XIX”, dalam Akira
Nagazumi. Indonesia Dalam Kajian Sarjana Jepang.
agraris dan tata guna yang beraneka, serta dengan
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986, hal. 77. Denys
gedung-gedung yang berdiri berdekatan”. 23 Lombard. Kerajaan Aceh Jaman Sultan Iskandar
Akan tetapi dari sudut lain kota bisa Muda(1607-1636). Jakarta: Balai Pustaka, 1991, hal.
dilihat sebagai pusat dari berbagai corak jaringan 156 dan 158.
25
politik, pemerintah, ekonomi, perdagangan, Frank Broeze, ed. Brides of the Sea, Port Cities of
Asia from 16th -20th Centuries. Kensington : New
hiburan, dan sebagainya. Sebagai pusat dari South Wales University Press, 1989, p. 98.
berbagai jaringan (networks) yang masing-masing 26
Peter Reeves, Frank Broeze, Mc. Person. “Studying
terikat oleh corak hubungan yang cukup kompleks, the Asian Port City”, dalam Frank Broeze, ed. Op. Cit.
P. 34.
27
Bernard H.M. Vlekke. Nusantara, A History of
20 Indonesia. The Hague: W. van Hoeve, 1965, p. 87,
Max Webert. The City. New York: Colliers Books, p.
1958. Lihat juga Sartono Kartodirdjo. Masyarakat 111, 114, 171, 234, 270, 298. Lihat Juga F.R.S.
Kuno dan Kelompok-Kelompok Sosial. Jakarta: William Marsden. The History of Sumatra, Containing
Bhratara Karya Aksara, 1977, hal. 12. an Account of the Governement, Laws, Customs, and
21
Gideons Sjoberg. The Preindustrial City, Past and Maners and a Relation of the Ancient Political State of
Present. New York: The Free Press, 1965, p. 25. that Island. London: J. M`Creey, Black-Horse-Court,
22
1811. Diterjemahkan oleh A.S. Nasution dan
Henri Pirenne. Medieval Cities and the Revival of Mahyuddin Mendim menjadi William Marsden.
Trade. Princeton New Jersey, 1969, p. 56-60. Sejarah Sumatera. Bandung: Remaja Rosdakarya,
23
Dikutip dari N. Daldjoeni. Seluk Beluk Masyarakat 1999, hal. 91. Denys Lombard. Nusa Jawa: Silang
Kota. Bandung: Alumni, 1978, hal. 41 Budaya I,II,III. Jakarta: Gramedia, 1996.

60
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

komersil. Secara geografis, pelabuhan laut bisa Laut Merah; Muskat, Bandar Abas, dan Hormuz di
dibagi atas beberapa kategori, yaitu pelabuhan teluk Persia; Cambay, Calicut, dan Goa di Laut
pasang naik, pelabuhan buatan, pelabuhan alam, Arab; Satgaon di teluk Benggala, Malaka di selat
pelabuhan terbuka, pelabuhan sungai, pelabuhan Malaka; Khanfu di Canton; Zaiton dan Nanking di
laut (Samudera), dan pelabuhan pantai. Ditinjau Laut Cina.32
dari sudut perdagangan, pelabuhan yang terdapat Dalam perkembangannya, pelabuhan
di Asia Tenggara digolongkan oleh Leong Sau emporium memiliki fasilitas ekonomi berupa
Heng dalam tiga tipe, yakni pelabuhan “Collecting kredit, gudang, penginapan, dan sebagainya.
Centres”, “Entrepot”, dan “Feeder Points”. 28 Kegiatan para pengusaha yang cukup besar dengan
Pelabuhan yang bertipe “Collecting Centres” menguasai perdagangan sendiri merupakan salah
adalah pelabuhan tempat menumpuknya berbagai satu ciri dari bandar emporium. Kapal bisa mereka
barang komoditi yang datang dari pelabuhan lain beli atau disewa untuk mengadakan ekspedisi
untuk dikomsumsi sendiri dan didistribusikan ke dagang ke pelabuhan yang lain, dan seringkali
daerah pedalaman. Pelabuhan ini didukung oleh nakhoda kapal merangkap sebagai pedagang.
hasil bumi di sekitarnya dan terletak di pesisir atau Usaha dagang semacam itu dinamakan sebagai
di hulu sungai yang dekat dengan daerah penghasil pedagang Commenda.33
barang komoditi.29 Tipe “Entrepots” adalah Pelabuhan emporium pada masa Klasik
pelabuhan yang berfungsi untuk pengumpulan sangat mendukung perdagangan Commenda.
barang yang dibawa oleh kapal dagang dari Keberadaan pelabuhan ini di sepanjang jalur
berbagai negeri, seperti dari Timur Tengah, India, pelayaran dan perdagangan mengurangi risiko
dan Eropa. Di sini terjadi pemindahan barang kecelakaan laut, sebab kapal dagang tidak perlu
dagangan dari kapal yang satu ke kapal yang lain, berlayar jauh, cukup sampai di kota pelabuhan
dan selanjutnya dikapalkan ke negeri lain. Tipe terdekat, kemudian barang dagangan yang mereka
bandar “Entrepots” pada milenium pertama bawa diteruskan oleh kapal lainnya ke pelabuhan
tergantung pada angin muson.30 Pelabuhan yang selanjutnya. Setelah sampai di sana juga telah
termasuk pada tipe “Feeder Points” adalah menunggu kapal yang akan membawa barang itu
pelabuhan yang letaknya strategis di rute jaringan ke pelabuhan yang lebih jauh. Pengangkutan
perdagangan untuk membantu melayani pelabuhan barang secara estafet dari pelabuhan emporium
Entrepot dalam transaksi dagang. Pelabuhan ini yang satu ke pelabuhan seterusnya dinamakan
berhubungan langsung dengan daerah penghasil “Sistem Emporia”.
barang komoditi.31
Ketiga tipe pelabuhan di atas ada kalanya
dimiliki oleh sebuah kota pelabuhan yang telah Salah satu bentuk pemberdayaan
menyediakan fasilitas lengkap, yang dikenal masyarakat yang tinggal di sekitar pelabuhan-
sebagai pelabuhan atau pelabuhan “emporium”. pelabuhan Nusantara adalah membenahi sarana
Pelabuhan emporium adalah kota pelabuhan yang dan prasarana lainnya di sepanjang pelabuhan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas sehingga yang sejajar dengan pantai di masing-masing
memudahkan bagi para pelaut untuk memenuhi pulau, sehingga mudah disandari oleh kapal
kebutuhan serta memperbaiki kapalnya. Pelabuhan dagang. Potensi utama kawasan Nusantara selama
semacam itu telah muncul pada abad ke-10 dan 11 abad ke-1 sampai dengan abad ke-19 adalah sektor
di Samudera Hindia, seperti Aden dan Mocha di pelayaran perdagangan, karena letak geografisnya
sebagai pintu gerbang atau penghubung antara
Benua Asia dan Benua Australia, serta antara
28
Leong Sau Heng. “Collecting Centres, Feeder Points
and Entrepots in the Malay Peninsula, 1000 B.C. – 32
A.D. 1400”, dalam Kathirithamby-Wells & John K.N. Chaudhuri. Trade and Civilisation in the Indian
Villiers, ed. The Southeast Asian Port and Polity Rise Ocean, An Economic History from the Rise of Islam to
and Demise. National University of Singapore: 1750. Cambridge-New York-New Rochelle-
Singapore University Press, 1990, p. 17. Melbourney-Sydney: Cambridge University Press,
29
1989, p. 89.
Leong Sau Heng. Ibid. P. 23. 33
30
J.C. van Leur. Indonesian Trade and Society, Essays
Leong Sau Heng. Ibid. P. 32. in Asian Social and Economic History. Dordrecht-
31
Leong Sau Heng. Ibid. P. 29 Netherlands: Foris Publications, 1983, p. 17.

61
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Posisi Timur tidak seimbang dengan Indonesia bagian
silang yang strategis tersebut memerlukan Barat. Ketertinggalan tersebut disebabkan karena
ketahanan wilayah sehingga tidak mudah alasan jarak yang jauh dari pusat Ibukota Negara
dieksploitasi oleh bangsa lain. dan kondisinya terdiri dari banyak pulau, selat, dan
Beberapa pelabuhan Nusantara laut. Sebagai Negara Kelautan kondisi itu harus
mengalami kemunduran terus menerus sebagai dibangun dan dikembangkan. Perhatian
pusat perdagangan dan pelayaran. Hal ini pemerintah Indonesia terhadap Indonesia Bagian
disebabkan karena kemunduran kegiatan ekonomi Timur (IBT) memang sudah dimulai. Sejak masa
di bandar itu yang disebabkan oleh beberapa pemerintahan Presiden B.J. Habibie, Presiden
faktor, di antaranya semakin terbukanya jalan darat Abdurahaman Wahid (Gusdur), Presiden
dan udara. Setelah beberapa puluh tahun bubarnya Megawati, dan Presiden Susilo Bambang
pemerintahan Hindia Belanda dan Jepang di Yudhoyono perhatian terhadap Indonesia Bagian
Nusantara, kondisi fisik pelabuhan pada umumnya Timur dibuktikan dengan pembentukan
belum mengalami perubahan yang berarti, departemen khusus untuk menangani wilayah itu.
sehingga kegiatan perdagangan dan pelayaran Banyak penduduk di bekas wilayah bandar Sutra
tetap pudar. Akibatnya adalah sangat sulit untuk baik di Indonesia Bagian Timur, pantai utara Pulau
mencapai kembali citra sebagai pelabuhan- Jawa, Pulau Sumatra Kalimantan, Sulawesi, dan
pelabuhan utama di Nusantara, seperti Banten, sebagainya tetap bermata pencaharian sebagai
Jepara, Ternate, Tidore, Makassar, Padang, Pasai, nelayan dan petani yang belum berdaya. Sebagian
dan sebagainya. Akibat merosotnya peranan besar dari usaha ekonomi mereka belum
pelabuhan dalam perdagangan dan pelayaran memberikan nilai tambah. Para nelayan
banyak perencanaan pelabuhan tidak dapat mengalami kesulitan dalam menjangkau jarak
terlaksana. Walaupun kondisi pelabuhan lainnya di tangkapan yang potensial. Hal ini merupakan
Nusantara telah mulai berkembang dengan baik, problem yang cukup dilematis dialami nelayan
tetapi tidak demikian halnya dengan pelabuhan- Nusantara.
pelabuhan Nusantara yang yang lain, termasuk
pelabuhan jalur Sutra. Jalur Sutra adalah
pelabuhan-pelabuhan yang dilalui oleh kapal-kapal “Aankomst van Schepen en Vaartuigen in de
yang membawa sutra dari Cina ke India pada Verschillende Havens van
Zaman Klasik. Jalur Sutra pada mulanya hanyalah Nederlandsche-Indie in het Jaar 1936”,
melalui darat, mulai dari Cina, Cina Selatan, Statistiek van de Scheepvaart in
Dataran Tinggi Myanmar, Bangladesh, India, Nederlandsch-Indie over het Jaar 1936
Pakistan, Persia, dan Laut Tengah. Akan tetapi Samengesteld Bij het Hoofdkantoor van
karena jalur sutra darat tersebut banyak gangguan Scheepvaart. Batavia: Gedrukt door
oleh para perompak, maka jalur perdagangan sutra Drukkerij F.BS Uits., 1939.
dialihkan lewat laut, melewati kawasan perairan Bastin, John. The British in West Sumatra 1685-
Nusantara. Bandar-bandar yang disnggahi oleh 1825. Kuala Lumpur: University of
kapal-kapal tersebut disebut Bandar Jalur Sutra, di Malaya Press, 1965.
antaranya Ternate, Tidore, Banda, Makassar, “Beknopt Overzigt van den Handel en de
Jepara, Cirebon, Sunda Kelapa, Banten, Malaka, Scheepvaart ter Sumatra`s Westkust
dan lain-lain. Potensi kawasan perairan Nusantara Gedurende het Jaar 1846-1868”,
sangat banyak, tetapi fasilitas bandar yang Commerce Statistic. Bagian I. Batavia:
tersedia masih bersifat kecil-kecilan, seperti Landsdrukkerij, 1868.
fasilitas bandar yang minim, alat pendingin yang
Besar, Muhammad Saleh Datuk Orang Kaya.
tidak ada, armada penangkap ikan yang kurang
Riwayat Hidup dan Perasaian Saya.
modern, industri pembuatan perahu yang masih
Bogor: S.M. Latif, 1975.
bersifat tradisional, dan dok kapal yang masih
bersifat kecil-kecilan. “Bintang Batak”, No. 17, 28 April 1939. Surat
Sejak lama diketahui bahwa laju Kabar. Sibolga: Boekhandel en
perkembangan pembangunan di Indonesia Bagian Bataksdrukkerij, 1939.

62
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Castles, Lance. “Kehidupan Politik Sebuah Diterjemahkan oleh A.S. Nasution dan
Keresidenan: Tapanoeli 1915-1940”. Mahyuddin Mendim menjadi William
Sibolga: (Naskah terjemahan oleh Maurits Marsden. Sejarah Sumatera. Bandung:
Simatupang, belum diterbitkan), 1972. Remaja Rosdakarya, 1999.
Chaudhuri, K.N. Trade and Civilisation in the Memorie van Overgave van het Bestuur der
Indian Ocean, An Economic History from Onderafdeeling Baroes, Bataklanden,
the Rise of Islam to 1750. Cambridge- Tapanoeli, 25 September 1925.
New York-New Rochelle-Melbourney- Nur, Muhammad. “Bandar Sibolga di Pantai Barat
Sydney: Cambridge University Press, Sumatra Pada Abad Ke-19 Sampai
1989. Pertengahan Abad Ke-20”. Jakarta:
Daldjoeni, N. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Disertasi, Program Pascasarjana
Bandung: Alumni, 1978. Universitas Indonesia, 2000.
Dobbin, Christine. Kebangkitan Islam Dalam Pirenne, Henri. Medieval Cities and the Revival of
Ekonomi Petani Yang Sedang Berubah, Trade. Princeton New Jersey, 1969.
Sumatera Tengah Tahun 1784-1847. Poelinggomang, Edward L.. “Proteksi dan
Jakarta: INIS, 1992. Perdagangan Bebas, Kajian Tentang
Drakard, Jane. A Malay Frontier Unity and Perdagangan Makassar Pada Abad Ke-
Duality in a Sumatran Kingdom. Studies 19”, Disertasi, Vrije Universiteit
on Southeast Asia, Southeast Asia Amsterdam. Centrale Huisdrukkrij VU,
Program, 120 Uris Hall. Ithaca-New 1991.
York: Cornell University, 1990. Sinar, Tengku Luckman. “Sibolga dan Pantai
Heng, Leong Sau. “Collecting Centres, Feeder Barat Sumatera Utara Dalam Lintasan
Points and Entrepots in the Malay Sejarah”. Makalah, Kelompok Studi Ilmu
Peninsula, 1000 B.C. – A.D. 1400”, Publisistik, FISIPOL UISU Medan: 1980.
dalam Kathirithamby-Wells & John Sjoberg, Gideons. The Preindustrial City, Past and
Villiers, ed. The Southeast Asian Port and Present. New York: The Free Press, 1965.
Polity Rise and Demise. National
Sutjipto Tjiptoatmojo. “Kota-Kota Pantaidi Sekitar
University of Singapore: Singapore
Selat Madura (Abad XVII Sampai Medio
University Press, 1990.
Abad XIX)”, Disertasi, Universitas
Kartodirdjo, Sartono. Masyarakat Kuno dan Gadjah Mada. Yogyakarta: 1983.
Kelompok-Kelompok Sosial. Jakarta:
Sutherland, Heather. “Eastern Emporium and
Bhratara Karya Aksara, 1977.
Company Town: Trade and Society in
Kato, Tsuyoshi, “Rantau Pariaman: Dunia Eighteenth Century Makassar”, dalam
saudagar Pesisir Minangkabau Abad Frank Broeze, ed. Brides of the Sea, Port
XIX”, dalam Akira Nagazumi. Indonesia Cities of Asia from the 16th-20th Centuries.
Dalam Kajian Sarjana Jepang. Jakarta: Kensington: New South Wales University
Yayasan Obor Indonesia, 1986. Press, 1989.
Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang Budaya “Scheepvaartbeweging Over 1907 Voor Zooveel
I,II,III. Jakarta: Gramedia, 1996. de Jaarlijksche Algemeene
-------------------. Kerajaan Aceh Jaman Sultan Handelsstatistiek van Nederlandsch-Indie
Iskandar Muda(1607-1636). Jakarta: die doet Kennen”, Koloniaal Verslag van
Balai Pustaka, 1991. 1908, Nederlandsch-Indie. Bijlage ZZ
Marsden, F.R.S. William. The History of Sumatra, Overzichten Betreffende de Scheepvaart
Containing an Account of the Over 1907.
Governement, Laws, Customs, and Statistiek van den Handel, de Scheepvaart en de in
Maners and a Relation of the Ancient en Uitvoerrechten in Nederlandsch-Indie
Political State of that Island. London: J. Over het Jaar 1906. Deel Iib. Batavia:
M`Creey, Black-Horse-Court, 1811. Landsdrukkerij.

63
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Statistiek van de Scheepvaart in Nederlandsch- Polity Rise and Demise. National


Indie over het Jaar 1937. University of Singapore: Singapore
Vlekke, Bernard H.M.. Nusantara, A History of University Press, 1990.
Indonesia. The Hague: W. van Hoeve, Zitting 1897-1898. Koloniaal Verslag van 1897.
1965. Nederlandsch(Oost)-Indie. Bijlage A No.
Webert, Max. The City. New York: Colliers 3. Statistiek Betreffend Bevolking van
Books, 1958. Nederlandsch-Indie Over 1895.
Wells, Kathirithamby-. “Banten: A West Zuhdi, Susanto. Cilacap (1830-1942) Bangkit dan
Indonesian Port and Polity During the Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa.
Sixteenth and Seventeenth Centuries”, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
dalam J. Kathirithamby-Wells & John Gramedia), 2002.
Villiers, ed. The Southeast Asian Port and

64
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Sarkawi B. Husain
Namun demikian, dengan sejumlah alasan
“Di mana ada tambatan perahu, di situ orang-orang Bugis meninggalkan kawasan Penajis
pasti ada orang Bugis” dan membuka sebuah kawasan baru di Linggi.
(Abidin, 1983: 82) Dalam waktu singkat, kawasan itu kemudian
berubah menjadi kawasan yang sangat terkenal
Diaspora dan migrasi adalah sebuah dan strategis baik dalam bidang perdagangan
fenomena yang banyak dijumpai dalam perjalanan maupun militer di Semenanjung Malaya. Linggi
sejarah bangsa-bangsa di dunia, termasuk kemudian menjadi pusat pelabuhan perdagangan
Indonesia. Di Indonesia terdapat beberapa etnis timah antara Malaka, Singapura, dan Daratan
yang memiliki tradisi migrasi atau merantau yang Semenanjung.3
kuat, seperti etnis Minangkabau, Banjar, dan Perpindahan orang-orang Bugis ke
Bugis. Di seluruh wilayah nusantara--dari berbagai daerah, baik di wilayah Indonesia
semenanjung Melayu dan Singapura hingga pesisir maupun di luar wilayah Indonesia merupakan
barat Papua, dari Filipina Selatan dan Kalimantan tradisi yang telah berlangsung lama. Keadaan ini
Utara hingga Nusa Tenggara--dapat dijumpai sudah berlangsung sejak abad XV di mana orang-
orang Bugis yang sibuk dengan aktivitas orang Bugis sudah menyebar di pesisir Timur
pelayaran, perdagangan, pertanian, pembukaan Pulau Sumbawa, memegang peranan penting
lahan perkebunan di hutan, atau pekerjaan apa saja dalam berbagai bidang dan lapangan kerja, sebagai
yang mereka anggap sesuai dengan kondisi ruang pedagang, muballig, penguasa, dan yang paling
dan waktu. Tidak pelak lagi, kemampuan mereka penting adalah orang-orang Bugis telah memegang
untuk berubah dan menyesuaikan diri merupakan peranan utama dalam lalu lintas perhubungan laut.
modal terbesar yang memungkinkan mereka dapat Peranan yang sama dilakukan oleh orang-orang
bertahan di mana-mana selama berabad-abad. Bugis-Makassar di daerah-daerah seperti Bali,4
Menariknya, walau mereka terus menyesuaikan Madura, Kalimantan, Pantai Utara Jawa, Aceh,
diri dengan keadaan sekitarnya, orang Bugis Singapura,5 Perak, Johor, Riau, Papua, dan Timor
ternyata tetap mampu mempertahankan identitas Leste.6
“kebugisan” mereka.1 Pertanyaannya kemudian adalah apa yang
Di Linggi Malaysia misalnya, terdapat menyebabkan terjadinya diaspora orang-orang
sebuah kelompok sosial keturunan Bugis- Bugis ke berbagai wilayah di nusantara maupun di
Makassar yang telah berdomisili di kawasan itu negara-negara lain. Terdapat dua alasan utama
sejak sekitar tahun 1800. Kawasan itu dahulunya yang menyebabkan perpindahan ini. Pertama,
adalah hutan belantara yang belum terjamah oleh masalah keamanan. Masa kacau yang
tangan manusia. Demikian pula sungainya masih berkepanjangan di Sulawesi Selatan, berawal
merupakan rawa-rawa yang belum dapat
dipergunakan untuk pelayaran. Asal-usul
kehadiran orang-orang Bugis-Makassar di Pandangan Hidup Manusia Bugis Makassar (Jakarta:
kawasan ini bermula pada tahun 1800 ketika Inti Idayu Press, 1985), hlm. 1-2; Hasan, Sabri.
mereka diusir dari Kepulauan Riau oleh Belanda “Peranan Etnis Bugis Makassar dalam Perdagangan”
karena kalah dalam perang. Akibat pengusiran itu, dalam Eskpedisi Geografi Indonesia Sulawesi Selatan
maka orang-orang Bugis tersebut meninggalkan (Jakarta: PSSDAD, 2008), hlm. 54.
3
kepulauan Riau untuk mencari daerah baru di Hamid Abdullah, op. cit., hlm. 2.
4
daratan Semenanjung. Dengan menggunakan Sekitar tahun 1500-1600 sudah ada kontak antara
perahu, mereka akhirnya sampai pada suatu orang-orang Bugis dan Bali. Saat ini hampir setiap
kawasan yang bernama Penajis di Negeri kabupaten di Bali terdapat perkampungan Bugis,
Sembilan. Sebelum kedatangan orang-orang seperti Suwung, Pulau Serangan, Kepaon di Denpasar.
Tuban, Tanjung Benoa, Angantiga, dan Petang di
Bugis, di kawasan ini telah dihuni oleh orang-
Badung, dan berbagai wilayah lainnya.
orang Minangkabau.2 5
Di Singapura terdapat Bugis Street dan Bugis Village
yang saat ini menjadi salah satu kawasan perdagangan
1
Christian Pelras, Manusia Bugis (Jakarta: Forum yang ramai.
6
Jakarta-Paris, 2006), hlm. 5. Mukhlis dan Kathryn Robinson, Migrasi (Ujung
2
Hamid Abdullah, Manusia Bugis Makassar: Suatu Pandang: Lembaga Penerbitan Universitas
Tinjauan Historis Terhadap Pola Tingkah Laku dan Hasanuddin-YIIS, 1985), hlm. vi.

65
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

sekitar abad ke XVI hingga XVIII atau sepanjang lama, menarik untuk melakukan kajian apa yang
tiga abad lamanya terjadi perang antar kerajaan- menyebabkan orang-orang Bugis-Makassar
kerajaan lokal yang kemudian disusul dengan meninggalkan kampung halamannya dan pindah
perang melawan Belanda sampai dengan awal ke wilayah lain secara permanen. Seperti yang
abad XX. Selanjutnya perang mempertahankan diyakini oleh para sejarawan dan ilmuan sosial
kemerdekaan sampai tahun 1950-an disusul lainnya, tidak ada satu determinan tunggal yang
dengan pembrontakan DI/TII pada tahun 1950-an menyebabkan terjadinya sebuah peristiwa sejarah.
hingga 1965. Kedua, berkaitan dengan masalah Sebuah peristiwa merupakan akumulasi berbagai
ekonomi. Sebagai etnis yang memiliki naluri untuk faktor, baik sosial, politik, ekonomi, kultural,
merantau (sompe), orang-orang Bugis selalu bahkan agama. Hal yang sama juga terjadi pada
berupaya mencari tempat yang dianggap layak aktivitas migrasi (diaspora). Banyak faktor yang
bagi dirinya untuk tinggal, bekerja, bermasyarakat, membuat orang melakukan perpindahan dan
beramal, dan lain-lain. Selama hal tersebut belum mencari penghidupan di kampung yang baru.
dicapai, perantauan tidak akan pernah berakhir. Faktor-faktor itu antara lain politik, keamanan,
Hal ini tercermin dari pepatah Bugis yang ekonomi, dan psychologis. Berbagai faktor
berbunyi: “Selama laut masih berombak, pasir di tersebut dapat berdiri sendiri, berhimpitan dengan
pantai tak akan tenang”.7 dua faktor yang berbeda atau gabungan dari
Seperti yang disebutkan di atas, salah satu berbagai faktor tersebut.
wilayah yang menjadi tujuan migrasi orang-orang Dalam beberapa literatur yang
Bugis adalah kawasan pantai utara Jawa, menceritakan tentang tradisi perantauan orang-
khususnya Surabaya. Perpindahan orang-orang orang Bugis-Makassar, disebutkan bahwa pada
Bugis ke kota ini menarik mengingat Surabaya umumnya alasan yang mendasari tindakan mereka
sangat kosmopolit. Jauh sebelum abad ke-19 kota meninggalkan kampung halaman berkaitan
ini telah dihuni oleh berbagai etnis baik yang dengan upaya mencari solusi atas konflik pribadi,
berasal dari wilayah nusantara sendiri maupun dari menghindari penghinaan, kondisi yang tidak aman,
luar nusantara. Konsekuensi dari situasi ini adalah atau keinginan untuk melepaskan diri baik dari
bertemunya berbagai kebudayaan, tradisi, kondisi sosial yang tidak memuaskan, maupun
kebiasaan dari masing-masing etnis. Akibatnya, hal-hal yang tidak diinginkan akibat tindakan
perjumpaan antar kebudayaan dari berbagai etnis kekerasan yang dilakukan di tempat asal.11
adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Namun demikian kata Pelras, alasan
seperti itu saja tampaknya tidak akan cukup
memadai untuk dijadikan landasan untuk
Latar Belakang Migrasi memahami mengapa begitu banyak pemukiman
“Manusia secara alamiah selalu orang Bugis tersebar di seluruh nusantara sejak
melakukan mobilitas yang konstan dalam dimensi akhir abad ke-17. Alasan tersebut juga tidak dapat
waktu dan tempat” demikian kata Chapman dan menjelaskan kenyataan bahwa—terlepas dari
Prothero dalam jurnal Internasional Migration keadaan yang terus berubah—aktivitas perantauan
Review, 1984.8 Mobilitas yang dilakukan justru merupakan ciri khas “permanen” orang
menyebabkan terjadinya migrasi maupun mobilitas Bugis hingga saat ini.12
sirkuler antara daerah asal dengan daerah tujuan. Bahwa migrasi tersebut sudah
Berbeda dengan mobilitas sirkuler yang melintasi berlangsung dalam beberapa dekade yang lampau
wilayah tertentu dalam tempo yang tertentu pula, tercermin dalam Volkstelling tahun 1930.
migrasi ditandai dengan perpindahan secara Penduduk Kalimantan misalnya (tidak masuk
permanen.9 British Borneo) hampir 1/5 adalah orang yang lahir
Sebagai salah satu etnis10 yang memiliki di Sulawesi Selatan. Kalau ditambahkan dengan
tradisi merantau yang sudah berlangsung sejak yang lahir di Kalimantan dapat dibayangkan
banyaknya, karena emigrasi terjadi sejak abad
7
XVII. Terlebih kalau dijumlahkan dengan orang-
Ibid. orang Bugis peranakan. Pada tahun 1930 ditaksir
8
Chapman Murray dan Prothero R. Mansell, “Themes 10% dari jumlah penduduk Sulawesi (terutama
on Circulation in the Third World”, Internasional
Migration Review, Volume No. 4, 1984, hlm. 594-632
dalam Suko Bandiyono, “Mobilitas Penduduk Pola Migrasi Suku Minangkabau (Yogakarta: Gadjah
Sangihe”, Dinamika Mobilitas Penduduk di Wilayah Mada University Press, 1979) dalam Usman Pelly,
Perbatasan (Jakarta: LIPI Press, 2007), hlm. 77. “Pasang Surut Perahu Bugis Pinisi” Mukhlis (ed.),
9 Dinamika Bugis-Makassar (Makassar, PLPIIS-YIIS,
Ibid. 1986), hlm. 131-148.
10
Menurut Mohtar Naim, perantauan orang Bugis- 11
Christian Pelras, op. cit., hal. 370.
Makassar setingkat dengan orang-orang Minangkabau, 12
Banjar, dan Bawean. Lihat Mohtar Naim, Merantau: Ibid., hlm. 371.

66
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Bugis) yang bertempat tinggal di luar Sulawesi Bungaya) merupakan salah satu faktor yang
Selatan. 13 menyebabkan semakin banyaknya orang-orang
Berikut gambaran distribusi orang-orang Bugis-Makassar yang eksodus ke wilayah-wilayah
Bugis, Makassar, dan Mandar di berbagai wilayah nusantara lainnya. Menurut Anthony Reid, setelah
nusantara. bertempur dengan gigih, pada bulan November
1667 Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani
Tabel 1.
Distribusi Orang-orang Bugis, Makassar, dan Mandar pada Tahun perjanjian Bungaya yang memalukan. Perjanjian
1930 ini mengharuskan Orang Inggris, Portugis, dan
----------------------------------------------------------------------------------------
Bugis Makassar Mandar
Orang Eropa lainnya keluar dari Makassar. Selain
---------------------------------------------------------------------------------------- itu, Makassar dipaksa membayar ganti kerugian
Residency of Celebes 1,380,334 630,144 175,271 yang besar, sebagian besar dari wilayahnya yang
Residency of Manado 27,477 1,630 1,571
Borneo 95,048 3,088 5,846 bukan milik orang Makassar diserahkan kepada
Sumatera 10,170 1,044 11 VOC, dan VOC diizinkan menduduki benteng
Residency of Timor 11,652 2,718 796
(Sumbawa) 8,232 1,975 - Ujungpandang yang menjaga kota itu di utara –
Bali dan Lombok 2,468 276 2,295 Speelman, pemimpin ekspedisi itu, memperkuat
Maluku 1,293 1,622 103
Jawa dan Madura 4,593 2,198 3,293
dan mengganti nama benteng itu menjadi Fort
British Malaya 4,961 23 - Rotterdam, sesuai nama tempat kelahirannya.
Namun demikian, perjanjian yang diharapkan
Sumber: Volkstelling 1930, Vol. V, pp. 20-21.
membawa ketenangan ternyata tidak bisa bertahan,
dan pada Juni 1669 persekutuan itu melancarkan
Akibat “kegemaran” merantau ini,
lagi serangan besar terhadap benteng Sombaopu.15
periode tahun 1969-1980 Kabupaten Wajo sebagai
Tentara Belanda menembakkan 30.000 peluru
salah satu daerah yang warganya paling banyak
senapan dalam pertempuran itu dan membuat
melakukan perantauan (sompe’) kehilangan
terowongan di bawah temboknya untuk
penduduknya sebanyak 8762 orang. Dengan kata
meledakkan sebagian dari tembok itu.16
lain, daerah ini selama sebelas tahun kehilangan
Akan tetapi, akhir perang dahsyat dalam
796 orang setiap tahunnya atau sekitar 66 orang
sejarah VOC di Nusantara tersebut justru awal dari
setiap bulannya. Instruksi yang dikeluarkan
periode sejarah yang sangat penting bagi dinamika
pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Selatan pada
perantauan orang Bugis-Makassar di Tanah Air.
tahun 1969 yang melarang warganya bepergian
secara berombongan tidak berarti apa-apa dan
terbukti tidak mampu menahan warganya untuk 15
Penaklukkan Makassar pada tahun 1669 oleh VOC
melakukan perantauan.14 telah membawa dampak yang besar terhadap dunia
Dengan aktivitas perantauan yang sudah pelayaran dan perdagangan pribumi, terutama di
berlangsung sangat lama, maka tidak bagian timur Nusantara. Sebagaimana diketahui,
mengherankan jika perkampungan Bugis- Makassar telah tumbuh sejak abad ke-16 sebagai
Makassar terdapat di berbagai wilayah nusantara. bandar pelabuhan yang ramai dikunjungi perahu dan
Di Jawa, orang-orang Bugis-Makassar dapat kapal. Sejak 1605 ketika kerajaan Gowa dan Tallo
resmi menganut agama Islam, para pedagang muslim
dijumpai di sekitar pelabuhan-pelabuhan penting
pun lebih banyak mendatangi pelabuhan ini, dan sejak
seperti Batavia ,Gresik, dan Surabaya. Seperti di 1641 ketika Belanda menggantikan kedudukan
wilayah lain, kehadiran orang-orang Bugis- Portugis di Melaka, maka banyak orang Portugis pun
Makassar di Surabaya tentu dilatarbelakangi oleh menetap di sini (pada tahun 1660 teal ada 2000 orang
berbagai faktor. Dalam penelusuran yang penulis Portugis di Makassar). Ke sini pula pedagang Eropa
lakukan, terdapat paling tidak tiga hal yang lainnya (Inggris dari Madras, Spanyol dari Manila,
menyebabkan maraknya aktivitas perantauan Denmark, Prancis, dsb.) datang berdagang, di samping
tersebut, yakni: a) Faktor Keamanan, b) Faktor pedagang-pedagang dari Asia Tenggara lainnya.
Ekonomi, dan c) Pendidikan (termasuk militer). Tidaklah mengherankan mengapa VOC sangat merasa
perlu untuk menguasai bandar ini. Sebuah catatan dari
Dari Perjanjian Bongaya Cornelis Speelman, pemimpin ekspedisi Belanda yang
hingga Teror PKI menyerang Makassar, sangat penting dalam hubungan
Seperti yang ditulis pada bagian sejarah pelayaran dan perdagangan Makassar karena ia
sebelumnya, Perjanjian Bungaya (Cappaya melaporkan jangkauan perdagangan Makassar pada
waktu itu (1670), lihat A.B. Lapian, “Peta Pelayaran
Nusantara Dari Masa ke Masa” Makalah yang
13
Jacquiline Lineton dalam Andi Zainal Abidin, disampaikan dalam Musyawarah Kerja Nasional
Persepsi Orang Bugis, Makassar Tentang Hukum, Sejarah XIII, di Makassar, 9-12 Juli 1996, hlm. 8.
Negara dan Dunia Luar (Bandung: Alumni, 1983), 16
Andaya 1981: 130-33 dalam Anthony Reid, Dari
hlm. 70. Ekspansi hingga Krisis: Jaringan Perdagangan
14
Mukhlis dan Kathryn Robinson (eds.), op. cit., hlm. Global Asia Tenggara 1450-1680. Jilid II (Jakarta:
vii. Obor, 1999), hlm. 371.

67
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Jika sebelumnya hanya masyarakat pada umumnya perserikatan maritim yang bernama Ruplin (Rukun
yang bermigrasi ke seantero Nusantara, sejak Pelayaran Indonesia), dengan tujuan
Perjanjian Bongaya pola dan pelaku migrasi mengumpulkan pengusaha perkapalan dari
banyak dimotori bangsawan. Keterlibatan orang- Sulawesi dan memperbaiki organisasi pelayaran
orang Bugis-Makassar dalam dinamika lokal di pinisi. Upaya yang sangat berani ini menyebabkan
berbagai tempat di Nusantara masih bisa dilacak Kompeni Belanda KPM merasa tersinggung.19
kini. Menurut Muhlis Paeni, masa kacau yang
Di Jawa Timur, sebuah armada Makassar berkepanjangan di Sulawesi Selatan, yang berawal
yang dipimpin oleh Laksamana Karaeng sekitar abad VXI hingga XVIII, sepanjang tiga
Bontomarannu (paman Sultan Hasanuddin) abad lamanya perang antar kerajaan-kerajaan
menghancurkan armada Belanda di Demung pada lokal, kemudian disusul dengan perang melawan
tahun 1676, sedangkan gabungan pasukan Karaeng Belanda sampai dengan awal abad XX. Perang
Galesong, I Maninrori (putera Sultan Hasanuddin) mempertahankan kemerdekaan sampai dengan
& Trunojoyo dapat menduduki ibu kota Mataram tahun 1950-an, kemudian disusul dengan
(Kraton Plered) pada tanggal 2 Juli 1677. Karaeng pembrontakan DI/TII tahun 1950-an hingga 1965,
Galesong gugur dalam pertempuran semuanya merupakan faktor yang tidak dapat
mempertahankan benteng Bangil dari serbuan diabaikan sebagai penyebab derasnya arus
pasukan Arung Palakka dan Kapten Jonker. perantauan orang-orang Bugis-Makassar.20
Menurut catatan Speelman, Karaeng Galesong Ketika terjadi revolusi di Surabaya,
meninggal di Banten sebulan setelah berhasil orang-orang yang berasal dari Sulawesi Selatan
meloloskan diri dari pengepungan benteng Bangil turut memberikan andil. Salah satu dari mereka
dalam keadaan luka berat. Menurut versi Jawa adalah Bahar Mattalioe, sahabat sekaligus kawan
Timur, makam Karaeng Galesong terdapat di seperjuangan Kahar Muzakkar dalam
Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, sebelah pembrontakan DI/TII. Bahar Mattalioe adalah
barat Batu dan selalu mendapat kunjungan ziarah seorang laskar dalam kesatuan BPRI di bawah
dari penduduk setempat.17 pimpinan Bung Tomo. Tiga bulan dalam kesatuan
Berbagai peristiwa politik yang terjadi BPRI, dia pindah ke CPM di Malang di bawah
kemudian, khususnya pada awal dan pertengahan pimpinan Bambang Supeno. Setelah mengikuti
abad ke-20 masih menujukkan kiprah orang-orang latihan selama tiga setengah bulan, pangkatnya
Bugis-Makassar di Pulau Jawa, khususnya Kota dinaikkan dari prajurit menjadi Kopral. Pada
Surabaya. Pada tahun 1931 misalnya, muncul permulaan tahun 1946, Bahar pindah ke TRIPS
seorang tokoh nasionalis yang sangat disegani (Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi)
yakni Nadjamudin Daeng Malewa. Bersama di bawah pimpinan Qahhar Mudzakkar dan diberi
masyarakat Bugis di Surabaya dan dengan pangkat Sersan Mayor. Tiga bulan di Yogyakarta,
dukungan pimpinan nasionalis Dr. Sutomo, Bahar dipindahkan ke Staf Bat. I Res. Hasanuddin
Nadjamuddin Daeng Malewa18 mendirikan sebuah di Malang di bawah pimpinan P. Mas’ud dan
pangkatnya dinaikkan menjadi Letnan Muda. Pada
17
H. D. Mangemba, “Semangat Kebaharian Orang
waktu aksi Belanda pertama pada 1947, Bahar
Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang” dalam Lontara, memperlihatkan kapasitasnya dan pengalamannya
Majalah Ilmiah Universitas Hasanuddin, Tahun XXIX, dalam pertempuran di Malang. Pada waktu itu,
No. 3, 1994, hlm. 13. Jika Karaeng Galesong berada di Qahhar mengangkatnya menjadi Komandan Ki. II
pihak Trunojoyo, maka Karaeng Naba berada di pihak
Mataram dan VOC. Dia dimakamkan bersama 32
makam prajurit dari Gowa di kompleks Pemakaman
Mlati, Sleman, Yogyakarta, adalah saksi sejarah
keterlibatan orang Bugis-Makassar dalam dinamika
politik setempat. Label kesatuan prajurit Bugis dalam Juni 1947 dan Kabinet Nadjamauddin Daeng Malewa
”ketentaraan” di Keraton Yogyakarta yang ada saat ini Kedua, 2 Juni – 4 Oktober 1949. Lihat Sarkawi,
bukti lain dari eksistensi Bugis-Makassar di jantung “Gerakan Buruh di Makassar 1946-1955” Skripsi pada
kekuasaan Mataram. Dokter Wahidin Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Unhas Ujungpandang,
Soedirohoesodo—pahlawan nasional, tokoh 1994, hlm. 32; Ide Anak Agung Gde Agung, Dari
pendorong lahirnya Budi Utomo—ternyata leluhurnya Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia
pun keturunan Bugis-Makassar yakni Daeng Naba. Serikat (Yogyakarta: Gadjah Mada Uiversity Press,
Baca: Kenedi Nurhan, “Senja di Somba Opu” dalam 1985); Barbara Sillars Harvey, Pembrontakan Kahar
Kompas, 16 Januari 2009. Muzakkar Dari Tradisi ke DI/TII (Jakarta: Grafitipers,
18
Nadjamudin Daeng Malewa adalah salah satu tokoh 1989), hlm. 365.
sentral dari NIT. Dia adalah satu dari tiga calon 19
Denis Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, 2:
presiden NIT. Dia juga memimpin dua kali kabinet Jaringan Asia (Jakarta: Gramedia, 2005), hlm. 89-90.
selamata pemerintahan NIT, yakni Kabinet 20
Nadjamauddin Daeng Malewa Pertama, 13 Januari-2 Mukhlis dan Kathryn Robinson (ed.), op. cit., hlm. vi.

68
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Bat. I Res. Hasanuddin dan dinaikkan pangkatnya “Saya khawatir, akan mengundang
menjadi Letnan I.21 kejadian yang tidak-tidak. Sebab, saya
Pada akhir tahun 1948, Bahar meminta selalu diawasi intel,” jawabnya.23
kepada Kahar agar dia diizinkan ke Sumatera Salah satu peristiwa yang juga membuat
melanjutkan pelajarannya pada Normal Islam banyak orang-orang Bugis eksodus ke Jawa,
Padang. Kahar menyetujui dan memberi uang khususnya Surabaya adalah berkaitan dengan
sebanyak Rp 5000,- uang R.I sebagai biaya terbentuknya Negara Indonesia Timur (NIT) yang
perjalanan. Setelah sampai di Surabaya, uang diprakarsai oleh Lt. G. Dj. Dr. H. J. van Mook.24
tersebut dikurs menjadi Rp 125,-uang NICA. Salah satu instrumen yang dibentuk oleh
Akibatnya dia gagal melanjutkan sekolah di pemerintah kolonial Belanda ketika itu adalah
Padang. Setelah gagal dalam perjalanan ke Hadat Tinggi. Pada tanggal 12 November 1948,
Sumatera, Bahar mencari kerja untuk biaya hidup Gubernur NICA di Ujung Pandang menunjuk
sehari-hari, dan berhasil menjadi guru di sekolah Arumpone La Pabbenteng untuk menjadi Ketua
Standar Muhammadiyah di Surabaya, dengan gaji Hadat Tinggi dan memasukkannya sebagai salah
Rp 65,- Mengingat uang tersebut tidak mencukupi satu bagian dari NIT. Ketika NIT bubar pada tahun
kebutuhan sehari-hari, maka beliau berusaha 1950, maka bubar pula Hadat Tinggi dan pada
menjadi anggota pengarang pada Majalah Mimbar tahun yang sama La Pabbenteng mengundurkan
Pemuda yang memberinya honorarium Rp 10,- diri sebagai Arungpone dan berangkat ke Surabaya
sebulan.22 bersama istri dan pengikut-pengikutnya.25
Jika Karaeng Galesong maupun Bahar Menurut Anas Siraju, ketika La
Mattalioe menerjunkan diri secara langsung dalam Pabbenteng meninggalkan kampung halamannya
kancah politik praktis, maka Yahya Matuliti di Bone dan menuju Surabaya, dia membawa serta
melakukannya dengan tidak secara terang- istri, anak, dan para pengikutnya. La Pabbenteng
terangan. Dalam buku Teror Subuh di Kanigoro -- kemudian menetap dan memiliki rumah di Jalan
yang ditulis oleh salah seorang yang terlibat Maospati, sedangkan para pengikutnya menetap di
langsung dalam peristiwa tersebut – diceritakan Kembang Kuning yang kemudian kawin-mawin
bagaimana Yahya Matuliti dengan tanpa banyak dengan penduduk setempat.26
tanya memberikan bantuan dana untuk melawan Persentuhan orang-orang Bugis-Makassar
teror yang disebarkan oleh PKI pada awal tahun dengan politik lokal, khususnya di Surabaya terus
1965. Berikut adalah petikan percakapan dalam berlangsung hingga saat ini. Kita dapat menyebut
buku tersebut. nama-nama seperti Andi Sudirman yang aktif
Dengan naik becak kemudian kami dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan
menuju rumah Pak SU Bayasut di Jalan pernah menjadi anggota DPRD Kota Surabaya.
Blimbing Surabaya. Setelah menjelaskan Demikian pula dengan Nurhisyam, selain sebagai
sebentar tentang rencana kami, kemudian pengusaha juga pernah menjabat sebagai ketua
Pak Bayasut mengajak kami ke rumah DPD Golkar Jawa Timur dan pernah menjadi
Haji Yahya Matuliti, [sic.] saudagar besar kandidat wakil gubernur Jawa Timur. Demikian
dari Makassar yang juga Ketua Yayasan pula dengan La Nyalla Mattalititti, selain dikenal
Mesjid Mujahidin. sebagai pengusaha dan ketua umum Kamar
... Pak Misbah memperkenalkan Dagang dan Industri (KADIN) Jawa Timur juga
saya pada Pak Yahya, menjelaskan apa pernah menjadi kandidat wakil gubernur yang
yang telah terjadi dan rencana kami untuk berpasangan dengan Khafifah Indar Parawansa.
bergerak melawan PKI beserta kebutuhan Pelayaran dan Perdagangan
dananya. Tak terduga, tanpa banyak
komentar, saudagar kaya itu langsung
memberikan dana sesuai yang kami
23
butuhkan. “Jika butuh dana lagi, jangan Anis Abiyoso dan Ahmadun Y. Herfanda, Teror
segan-segan datang kemari. Tapi, tolong Subuh di Kanigoro (Yogyakarta: Bentang, 1995), hlm.
30-31.
datang ke Mesjid Mujahidin saja. Jangan 24
ke rumah,” katanya. Untuk mengetahui seluk beluk pembentukan Negara
“Kalau datang ke rumah, Indonesia Timur (NIT) baca Sarkawi, op. cit., hlm. 27-
39; Ide Anak Agung Gde Agung, loc. cit.
memangnya kenapa, Pak?” tanya saya. 25
http://manurunge.wordpress.com/2008/06/30/33-la-
pabbenteng-petta-lawa-1946%E2%80%931951/
(akses 9/11/2010); Wawancara dengan Anas Siraju,
21 8/11/2010.
Bahar Mattalioe, Petualangan Qahhar Mudzakkar
26
(Yogyakarta: Ombak, 2006), hlm. 134-136. Wawancara dengan Anas Siraju, 8/11/2010.
22
Ibid.

69
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Aktivitas perantauan yang berhubungan Mereka yang meninggalkan kampung


dengan ekonomi sangat erat kaitannya kegiatan halamannya ini umumnya menuju ke wilayah
pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Bugis “bagian barat Nusantara, yang menjadi wilayah
sejak berabad-abad yang lampau. Jauh sebelum utama aktivitas maritim mereka setelah Belanda
VOC menyentuh wilayah ini, orang-orang Bugis- membatasi akses mereka ke pulau-pulau
Makassar sudah mendaratkan perahu-perahunya di Maluku”.29 Eksodus ini tidaklah menemui
berbagai pelabuhan di nusantara dan di wilayah hambatan yang berarti, karena sebelumnya mereka
lainnya seperti India, Semenanjung Malaka, Siam telah mempunyai jaringan yang luas. Hal yang
(Thailand), Australia, dan Filipina Selatan. sama diakui oleh Liebner seperti yang tamak
Namun demikian, aktivitas pelayaran ini dalam kutipan berikut.
semakin meningkat ketika Makassar dikuasai oleh Diaspora ini kata Liebner, mengikuti
VOC. Jaringan yang telah terbentuk di zaman jaringan perdagangan serta hubungan
VOC itu dilanjutkan oleh kapal-kapal Bugis, diplomatis dan kekeluargaan yang
terutama oleh orang Wajo. Peta-peta Bugis dari dibangun para saudagar dan ningrat
masa kemudian menunjukkan bahwa rute Melayu, Makassar, Mandar, dan Bugis
pelayaran kapal-kapalnya menghubungkan tempat- selama masa kejayaan Kerajaan Gowa-
tempat yang disebut dalam laporan Speelman. Tallo’. Dengan adanya migrasi ini
Pada abad ke-18 kegiatan orang Bugis di kawasan jaringan-jaringan tersebut diperluas,
Selat Melaka sudah sangat meningkat sehingga sehingga menjadi landasan bagi sekian
mereka berperan pula dalam pertarungan politik, banyak gelombang eksodus lain yang
malahan orang Bugis menduduki jabatan sebagai sampai pertengahan abad ke-18
Raja Muda di Riau, dan di Selangor mendirikan membentuk kesatuan-kesatuan politik
kesultanan.27 Aktivitas perdagangan dan pelayaran baru di Kalimantan, Sumatera, Riau, dan
ini semakin meningkat sejak kekalahan Makassar Malaya.30
dari VOC yang ditandai dengan ditandatanganinya
Perjanjian Bongaya (Cappaya Bongaya). Selat Malaka dan beberapa wilayah di
Menurut Horst H. Liebner, bagi Sumatera merupakan daerah tujuan utama emigran
perdagangan laut Sulawesi Selatan, kekalahan Bugis, sedangkan menurut catatan-catatan
Makassar di tangan federasi Bugis-Belanda di syahbandar VOC pada akhir abad ke-18, di antara
bawah Arung Palakka dan VOC pada tahun 1667 semua pelabuhan di Jawa Utara, Banten (yang
merupakan titik balik yang penting. Akibat merupakan bandar terdekat ke Riau dan Selat
perjanjian Bongaya (1667) maka bandar niaga Malaka) adalah tujuan yang paling ramai
Makassar menjadi wilayah kekuasaan VOC, dan dikunjungi para pelayar ‘asal Sulawesi’ itu (18,9%
beberapa pasal perjanjian perdamaian membatasi dari semua nakhoda yang memasuki pelabuhan
dengan ketat kegiatan antar-pulau Gowa-Tallo dan itu), sementara di pelabuhan-pelabuhan yang lebih
sekutunya. Selain itu, para saudagar Melayu – dekat dengan Sulawesi seperti Surabaya atau
yang nota bene merupakan kelompok yang dengan Gresik hanya kurang dari 1 %.31
paling gigih mempertahankan Kota Makassar Sampai awal abad ke-20 penulis belum
terhadap serangan Bugis-Belanda – dipaksa menemukan data tentang aktivitas pelayaran dan
meninggalkan Gowa-Tallo, dan dalam eksodus itu perdagangan orang-orang Bugis-Makassar di
bergabung dengan sekian banyak kelompok Surabaya. Akan tetapi, upaya Nadjamuddin Daeng
bangsawan, ksatria, dan saudagar Sulawesi Selatan Malewa mendirikan sebuah perserikatan maritim
untuk membentuk armada-armada pengungsi yang yang bernama Ruplin (Rukun Pelayaran
sering disamakan dengan kota-kota yang Indonesia) pada tahun 1931 di Surabaya -- dengan
terapung.28 tujuan mengumpulkan pengusaha perkapalan dari
Sulawesi dan memperbaiki organisasi pelayaran
pinisi – menunjukkan maraknya aktivitas

27
Adrian B.Lapian, “Peta Pelayaran Nusantara Dari 29
Masa ke Masa” Makalah yang disampaikan dalam Pelras (1996: 145) dalam Horst, hlm. 93. Larangan ini
Musyawarah Kerja Nasional Sejarah XIII, di termaktub dalam Pasal 9 Perjanjian Bongaya yang
Makassar, 9-12 Juli 1996, hlm. 8. berbunyi: “Orang-orang Makassar tidak boleh berlayar
28 selain daripada Bali, Jawa, Betawi, Batam, Jambi,
Horst H. Liebner, Tradisi Kebaharian di Sulawesi Palembang, Johor dan Borneo, yang mana mereka
Selatan: Tinjauan Sejarah perkapalan dan Pelayaran” jarus mempunyai surat pas” lihat Andi Ima Kesuma,
dalam Dias Pradadimara & Muslimin A.R. Effendi Migrasi dan Orang Bugis (Yogyakarta: Ombak,
(peny.), Kontinuitas & Perubahan Dalam Sejarah. 2004), hlm. 67.
Sulawesi Selatan (Yogyakarta: Ombak, 2004), hlm. 30
92-93; H.D. Mangemba, “Semangat…, op. cit., hlm. Horst H. Liebner, op. cit., hlm. 93.
31
11-12. Ibid., hlm. 93-94.

70
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

perdagangan dan pelayaran orang-orang Bugis- Bekerja di kawasan pelabuhan Surabaya,


Makassar di Surabaya. membuat Ladjoni memiliki banyak
Aktivitas pelayaran dan perdagangan kenalan. Pada 1980-an, Ladjoni membuat
orang-orang Bugis-Makassar di Surabaya usaha ekspedisi "kaki lima" dengan
melahirkan banyak saudagar kaya. Salah satu yang kantor di atas motor. "Hanya berbekal
fenomenal adalah Mattalitti. Gambar nomer tiga di surat-surat, saya datang ke pelabuhan dan
atas menunjukkan hal tersebut. Pada tahun 1935, transaksi dilakukan di atas motor selesai,"
seperti yang tampak pada gambar, terdapat dua ujarnya. Pada 1988, ayah Annisa Al A'raf
pertokoan simetris yang sangat indah yang , Ramdani Qodri Akbar, Qolbiah Aini,
dibangun dengan gaya arsitektur Art Deco. Toko dan Fatimah Rahmatullah ini, kemudian
tersebut dinamakan Toko Kembar. Di sebelah kiri membuat badan usaha bongkar muat
(Jalan Tunjungan No. 82) terdapat sebuah toko dengan nama CV Bakti Keluarga. Nama
kesenian yaitu Toko Mattalitti. Toko ini menjual tersebut, kata dia, diambil dari landasan
pelat gramofon. Di dinding depan terdapat papan dia berusaha karena rasa baktinya kepada
iklan yang berbunyi: “His master voice” dengan keluarga.
gambar seekor anjing duduk menghadap corong Dalam menjalankan usahanya, Ladjoni
suara. Saat ini, gedung tersebut disebut dengan senantiasa berpatokan pada pesan
“gedung setan”.32 ayahnya, yakni orang Bugis di mana-
Menilik lokasi toko ini yang sangat mana menjadi pionir dengan dua hal,
strategis (berada pada pusat kegiatan ekonomi dan "taro ada taro gau" (satu kata dan
perdagangan elit Surabaya), apalagi telah ada sejak perbuatan), juga "resopa temmangingngi
zaman kolonial maka dapat dipastikan pemiliknya malomo naletei pammase dewata" (hanya
bukanlah orang kaya biasa, tetapi benar-benar kerja keras disertai doa yang akan
orang kaya. diberkahi oleh Tuhan). "Dua pesan itulah
Saudagar Bugis kaya ini terus yang menjadi spirit saya dalam bekerja,"
bermunculan pada periode-periode berikutnya. ungkapnya.
Kita dapat menyebut misalnya Lukman Ladjoni
yang saat ini telah memiliki beberapa kapal. Pada 1997, Ladjoni mendirikan
Namun demikian, menjadi orang kaya apalagi di perusahaan pelayaran bernama "CV Surya
“negeri orang” tidaklah semudah membalikkan Bintang Timur". Awalnya, Ladjoni hanya
telapak tangan. Penderitaan dan tantangan datang menyewa kapal, namun pada 2002 dirinya
silih berganti. Untuk mendapatkan gambaran berhasil membeli satu kapal. "Sekarang
perjuangan yang sangat berat tersebut, penulis saya sudah memiliki lima kapal kargo,
kutipkan kisah Lukman Ladjoni. dan dua kapal perintis," kisahnya. Selain
perusahaan pelayaran, Ladjoni juga
Pria kelahiran Parepare 15 April 1962 ini memiliki usaha kapal keruk di Surabaya
meninggalkan kampung halamannya bernama PT Surya Telaga Luhur. Selain
(Parepare) saat berusia 4 tahun. Saat itu itu, Ladjoni juga memiliki perusahaan
ibunya menyusul sang ayah yang terlebih konstruksi bernama PT Pilaren yang
dahulu ada di Surabaya. Ayah Lukman didirikan pada 2001. Perusahaan
Ladjoni mengelola bisnis angkutan darat, konstruksi tersebut, lanjut suami Hj
namun mengalami kebangkrutan pada Kasmawati Palureng ini, khusus
1973. Saat itu Lukman masih duduk di menangani pembangunan bandara.33
bangku SD. Pada saat Ladjoni duduk di
bangku kelas dua SMA, ayahnya Selain munculnya banyak orang-orang
meninggal. Ladjoni terpaksa bekerja kaya, kehadiran orang-orang Bugis-Makassar di
untuk membantu membiayai kebutuhan Kota Surabaya juga menyebabkan munculnya
sekolah dua adiknya serta mengasapi perkampungan baru yang berada di Surabaya
dapur keluarganya. "Waktu itu, saya terkonsentrasi di kawasan utara Surabaya seperti di
bekerja sebagai penghitung barang di Jalan Teluk Bone, Teluk Nibung, Ikan Gurami,
pelabuhan," ungkapnya. dan lain-lain. Menurut Anas Siradju, cikal bakal

32
http//djawatempodoeloe.multiply.com/photos/photo/ 33
“Kisah Sukses Saudagar Bugis Makassar; H
2/30/15 (akses 5 Novem-ber 2010); Wawancara
Mangkana dan Lukman Ladjoni (1). Bermodal Rp 50
dengan Anas Siraju, 8 November 2010; Khairil
Ribu, Kini Berpenghasilan Rp 30 M” dalam
Arsyad, 25 Oktober 2010; Suparto Brata, 11
http://news.fajar.co.id/ read/104980/127/kisah-sukses-
November 2010.
saudagar-bugis-makassar-h-mangkana-dan-lukman-
ladjoni-1 (akses 17 September 2010).

71
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

perkampungan Bugis di Surabaya berada di sekitar 15. Nusa Tenggara Barat 10.695
16. Nusa Tenggara Timur 3.201
wilayah tersebut.
17. Kalimantan Barat 531
Pelopornya waktu itu di teluk-teluk itu. 18. Kalimantan Tengah 293
Waktu itu di teluk-teluk belum ada 19. Kalimantan Selatan 9.342
20. Kalimantan Timur 10.636
rumah, gak ada orang dulu di situ. Yang 21. Sulawesi Utara 25.751
pertama kali mendirikan rumah di situ 22. Sulawesi Tengah 36.129
namanya Andi Massakirang Petta Lawa, 23. Sulawesi Tenggara 23.225
orang Bone kakek saya. Dulu gak ada 24. Maluku 6.883
25. Irian Jaya 5.068
rumah di situ rawa-rawa dan di sekitar
Jumlah 266.811
situ dulu adalah lapangan terbang
Surabaya dan Juanda itu dibuat khusus Keterangan: *) Tidak ada data
Sumber : “Biro Pusat Statistik RI – Jakarta” dalam Abidin,
untuk angkatan laut dalam rangka 1983: 74.
pembebasan Irian Barat. Petta Lawa itu
pengusaha perahu, pelayaran di Kalimas, Tabel di atas menunjukkan, sampai tahun
dia merantau.34 1971 Jawa Timur merupakan satu dari lima
propinsi pavorit yang menjadi daerah eksodus bagi
Muncul dan berkembangnya pemukiman orang-orang Bugis-Makassar. Dalam tabel
orang-orang Bugis di sekitar kalimas atau sekitar memang tidak dijelaskan di wilayah kota atau
pelabuhan Tanjung Perak sangat dapat dipahami, kabupaten mana orang-orang Bugis-Makassar
mengingat aktivitas utama orang-orang Bugis tersebut berdiam. Akan tetapi, dugaan penulis,
adalah pelayaran dan perdagangan. Hal yang sama Surabaya dan Gresik menjadi tempat yang paling
juga terjadi di wilayah-wilayah lain di nusantara. banyak dihuni oleh orang-orang Bugis- Makassar.
Hal inilah tergambar dari ungkapan bahwa: “Di Hal ini berkaitan dengan terdapatnya dua
mana ada tambatan perahu, di situ pasti ada pelabuhan besar di dua wilayah ini yang sejak
orang Bugis”. Namun demikian, sebagai abad ke-17 menjadi salah satu pelabuhan pavorit
konsekuensi yang tidak lagi hanya berprofesi bagi para pelaut dari Sulawesi Selatan.
sebagai pelaut dan pedagang, orang-orang Bugis- Jika pada abad ke-15 hingga pertengahan
Makassar kini menyebar di berbagai tempat di abad ke-20, diaspora orang-orang Bugis-Makassar
Surabaya. banyak berkaitan dengan masalah
Menuntut Ilmu dan Mengabdi pada politik/keamanan dan pelayaran/perdagangan,
Negara maka ketika Indonesia memasuki “masa tenang”
motif perantauan mengalami pergeseran. Beberapa
Pasca proklamasi kemerdekaan hingga narasumber yang penulis wawancarai mengaku
berhentinya huru-hara politik di Sulawesi Selatan kalau kepergiannya ke Surabaya didorong oleh
(sekitar tahun 1965) tidak lantas menyurutkan niat niat untuk mendapatkan pendidikan yang lebih
orang-orang Bugis-Makassar untuk melakukan baik dan niatnya untuk mengabdi pada negara
perantauan termasuk ke Jawa Timur, khususnya melalui insitusi militer ketentaraan, khususnya
Surabaya. Data sensus penduduk yang dikeluarkan Angkatan Laut.
oleh Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1971 Salah seorang yang saat ini bermukim di
masih menunjukkan banyaknya orang-orang Surabaya yang awalnya berdinas di Angkatan Laut
Sulawesi Selatan yang berdiam di propinsi lain. adalah Anas Siraju. Beliau adalah mantan Dekan
Tabel 2. Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah yang
di Berbagai Propinsi di Indonesia (1971) pertama dan ketiga dan juga mantan Pembantu
Rektor II UHT. Pada tahun 1960, beliau masuk
Propinsi Jumlah (orang)
Angkatan Laut dan ditugaskan ke berbagai
1. DI. Aceh*) -
2. Sumatera Utara 1.958 wilayah di Indonesia seperti Ambon, Ternate,
3. Sumatera Barat 911 Menado, Belawan, Tanjung Pinang, dan Singkep.
4. Riau 16.449
5. Jambi 32.927
Pada tahun 1960 ketika saya masuk AL
6. Sumatera Selatan 11.867 terjadi TRIKORA (pembebasan Irian
7. Bengkulu 11 Barat) dan saya langsung ikut operasi.
8. Lampung 2.503 Setelah pembebasan Irian Barat muncul
9. DKI Jakarta 3.301
Dwikora (Ganyang Malaysia) dan saya
10. Jawa Barat*) -
11. Jawa Tengah 11.449 ditarik ke Jawa. Di Jawa sebentar dan
12. DI Yogyakarta 2.002 kemudian dipindahkan ke Tanjung
13. Jawa Timur 20.175 Pinang. Pada awal tahun 1965 saya diberi
14. Bali 1.724
kesempatan ikut tes oditur dan saya lulus.
Kemudian tahun 1965 pecah
34
Wawancara dengan Anas Siraju, 8 November 2010. pembrontakan G30S dan kebetulan yang

72
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

menjadi direktur Pendidikan Hukum dan Andi Sudirman (mantan anggota DPRD
Militer itu adalah Brigjen Sutoyo Surabaya). Selain itu, wanita energik ini juga
(termasuk jenderal yang diculik) maka pernah aktif di BKOW (Badan Kerjasama
selama setahun berhenti. Kemudian saya Organisasi Wanita) Jawa Timur dan saat ini
diperbantukan di Teperda Jaya (Tim menjadi Ketua Muslimat Mesjid Al-Falah.37
Pemeriksa Kodam Jaya) suatu lembaga Walaupun bersuamikan orang yang
yang menangani tahanan-tahanan 30 S berasal dari keturunan Jawa-Madura, dalam
waktu itu di Jakarta. Kemudian oleh kehidupan sehari-hari beliau mengaku masih
Angkatan Laut ditugaskan untuk operasi sering menggunakan adat-istiadat dan kebiasaan
ikan paus, juga operasi sisa-sia G30S.35 orang-orang Bugis seperti prosesi dan pakaian adat
Pada tahun 1984, beliau kembali bertugas ketika menikahkan putrinya. Beliau juga masih
di Koarmatim di Surabaya dan ketika Angkatan tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga
Laut (AL) hendak mendirikan Universitas Hang besarnya di Sulawesi Selatan dengan saling
Tuah beliau ditunjuk oleh KSAL sebagai Dekan mengunjungi. Hanya saja seperti lazimnya
Fakultas Hukum yang pertama. Walaupun beliau perantau Bugis, putra-puterinya tidak bisa lagi
mengaku tidak punya pengalaman sama sekali menggunakan bahasa ibunya, yakni Bahasa
dalam dunia pendidikan, latar belakang Bugis.38
pendidikannya di Akademi Hukum Militer (AHM) Jika Ibu Sari meninggalkan kampung
dan Perguruan Tinggi Hukum Militer (PTHM) halamannya menuju Surabaya untuk melanjutkan
sangat membantu tugas-tugasnya sebagai dekan. studi, maka Pak Khairil karena pekerjaan. Pada
Pria yang sudah berusia 70 tahun tetapi masih tahun 1985-1986 bekerja di asuransi jasa raharja
energik ini mengaku pada awal-awal di Surabaya Surabaya kemudian melanglang buana ke Menado,
sering bersosialisasi dengan orang-orang Bugis, Bontang, Jakarta, dan Palembang. Setelah
apalagi beliau juga memiliki banyak keluarga di menyelesaikan pendidikan diploma perhubungan
Surabaya.36 daratnya di Tegal, pada tahun 1998 kembali ke
Contoh lain orang Bugis yang saat ini Surabaya. Ketika saya bertanya apakah di
bermukim di Surabaya yang awalnya disebabkan Sulawesi Selatan tidak ada pekerjaan sehingga
oleh pendidikan adalah Ibu Sari. Setelah harus merantau ke Surabaya, beliau menjawab:
menyelesaikan sekolah di Pendidikan Guru Agama Di Sulawesi bukannya tidak ada
(PGA) di Balikpapan, pada tahun 1975 beliau pekerjaan tapi karena faktor gengsi,
dikirim oleh kedua orangtuanya untuk melanjutkan waktu zamannya masih muda kita kerja,
pendidikan di IAIN Sunan Ampel Surabaya. belum tentu dapat pekerjaan enak, kita
Selama menjadi mahasiswa di Surabaya, belia mulai dari nol semua dan saya
aktif di Ikatan Keluarga Mahasiswa (IKAMI) pergaulannya dulu di SMA Negeri I
bersama Hatta Ali (salah seorang hakim agung) semua anak-anak pejabat. Saya mau kerja
tapi kerja apa, jadi lebih baik saya keluar
dari sana (pen. Sulawesi Selatan) supaya
35
Wawancara dengan Anas Siraju, 8 November 2010. saya tidak malu.39
36
Ibid. Menurut Anas Siraju, selain di Surabaya orang Alasan yang dikemukakan oleh Khairil
Bugis juga banyak di Malang, Pasuruan, dan Madiun.
Arsyad sama dengan alasan yang disampaikan
Ketika TNI memasuki Sulawesi Selatan pada tahun
1950 untuk menumpas pembrontakan Andi Azis dan beberapa perantau Bugis ke Johor sebelum Perang
Kahar Muzakkar. Tentara yang datang ke Bone, Dunia II. Alasan yang disampaikan secara
Sulawesi Selatan waktu itu adalah Resimen Infantri 23 berpantun tersebut adalah sebagai berikut:
dengan komandan resimennya bernama Sukowati. De’ga pasa’ ri lipu’mu, balanca ri
Kemudian anggota pasukan infantri ini tersebar di kampommu, mulanco mabela? Engka
mana-mana dan banyak yang bujangan dan pasa’ ri lipu’ku, balanca ri kompokku
memperistri gadis-gadis Bugis antara lain tante saya ulampa mabela, iakia’ ininnawami
yang menikah dengan kapten…. (tidak terdengar) kusappa’!
kapten waktu itu tahun 1950, kepala staf resimen
Apakah tidak ada pasar dan uang di
infantri 23, ada juga yang kawin dengan sersan mayor
dan sekarang mereka banyak di Malang dan Madiun. negerimu yang menyebabkan engkau dari
Setelah kembali ke induknya istrinya dibawa. Salah jauh merantau? Ada pasar dan ada belanja
satu adalah mantan komandan pusat polisi militer di kampungku, tetapi saya mengembara
(POM) Mayor Jenderal ee..ee saya panggil om Jonet,
itu istrinya adalah tante saya. Dia kawin masih letnan
dua dan sampai terakhir dia bintang dua, tapi anaknya 37
Wawancara dengan Ibu Sari, 18 Oktober 2010
kawin dengan orang Palembang, orang Jawa dan lain- 38
lain jadi sudah luntur Bugisnya tapi tante saya masih Ibid.
39
sering ke Makassar. Wawancara dengan Khairil Arsyad, 25 Oktober 2010

73
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

karena mencari cinta kasih dan dengan awal abad XX. Perang mempertahankan
ketenangan hati.40 kemerdekaan sampai dengan tahun 1950-an,
Alasan-alasan perantauan seperti yang kemudian disusul dengan pembrontakan DI/TII
disebutkan di atas, banyak sekali dijumpai tahun 1950-an hingga 1965, semuanya merupakan
dikalangan orang-orang Bugis-Makassar yang faktor yang tidak dapat diabaikan sebagai
melakukan perpindahan menuju wilayah lain di penyebab derasnya arus perantauan orang-orang
nusantara. Namun demikian--seperti yang Bugis-Makassar.
disampaikan oleh Pelras—alasan itu tidak cukup Kedua, faktor ekonomi. Faktor ini sangat
untuk menjelaskan fenomena banyaknya orang berhubungan dengan tradisi pelayaran dan
Bugis meninggalkan kampung halamannya dan perdagangan yang sudah dilakukan oleh orang-
merantau ke berbagai negeri. orang Bugis-Makassar berabad-abad yang lampau.
Hingga saat ini, tradisi pelayaran dan perdagangan
tersebut masih dapat dijumpai di Pelabuhan
Uraian dalam bab-bab sebelumnya Rakyat Kalimas. Menariknya, orang-orang Bugis-
memperlihatkan bahwa diaspora orang-orang Makassar tidak hanya menjadi anak buah kapal
Bugis-Makassar ke berbagai wilayah nusantara (ABK), tetapi banyak dari mereka sudah memiliki
yang bahkan melampaui teritori Indonesia telah puluhan kapal dan juga memiliki perusahaan yang
berlangsung sangat lama. Di seluruh wilayah berkaitan dengan aktivitas pelayaran seperti
nusantara, di semenanjung Melayu dan Singapura perusahaan ekspedisi.
hingga pesisir barat Papua, dari Filipina Selatan Ketiga, faktor pendidikan. Faktor ini turut
dan Kalimantan Utara dan Timur, Australia, menyumbang banyaknya orang Bugis-Makassar
Afrika Selatan, Bali, Madura, Pantai Utara Jawa, bermukim di Surabaya dewasa ini. Aktivitas
Aceh, Singapura, Perak, Johor, Riau, Papua, dan menuntut ilmu di kota ini banyak dijumpai pada
Timor Leste banyak dijumpai orang-orang Bugis- pertengahan abad ke-20, ketika masa kacau di
Makassar. tingkat nasional maupun di Sulawesi Selatan
Sampai saat ini tidak ada data yang jelas berangsur pulih. Selain di bidang pendidikan,
yang menceritakan kapan orang-orang Bugis- ketentaraan, khususnya Angkatan Laut (AL) juga
Makassar melakukan diaspora ke Surabaya. menjadi daya tarik bagi anak-anak muda Bugis-
Namum demikian, mengingat Surabaya (selain Makassar untuk ke Surabaya.
Gresik) merupakan salah satu pelabuhan penting di
nusantara maka dapat diduga proses itu sudah
berlangsung sejak pelabuhan ini mengalami masa Abdullah, Hamid. Manusia Bugis Makassar: Suatu
kejayaan. Di Surabaya, perkampungan orang- Tinjauan Historis Terhadap Pola Tingkah
orang Bugis-Makassar terkonsentrasi di wilayah Laku dan Pandangan Hidup Manusia
utara seperti di Jalan Teluk Bone, Jl. Teluk Bugis Makassar. Jakarta: Inti Idayu Press,
Nibung, Jl. Teluk Tomini, Jl. Ikan Gurami, dan 1985.
lain-lain. Menurut informasi yang berhasil Abidin, Andi Zainal. Persepsi Orang Bugis,
dihimpun perkampungan orang-orang Bugis Makassar Tentang Hukum, Negara dan
dibuka pertama kali oleh Andi Massakirang Petta Dunia Luar. Bandung: Alumni, 1983.
Lawa yang berasal dari Bone (Sulawesi Selatan). Abiyoso, Anis dan Ahmadun Y. Herfanda. Teror
Saat ini, selain di kawasan perak, orang-orang Subuh di Kanigoro. Yogyakarta: Bentang,
Bugis-Makassar sudah menyebar ke berbagai 1995.
tempat di Surabaya.
Agung, Ide Anak Agung Gde. Dari Negara
Pertanyaannya kemudian adalah apakah
Indonesia Timur ke Republik Indonesia
yang menyebabkan terjadinya eksodus tersebut?.
Serikat. Yogyakarta: Gadjah Mada
Paling tidak terdapat tiga faktor yang
University Press, 1985.
menyebabkan diaspora orang-orang Bugis-
Makassar ke Surabaya. Pertama, faktor politik dan file://localhost/e:/diaspora/diaspora1.htm, diakses
keamanan. Persoalan ini memiliki akar yang tgl 1/7/ 2010.
sangat panjang, yakni sejak terjadinya huru-hara Harvey, Barbara Sillars, Pemberontakan Kahar
politik di Sulawesi Selatan yang dimulai dengan Muzakkar dari Tradisi ke DI/ TII. Jakarta:
pertikaian antar kerajaan yang di dalamnya VOC Grafitipers, 1989.
turut bermain. Masa kekacauan ini belangsung Hasan, Sabri. “Peranan Etnis Bugis Makassar
selama tiga abad mulai abad XVI hingga XVIII ini dalam Perdagangan” dalam Eskpedisi
disusul dengan perang melawan Belanda sampai Geografi Indonesia Sulawesi Selatan.
Jakarta: PSSDAD, 2008.
40
Andi Zainal Abidin, op. cit., hlm. 72.

74
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

http://www.csrc.or.id/resensi/ Mukhlis dan Kathryn Robinson. Migrasi. Ujung


index.php?detail=20090618110131, Pandang: Lembaga Penerbitan
diakses tgl 5/72010). Universitas Hasanuddin-YIIS, 1985.
http://news.fajar.co.id/read/104980/127/kisah- Naim, Mohtar. Merantau: Pola Migrasi Suku
sukses-saudagar-bugis-makassar-h- Minangkabau. Yogakarta: Gadjah Mada
mangkana-dan-lukman-ladjoni-1 (akses University Press, 1979.
17 September 2010). Nurhan, Kenedi. “Diaspora Bugis-Makassar dari
Kesuma, Andi Ima. Migrasi dan Orang Bugis. Somba Opu” dalam Kompas, 16 Januari
Yogyakarta: Ombak, 2004. 2009.
Lapian, Adrian B. “Peta Pelayaran Nusantara Dari Pelras, Christian. Manusia Bugis. Jakarta: Forum
Masa ke Masa” Makalah yang Jakarta-Paris, 2006.
disampaikan dalam Musyawarah Kerja --------------. “Religion, Tradition, and The
Nasional Sejarah XIII, di Makassar, 9-12 Dinamiycs of Islamization in South
Juli 1996. Sulawesi” dalam Archipel, No. 5 April
Liebner, Horst H. Tradisi Kebaharian di Sulawesi 1993.
Selatan: Tinjauan Sejarah perkapalan dan Pradadimara, Dias & Muslimin A.R. Effendi
Pelayaran” dalam Dias Pradadimara & (peny.). Kontinuitas & Perubahan Dalam
Muslimin A.R. Effendi (peny.), Sejarah. Sulawesi Selatan. Yogyakarta:
Kontinuitas & Perubahan Dalam Sejarah. Ombak, 2004.
Sulawesi Selatan. Yogyakarta: Ombak,
Reid, Anthony. Dari Ekspansi hingga Krisis:
2004, hlm. 59-126.
Jaringan Perdagangan Global Asia
Mangemba, H.D. “Semangat Kebaharian Orang Tenggara 1450-1680. Jilid II. Jakarta:
Sulawesi Selatan: Dulu dan Sekarang” Yayasan Obor, 1999.
dalam Lontara, Majalah Ilmiah
Wawancara dengan Anas Siraju, 8 November 2010
Universitas Hasanuddin, Tahun XXIX,
No. 3, 1994, hlm. 8-19. Wawancara dengan Ibu Sari, 18 Oktober 2010
Mattalioe, Bahar. Petualangan Qahhar Wawancara dengan Khairil Arsyad, 25 Oktober
Mudzakkar. Yogyakarta: Ombak, 2006. 2010
Wawancara dengan Suparto Brata, 11 November
2010

* Artikel ini pernah dipresentasikan pada Konferensi Nasional Sejarah ke-9 yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala - MSI, 5-7 Juli
2011 di Jakarta.

75
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Mohammad Sairin
berbatasan dengan Kecamatan Ampibabo
Kabupaten Parigi Moutong dengan batas alamnya
lintasan Gunung Tolaimanu dan Gunung
Sejauh ini kecenderungan studi sejarah
Panambaila. Dusun Ombo Desa Sikara Tobata
mengenai kopra lebih memilih batasan waktu studi
Kecamatan Sindue Tobata dengan batas alam
pada periode kolonial hingga tahun 1950-an (Lihat
Sungai Ombo di sebelah Selatan. Selat Makassar
Heersink, 1999; Hasan, 2000; Rucianawati, 2001;
di sebelah Barat.2
Leirissa, 2002; Rasyid Asba, 2007). Padahal di
Letak Sirenja yang berada di pesisir Selat
beberapa daerah justru menunjukan adanya
Makassar memudahkan penduduk daerah ini
kemajuan perdagangan kopra rakyat pada periode
mengadakan kontak dunia luar. Alfred Thayer
tahun 1950-an hingga 1970-an, seperti yang terjadi
Mahan menyampaikan bahwa apabila keadaan
di sepanjang pesisir Pantai Barat Kabupaten
pantai suatu wilayah memudahkan orang turun ke
Donggala hingga Tolitoli. Salah satu daerah yang
laut, maka penduduknya akan lebih bergairah
termasuk dalam kawasan ini adalah Sirenja. Kopra
untuk mencari hubungan luar melalui laut.3 Salah
memiliki catatan penting dalam perjalanan sejarah
satu berita tertua yang memberi informasi
Sirenja. Secara kwantitas, produksi kopra di
hubungan Sirenja dengan dunia luar yaitu naskah
Sirenja relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan
Perjanjian Bungaya yang ditandatangani oleh
produksi kopra di wilayah Donggala. Kehadiran
Sultan Hasanuddin (Sultan Gowa XVI) dan
kopra telah memberi dampak yang tidak sedikit
Belanda tanggal 18 November 1667. Pada naskah
bagi kehidupan masyarakat Sirenja. Tulisan ini
Perjanjian Bungaya Pasal 17, wilayah Sirenja
bertujuan untuk menggambarkan dan
disebut dengan nama Silensak.4 Hal ini
merekonstruksi perdagangan kopra bagi
menandakan bahwa daerah Sirenja dan daerah
masyarakat Sirenja, dan situasi politik di tingkat
lainnya yang disebutkan dalam perjanjian itu
nasional maupun regional Sulawesi bagi usaha
memiliki posisi penting secara ekonomis maupun
kopra di Sirenja.
politis, baik bagi Kesultanan Gowa maupun bagi
Sirenja secara administratif merupakan
VOC. Kemudian sebuah peta tua Pulau Sulawesi
sebuah kecamatan dalam wilayah Kabupaten
tahun 1775, mencantumkan wilayah Sirenja
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan
dengan sebutan Silensa. Wilayah lainnya yang
Sirenja terdiri dari 12 (Dua Belas), yakni: Ombo,
disebutkan dalam peta itu, antara lain: Balayssan
Ujumbou, Tondo, Jono Oge, Dampal, Tanjung
(Baca: Balaesang), Dampellas (Baca: Dampelas),
Padang, Sipi, Balentuma, Tompe, Sibado, Lende,
dan Tetoli (Baca: Tolitoli). Kemudian sebuah peta
dan Lende Tovea. Letak geografis Sirenja berada
tua Sulawesi yang dibuat tahun 1795,
pada posisi 0°08’36”-0°21’59” LS dan
mencantumkan nama Sirenja dengan sebutan
119°46’38”-119°56’24” BT dengan luas wilayah
Seringa. Daerah lainnya yang disebutkan dalam
mencapai 286,94 km2. Sirenja terletak di wilayah
peta tersebut, antara lain: Tolatola (baca: Tolitoli),
Pantai Barat,1 Kabupaten Donggala dengan posisi
Dumpalus (baca: Dampelas), Tombo (baca:
terbentang dari arah Utara ke Selatan sepanjang ±
19 km dan lebar dari Timur ke Barat ± 11,76 km.
Jarak Sirenja dari ibukota kabupaten (Kota 2
BPS Donggala. 2010. Kecamatan Sirenja Dalam
Donggala) sejauh ± 124 km dan ± 90 km dari Kota Angka 2010, (Donggala: BPS Donggala), hal. 2-3.
Palu, ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah 3
A.B. Lapian. “Pengantar” dalam Van Leur dan
Sirenja di sebelah utara berbatasan dengan Verhoeven. Teori Mahan dan Sejarah Kepulauan
Kecamatan Balaesang, puncak Gunung Bosa Indonesia. (Jakarta: Bhratara,1971), hal 5-6.
sebagai batas alam keduanya. Sebelah Timur 4
Isi Pasal 17 Perjanjian Bungaya, yakni: “Sultan harus
melepaskan segala haknya atas Pulau-pulau Sula dan
1
Pantai Barat adalah sebutan untuk wilayah yang pulau lainnya yang termasuk dalam kekuasaan
terletak di pesisir Kabupaten Donggala bagian Utara. Ternate, seperti: Selayar, Muna dan seluruh daerah-
Wilayah ini mencakup beberapa Kecamatan, yakni: daerah di pesisir timur Sulawesi, yaitu mulai dari
Sindue, Sindue Tombusabora, Sindue Tobata, Sirenja, Sanana sampai Manado, Pulau-pulau Banggai, Gapi
Balaesang, Balaesang Tanjung, Dampelas, Sojol, Sojol dan lain-lainnya yang terletak antara Mandar dan
Utara. Bahkan sebagian wilayah Kabupaten Tolitoli Manado seperti Lambagi, Kaidipan, Buwol, Toli-toli,
dalam wilayah ini. Dalam rencana pembentukan Dampelas, Balaisang, Silensak, dan Kaili.” Lihat Abd.
Kabupaten Pantai Barat, dua kecamatan lainnya juga Razak Daeng Patunru. Sejarah Gowa.(Cet. II). (Ujung
dimasukan dalam wilayah ini, yakni Kecamatan Pandang: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan,
Tanantovea dan Kecamatan Labuan. 1983), hal. 53.

76
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Tambu), Parlow (baca: Palu) dan Dungally (baca: menjabat sebagai Madika Matua, ia telah
Donggala).5 Hubungan Sirenja dengan dunia luar ditokohkan dalam masyarakat Sirenja. Selain
telah terjalin sebelum Agama Islam berkembang di sebagai Madika Matua, Lapasamula juga dikenal
daerah ini. Hal ini dibuktikan dengan berbagai sebagai seorang pengusaha sekaligus tokoh agama.
penemuan barang antik, berupa aneka porselen Ia memiliki peran penting bagi pembukaan sawah
Cina yang dijadikan sebagai bekal kubur beserta di Sirenja serta pembukaan Kampung Jono Oge
parang, kemenyan dan perhiasan. pada era tahun 1920-an. Ia juga sempat menjabat
sebagai Pejabat Sementara Kepala Distrik Sirenja.
Mula-mula ia berdomisili di Kampung Lende
kemudian pindah ke Kampung Tanjung Padang. Ia
Kopra Sirenja pada Masa Kolonial menjabat Madika Matua hingga ia wafat pada
Kopra Sirenja mulai diproduksi dan tanggal 17 April 1949.
menjadi komoditi perdagangan di Sirenja. Lapasamula mempunyai usaha dagang
Kemungkinan usaha pembudidayaan kelapa di yang menjual hasil kebun dan hutan, seperti kopra,
Sirenja untuk tujuan bisnis mulai digalakkan sejak rotan, maupun kayu. Komoditas ini dijual ke
tahun 1894. Ketika itu pemerintah Hindia Belanda Makassar bahkan Singapura melalui rute
melalui Residen Manado mengeluarkan kebijakan pelabuhan Donggala. Lapasamula menjalin
tentang perluasan pertanian rakyat dan perkebunan kerjasama dengan kongsi dagang Cina.9 Pedagang
kelapa milik swasta di Afdeeling Donggala. kopra Cina yang terkenal di wilayah Donggala,
Melalui kebijakan itu, penguasa-penguasa lokal yakni Nio Bio Tjioe, Kho Peng Hui dan Liem
untuk memperoleh tanah yang digunakan untuk Boen Yad. Nio Bio Tjioe dan Kho Peng Hui yang
menanam pohon kelapa, pengerahan tenaga kerja menguasai perdagangan kopra di sepanjang pesisir
dan keamanan perkebunan kelapa.6 Pemerintah Barat Donggala. Keduanya memiliki jaringan dan
Hindia Belanda kemudian membuka Onderneming kongsi dengan perusahaan Cina bernama Heng
di daerah Donggala bagian Utara [baca: Pantai Seng. Sejak tahun 1923 hingga 1933 peranan
Barat] pada awal tahun 1900-an, yakni di daerah pedagang Cina di Donggala dikuasai Heng Seng,
Tonggolobibi, Sibualong dan Alindau. Pemilihan bahkan mereka menguasai ekspor kopra di
wilayah Pantai Barat sebagai tempat Sulawesi Tengah.10 Masih perlu penelitian lanjutan
pembudidayaan kelapa karena tanahnya dianggap hubungan antara usaha dagang Lapasamula dengan
cocok untuk budidaya tanaman kelapa. Pada tahun perusahaan Heng Seng.
1918, produksi kopra di wilayah Pantai Barat Usaha yang dilakoni oleh Lapasamula
mencapai 10.500 Ton. Wilayah Sibualong pernah mengalami kerugian. Salah satu
menghasilkan 2.000 Ton, Alindau menghasilkan penyebabnya adalah uang hasil usaha dagang milik
1.500 Ton, Batusuya menghasilkan 1.000 Ton, Lapasamula yang seharusnya dibayarkan utang
Tonggolobibi menghasilkan 2.000 Ton, dan kepada orang Cina dibawa kabur oleh
wilayah Pantai Barat lainnya, termasuk Sirenja sekretarisnya bernama Sagerlaki, orang Manado.
sebesar 4.000 Ton.7 Sekitar awal tahun 1940-an Akibatnya Lapasamula menanggung beban utang
gudang kopra milik Coprafonds dibangun di yang besar kepada pedagang Cina, sehingga ia
Sirenja. Membaca peluang dan kesempatan untuk banyak menjual hartanya berupa pohon kelapa
usaha kopra menyebabkan munculnya pengusaha untuk membayar utang tersebut. Bahkan,
kopra di Sirenja. Usaha ini terutama dilakukan rumahnya di Lende pun harus dijual kepada Orang
oleh kaum bangsawan. Cina.11 Perdagangan kopra pada masa kolonial di
Seorang bangsawan yang melakukan Sirenja maupun Kota Donggala, tidak bisa
usaha perdagangan kopra adalah Lapasamula. dilepaskan dari kehadiran Orang Cina. Apalagi
Sejak tahun 1936 ia diangkat sebagai Madika
Matua (Perdana Menteri) Kerajaan Tawaeli yang berfungsi sebagai tempat kedudukan Madika Matua
berkedudukan di wilayah Sirenja.8 Sebelum (Perdana Menteri) Kerajaan Tawaeli. Madika Matua
Tawaeli yang terakhir bernama Lapasamula,
5 memerintah sejak tahun 1936-1949. Kajian tentang
Mohammad Sairin. Terbentuknya Elite Baru; Sejarah sejarah pemerintahan di Sirenja dapat dilihat dalam
Keluarga di Sirenja (1949-2009). Palu: Skripsi pada kajian Mohammad Sairin, Loc.Cit.
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan 9
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako, hal 28-29. Wawancara dengan Azwin Lapasamula di Desa Lende
6
Hasan. Produksi dan Perdagangan Kopra di Donggala Tovea, 12 Februari 2011.
10
1850-1937. Tesis S2 Program Studi Sejarah Hasan. Loc.Cit, hal 198-199; bandingkan dengan
Universitas Gadjah Mada, 2000, hal. 97 Rasyid Asba. Kopra Makassar Perebutan Pusat dan
7
Ibid, hal 131 Daerah: Kajian Sejarah Ekonomi Politik Regional di
8 Indonesia. (Jakarta: Yayasan Obor, 2007), hal 131.
Semenjak awal abad XX, wilayah Sirenja dimasukan 11
dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Tawaeli. Sirenja Op. Cit.

77
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

semenjak masa kolonial, Sirenja telah menjadi menjadi “Yayasan Kopra”. Kopra yang dijual
salah satu pusat pemukiman orang Cina di kepada Yayasan Kopra harus memiliki persyaratan
Afdeling Donggala, selain Kota Donggala dan bahwa rakyat boleh menjual kopranya kepada
Wani.12 Yayasan Kopra apabila memiliki kopra minimal
25 ton. Akibatnya, rakyat yang memiliki kopra di
Kopra Sirenja dan Situasi Politik di bawah kuota tersebut menjual kopra kepada
Tingkat Nasional dan Lokal pedagang perantara. Agar penjualan kopra oleh
Usaha kopra di Sirenja juga dipengaruhi rakyat lebih intensif, pemerintah membuka
oleh situasi politik, baik di tingkat Nasional koperasi. Salah satu tujuan pendirian koperasi
maupun di Sulawesi. Semangat revolusi di untuk menolong petani kelapa kecil, karena
Sulawesi Tengah memiliki dampak hingga ke melalui koperasi itu rakyat dapat menjual langsung
Sirenja. Atas instruksi G.S.S.J Ratulangie selaku kopranya tanpa ketentuan seperti Yayasan Kopra
Gubernur Sulawesi yang isinya agar masyarakat serta menghindari pemerasan dari pedagang-
bersama-sama menentang kembalinya penjajahan pedagang kopra perantara kepada petani kecil
Belanda, maka pada tahun 1945 di daerah Sigi- dengan sistem ijon. Koperasi rakyat diperkenalkan
Dolo, Palu dan Tawaeli dibentuk laskar rakyat oleh Letnan Solang di Palu pada tahun 1950.
diberi nama Laskar Merah Putih untuk melawan Pemerintah juga membuka koperasi rakyat di
Belanda. Laskar Merah Putih melakukan sabotase Sirenja. Koperasi ini memiliki modal awal 30.000
terhadap aktivitas Belanda, seperti pembongkaran rupiah. Pada tahun 1952, jumlah koperasi di
dan penghangusan jembatan untuk menghambat Sulawesi Tengah telah mencapai 61 buah, 53 buah
patroli Belanda dan pembakaran gudang-gudang berada di Kabupaten Donggala dan 8 buah di
kopra milik Coprafonds. Pembakaran gudang- Kabupaten Poso.14
gudang kopra yang berisi kopra siap ekspor Selain menjual kopra pada Yayasan
membawa kerugian yang tidak sedikit di pihak Kopra dan Koperasi Kopra, rakyat menjual kopra
Belanda. Sirenja yang masih dalam kekuasaan ke Kalimantan Utara dengan menggunakan
Kerajaan Tawaeli tidak luput dari aksi sabotase perahu. Aktivitas perdagangan seperti ini terutama
yang dilakukan oleh Laskar Merah Putih. Tokoh- dilakukan oleh masyarakat pesisir Pantai Barat
tokoh Laskar Merah Putih Tawaeli, yakni Daeng hingga Tolitoli.15 Hal ini senada dengan
Maladja Lamakampali, Said Ali Sahibu, Jondi pernyataan Syamsuddin Pattalau bahwa pada tahun
Maranua dan Dj. Yotolembah. Pembakaran 1940-an perdagangan rakyat melalui jalur maritim
gudang kopra milik coprafonds di Pantai Baerumu dari Sirenja kembali marak. Komoditas utama
Tompe terjadi pada tahun 1948.13 Pantai Baerumu yang diperdagangkan adalah kopra. Tujuan
memiliki peran sentral bagi kegiatan utamanya ke Stangkhai, sebuah kota di Kalimantan
perekonomian di Sirenja, sebab sejak Belanda Utara (termasuk dalam wilayah Malaysia
menguasai Sirenja Pantai Baerumu dibuat sebagai sekarang). Masyarakat Sirenja menyebut
pelabuhan utama yang menghubungkan Sirenja perdagangan kopra antar pulau dengan
dengan dunia luar terutama Kota Donggala, selaku menggunakan perahu ini dengan istilah “smokol”
ibukota Afdeling Donggala. Orang Sirenja yang ikut dalam aktivitas smokol
Tahun 1949, usaha pengolahan kopra oleh Stangkhai diantaranya, Abdul Rasul Badolo dan
rakyat mulai marak kembali setelah sempat saudaranya Ali Badolo dari Tondo. Smokol
mengalami penurunan produksi. Harga kopra kini Stangkhai berlangsung hingga awal tahun 1950-an.
mulai naik, setelah pada masa Jepang kopra tidak Setelah itu, posisi Stangkhai digantikan oleh Kota
bernilai, sehingga rakyat menelantarkan kebun Tawau.16 Perdagangan kopra ini oleh negara
kelapa mereka. Pemerintah mulai mengatur dikatakan sebagai penyelundupan kopra, karena
pembelian kopra rakyat untuk diekspor ke negara- rakyat yang melakukan perdagangan lintas negara
negara Eropa Barat, seperti Nederland, Jerman
Barat, negara-negara Skandinavia, Inggris dan 14
Nurhayati Nainggolan, dkk. Sejarah Daerah Sulawesi
Prancis. Usaha pembelian kopra rakyat dilakukan
Tengah. (Jakarta: Depdikbud, 1979), hal 197; Lihat
oleh badan yang dibentuk oleh Belanda pada juga Haliadi “Nasionalisasi Koperasi di Sulawesi
September 1940, Stichting Het Coprafonds yang Tahun 1950-an: Ekonomi Menjadi (Tidak) Rasional.”
pada bulan Nopember 1950 namanya diubah Makalah disampaikan dalam: Workshop on the
Economic Dekolonisasi Side of Decolonisation oleh
12
Junarti. Raja Banawa dari Belanda: Elite dan Konflik Pusat Studi Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM pada
Politik Kerajaan Banawa 1888-1942. (Semarang: tanggal 18-19 Agustus 2004 di Yogyakarta, hal. 14-
Intra Pustaka Utama, 2004), hal 17. 15.
15
13
Nurhayati Nainggolan, dkk. Sejarah Revolusi Nurhayati Nainggolan, dkk Ibid, hal 195-197
16
Kemerdekaan Daerah Sulawesi Tengah, (Jakarta: Wawancara dengan Hi. Syamsuddin Pattalau di Desa
Depdikbud, 1982), hal 108-109 Tondo, 15 Januari 2011

78
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

tanpa izin resmi, sehingga tidak sedikit kerugian terhadap bajak laut. Saya juga mengalami
negara dan daerah dalam aktivitas ilegal tersebut. luka-luka dalam peristiwa tersebut.19
Era tahun 1950-an telah banyak
masyarakat Sirenja yang melakukan perdagangan Setelah sampai di Tawau, pedagang kopra menjual
kopra ke Tawau, seperti yang diungkapkan oleh kopra kepada para penampung kopra di Tawau
Masjidi sebagai berikut: yang umumnya Orang Cina. Penampung kopra
yang terkenal di Tawau adalah orang Cina
Saya pertama kali pergi ke Malaysia bernama Tigoan dan Binidua, disebut Binidua
Tahun 1951 untuk menyelundup kopra karena memiliki dua orang istri. Orang Sirenja
atau biasa disebut smokol. Perahu yang sering menjual kopra kepada mereka karena harga
saya tumpangi milik orang Bajo, beli mereka cukup tinggi.20 Orang-orang Sirenja
nahkodanya bernama Bayosikubu. Satu yang berdagang kopra ke Tawau, tidak hanya
perahu diisi oleh 5 sampai 7 orang sekedar berdagang kopra saja, tetapi juga
pedagang, kalau dengan penumpang bisa mendatangkan produk-produk dari luar negeri.
mencapai 10 orang. Kapasitas muatan Setelah pulang dari Tawau, mereka membeli
sebuah perahu mencapai 3 (tiga) ton. barang-barang seperti pakaian, arloji, sepatu,
Perahu seperti ini disebut Sakaya Kumpi. sandal, sepeda, alat-alat rumah tangga, perhiasan,
Berangkat dari Pantai Lende langsung ke dan barang-barang lainnya yang memiliki kualitas
Tawau. Era tahun 1950-an, banyak sekali jauh lebih baik jika dibandingkan produk dalam
orang Sirenja yang pergi ke Tawau untuk negeri dan sulit didapatkan di Sirenja atau Kota
menjual kopra. Harga kopra waktu itu Donggala.21 Mereka berperan sebagai distributor
sangat mahal.17 barang-barang tersebut ke Sirenja.
Selain pedagang lokal, pedagang-pedagang dari Perdagangan kopra menjanjikan
daerah lain juga datang ke Sirenja untuk membeli keuntungan besar pada saat itu. Keuntungan yang
kopra kemudian dijual ke Tawau. Mereka terutama besar inilah yang mendorong orang-orang Sirenja
Orang Bugis dan Makassar. Bahkan, orang-orang dan Pantai Barat lainnya untuk menjual kopra ke
Cina Tawau juga mengirim kapal-kapal untuk Tawau. Sebuah tulisan A. Wahab Radjab memberi
membeli kopra secara langsung ke wilayah Pantai informasi tentang kegiatan penyelundupan kopra
Barat. dan keuntungan yang diperoleh oleh para
Pada tahun 1950-an, ada beberapa buah penyelundup di daerah Ogotua dan Soni, wilayah
kapal dari Tawau yang biasa membeli Kewedanaan Tolitoli, 22 sebagai berikut:
kopra di wilayah Pantai Barat seperti di Pusat penjelundupan itu ialah di Ogotua
Sirenja, Oti, Alindau, Sibayu, Sibuoalong dan Soni, masing2 40 dan 50 mil
dan wilayah-wilayah lainnya. Setahu saya disebelah selatan kota Toli-toli,
jumlahnya ada lima dan beroperasi di kekampung mana hanja dihubungkan
daerah-daerah yang berbeda. Kapal motor dengan Toli-toli melalui lautan, jaitu kira2
ini bernama Persetia I sampai Persetia V. 4 djam dengan motor/kapal.
Pemiliknya orang Cina Tawau bernama Kedua kampung ini terkenal dengan nama
Tigoan. Nahkodanya umumnya orang djulukan Hongkong Sulawesi. Sebabnja
Bugis dan Mandar. Sekitar tahun 1960- ialah karena dikedua kampong tsb.
an, kapal tersebut ditangkap oleh polisi djarang kita melihat barang2 djualan
bernama Pandejori dari Palu.18 buatan dalam negeri, tetapi pada umumnja
Kegiatan penyelundupan kopra bukan tanpa barang2 lux dari Singapura atau
hambatan. Selain gangguan cuaca atau tertangkap Hongkong (luar negeri), sedjak arlodji
patroli Angkatan Laut, diperjalanan mereka kerap jang mewah dan mahal2, pakaian2 jang
menghadapi gangguan keamanan dari bajak laut,
sebagaimana yang disampaikan oleh Masjidi: 19
Ibid.
Tahun 1957 saya ke Tawau dengan 20
Ibid.
menumpang Kapal Motor Borneo 15. 21
Diperjalanan kami dirampok bajak laut Ibid. Lihat juga Nurhayati Nainggolan, dkk Sejarah
Daerah…Loc. Cit, hal 196.
orang Mindanao, juru mudi kami 22
meninggal karena melakukan perlawanan Daerah Ogotua dan Soni berbatasan dengan wilayah
Pantai Barat, Kabupaten Donggala. Saat itu
Kewedanaan Tolitoli masih menjadi bagian dari
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Utara-
17
Tengah. Tolitoli berdiri sebagai sebuah kabupaten
Wawancara dengan Masjidi di Dusun Sibera, Desa berdasarkan Undang-Undang No. 29 tahun 1959.
Lende Tovea, 19 November 2010 Daerah Ogotua dan Soni berbatasan dengan wilayah
18
Ibid. Pantai Barat, Kabupaten Donggala.

79
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

serba wol, perhiasan2 emas, rokok2 belek (Permesta). Donggala dan Tolitoli merupakan
dari segala matjam merk, barang2 petjah daerah-daerah yang termasuk dalam wilayah
belah jang halus2 dan kain2 permadani ekonomi DI/TII.24
buatan Itali dan Parsi, lain2nja. Gerakan DI/TII yang masuk ke Sulawesi
Konon ada orang jang pernah Tengah terdiri atas dua jalur, yakni: Jalur pertama
menghitung2, maka diperolehnja bahwa daerah Mamuju di Pantai Barat Sulawesi Tengah
rata2 sebuah rumah disana mempunjai 2 (Selat Makassar) di Kecamatan Pasangkayu
sepeda merk Raleigh atau Humber. Merk (sekarang wilayah Propinsi Sulawesi Barat) yang
jang lain sangat kurang sekali. Ada berbatasan dengan Kecamatan Banawa Sulawesi
ditjeritakan bahwa anak2 sekolah jang Tengah dan langsung ke Utara di Kecamatan
duduk di S.R. sadja dikampung itu Dampelas Sojol sampai masuk ke wilayah
menghias lengannja dengan arlodji tangan Kabupaten Buol Tolitoli. Gerombolan DI/TII
merk Omega jang otomatis, sedang tersebut dipimpin oleh M. Nur Rasyid. Jalur
tukang pandjat kelapanja sadja, kedua, berasal dari dataran tinggi tengah dari Tana
mempunyai katjamata ryban dan sepatu Toraja ke pedalaman Poso dan terus ke daerah
Hongkong jang waterproof, serta mereka Luwuk Banggai di bawah pimpinan M. Amin
menghisap rokok Phillips Morris atau Larekeng. Kekuatan DI/TII yang beroperasi di
555. Semuanja itu adalah hasil Sulawesi Tengah diperkirakan mencapai 1.000
selundupan. personil hingga 1.500 personil. M. Nur Rasyid
Daerah sasaran mereka ialah beroperasi di wilayah Donggala dan daerah
Serawak/Kalimantan Inggeris di Kota Tolitoli, sedangkan M. Amin Larekeng beroperasi
Tawao, suatu tempat jang kalau angin di wilayah Poso dan wilayah Luwuk Banggai.25
baik, dapat ditempuh 2 minggu pergi- Salah satu sumber pendanaan penting bagi
pulang dari Toli-toli dengan perahu lajar. kegiatan DI/TII, khususnya bagi Pasukan DI/TII di
Pekerdjaan menjelundup ini, sekali pun Pantai Barat berasal dari perdagangan kopra.
besar bahajanja, umpamanja sering2 Perdagangan kopra selain dilakukan secara tunai
ditangkap oleh patroli Alri, sering juga dilakukan dengan cara barter, yakni kopra
tenggelam, sehingga dalam tahun 1955 ditukarkan dengan senjata dan keperluan militer
tak kurang dari mereka jang hilang tak lainnya serta alat-alat pertanian. Daerah tujuan
ketahuan, tetapi mendjadi kesukaan penyelundupan DI/TII yang beroperasi di wilayah
mereka. Sebab2nja ialah karena Pantai Barat dan Tolitoli terutama ke Tawau dan
keuntungan jang sangat lumajan. Mindanau.
“Sekali lolos dengan perahu memuat 20 Pemerintah tidak mendiamkan aksi
ton sadja, berarti 1 tahun pensiun bung”. pasukan DI/TII di wilayah Pantai Barat. Untuk
Demikian kata salah seorang dari mereka melakukan penumpasan terhadap gerakan DI/TII
jang bertjakap2 dengan penulis. di wilayah Pantai Barat dengan basis utama di
Menurut keterangan Djawatan Pertanian wilayah Dampelas Sojol hingga Soni (sekarang
Toli-toli, seluruh kewedanaan dalam masuk dalam wilayah Kabupaten Tolitoli),
keadaan normal menghasilkan 1500 ton pemerintah melakukan beberapa kali Operasi
kopra sebulan. Dari hasil sekian itu, Militer. Kodam Lambung Mangkurat yang
kadang2 hanja 400 ton jang disalurkan berpangkalan di Banjarmasin ditugaskan untuk
oleh petani2 sebagaimana mestinja, jaitu operasi militer di pesisir wilayah Pantai Barat
didjual kepada Jajasan Kopra, 1100 ton sebanyak 3 (tiga) kali dan Tolitoli 1 (satu kali): (1)
sisanja itu mereka djual setjara illegal Operasi Militer dilaksanakan mulai tanggal 3
(diselundupkan) dengan aneka rupa siasat Pebruari 1959 oleh Kompi I Batalyon Inf. 604
dan usahanja. Demikian pendjagaan dan dipimpin Lettu Inf. Sidik Susanto dengan obyek
patroli Alri diperkuat, demikian pula penghancuran DI/TII di Sabang (ibukota; (2)
mereka dapat lolos dengan aneka rupa Operasi Militer dilaksanakan mulai tanggal 15 Juni
tjara. 23 1960 oleh Kompi II Batalyon Inf. 605 dipimpin
Keuntungan yang besar dalam usaha kopra ini Lettu Umar Khotob; (3) Operasi Militer
dimanfaatkan pula oleh gerakan-gerakan dilaksanakan mulai tanggal 29 Mei 1961 oleh
perlawanan terhadap pemerintah pusat, yakni
gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia 24
Abdul Rasyid Asba, Loc. Cit, hal. 229
(DI/TII) dan Perjuangan Rakyat Semesta 25
Haliadi, Syakir Mahid dan M. Anas Ibrahim. Gerakan
Pemuda Sulawesi Tengah (GPST) di Poso 1957-1963:
23
Abdul Wahab Radjab.“Sulawesi: Toli-Toli” dalam Perjuangan Anti Permesta dan Pembentukan Provinsi
Mingguan Islam Populer, HIKMAH, No 27 Sulawesi Tengah. (Yogyakarta: Ombak, 2007), hal
Zulhidjdjah 1375/4 Agustus 1956 Tahun IX, hal 14-15 122

80
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Kompi IV Batalyon Inf. 605 dipimpin Letda Inf. diperketat, apalagi setelah dicetuskannya Dwi
Wira; dan (4) Operasi Militer dilaksanakan tanggal Komando Rakyat (Dwikora) oleh Presiden
1 Maret 1962 oleh Kompi I Batalyon Inf 605 Soekarno pada tanggal 3 Mei 1964. Akibat penting
dipimpin Lettu Inf. R Subarjo, dengan obyek dari situasi politik tersebut bagi perdagangan kopra
penghancuran DI-TII/Kahar Muzakkar di adalah beralihnya jalur pemasaran kopra. Jika
Tolitoli.26 Walaupun pada akhirnya pemerintah semula tujuan utama perdagangan kopra ke
dapat menumpas gerakan DI/TII, perdagangan Tawau, kini beralih ke dalam negeri, dengan
rakyat lintas negara di perairan Selat Makassar dan tujuan utama ke Surabaya. Selain itu, berlayar ke
Laut Sulawesi terus berjalan. Hal ini disebabkan Surabaya jauh lebih aman dari gangguan bajak laut
pengamanan Selat Makassar oleh pasukan dan harga kopra di Surabaya juga sudah naik.
pemerintah kurang ketat dan intensif. Sarana- Orang-orang Sirenja yang melakukan
prasarana dan tenaga untuk menjaga wilayah aktivitas perdagangan kopra di Surabaya, seperti,
perbatasan masih kurang. Lagipula, kawasan Alinuddin Pattalau, Syamsuddin Pattalau, Haji
Pantai Barat terletak agak jauh dari pangkalan Pawanei, Abdullah Hi. Lamide, Muhammad Hi.
patroli Angkatan Laut. Lamide, Haji Bakran, Makmur Lamasinangka dan
Menurut Syamsuddin Pattalau, maraknya masih banyak nama lainnya. Mereka inilah dapat
perdagangan kopra ke Tawau berlangsung hingga dikatakan sebagai pedagang-pedagang besar kopra,
tahun 1964. Setelah itu perlahan-lahan mulai tetapi tidak sedikit pula para pedagang-pedagang
memasuki masa kemunduran. Sejak awal tahun kecil yang terlibat dalam aktivitas perdagangan
1960-an, posisi Tawau sebagai daerah tujuan kopra tersebut. Selain itu, kapal-kapal yang
perdagangan kopra mulai beralih ke dalam negeri, berdagang kopra dari Sirenja ke Surabaya tidak
utamanya ke Surabaya. hanya milik orang Sirenja saja, tetapi banyak juga
Smokol Surabaya dimulai sejak tahun kapal-kapal dari daerah luar yang berdatangan ke
1962. Penyebab pindahnya jalur perdagangan Sirenja, utamanya pedagang Bugis dan Mandar.
kopra berpindah ke Surabaya, yakni: mulai Jenis dan model perahu yang mereka gunakan juga
ketatnya penjagaan laut oleh aparat kepolisian dan beraneka macam, yakni: Pinisi, Janggola, Lambo,
angkatan laut Indonesia.27 Ketatnya penjagaan di Ba’go, Lete’, Sekoci, Kumpi dan beberapa jenis
Selat Makassar terkait dengan ketegangan perahu lainnya. Perdagangan kopra dari Sirenja ke
hubungan antara Indonesia dan Malaya. Surabaya berlangsung hingga tahun 1972.29
Perseteruan ini dilatarbelakangi oleh Setelah itu, aktivitas perdagangan kopra mulai
ketidaksetujuan pemerintah Indonesia di bawah berkurang.
kepemimpinan Sukarno dengan adanya rencana Ada beberapa penyebab mundurnya
pembentukan negara Federasi Malaysia pada tahun perdagangan kopra, pertama, produksi kelapa di
1961, yang wilayahnya meliputi Malaya, Sirenja mulai menurun karena pohon-pohon kelapa
Singapura, Serawak dan Sabah. Indonesia di Sirenja sudah tua dan tidak produktif lagi.
menganggap pembentukan negara Federasi Kedua, harga kopra di Sirenja telah naik, sehingga
Malaysia merupakan proyek neokolonialisme tidak jauh berbeda dengan harga kopra di
Inggris yang berbahaya bagi revolusi Indonesia. Donggala ataupun Surabaya. Oleh karena itu,
Ketegangan antara Indonesia dan Malaya keuntungan yang diperoleh oleh pedagang kopra
memuncak dengan pemutusan hubungan semakin sedikit. Ketiga, gencarnya usaha
diplomatik antara kedua negara pada tanggal 17 pemerintah dalam memberantas penyelundupan
September 1963, yang kemudian diikuti oleh kopra baik lintas negara maupun antardaerah.
pemutusan hubungan ekonomi dengan Malaya, Pemberantasan penyelundupan mendapat perhatian
Singapura, Serawak dan Sabah sejak tanggal 21 dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
September 1963.28 Ketegangan politik ini pemerintah daerah Sulawesi Tengah. Kopra
membawa pengaruh bagi perdagangan kopra lintas merupakan salah satu sumber pendapatan utama
negara tersebut. Pengamanan di perbatasan pun Sulawesi Tengah pada saat itu. Pemerintah pusat
mengeluarkan Instruksi Presidium Kabinet
26 Ampera tanggal 22 April 1967 tentang
Tim Penyusun. Sejarah Singkat Kodam X Lambung
pemberantasan penyelundupan kopra. Pemerintah
Mangkurat. Banjarmasin: Jarahdam X Lambung
Mangkurat, 1980, hal 112-113. Daerah Sulawesi Tengah melalui DPRD-GR
27 Propinsi Sulawesi Tengah dengan mengeluarkan
Wawancara dengan Hi. Syamsuddin Pattalau di Desa
Tondo, 15 Januari 2011.
28
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto.(ed) Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI:
Zaman Jepang dan Zaman Republik. [R.P. Soejono
29
dan R.Z Leirissa Editor Umum Pemutakhiran] Wawancara dengan Hi. Syamsuddin Pattalau di Desa
Jakarta: Balai Pustaka, 2010, hal 460-463. Tondo, 15 Januari 2011

81
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Resolusi No. 16 Tahun 1967 tanggal 8 Juni 1967 Dari hasil usaha kopra, Alinuddin dapat
tentang pemberantasan penyelundupan.30 membeli mobil dan motor. Mobil dan motor
menjadi simbol kemapanan ekonomi dan prestise
Perdagangan Kopra dan Munculnya Elite sendiri bagi pemilikinya. Beliau adalah pemilik
Baru di Sirenja motor dan motor pribadi pertama di Sirenja,
Perdagangan kopra di Sirenja pada era masing-masing ia beli pada tahun 1965 dan 1968.
tahun 1950-an hingga 1970-an menjadi salah satu Mobil dan motor ini dibeli di Surabaya ketika
penyebab munculnya elite-elite ekonomi di berdagang kopra dan diangkut ke Donggala
Sirenja. Bahkan beberapa diantara mereka yang dengan menggunakan Kapal Uap Tolando,
kemudian mendapat kepercayaan masyarakat kemudian dari Donggala dibawa ke Tondo.31
untuk memimpin desa. Mereka muncul sebagai Mobil dan motor termasuk kendaraan mewah di
elite karena memiliki modal dan mampu membaca Sirenja saat itu. Kendaraan yang yang lazim di
situasi zaman. Peluang dan kesempatan bisnis Sirenja pada masa itu hanyalah gerobak besi yang
kopra dimanfaatkan dengan baik. Mereka ditarik dengan menggunakan tenaga sapi.
membuka usaha perdagangan kopra antar pulau. Kehadiran mobil dan motor merupakan salah satu
Selain itu, para pedagang kopra ini memiliki peran bentuk transfer teknologi yang diperkenalkan oleh
dalam usaha memajukan pendidikan bagi elite baru di Sirenja, seperti yang dilakukan oleh
masyarakat Sirenja. Mereka menyumbangkan Alinuddin Pattalau. Mobil sebenarnya bukan
sebagian hasil usaha kopra untuk membiayai kendaraan baru di Sirenja, sebab sejak tahun 1930-
pembangunan Asrama Sirenja di Palu pada tahun an telah ada mobil sewaan yang mengangkut
1960-an. Asrama ini diperuntukan bagi pelajar dan penumpang dari Sirenja menuju Tawaeli, Palu dan
mahasiswa Sirenja yang kurang mampu dalam Donggala. Pemilik mobil tersebut bukan orang
melanjutkan studi di Kota Palu, ibukota Provinsi Sirenja melainkan orang Donggala bernama
Sulawesi Tengah. Dua orang diantara pengusaha Mayer.
kopra di Sirenja, yakni Alinuddin Pattalau dan Selain sebagai elite ekonomi, Alinuddin
Abdullah Hi. Lamide. juga dipercaya oleh masyarakat Tondo untuk
Alinuddin Pattalau, lahir pada tahun menjabat Kepala Kampung Tondo menggantikan
1930. Ia merupakan anak sulung dari enam pamannya, Sagaf Patalau pada era tahun 1950-an.
bersaudara, putra pasangan Haji Lapatola Pattalau Jabatan ini diembannya hingga tahun 1971. Ia dua
dengan Hajjah Indo Haria. Adik-adik Alinuddin, kali menjabat sebagai Kepala Kampung dan
yaitu (1) Andi Turi, (2) Adam Pattalau (3) Hajjah kemudian Kepala Desa Tondo. Kemapanan
Daenuni (4) Nur Eli, (5) Haji Syamsuddin ekonomi dan didukung oleh tingkat pendidikan
Pattalau. Alinuddin merupakan salah seorang di yang tinggi menyebabkan ia dipercayakan oleh
antara sedikit orang Sirenja yang mula-mula masyarakat untuk menduduki jabatan Kepala
mendapatkan pendidikan tinggi. Ia menamatkan Kampung Tondo. Pada pertengahan tahun 1980-
pendidikan hingga Sekolah Menengah Ekonomi an, ia kembali dipercayakan oleh masyarakat untuk
Pertama di Gorontalo pada tahun 1952, tingkat memimpin Desa Tondo. Jabatan ini emban hingga
pendidikan yang cukup tinggi pada masanya. akhir hayatnya pada tahun 1987. Beliau meninggal
Usaha untuk mendapatkan pendidikan diraihnya di Madinah ketika sedang menunaikan ibadah haji.
dengan susah payah. Untuk pergi sekolah, ia harus Tokoh lainnya yang muncul sebagai elite
jalan kaki dari Sirenja ke Gorontalo. Rekannya baru di Sirenja adalah Haji Abdullah. Ia adalah
dari Sirenja yang bersekolah di Gorontalo adalah anak kedua dari lima orang bersaudara, putra Haji
Abdul Kahar Tanjokara dari Lende. Lamide dan Hatidja. Kakaknya bernama Haji
Alinuddin merupakan salah seorang Abdul Rasyid, sedangkan adik-adiknya yaitu: Haji
terkaya di Sirenja pada masanya. Kemunculannya Thalib, Haji Muhammad, Nusha, dan Hajjah
sebagai elite ekonomi tidak terlepas dari Saribano. Haji Abdullah menamatkan pendidikan
keterlibatannya dalam kegiatan perdagangan kopra di Sekolah Guru Bantu Donggala. Ia kemudian
ke Surabaya. Ia pernah memiliki beberapa buah diangkat menjadi seorang guru, sehingga ia lebih
kapal motor, yang paling besar diberi nama dikenal dengan nama Guru Dola. Ia pernah
“Bunga Mekar” yang memiliki kapasitas muatan bertugas di Desa Malei, setelah itu dipindahkan ke
hingga 50 ton. Kapal motor ini digunakan untuk SDN Tanjung Padang. Ia memutuskan untuk
mengangkut kopra untuk dijual. Setelah berhenti sebagai seorang guru pada tahun 1963.
perdagangan kopra mengalami kemunduran, ia Alasannya, karena tingkat kesejahteraan guru yang
sempat beralih ke bisnis kayu eboni ke Surabaya, sangat buruk. Saat itu, gaji guru sangat minim dan
Bali, Balikpapan dan Tarakan. pembayarannya juga tidak tiap bulan. Alasannya

30 31
Himpunan Keputusan DPRD-GR Provinsi Sulawesi Wawancara dengan Hi. Syamsuddin Pattalau di Desa
Tengah 1964-1971. Palu: 8 Djuni 1967 Tondo, 13 Januari 2011

82
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

lainnya, yakni kehidupan seorang guru sering memenangkan pemilihan yang diikuti oleh tiga
berpindah-pindah tempat tugas, tempat tinggal pun calon, yaitu Nadjemuddin Anwar, Roslan Lamusa
demikian. Gaji seorang guru saat itu belum dan Haji Abdullah (Guru Dola). Balentuma adalah
menjanjikan penghidupan yang layak. kampung pemekaran dari Kampung Tompe pada
Melihat keuntungan yang menggiurkan tahun 1964 dan Guru Dola merupakan Kepala
dari usaha perdagangan kopra, Guru Dola beralih Kampung II menggantikan Roslan Lamusa (1964-
profesi menjadi seorang pedagang kopra ke 1974). Selama masa kepemimpinannya banyak
Surabaya. Ia termasuk pedagang yang sukses dan prestasi yang ia lakukan, seperti pembangunan
muncul sebagai elite ekonomi pada zamannya. Masjid Al Istigfar, pembuatan lapangan sepakbola,
Usaha kopra pada masa itu memang pembuatan jalan padat karya, perluasan areal
mendatangkan keuntungan yang besar. Pada perkebunan coklat dan cengkeh, dan pembangunan
kisaran tahun 1968-1969, harga kopra mencapai sarana dan prasarana lainnya. Ia menjabat hingga
Rp. 20.000,-/ton, sedangkan untuk sewa kapal tahun 1997. Haji Abdullah meninggal dunia
kapal dari Donggala ke Makassar, hanya butuh delapan tahun lalu.
Rp.2.000,-.32 Kemapanan ekonomi dari hasil usaha
kopra mendorong Guru Dola dan istrinya untuk
menunaikan ibadah haji pada istrinya. Saat itu, Kopra Sirenja pernah mengalami masa
salah satu kriteria bagi orang kaya di Sirenja kejayaan dan hingga kini masih menjadi salah
apabila telah menunaikan ibadah haji. Haji tidak sumber penghasilan masyarakat Sirenja. Usaha
hanya sekedar ritual keagamaan saja, tetapi gelar kopra di Sirenja mengalami pasang surut baik
haji juga menjadi simbol kemapanan ekonomi. dalam kegiatan produksi maupun pemasaran.
Guru Dola memiliki 3 (tiga) buah kapal Kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta
motor, masing-masing diberi nama Naupa Jaya 1, situasi politik di tingkat nasional dan lokal juga
Naupa Jaya 2 dan Kotak Kilat. Naupa Jaya 1 dan mempunyai dampak bagi pasang surutnya
Naupa Jaya 2 memiliki kapasitas 10 Ton, perdagangan kopra rakyat di wilayah Sirenja. Pada
sedangkan Kotak Kilat memiliki kapasitas muatan era keemasannya, kira-kira tahun 1950-an hingga
mencapai 80 Ton dan merupakan salah satu kapal 1970-an, banyak orang Sirenja yang terlibat dalam
motor terbesar yang pernah dimiliki oleh Sirenja aktivitas kopra lintas pulau. Kemampuan untuk
pada masa itu. Kapal ini digunakan untuk membaca situasi serta peluang untuk melakukan
berdagang kopra ke Surabaya. Pada era tahun bisnis kopra menyebabkan munculnya pengusaha-
1970-an, ketika perdagangan kopra sudah mulai pengusaha kopra di Sirenja. Jika pada masa
menurun, Kapal Motor Naupa Jaya 1 dan Naupa kolonial, usaha kopra dilakoni oleh kaum
Jaya 2 digunakan untuk usaha transportasi laut dari bangsawan, maka setelah masa kemerdekaan
Sirenja ke Donggala. Transportasi laut pada masa pedagang kopra di Sirenja jauh lebih beragam,
ini merupakan sarana transportasi penting yang setiap orang dapat melakukan usaha ini. Mereka
menghubungkan Sirenja dengan dunia luar, sebab yang berhasil mencapai posisi elite, adalah mereka
jalur transportasi darat masih sulit dengan kondisi yang memiliki modal dan memiliki usaha dalam
jalan yang rusak berat dan jembatan-jembatan skala besar. Pada akhirnya mereka mampu menjadi
masih terbuat dari kayu atau pohon kelapa. Jika elite baru dalam masyarakat Sirenja. Perdagangan
orang Sirenja bepergian ke Donggala dan Palu, kopra sebagai seorang elite mereka juga memiliki
biasanya ditempuh dengan menggunakan perahu simbol-simbol untuk menunjukan status sosial
atau kapal motor ataupun harus berjalan kaki. mereka, antara lain berupa simbol material seperti
Harta kekayaan Guru Dola lainnya berupa kepemilikan mobil dan motor yang pada zamannya
mesin penggilingan padi (huller). Ia membeli merupakan barang mewah bagi sebagian besar
sebuah mesin gilingan padi bekas milik Menga masyarakat. Selain itu, mereka berusaha untuk
(orang Cina di Tanjung Padang) pada tahun 1975. menunaikan ibadah haji. Tidak hanya untuk
Selain itu, Pada tahun 1977, ia membeli tiga buah sekedar menunaikan ibadah, tetapi gelar haji juga
mobil, masing-masing diberi nama Naupa Jaya A, merupakan simbol kemapanan ekonomi. Kopra
Naupa Jaya B, dan Mahligai. Inilah mobil pertama telah mampu menghadirkan sebuah perubahan
di Desa Balentuma. Keberhasilan dalam bidang dalam sejarah Sirenja.
perekonomian dan didukung oleh tingkat
pendidikan yang memadai menyebabkan
masyarakat Balentuma memilihnya sebagai Kepala Abdul Wahab Radjab.“Sulawesi: Toli-Toli” dalam
Kampung. Pada tahun 1975, Guru Dola terpilih Mingguan Islam Populer, HIKMAH, No
sebagai Kepala Kampung Balentuma, setelah 27 Zulhidjdjah 1375/4 Agustus 1956
Tahun IX, hlm 14-15
32
Wawancara dengan Hi. Syamsuddin Pattalau di Desa A.B. Lapian. “Pengantar” dalam Van Leur dan
Tondo, 15 Januari 2011. Verhoeven. Teori Mahan dan Sejarah

83
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Kepulauan Indonesia. Jakarta: Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Pusat


Bhratara,1971 Studi Sosial Asia Tenggara UGM dan
Abd. Razak Daeng Patunru. Sejarah Gowa [Cet. Pustaka Pelajar, 2002.
II].Ujung Pandang: Yayasan Kebudayaan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Sulawesi Selatan, 1983 Notosusanto. (ed) Sejarah Nasional
Abdul Rasyid Asba. Kopra Makassar Perebutan Indonesia Jilid VI: Zaman Jepang dan
Pusat dan Daerah: Kajian Sejarah Zaman Republik. [R.P. Soejono dan R.Z
Ekonomi Politik Regional di Indonesia. Leirissa, Editor Umum Pemutakhiran]
Jakarta: Yayasan Obor, 2007 Jakarta: Balai Pustaka, 2010.
BPS Donggala. 2010. Kecamatan Sirenja Dalam Mohammad Sairin. Terbentuknya Elite Baru;
Angka 2010. Donggala: BPS Donggala. Sejarah Keluarga di Sirenja (1949-2009).
Palu: Skripsi pada Program Studi
Haliadi “Nasionalisasi Koperasi di Sulawesi Tahun
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan
1950-an: Ekonomi Menjadi (Tidak)
dan Ilmu Pendidikan Universitas
Rasional.” Makalah disampaikan dalam:
Tadulako, 2011
Workshop on the Economic Dekolonisasi
Side of Decolonisation oleh Pusat Studi Nurhayati Nainggolan, dkk. Sejarah Daerah
Sosial Asia Tenggara (PSSAT) UGM Sulawesi Tengah. Jakarta: Depdikbud,
pada tanggal 18-19 Agustus 2004 di 1979.
Yogyakarta. Nurhayati Nainggolan, dkk. Sejarah Revolusi
Haliadi, Syakir Mahid dan M. Anas Ibrahim. Kemerdekaan Daerah Sulawesi Tengah.
Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah Jakarta: Depdikbud, 1982
(GPST) di Poso 1957-1963; Perjuangan Rucianawati. “Usaha Kelapa Rakyat di Daerah
Anti Permesta dan Pembentukan Provinsi Jawa Timur Pada Awal Abad XX.” dalam
Sulawesi Tengah. Yogyakarta: Ombak, Lembaran Sejarah Vol. 4 No. 1 Tahun
2007 2001, hlm 1-23
Hasan. Produksi dan Perdagangan Kopra di Tim Penyusun. Sejarah Singkat Kodam X
Donggala 1850-1937. Tesis S2 Program Lambung Mangkurat. Banjarmasin:
Studi Sejarah Universitas Gadjah Mada, Jarahdam X Lambung Mangkurat, 1980.
2000. Hal 112-113
Heersink, Christiaan. Dependence on Green Gold: Himpunan Keputusan DPRD-GR Provinsi
a Socio-Economic History of the Sulawesi Tengah 1964-1971. Palu: 8
Indonesian Coconut Island Selayar. Djuni 1967
Leiden: KITLV Press, 1999.
Junarti. Raja Banawa dari Belanda: Elite dan Daftar Infor m an
Konflik Politik Kerajaan Banawa 1888-
1942. Semarang: Intra Pustaka Utama, Masjidi, ± 80 tahun. (Mantan pedagang kopra).
2004. Azwin Lapasamula, 54 Tahun (Cucu Lapasamula,
Leirissa, R.Z. “Copracontracten: Indikasi Sekretaris Desa Lende)
Perkembangan Ekonomi di Minahasa Hi. Syamsuddin Pattalau, 70 tahun (Mantan
Selama Periode Kolonial Akhir” dalam J. pedagang kopra)
Thomas Lindblad (Ed). Fondasi Historis

84
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Untuk menjadi motor penting dalam


Berbagai masalah sumber daya alam yang membangkitkan potensi sumber daya di Indonesia.
muncul baik di laut, udara, maupun darat selama Potensi sumber daya di Indonesia dapat
ini, sering dipahami sebagai masalah teknis. diawali dengan menanam pondasi dalam
Implikasinya solusi yang diberikanpun bersifat pewarisan nilai budaya sejak dini. Untuk
teknis.1 Pertanyaannya sekarang apakah solusi- melestarikan budaya sejak dini, ujung tombaknya
solusi teknis tersebut tepat digunakan di tengah- adalah meyakinkan pemerintah daerah untuk
tengah masyarakat yang memiliki pola pendidikan memasukkan budaya lokal intrakulikuler atau
yang bisa dikatakan rendah? ekstrakurikuler di sekolah. Pendidikan yang diasah
Jawabannya bisa ya atau tidak. Selama itu lewat karakter dan kepribadian masyarakatnya
menjadi sumber yang dipahami dengan masalah yang dapat dijadikan ranah kajian sosial-budaya
teknis, maka solusinya pun harus bersifat teknis. untuk menghadapi persaingan ekonomi bangsa-
Namun solusi teknis belum menjadi selalu efektif bangsa di dunia dan demi terciptanya
apabila persoalan sumber daya manusia (SDM) kesejahteraan masyarakat tersebut.
yang masih lemah.2 Tentu kesiapan SDM Dewasa ini di tengah-tengah persaingan
diperlukan dalam hal ini, sehingga pendidikan ekonomi bangsa-bangsa yang semakin menajam,
yang berbasis muatan lokal perlu dikembangkan. konsep Indonesia sebagai negara kepulauan
(archipelagic state) perlu dimantapkan untuk
disebarluaskan dan diperjuangkan di tingkat
1
Arif Satria, Ekologi Politik Nelayan, Yogyakarta: internasional. Sudah sejak tahun 1957, ketika
LKiS, 2009, hal. 1. Deklarasi Juanda dicanangkan, gagasan itu
2
Sebagai contoh dalam pembuatan taman nasional laut, muncul. Deklarasi ini menyatakan bahwa batas
pertanyaan menjadi muncul di kalangan nelayan. teritorial atau kedaulatan Negara Kesatuan
Bagaimana aturan-aturan di taman nasional laut Republik Indonesia adalah garis terluar dari batas
dibuat? Sejauh mana akses nelayan dan masyarakat pantai yang saling berhubungan dan tidak ada
lokal untuk terlibat dalam penyusunan pengelolaan
kawasan konservasi? Siapa yang diuntungkan dan
celahnya. Gagasan ini merupakan jawaban
dirugikan oleh dalam penyusunan pengelolaan terhadap pandangan Laut Bebas yang
kawasan konservasi tersebut? Maka dari itu menimbulkan anggapan perairan di seluruh dunia
pendidikan lokal memiliki peran dalam sebagai common property. Pada tahun 1980-an
membangkitkan SDM. Untuk kajian mengenai muncul gagasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),
masalah-masalah gagalnya penanganan teknis lihat yang memberikan kedaulatan kepada negara
pada Satria et.al (2004), dan Satria et.al (2006).

85
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

kepulauan untuk menggarap sumber daya wilayah pesisir di tanah air, lewat
maritimnya (Zuhdi 2006: 8).3 studi kasus di kawasan Indramayu.
Pergulatan dalam menggarap sumber daya b. Menggambarkan betapa pentingnya
maritim dan meningkatkan taraf hidup dalam pendidikan muatan lokal harus
komunitas pesisir berlangsung cukup keras, dicanangkan di wilayah masyarakat
sebagai studi kasus di Indramayu misalnya.4 pesisir di Indonesia, dipacu melalui
Berbagai problematika di laut menjadi hambatan studi kasus Indramayu. Diharapkan
besar bagi para nelayan untuk mencari mata karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pencahariannya. Sedangkan di daratan, pergulatan para pembaca.
tampak lebih menjanjikan, sehingga masyarakat
tidak mau berspekulasi untuk mengurus lautnya,
yang padahal lebih menjanjikan. Kemiskinan baik Selain studi pustaka, metode yang
kultural maupun struktural cukup mendominasi digunakan dalam penelitian ini adalah metode
masyarakat bahari saat ini. observasi yaitu metode pengamatan langsung ke
Fenomena sekarang potensi kelautan berbagai institusi pendidikan di wilayah
mulai ditinggalkan. Langkah-langkah pembenahan Indramayu, serta ke berbagai tempat pesisir pantai
perlu dipercepat demi terciptanya masyarakat yang Indramayu untuk mengetahui potensi kelautan
menggunakan sektor kelautannya demi yang ada. Metode wawancara pun dilakukan ke
memajukan kesejahteraanya. Dan sudah saatnya berbagai responden yang berkenaan dengan topik
budaya bahari diterapkan lewat pendidikan di makalah ini. Selain itu, dalam penulisan artikel
masyarakat pesisir. Melalui studi kasus Indramayu, ini, penulis menggunakan metode sejarah5 untuk
makalah ini mencoba menggambarkan bagaimana memproyeksikan masa lalu dan menemukan
pentingnya pendidikan budaya bahari dalam benang merah dalam kasus kelautan pada masa
meningkatkan potensi sumber daya kelautan di kini di wilayah Indramayu. Berbagai data dan
Indramayu. Studi kasus di Indramayu diharapkan sumber terkait telah dikumpulkan guna
tidak saja menjadi satu-satunya sample dalam memperkaya khazanah wawasan penulis.
pengentasan masalah kelautan, tetapi dapat
dijadikan juga contoh di wilayah lain di Indonesia,
yang merupakan negari bahari ini. Bidang kelautan didefinisikan sebagai
sektor yang merupakan andalan dalam menjawab
tantangan dan peluang dalam upaya mewujudkan
Bagaimana pentingnya pendidikan negara yang maju dan mandiri serta masyarakat
bermuatan lokal budaya bahari dalam yang adil dan makmur. Kajian ini telah dikaji oleh
meningkatkan potensi sumber daya kelautan? beberapa peneliti sebelumnya dan dijadikan acuan
dalam makalah ini. Misalnya dalam karya
Kusumastanto, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
Secara substansi makalah ini dirancang dan Lautan Berbasis Masyarakat, PKSPL-IPB-
untuk kepentingan memberi paradigma intervensi Ditjen Bangda Depdagri (1998). Kemudian karya
kebijakan pendidikan, guna menangani PSKPL IPB tentang Kajian Kebutuhan Investasi
penanggulangan kemiskinan masyarakat di Pembangunan Perikanan dalam Pembangunan
wilayah pesisir Indramayu. Namun tujuan praktis Lima Tahun Mendatang 1999-2003. Akan tetapi,
dari penyusunan makalah ini adalah: pendidikan bahari sebagai fokus pemecah masalah
a. Menggeneralisasi isu-isu mengenai dalam sistem ekonomi kelautan, belum banyak
pentingnya pendidikan lokal sebagai dibahas oleh para peneliti sebelumnya. Sumbangan
upaya pemecahan masalah dan yang sangat berarti terdapat pada kumpulan tulisan
penyebab kemiskinan yang terjadi di Wong (Nom) Dermayu Ngomong: Wacana Kritis

5
Dalam ilmu sejarah, mesti dibedakan antara ‘metode’
3
dengan ‘metodologi’. Metode menekankan pada
Dalam makalah Belitung dalam Lintas Sejarah kegiatan penelitian sejarah, sedangkan metodologi
Maritim Indonesia. Diajukan untuk Seminar Persiapan terkait dengan kegiatan penulisan sejarah dan
Pendirian Museum Maritim di Kabupaten Belitung, penekanannya terhadap eksplanasi. Metode sejarah
Propinsi Bangka Belitung, 23 Juli 2009 oleh Yudha adalah metode yang menggunakan tahapan. Yang
Benharry Tangkilisan. pertama adalah tahap pengumpulan data (heuristik),
4
Supali Kasim, Di Pesisir Indramayu Badai (Tak) Pasti kedua tahap kritik sumber (Verifikasi), ketiga adalah
Berlalu, dalam makalah pada diskusi “Budaya Pesisir” tahap membuat sudut pandang (interpretasi), serta
kerjasama Harian Kompas dengan STAIN Syech tahap keempat adalah tahap penulisan sejarah
Nurjati, Cirebon. Pada 24 Februari 2010, di aula (historiografi). Lihat Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu
STAIN Syech Nurjati, Cirebon. Sejarah (Yogyakarta: Bentang, 2005).

86
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Pemuda Indramayu, Yogyakarta: Pustaka Rihlah bumiputra sebagai balas jasa terhadap eksploitasi
(2007), serta makalah seminar Supali Kasim, yang telah dilakukan Belanda selama ini. Kondisi
Potret SD di Pelosok Indramayu: Perspektif Sosio- ini memberi angin segar bagi taraf pendidikan di
Kultural, mendorong makalah ini untuk mengkaji kalangan bumiputra, meskipun hanya keturunan
lebih dalam mengenai pendidikan bermuatan lokal ningrat8 sajalah yang dapat mengenyam
di kawasan Indramayu. pendidikan pada masa itu.
Refleksi tentang pendidikan pun Kondisi di wilayah Indramayu sendiri
diperlukan lewat sumberdaya kelautan Dengan pada abad ke-20, masih dalam keadaan yang
potensi wilayah laut yang sangat luas dan sangat ironis, para guru yang kebanyakan masih
sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang berpakaian sangat tradisional, menyiratkan bahwa
dimiliki Indonesia, kelautan sesungguhnya pendidikan di Indramayu tergolong sebagai
memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kategori yang masih dalam taraf sebagai “murid”,
kooperatif dan keunggulan kompetitif untuk sebagai orang yang diajar dan dididik oleh orang
menjadi sektor unggulan dalam kiprah yang berasal dari luar Indramayu. Itu pun tidak
pembangunan nasional dimasa depan. semua orangtua mau menyekolahkan anaknya.
Tidaklah heran, jika tingkat buta aksara pada masa
itu sangat tinggi. Berbagai penyebab cukup
Makalah ini disajikan ke dalam lima bab kompleks, yang bermuara pada kemiskinan
yaitu; bab I adalah pendahuluan, kemudian bab II ekonomi.9
adalah pendidikan di Indramayu: sebuah perspektif Tahun 1933 Indramayu merupakan
historis, kemudian bab III, pendidikan lokal kabupaten termiskin di Jawa Barat, meskipun
sebagai soko guru pengentas kemiskinan sumberdaya alam melimpah. Ungkapan yang tepat
masyarakat maritim bab IV adalah budaya bahari untuk fenomena tersebut adalah “ayam mati di atas
sebagai arah baru pendidikan lokal masyarakat padi” sebagai gambaran kontradiksi tersebut. Saat
pesisir Indramayu dan diakhiri dengan bab V yaitu itu bupati R.A.A. Mohamad Soediono harus
penutup. bekerja ekstra keras menghadapi problem itu
(H.A.Dasuki, 1977: 259).10 Kemiskinan terus
merajalela pada masa Jepang dan berimbas pada
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
Dalam salah satu kesempatan berbicara di Indramayu sampai saat ini.
depan Senat Romawi—hampir satu abad sebelum
kelahiran Nabi Isa—Cicero, seorang anggota Senat
yang disegani, menyatakan: “Jika kita tidak tahu Untuk memotret keterbelakangan dunia
apa-apa yang terjadi sebelum kita lahir, berarti kita pendidikan di Indramayu, harus pula melihat
tetap anak kecil”.6 faktor sejarah dan perspektif sosio-kultural yang
Mungkin dengan kutipan perkataan tokoh ada.11 Sejarah Indramayu sendiri menurut Supali
dan pemikir sejarah Romawi itu, kita akan Kasim, menawarkan sisi gelap dan cenderung
memahami makna sejarah ketika menjadi terjadi pemaksaan historiografi12, akibatnya adalah
kelompok manusia yang membangsa dalam suatu
proses sejarah. Kita memang perlu melakukan 8
Pengajaran pada masa politik etis diberikan di sekolah
refleksi historis guna memandang hari depan kelas I kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-
bersama yang dikehendaki.7 orang yang berkedudukan atau berharta, di sekolah
kelas II kepada anak-anak pribumi pada umumnya,
namun jumlahnya lebih kecil dibanding dengan kelas
Pendidikan di Indramayu tidak dapat I. Lihat dalam Marwati Djoenod Poesponegoro dan
dilepaskan dari latar sejarahnya, yang dimulai Nugroho Notosusanto Ed, Sejarah Nasional Indonesia
sejak “politik etis” pada masa Belanda. Belanda jilid V: Zaman Kebangkitan Nasional dan masa
mulai menanamkan pendidikan di kalangan kaum Hindia Belanda (Edisi Pemutakhiran), 2008, Jakarta:
Balai Pustaka, hal. 28.
9
6
Lihat Sam Winensburg, Historical Thinking and Other Supali Kasim, Potret SD di Pelosok Indramayu:
Unnatural Acts Charting the Future of Teaching the Perspektif Sosio-Kultural, makalah dalam seminar
Past, 2001, (versi Bahasa Indonesia: Berpikir Historis, sehari “Peningkatan Mutu Sekolah melalui
Memetakan Masa Depan, Mengajarkan Masa Lalu”), Manajemen Pendidikan yang Aplikatif” aula
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006, hal. 43. Universitas Wiralodra, Indramayu, 1 Maret 2009.
10
7
Anhar Gonggong, Sejarah untuk Membangsa-Negara, Ibid.
11
Kebudayaan, dan Perubahan, dalam kumpulan tulisan Ibid.
Refleksi Karakter Bangsa, Achmad Fedyani dan 12
Supali Kasim menjelaskan bahwa dalam khazanah
Mulyawan Karim Ed. Jakarta: Menegpora dan Iluni UI Cirebon-Indramayu, sejarah dianggap berasal dari
Forum Kajian Antropologi, 2008, hal 57. sejare-jare (katanya-katanya)—sebuah pernyataan

87
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

terdapat pengaruh pemahaman yang ditanamkan membuang waktu dan biaya, padahal anak-anak
mengenai asal-usul Indramayu, sehingga bisa dipekerjakan di sawah atau di laut tanpa harus
pendidikan masyarakat sampai sekarang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Kedua,
menggunakan kekuatan mitos/legenda (power of kurangnya motivasi pendidikan anak dari oang
myth) sebagai poros utama dalam penanaman tuanya, karena orang tua di Indramayu yang masih
nilai-nilai warisan pendidikan. buta aksara dan menyerahkan sepenuhnya kepada
Secara sosio-kultural, masyarakat guru. Ketiga, rendahnya tingkat partisipatif akan
Indramayu merupakan masyarakat dalam masa kelancaran pendidikan dan lembaga pendidikan.
transisi, karena merupakan masyarakat yang pada Keempat, pendidikan yang sudah ada merupakan
awal abad 20, mengalami migrasi besar-besaran pendidikan monoton dan tidak memberikan
dari Pasundan, Tegal dan Brebes. Migrasi besar- pekerjaan yang benar-benar membuat seorang
besaran itu lebih tertuju pada masalah ekonomi13. menjadi hidup mapan.
Tidaklah heran jika, “modal dasar” (sumber daya
manusia) warga sangat minim, buta aksara,
terbatasnya wawasan, dan lemahnya tekad untuk Indikator dari keberhasilan pembangunan
menyekolahkan anak. manusia adalah kemajuan di bidang pendidikan.
Berbicara mengenai pendidikan itu sendiri adalah
hal yang sangat kompleks, plural dan terkait
Banyak problematika muncul di tengah dengan berbagai variabel. Sehingga tidaklah
masyarakat Indramayu yang sedang mengalami proporsional kalau tidak mengkaji data statistik
transisi. Mulai dari kehidupan yang hanya dan kajian dinamikanya.
berswasembada, asal bisa memenuhi kebutuhan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan
hidup sendiri sudah cukup, dan tidak perlu menjadi dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu pada tahun
orang yang bergelar dan terdidik. Minimnya arti 2007, untuk tingkat Sekolah Dasar jumlah sekolah
penting pendidikan membuat orang Indramayu tercatat sebanyak 882 unit, dengan murid sebanyak
kurang memanfaatkan sektor geografisnya yang 195.268 orang. Kemudian tingkat SMP jumlah
kaya akan hasil laut. sekolah tercatat 148 unit, murid sebanyak 63.301
Dari lima orang siswa Indramayu sebagai orang. Sedangkan untuk tingkat SMA sebanyak 52
sample yang telah diwawancara, tiga menyatakan unit, dengan murid sebanyak 16.528 orang, serta
bahwa setelah mereka lulus sekolah akan bekerja SMK memiliki sekolah sebanyak 45 unit, dengan
di pabrik, dinas pemerintahan serta kantoran murid 15.645 orang. Dengan jumlah penduduk
setempat, dua lainnya menyatakan akan Indramayu sebanyak 1.717.770 jiwa.15
melanjutkan ke universitas atau jenjang yang lebih Interpretasi yang didapat, mengacu pada
tinggi. Hal ini menunjukan pendidikan belum data tersebut adalah perkembangan pendidikan
memiliki arti yang amat penting bagi mereka.14 Indramayu dari perspektif infrastruktur yang ada.
Mereka hanya fokus bekerja setelah lulus dan Keberadaan fasilitas pendidikan yang telah
bekerja ke sektor yang bukan merupakan potensi memedai belum diikuti dengan jumlah peserta
wilayahnya. didik yang besar pula. Antusias masyarakat
Tidaklah heran jika sebagian masyarakat, Indramayu terhadap pendidikan dirasa masih
terutama di pelosok pedesaan di Indramayu, sangat kurang, jika merujuk data diatas.
kemudian menganggap pendidikan bukanlah hal
yang penting. Setidaknya ada beberapa alasan
untuk hal ini. Pertama, pendidikan dianggap
Masalah pendidikan yang nota bene
terdapat pada masyarakat maritim Indramayu,
kirata (dikira-kira, tetapi nyata), tetapi juga menusuk tampaknya belum ada upaya sinergis dan
substansi bangunan kokoh yang selama ini bernama pennanganan cepat, belum ada respon cepat dari
sejarah. Sejarah masih diselimuti unsur-unsur legenda pemerintah daerah terkait dengan problematika
dan mitologi yang sangat kuat tanpa ada tahapan
yang ada. Terutama dalam mengembangkan
heuristik dan kritik yang lebih mendalam. (Dalam
Kompas, 7 Oktober 2009). potensi kelautan yang ada sebagai kawasan pesisir
13 pantai yang panjangnya mencapai sekitar 114
Perlu diketahui asal-muasal mayoritas orang yang
tinggal di Indramayu bukanlah keturunan ningrat
(bangsawan). Mereka adalah golongan grass-root
(wong cilik). 15
Indramayu dalam Angka tahun 2007, berdasarkan
14
Wawancara dengan 4 siswa SMK 2 Indramayu, Ari data dari Badan Perencanaan Daerah Kabupaten
Kasim, Johan Arif, Suprayatna, dan Anggi dan 1 Indramayu dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
siswa SMA 1 Sindang, Riska. Wawancara dilakukan 5 Indramayu. Lihat pula pada lampiran mengenai tabel
Maret 2010. data tentang pendidikan.

88
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

km.16 Hal-hal terkait konstelasi kehidupan dijadikan sebagai sebuah sistem.19 Laut dijadikan
masyarakat serta keberadaan ruang pendidikan sebagai sebuah penghalang dari daratan, sehingga
yang berkarakter di Indramayu menjadi pekerjaan secara otomatis laut pun mulai ditinggalkan.
rumah yang sangat berat. Bahkan oleh pemerintah setempat di Indramayu
Perlu diingat pula bahwa sekolah tidaklah sendiri.
identik dengan pendidikan17, belajar secara Secara kemauan politik (political will),
esensial memang tidak terbatas pada sekolah saja. pemerintah tidak melakukan keberpihakan
Pendidikan nonformal, serta melatih diri sendiri meskipun wilayah laut Indramayu cukup luas.20
dan belajar dari kesalahan dapat dijadikan untuk Selama ini nelayan hanya belajar pada fenomena
mengaktualisasikan diri menjadi insan terdidik. alam untuk tetap dapat bertahan hidup (survive).
Akan tetapi, pola pendidikan di Indramayu perlu Keseluruhan realitas kehidupan masyarakat
juga memikirkan bagaimana pendidikan yang maritim Indramayu telah membentuk pandangan,
dapat dinikmati oleh peserta didiknya, pendidikan karakter, dan kultur yang keras di Indramayu,
yang sesuai karakter masyarakalah yang karakteristik ini tetapi tidak disambut baik oleh
seharusnya menjadi pekerjaan rumah bagi pembuat kesejahteraan yang tinggi. Kemiskinan masih
kebijakan pendidikan di Indramayu. merajalela pada masyarakat maritim Indramayu.
Mempertimbangkan berbagai kenyataan
pahit mengenai pendidikan di Indramayu,
pendidikan yang sesuai dengan karakter Kemiskinan diartikan sebagai suatu
masyarakat Indramayu merupakan langkah penting keadaan ketika seseorang tidak sanggup
dan strategis dalam membangun kembali jati diri memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
bangsa dan menggalang pembentukan masyarakat kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
Indramayu baru yang sesuai dengan memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya
karakteristiknya. dalam kelompok tersebut.21
Kemiskinan tidak bisa hanya dilihat dari
sudut ekonomi saja karena kemiskinan ternyata
berkaitan dengan berbagai aspek, diantaranya
aspek sosial dan budaya, bahwa persoalan
kemiskinan sangat erat hubungannya dengan
Indramayu merupakan wilayah di pesisir
budaya.22 Dari sudut ini, kita dapat melihat bahwa
Pantai Utara Jawa dengan panjang pantai sekitar
budaya dan lingkungan turut ambil bagian dalam
114 km yang melintasi 12 kecamatan. Dengan
membuat seseorang menjadi miskin.23
garis pesisir yang cukup panjang, mata
Kondisi lingkungan masyarakat maritim
pencaharian masyarakatnya belum menunjukkan
dalam perspektif antropologis, adalah masyarakat
bahwa masyarakat Indramayu memanfaatkan
yang memiliki sistem budayanya sendiri sebagai
sektor maritim dalam penopang hidupnya. Hal ini
produk dari proses interaksi mereka dengan
terlihat dari sekitar hanya sekitar 30% masyarakat
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
yang berprofesi sebagai nelayan dan komunitas
sosial. Manifestasi dari sistem budaya masyarakat
maritim. Sedangkan 60 % dari sektor agraris, serta
nelayan dapat dimediasi dan terwujud dalam
10 % dari pedagang, penyedia jasa, usaha swasta
pranata-pranata sosial budaya yang ada.24
dan PNS.18
Secara historis keberadaan nelayan
Indramayu tak dapat dilepaskan dari keberadaan
19
muara dan pelabuhan, serta keterpengaruhan dari Yanwar Pribadi, Membangun (Kembali) Budaya
sejak zaman Kerajaan Demak. Namun, ironisnya Maritim, dalam http.bantenologi.com.
saat ini masyarakat maritim Indramayu mengalami Budaya%20maritim.html. diunduh pada Selasa 9
Maret 2010, pukul 20:22 WIB.
kemerosotan. Konsekuensi logisnya, laut tidak 20
Kasim, Op-Cit.
21
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. hal. 320.
16 22
Di Pesisir Indramayu Badai (Tak) Pasti Berlalu. Menurut Oscar Lewis (1966), kemiskinan bukanlah
Kasim, Op-Cit. semata-mata kekurangan dalam ukuran ekonomi,
17
Wawancara dengan Wawan Sutandi, guru SMA tetapi juga melibatkan kekurangan dalam ukuran
Negeri 1 Indramayu, dalam Wong (Nom) Dermayu kebudayaan dan kejiwaan dan memberi corak
Ngomong: Wacana Kritis Pemuda Indramayu, tersendiri pada kebudayaan yang diwariskan dari
Yogyakarta: Pustaka Rihlah, 2007, hal 154. generasi orang tua kepada anak melalui proses
18 sosialisasi.
Disimpulkan dari artikel Mengenal Kabupaten 23
Indramayu, dalam pengantar kegiatan Lapangan Teori demikian disebut dengan teori kultural.
24
Mahasiswa Berprestasi FIB UI 2010. Hal.12.

89
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Masalah kemiskinan masyarakat maritim aplikatif, seharusnya diberikan kesempatan dan


berakar pada aspek ketergantungan nelayan kebebasan kepada warga masyarakat untuk
terhadap kegiatan usaha melaut dan rendahnya memperoleh pendidikan apa saja, dari siapa saja,
keterampilan nelayan untuk melakukan di mana saja, pada jalur dan jenjang mana saja dan
diversifikasi penangkapan.25 Etos kerja yang kapan saja, yang sesuai dengan kebutuhan dan
rendah dipengaruhi pula oleh pranata dan wawasan karakteristik pribadi, serta selaras dengan
yang rendah. Tidak ada orang yang mengenyam kebutuhan masyarakat dan lingkungannya.
pendidikan yang mau mengurus lautnya. Pengertian “pendidikan aplikatif”
Kebanyakan masyarakat Indramayu yang meliputi sejumlah besar cara pemberdayaan
berpendidikan, setelah lulus akan mencari kerja di peserta didik/warga belajar yang dilakukan
Ibukota atau ke dinas pemerintahan.26 Solusi tepat berbeda dengan cara yang sesuai dengan
di bidang pendidikan sebagai penanaman nilai karakteristik masyarakat. Meskipun caranya
budaya sangat diperlukan dalam maslah ini. berbeda, namun semua pola pendidikan aplikatif
mempunyai tiga kesamaan yaitu: (1)
pendekatannya yang bersifat individual; (2)
memberikan perhatian lebih besar kepada peserta
Pendidikan memiliki nilai yang strategis didik/warga belajar, orang/keluarga mereka, dan
dan urgen dalam pembentukan suatu bangsa. para pendidik, dan (3) dikembangkan berdasarkan
Pendidikan itu juga berupaya untuk menjamin kebutuhan dan kondisi lingkungan.28
kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab lewat
pendidikanlah akan diwariskan nilai-nilai luhur
yang dimiliki oleh bangsa tersebut, karena itu Kurikulum pendidikan dalam muatan
pendidikan tidak hanya berfungsi untuk bagaimana lokal ialah program pendidikan yang diisi dan
untuk tahu (how to know), dan bagaimana untuk media penyampaiannya dikaitkan dengan
melakukan (how to do), tetapi yang amat penting lingkungan alam dan lingkungan budaya serta
adalah bagaimana untuk menjadi (how to be), kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid
terwujud maka diperlukan transfer budaya dan di daerah tersebut. Kurikulum muatan lokal
kultur. Pola pendidikan yang memiliki alternatif diberikan bertujuan untuk mencapai tujuan
dan bermuatan lokal sesuai dengan karakter pendidikan nasional sebagaimana tercantum
masyarakat dan aplikatiflah yang patut dijadikan didalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN).29
cambuk dalam pembangunan sebuah masyarakat.27 Sumber bahan muatan lokal dapat
Paradigma pendidikan baru yang intinya diperoleh dari banyak sumber antara lain dari
memberdayakan masyarakat (termasuk peserta narasumber, pengalaman lingkungan, hasil diskusi
didik/warga belajar dan orang tua/keluarga dari para ahli yang relevan dan sebagainya. Dalam
mereka) menuntut adanya kebebasan kepada pelaksanaan proses pembelajaran selalu
warga masyarakat untuk belajar apa saja yang menyangkut berbagai unsur atau komponen.
diminati dan dibutuhkan, asal tidak bertentangan Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan
dengan kaidah moral dan falsafah bangsa. menyangkut berbagai aspek, antara lain: sumber
Demikian pula dalam melaksanakan prinsip belajar bahan ajar, pengajar, metode, media, dana dan
evaluasi.30
25 Secara umum tujuan program pendidikan
Ibid. 13.
26
muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar
Seperti pernyataan yang dikatakan oleh Jumhadi, mereka memiliki wawasan yang mantap tentang
Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum SMA 1
lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia
Sindang, Indramayu. “…Boro-boro mau ngurus laut
yang ada abis lulus anak-anak pada ke Jakarta”. melestarikan dan mengembangkan sumber daya
Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Maret 2010, alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang
sekitar pukul 11:00 WIB, di SMA 1 Sindang, mendukung pembangunan nasional maupun
Indramayu. pembangunan setempat. Tujuan penerapan muatan
27
Pola pendidikan alternatif sebenarnya bukan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
merupakan hal yang baru sama sekali. Bahkan pada kelompok tujuan, yaitu tujuan langsung dan tujuan
awal diselenggarakannya pendidikan ribuan tahun tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan
yang lalu, pendidikan berlangsung dengan berbagai dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak
pola: ada yang diselenggarakan di rumah oleh orang
tua sendiri, di tempat ibadah, di tempat kerja, dan di
masyarakat. Kemajuan zaman kemudian justru 28
Ibid.
menyeragamkan pola-pola yang berbeda itu ke dalam 29
suatu struktur dan lembaga yang disebut sekolah. http/kompasiana.com.kurikulum-muatan-lokal.html,
Lihat Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi diakses pada Rabu, 10 Maret 2010, pukul 21:43 WIB.
30
Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 322. Ibid.

90
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

langsung merupakan tujuan yang memerlukan Indonesia mengubah pandangan dari negara
waktu yang relatif lama untuk mencapainya. kontinen menuju negara bahari.33
Tujuan tidak langsung pada dasarnya merupakan Untuk menuju ke sana mutlak diperlukan
dampak dan tujuan langsung.31 sumber daya manusia berwawasan kelautan dan
Dengan menggunakan lingkungan sebagai menguasai teknologi tinggi tentang bahari. Banyak
sumber belajar maka besar kemungkinan peserta persoalan dan tantangan yang akan dihadapi
didik dapat mengamati, melakukan percobaan atau kedepan. Negara ini memiliki kekayaan berupa 17
kegiatan belajar sendiri. Belajar mencari, ribu pulau lebih. Setelah 60 tahun merdeka
mengolah, menemukan informasi sendiri dan nyatanya baru mampu memberi nama (toponim) 7
menggunakan informasi untuk memecahkan ribu pulau saja. Kekayaan sumber hayati, mineral
masalah yang ada di lingkungannya merupakan dan tambang di dasar laut masih berlimpah,
pola dasar dari belajar. Belajar tentang lingkungan menunggu dimanfaatkan. Kita tentunya tidak rela,
dan dalam lingkungan mempunyai daya tangkap pewaris kekayaan laut nusantara, kelak hanya
tersendiri bagi seorang anak untuk memanfaatkan menjadi penonton di negeri sendiri.34
potensi di daerahnya. Indramayu yang terdiri dari berbagai
Sekolah, pada hakikatnya bukanlah macam suku bangsa yang memiliki
sekadar tempat ”transfer knowledge” belaka. keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tata
Seperti dikemukakan Frenkel (1977:1-2), sekolah cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan
tidaklah semata-mata tempat guru menyampaikan daerah, dll) merupakan ciri khas yang memperkaya
pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.35 Oleh
sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu
usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap
pada nilai luhur di lingkungan.32 Benyamin S. mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa
Bloom menegaskan bahwa lingkungan sebagai Indonesia melalui upaya pendidikan.
kondisi, daya dan dorongan eksternal dapat Pengenalan keadaan lingkungan, sosial,
memberikan suatu situasi “kerja” di sekitar murid. dan budaya diperlukan kepada peserta didik
Karena itu, lingkungan secara keseluruhan dapat memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan
berfungsi sebagai daya untuk membentuk dan dengan lingkungannya. Pengenalan dan
memberi kekuatan/dorongan eksternal untuk pengembangan lingkungan melalui pendidikan
belajar pada seseorang. Landasan teoritik muatan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas
lokal. sumber daya manusia, dan pada akhirnya
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik.
Kebijakan yang berkaitan dengan
dimasukkannya program muatan lokal dalam
pendidikan dilandasi kenyataan bahwa di
Indramayu terdapat beranekaragam kebudayaan
dan sebagai wilayah maritim.36 Oleh karena itu,
Menanamkan rasa cinta bahari di usia
program pendidikan di sekolah perlu memberikan
anak sekolah mempunyai arti penting untuk bekal
wawasan yang luas pada peserta didik tentang
kelak setelah mereka dewasa. Tidak ada pilihan,
kekhususan yang ada di lingkungannya, yakni
tantangan ke depan bangsa ini sebagai negara
maritim (Archipelagic State) akan mengandalkan
sektor kelautan. Pemanfaatan kekayaan sumber 33
Hal ini senada dengan pernyataan Menteri Pendidikan
daya alam di darat, sadar atau tidak, lambat atau Nasional periode 2004-2009, Bambang Sudibyo dalam
cepat makin menyusut. Sementara untuk artikel Kompas, Kamis 13 Juli 2006.
mengeksplorasi dan mengeksploitasi sektor 34
Mencintai bahari perlu ditanamkan sejak masa
kelautan yang menjanjikan itu, membutuhkan sekolah, dalam artikel bertajuk “Cinta Bahari Perlu
teknologi dan modal besar agar menjadi sumber Diajarkan di Sekolah” terdapat dalam
perokonomian dan kemakmuran. Sudah saatnya http://umum.kompasiana.com/2009/07/06/cinta-
bahari-perlu-diajarkan-di-sekolah/ diakses Selasa, 16
Maret 2010. Pukul 23:11 WIB.
35
Mengenal Kabupaten Indramayu. Op-Cit.
31
Ibid. 36
Perlu diketahui di Indramayu sendiri hanya terdiri dari
32
Azyumardi Azra, Pembangunan Karakter Bangsa: 1 SMK yang memiliki jurusan kelautan yaitu SMK 2
Pendekatan Budaya, Pendidikan dan Agama, dalam Indramayu, selain itu Program Studi Kelautan yang
kumpulan tulisan Refleksi Karakter Bangsa, Achmad ada di Universitas Wiralodra, satu-satunya universitas
Fedyani dan Mulyawan Karim Ed. Jakarta: Menegpora di Indramayu telah ditutup pada tahun 2008,
dan Iluni UI Forum Kajian Antropologi, 2008, hal 41. dikarenakan tidak ada peminatnya.

91
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

budaya bahari. Budaya bahari yang seluruhnya Pemuda Indramayu juga memaparkan pentingnya
disusun secara komperhensif, sesuai dengan otoritas dalam pengembangan karakteristik
karakteristik masyarakat dan produktif, agar dapat Indramayu itu sendiri, jangan hanya bergelut pada
mengentas kemiskinan. Sehingga perlulah disusun pendidikan konvensional, tetapi ditanamkan juga
mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal.37 pewarisan nilai yang lebih aplikatif.39
Muatan lokal yang didukung oleh Di tingkat Pendidikan Tinggi pun muatan
berbagai potensi maritim yang sesuai dengan lokal budaya bahari mendapat perhatian yang
masyarakat dalam segenap aspek kehidupan, baik antusias. Pernyataan ini diungkapkan oleh
dalam sejarah maritim, industri kelautan, Pembantu Dekan I, Universitas Wiralodra, Karto
kerajinan, jasa kelautan (agro industri dan agro M.Si.40 Menurutnya, sangat disayangkan jika
bisnis), pembudidayaan hasil laut, perikanan, kelautan tidak dijadikan acuan dalam
nautika, teknologi, sistem jaringan, meningkatkan perekonomian masyarakat
kepariwisataan, dan lain sebagainya, sehingga Indramayu dan ditanamkan lewat pendidikan. Dia
terjadi kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan juga menyayangkan ditutupnya jurusan kelautan di
yang dinamis. Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra.
Landasan dinamika demografik Pendidikan aplikatif seperti kelautan benar-benar
keindahan Indramayu juga terletak pada diabaikan di wilayah Indramayu.
keanekaragaman pola kehidupan dari berbagai Pendidikan aplikatif sendiri sebenarnya
keberagaman yang tersebar akibat migarsi pada telah disepakati oleh pemerintah demi memajukan
masa lampau, namun disatukan dalam kesatauan perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan
administrasi saat ini. Kekaguman terhadap potensi ilmu dan teknologi juga mengacu kepada
Indramayu telah dinyatakan oleh hampir para kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan
pemerhati budaya di Indramayu, karena kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat
keanekaragaman tersebut dapat dipersatukan oleh tersebut disebut “Kurikulum Muatan Lokal“.
falsafah hidup bangsa yaitu Pancasila. Kurikulum muatan lokal keberadaan di Indonesia
Keanekaragaman tersebut bukan saja ada pada telah dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri
bidang budayanya saja, tetapi juga pada keadaan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
alam, fauna dan floranya serta kehidupan dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987.
sosialnya. Semuanya itu merupakan dasar yang Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan dalam
sangat penting dalam mengembangkan muatan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan
lokal. menengah Nomor 173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7
Kurikulum muatan lokal mengacu pada Oktober 1987.41 Sekarang tinggal pemerintah
karakteristik peserta didik, dan kondisi geografis di daerah yang telah diberi otonomi untuk
Indramayu, sebenarnya sudah mendapat angin menuangkan dan menjalankan muatan lokal
segar dari para pendidik dan sekelompok sebagai jalan emas mengentas kemiskinan di
budayawan Indramayu. Sebagai contoh wawancara kawasan Indramayu.
dengan Wakil Kepala Sekolah SMK 2 Indramayu,
Ai Soeharto, menurutnya di Indramayu Pelajaran
tentang kebaharian perlu digalakkan, sebab sangat Berbagai upaya untuk penanggulangan
sayang sekali jika potensi laut Indramayu yang kemiskinan telah banyak dilakukan, namun
luas tidak di eksplorasi oleh anak negeri tapi pemerintah belum memiliki konsep yang jelas,
dieksploitasi oleh bangsa asing (Jepang).38 sehingga penanganan masih bersifat parsial dan
Selain itu wawancara dengan Wawan tidak terpadu. Akibatnya angka kemiskinan belum
Sutandi, guru SMA Negeri 1 Indramayu, dalam dapat diturunkan secara signifikan. Dan justru
Wong (Nom) Dermayu Ngomong: Wacana Kritis dengan adanya program penanggulangan
kemiskinan, malah jumlah penduduk miskin
37
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal, bertambah. Pendidikan muatan lokal merupakan
pendidikan yang berprogram muatan lokal telah jalan emas dalam menanggulangi kemiskinan.
dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan Sebab pendidikan adalah investasi terbaik dalam
metode drill dan dengan trial and error serta pembangunan sebuah masyarakat.
berdasarkan berbagai pengalaman yang mereka hayati.
Tujuan pendidikan mereka terutama agar anak-anak
mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Bahan yang
diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai 39
Wong (Nom) Dermayu Ngomong. Op-Cit. hal 157.
keadaan yang ada dialam sekitar. Sedang kriteria 40
Wawancara dilakukan pada tanggal 6 Maret 2010 di
keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup
Fakultas Pertanian, Universitas Wiralodra, Indramayu.
mandiri.
38
Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Maret 2010 di
41
SMK 2, Indramayu. Pribadi, Op-Cit.

92
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Muatan lokal sangat penting dan perlu Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu
untuk diberikan kepada peserta didik agar peserta Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo
didik lebih mengetahui dan mencintai budaya Persada.
daerahnya sendiri, berbudi pekerti luhur, mandiri, Winensburg, Sam. 2006. Berpikir Historis,
kreatif dan profesional yang pada akhirnya dapat Memetakan Masa Depan, Mengajarkan
menumbuhkan rasa cinta kepada budaya tanah air. Masa Lalu. Jakarta: Yayasan Obor
Dari arti penting tersebut sudah Indonesia.
selayaknya masyarakat Indramayu, masyarakat
Wong (Nom) Dermayu Ngomong: Wacana Kritis
yang dalam transisi dan belum mengeksplorasi
Pemuda Indramayu. 2007. Yogyakarta:
wilayah lautnya, perlu menanamkan pendidikan
Pustaka Rihlah.
budaya bahari sebagai jalan emas menuju
masyarakat maritim dalam upaya meningkatkan Artikel dan Makalah
kesejahteraan masyarakatnya.
Benharry Tangkilisan, Yudha. Belitung dalam
Lintas Sejarah Maritim Indonesia.
Arsip Makalah Seminar “Persiapan Pendirian
Indramayu dalam Angka Tahun 2007. Badan Museum Maritim” di Kabupaten
Perencanaan Daerah Kabupaten Indramayu Belitung, Propinsi Bangka Belitung, 23
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Juli 2009.
Indramayu. Kasim, Supali. Di Pesisir Indramayu Badai (Tak)
Wawancara Pasti Berlalu. Makalah pada diskusi
“Budaya Pesisir” kerjasama Harian
Ai Soeharto. Wakil Kepala Sekolah SMK 2 Kompas dengan STAIN Syech Nurjati,
Indramayu. (5 Maret 2010). Cirebon. Pada 24 Februari 2010, di aula
Ari Kasim, Johan Arif, Suprayatna, dan Anggi. STAIN Syech Nurjati, Cirebon.
Siswa SMK 2 Indramayu. (5 Maret 2010). Kasim, Supali. Potret SD di Pelosok Indramayu:
Jumhadi. Wakil Kepala Sekolah Bagian Perspektif Sosio-Kultural, makalah dalam
Kurikulum SMA 1 Sindang, Indramayu. seminar sehari “Peningkatan Mutu
(5 Maret 2010). Sekolah melalui Manajemen Pendidikan
Karto M.Si. Pembantu Dekan I, Universitas yang Aplikatif” aula Universitas
Wiralodra, Indramayu (6 Maret 2010). Wiralodra, Indramayu, 1 Maret 2009.
Riska. Siswa SMA 1 Sindang (5 Maret 2010). Mengenal Kabupaten Indramayu. Pengantar
Supali Kasim. Pemerhati dan budayawan Kegiatan Lapangan Mahasiswa
Indramayu. Berprestasi FIB UI 2010.
Referensi Buku Surat Kabar
Djoenod Poesponegoro, Marwati dan Nugroho Kompas, 7 Oktober 2009.
Notosusanto Ed. 2008. Sejarah Nasional Kompas, 13 Juli 2006.
Indonesia jilid V: Zaman Kebangkitan Internet
Nasional dan masa Hindia Belanda (Edisi Cinta Bahari Perlu Diajarkan di Sekolah” terdapat
Pemutakhiran). Jakarta: Balai Pustaka. dalam
Fedyani, Achmad dan Mulyawan Karim Ed. 2008. http://umum.kompasiana.com/2009/07/06
Refleksi Karakter Bangsa. Jakarta: /cinta-bahari-perlu-diajarkan-di-sekolah/
Menegpora dan Iluni UI Forum Kajian diakses Selasa, 16 Maret 2010. Pukul
Antropologi. 23:11 WIB.
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. http/kompasiana.com.kurikulum-muatan-
Yogyakarta: Bentang. lokal.html, diakses pada Rabu, 10 Maret
Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih 2010, pukul 21:43 WIB.
Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Yanwar Pribadi, Membangun (Kembali) Budaya
Media. Maritim, dalam http.bantenologi.com.
Satria, Arif. 2009. Ekologi Politik Nelayan. Budaya%20maritim.html. Diunduh pada
Yogyakarta: LKiS. Selasa 9 Maret 2010, pukul 20:22 WIB.

93
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Oleh: Ismail
abad ke-XVII, sebagian besar berasal dari daerah
Keberadaan etnik Tionghoa di Jeneponto Tiongkok Selatan terutama dari Fu Khien dan
secara historis belum diketahui secara pasti, namun Kwantung. Setiap imigran tidak hanya membawa
menurut sebagian masyarakat Jeneponto dan barang dagangan atau diri mereka saja tetapi juga
masyarakat Tionghoa bahwa etnik Tionghoa sudah berbagai aspek kebudayaan khas, termasuk sistem
ada sebelum kemerdekaan. Kedatangan etnik berdagang (ekonomi), bahasa, kepercayan,
Tionghoa pada awalnya hanya dibekali teknologi, kesenian, dan sebagainya.2 Selain itu,
keberanian, keuletan, dan keterampilan berdagang. ada yang menyatakan bahwa para imigran
Kedatangan etnik Tionghoa di Nusantara Tionghoa yang tersebar di Indonesia mulai abad
khususnya di Jeneponto, terdorong oleh beberapa ke-XVI sampai pertengahan abad ke-XIX asal
faktor, antara lain; (1) etnik Tionghoa sudah suku bangsa Hokkien, mereka berasal dari propinsi
dikenal sebagai suatu etnik yang suka berniaga, (2) Fukkien bagian selatan.3
adanya konflik politik dalam negerinya yang Masih ada orang Cina yang mengetahui
berkecamuk pada abad XVII. Migrasi orang atau ingat kapan kakek buyutnya tiba di Indonesia,
Tionghoa ke Jeneponto dengan tujuan berdagang tetapi kebanyakan yang tidak mengetahuinya
dan membuka usaha baru serta sebagai tukang. karena keluarga mereka pada umumnya tidak
Hingga munculnya berbagai peraturan perundang- mencatat atau menyimpan catatan tentang silsilah
undangan pada masa orde lama dan orde baru yang leluhurnya. Masalah keberadaan orang Tinghoa
telah membatasi aktivitas etnik Tionghoa menjadi pada dasarnya mulai menggejala ketika bangsa
kendala dalam berdagang ataupun berniaga di Indonesia merdeka. Hal ini disebabkan orang-
Kabupaten Jeneponto yaitu kurangnya kerja sama orang keturunan etnik Tionghoa menghadapi
yang baik antara masyarakat setempat baik pilihan, apakah tetap tinggal di Indonesia dan
dikalangan para pedagang pribumi dengan etnik menjadi warga negara yang baik atau
Tionghoa, dan tingginya prasangka-pransangka meninggalkan Indonesia yaitu kembali ke negeri
negatif masyarakat Jeneponto pada umumnya asal (Tingkok).
terhadap etnik Tionghoa termasuk dalam Ketika Soekarno memperkenalkan
berkomunikasi. Begitupun dari sebagian besar “Demokrasi Terpimpin” (1959-1965) sampai
etnik Tionghoa yang berada di luar ataupun orang tumbangnya “Demokrasi Liberal” golongan
awam itu sendiri yang terkadang mempunyai Tionghoa peranakan selalu terlibat, baik dalam
prasangka negatif terhadap daerah Jeneponto yang kabinet maupun parlemen, sedangkan pada rezim
dikenal keras dan susah diajak berbaur sehingga orde baru di bawah pemerintahan Soeharto 1966
menyebabkan orang Tionghoa meninggalkan organisasi sosio-politik etnik Tionghoa dilarang
Jeneponto dan lebih memilih Makassar sebagai atau dibekukan.4 Pada masa-masa tersebut orang-
tempat berdagang. Namun masyarakat Jeneponto orang Tionghoa meresa tidak nyaman sebagai
pada kurun waktu 1956-2011 pada dasarnya tidak warga negara karena undang-undang dan peraturan
pernah menolak etnik Tionghoa datang ke daerah pemerintah tersebut berbau diskriminasi rasial.
ini. Salah satu bukti adanya perkawinan antara Peraturan dan perundang-undangan itu telah
masayarakat setempat dengan keturunan Tionghoa melakukan pelarangan dan pembatasan ruang
sehingga tidak lagi dikenal sebagai etnik Tionghoa gerak mereka dalam menjalani kehidupannya.
karena telah berbaur dengan warga pribumi. Membahas masalah etnik Tionghoa
memang sangat menarik dan tidak ada habis-
Kata Kunci: Etnik, Tionghoa, dan Jeneponto habisnya unttuk diperbincangkan, khususnya
menengok sejarah keberadaan mereka. Setiap
daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki
Migrasi orang Tionghoa ke Asia
Tenggara termasuk Indonesia tentunya dilandasi
dengan berbagai faktor yang saling berkaitan 2
Pallawa Andhy dan Azis Astaf. Pembauran Di
antara satu dengan yang lain diantaranya faktor Makassar. Makassar: Global Publising bekerjasama
ekonomi dan politik.1 Kedatangan imigran Cina dengan Kantor Kesatuan Bangsa Pemkot Makassar,
dibeberapa wilayah Nusantara berlangsung sekitar 2003. hlm. 75.
3
Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan Di
1
Sumantri, Iwan. Kepingan Mozaik sejarah Budaya Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1997. hlm. 353.
4
Sulawesi Selatan. Makassar: Inninawa, 2004, hlm. Suryadinata, Leo. Dilema Minoritas Tionghoa.
406. Jakarta: Grafiti Pers. 1984. hlm .6.

94
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

keanekaragaman etnis, budaya maupun suku yang Jeneponto, bahwa para leluhur mereka sudah ada
termasuk di dalamnya kebudayaan etnis Tionghoa. sebelum kemerdekaan. Namun secara umum
Di Jeneponto minoritas etnik Tionghoa ada di kedatangan etnik Tionghoa di Nusantara sekitar
Kecamatan Bangkala namun bukan dalam jumlah abad XVII rata-rata berasal dari Tiongkok Selatan
yang cukup besar. Mengenai kapan kedatangan propinsi Fu Khein dan Kuang Tung.7 Namun ada
mereka ke Jeneponto tidak diketahui secara pasti pula yang menyebutkan bahwa para imigran
kapan. Namun secara umum kedatangan etnik Tionghoa yang tersebar ke Indonesia mulai abad
Tionghoa di Nusantara sekitar abad XVII. ke XVII sampai pertengahan abad 19 asal suku
Jeneponto merupakan salah satu daerah di bangsa Hokkien, mereka berasal dari propinsi Fu
Sulawesi Selatan, yang dikenal memiliki daerah Khein Bagian Selatan.8
kering, berbatu, dan cukup gersang. Hal ini Pada awal kedatangan etnik Tionghoa
dikerakan curah hujan yang tidak merata tiap tidak serta merta memegang terdapat kendali
tahunnya, kondisi wilayah seperti ini tentu saja ekonomi. Mereka hanya sebagai pedagang eceran
berpengaruh terhadap watak, perilaku, juga sikap juga sebagai tenaga buruh, pejual sayur, membuka
masyarakat di daerah tersebut yang berdampak warung kopi dan laing sebagainya. Akan tetapi
penderian atau sikap mereka. Akan tetapi bukan tidak dipungkuri pula bahwa pada saat itu juga
berarti mereka anti terhadap perubahan. Di terdapat saudagar-saudagar kaya yang ikut
Sulawesi Selatan, kedatangan orang Tionghoa juga berdagang di daerah Makassar dan sekitarnya.
sudah ada jauh sebelum proklamasi kemerdekaan. Kedatangan etnik Tionghoa pada awalnya hanya
Para imigran Tionghoa samapai di Sulawesi dibekali keberanian, keuletan, dan keterampilan
Selatan sekitar abad ke XVII M. Mereka pada berdagang. Kedatangan etnik Tionghoa di
umumnya meninggalkan tanah leluhurnya serta Nusantara termasuk di Jeneponto, terdorong oleh
meninggalkan diri dari kemiskinan dan penindasan beberapa faktor, antara lain (1) karena etnik
akibat revolusi yang terjadi di negaranya. Mereka Tionghoa sudah lewat dikenal sebagai suatu etnik
kemudian melakukan perseberan hampir kesuluruh yang suka berniaga, (2) karena adanya konflik
wilayah Sulawesi Selatan.5 politik dalam negerinya yang berkecamuk pada
abad XVII.
Adapun bukti Arkeologi yang ditemukan
khusus di daerah Allu’ Kecamatan Bangkala yaitu
Leluhur orang Tionghoa-Indonesia kuburan etnik Tionghoa berkisar tahun 1950-an.
bermigrasi secara bergelombang sejak beberapa Kuburan tersebut menandakan keberadaan etnik
abad yang lalu. kapan orang Tionghoa pertama Tionghoa di Jeneponto telah ada setelah masa
kalinya mengunjungi Indonesia tidak mudah kemerdekaan Indonesia. Tulisan yang terdapat
dipastikan. Saat ini orang-orang Tionghoa telah pada batu nisan tersebut masih menggunakan ejaan
berbaur secara alamiah dengan masyarakat lama seperti kata “KUBURANNJA”. Apabila
setempat. Permulaan dan perantauan Cina ke disempurnakan dalam ejaan yang disempurnakan
Indonesia, Asia Tenggara pada umumnya, sampai (EYD) akan berarti “KUBURANNYA”.
sekarang tidak diketahui secara pasti. Tetapi Kedatangan orang Tionghoa di Jeneponto
banyak orang berpendapat bahwa sejak dahulu sebagian besar berasal dari Makassar. Mereka
kala adalah mejadi naluri manusia untuk datang setelah kemerdekaan. Rata-rata yang
cenderung pindah dari daerah yang lebih sukar datang berdasarkan ajakan oleh para keluarga yang
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya telah lebih dulu berada di daerah ini. Selain itu
kedaerah yang lebih muda. Adanya hipotesa ini, juga tujuan utama kedatangan etnik Tionghoa
maka sudah dapat diperhitungkan bahwa sejak adalah untuk berdagang, membuka usaha baru,
puluhan abad yang lampau telah terjadi migrasi sebagai tukang kayu, membuka rumah makan serta
dari penduduk-penduduk dataran Cina ke daerah warung kopi. Sebuah arsip berangka tahun 1956-
Asia Tenggara.6 1957 menunjukkan susunan keluarga asing
Kedatangan Etnik Tionghoa di Jeneponto (Tionghoa) yang berada di wilayah Bengkala.
secara historis belum ditemukan angka pasti. Berdasarkan data tersebut, dapat ditarik sebuah
Orang Tionghoa datang ke Jeneponto sudah lama kesimpulan bahwa sejak tahun 1956 telah banyak
sehingga tidak mengetahui lagi kapan waktu etnik Tionghoa yang bermukim dan berkeluarga di
pastinya, menurutnya orang Tionghoa yang ada di
7
Pallawa Andhy dan Azis Asfat. Pembauran di
5
Hamrah. Etnik Tionghoa Di Pare-Pare (1970-2001). Makassar. Makassar: Global Publishing
Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri bekerjasama dengan Kantor Kesatuan Bangsa
Makassar. 2005. hlm. 4 Pemkot Makassar. 2003. hlm. 75.
6 8
Sukisman, W. D. Masalah Cina Di Indonesia. Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan Di
Yayasan Penelitian Masalah Asia. 1975. hlm. 3. Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1997. hlm.353.

95
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Jeneponto khususnya di wilayah Allu’ Kecamatan 160 orang kehilangan perumahan. Begitupun
Benggala. Jumlah etnik Tionghoa di daerah ini ± dengan Djamba Lompoa, Bonto Rappo, Allu’
15 Kepala Keluarga (KK). Warga asing ini Bangkala, kerugian ditaksir kira-kira Rp. 100.000
melakukan berbagai kegiatan baik berdagang, dan 75 orang kehilangan perumahan. Pada masa
berwarung, bertoko, berjual-jualan kain, berkedai ini, Allu, Kecamatan Bangkala mengalami
dan ada pula yang bersekolah. Serta sebagian kecil kerusuhan atau keresahan disebabkan oleh gerakan
tidak memiliki pekerjaan. DI/TII. Pasukan DI/TII melakukan pembakaran
Data diatas juga menyebutkan bahwa di rumah masyarakat yang di wiliyah distrik
antara etnik Tionghoa ada yang memilih untuk Bangkala. Masyarakat sangat ketakutan dan resah
masuk Warga Negara Indonesia (WNI). Namun sehingga banyak masyarakat mengungsi keluar
ada pula yang menolak mengubah dari wilayah Distrik Bangkala atau kerumah
kewarganegaraannya dan tetap menjadi bangsa kerabat yang berada di luar wilayah Bangkala
asing. Penolakan atas perubahan status untuk menyelamatkan diri dari pasukan DI/TII,
kewarganegaraan disebabkan adanya kekhawatiran Pada tahun 1958 berdasarkan data Arsip
yang muncul dari komunitas Tionghoa ini. Mereka Djoneponto Register 50 jumlah kepala keluarga
takut apabila statusnya dirubah menjadi WNI dari etnik Tionghoa jika dibandingkan dengan
maka mereka akan meninggalkan segala sesuatu tahun sebelumnya semakin berkurang. Kegiatan
yang berorientasi ke Tiongkok dan digantikan mereka pada umumnya berwarung dan berjualan.
dengan corak Indonesia. Pada kedua tabel rata-rata dinominasi oleh
Pedagang Tionghoa yang menolak keluarga bermarga Thung. Kemudian faktor
menjadi WNI dikenakan pajak besar berupa Pajak selanjutnya yang paling urgen yaitu bahwa
Bangsa Asing (Tiongkok) 1957/1959 Koh. No. mengingat pengaruh kekuasaan orde lama dan
63218x sebesar Rp. 3.000/tahunnya sehingga orde baru pada tahun 1966 dimana situasi
bangsa asing yang datang atau akan meninggalkan keamanan dan politik mulai dari orde lama dan
wilayah Jeneponto seharusnya ada surat resmi dari orde baru ±60 peraturan dan perundang-undangan
kepala distrik setempat sebagai pemberitahuan yang mebuat orang-orang Tionghoa merasa tidak
kepada K.P.N dan kepala polisi dengan nyaman sebagai Warga Negara karena peraturan
menjelaskan nama, tempat lahir, daerah asal, umur pemerintah tersebut berbau diskriminasi rasial.
kapan lahir, nama Ayah, dan nama Ibu.9 Dapat Peraturan perundang-undangan itu telah melarang
ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar orang dan membatasi ruang gerak mereka dalam menjali
Tionghoa datang ke Jeneponto dengan kehidupannya. Peraturan itu antara lain: Pertama,
mengandalkan keterampilan, keberanian, dan Keputusan Presiden No. 127/U/Kep/12/1966
keuletan untuk berusaha. Pada awal kedatangan tentang peraturan orang Tionghoa diharuskan
mereka membuka usaha di bidang perdagangan mengganti nama mereka yang menggunakan nama
seperti bertoko, berjual-jual kain, dan membuka Tionghoa menjadi nama yang meng-Indonesia
warung. (men-Jawa atau nama daerah lainnya). Seperti
Pada perkembangan selanjutnya mengapa Darmawan, Wijaya, Sentosa, Kurniawan, Setiawan
kemudian kebanyakan dari etnik Tionghoa tersebut dan lain-lain; Kedua, Surat Edaran (SE) No.
mengungsi dari daerah ini salah satu faktor 2/SE/Ditjen/PPG/K/1998 mengenai larangan
penyebabnya pada saat itu adalah pengaruh dari penerbitan iklan yang beraksara dan berbahasa
DI/TII pada tahun 1950-an. Pada masa Cina; Ketiga, Intruksi Presiden (Inpres) No.
pemberontakan itu, Kecamatan Bangkala Allu 14/1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat
sering terjadi pembakaran rumah-rumah penduduk istiadat Etnik Tionghoa; Keempat, Intruksi
yang salah satunya terjadi di distrik Bangkala pada Mendagri No. 455.3-360 tahun 1968 tentang
tahun 1958. Sehingga daerah yang dikuasai oleh penataan rumah ibadah (Klenteng); Kelima, SE
Gerombolan mengakibatkan naskah-naskah Presiden Kabinet Ri No. SE-06/Pres-Kab/6/1067
Lontara hilang atau terbakar, karena seringnya mengenai penggantian istilah Tiongkok menjadi
gerombolan membakar perkampungan di Cina; Keenam, Kepres 14/1979 dan
Jeneponto. Seperti di Kampung Tji’nong Bungung Kepres14a/1980 tentang pembatsan yang
Lompoa (Distrik Binamu), mengalami kebakaran membatasi perdangan orang Cina; Ketujuh, Kantor
sebanyak 41 buah rumah yang kerugian ditaksir Catatan Sipil, surat No. 474.201/294/402.8.03/5,
sekitar kurang lebih Rp. 400.000 dan akibatnya tanggal 15 Desember 1995 yang tidak
memperbolehkan melakukan perkawinan dengan
9 tata cara agama Konghucu; Kedelapan, surat
Lihat Arsip Daerah Sulawesi Selatan. 2004.
ederan menteri dalam negeri No. 477/74054
Inventaris Arsip Jeneponto No. Register 50 dan 129
mengenai kedudukan/catatan Sipil surat tanggal 15 tanggal 18 Desember 1978 dan surat menteri
November 1957 tentang daftar nama-nama bangsa dalam negeri No. 477/2535/POUD tanggal 23 Juli
asing (Tionghoa) di wilayah Jeneponto. 1990, yang menyebutkan bahwa jenis agama yang

96
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

sah di Indonesia terdiri atas Islam, Khatolik, Pada periode ini banyak juga etnik Tionghoa yang
Kristen/Protestan, Hindu dan Budha tanpa meninggalkan Jeneponto menuju kota Makassar.
menyebut Konghucu seperti pada Penetapan Kemudian melihat perkembangan
Presiden No. I/PnPs/1965, sebagai operasional dari selanjutnya, selain beberapa faktor diatas,
isi UUD 1945 pasal 29 ayat; Kesembilan, mengapa kemudian etnik Tionghoa di daerah ini
Keputusan Presiden Kabinet No. 31/U/6/1967, tidak eksis dalam hal perekonomian di daerah ini?
tentang larangan bagi Orang Tionghoa pendatang Kembali lagi melihat keadaan iklim dan watak
ke Indonesia untuk bekerja dan berusaha. masyarakat setempat. Dalam perdagangan pasti
Setelah proklamasi kemerdekaan terjadi kontak sosial dengan masyarakat setempat.
Indonesia ada beberapa kebijakan yang cukup Dengan demikian aktivitas perdagangan etnik
membatasi ruang gerak etnik Tionghoa. Tionghoa tidak dapat berkembang tanpa kerja
Diantaranya, Peraturan pemerintahan No. 10 tahun sama dengan pihak penduduk lokal.
1959 yang melarang orang Tionghoa tinggal jauh Salah satu faktor kurangnya etnik
di pedalaman dan harus berada di Kota. Meraka Tionghoa yang berniaga di Jeneponto yaitu
terkonsentrasi di kota-kota besar dan berprofesi kurangnya daya tarik yang disajikan oleh daerah
sebagai pedagang dan pengusaha dalam berbagai untuk menjadi tujuan perdagangan bagi etnik
bidang. Serta peraturan yang melarang Tionghoa. Sehingga mereka enggan untuk
perdagangan kecil dan eceran yang bersifat asing kedaerah ini dan lebih mencari wilayah yang lebih
di daerah pedesaan sudah harus ditutup sejak dianggap strategis dan potensial untuk kegiatan
tanggal berlakunya peraturan presiden. ekonomi, hanya sebagian kecil yang mampu
Pemerintah mengeluarkan peraturan bertahan hidup di daerah ini, itu pun mereka yang
dengan alasan mereka tidak bisa (sulit) sudah menikah dengan penduduk setempat
memperoleh kewarganegaraan yang sah maka beranak cucu di daerah ini.
secara otomatis mereka terjerat aturan yang tidak Keadaan minoritas etnik Tionghoa tidak
meloloskan mereka menjadi pegawai negeri, polisi tampak dalam hal perekonomian. Pada awalnya
ataupun tentara. Selain itu, jarang orang Tionghoa mereka hidup karena leluhur mereka pernah ada
menjadi petani atau nelayan di pedalaman, orang- disini menetap. Mereka mengembangkan usaha
orang Tionghoa terkosentrasi di kota-kota besar dan tidak pula berdagang secara besar-besaran.
menjadi menjadi pedagang dan pengusaha dalam Bukan berarti mereka tidak mau membuka usaha
berbagai bidang. Kemudian “Peraturan Presiden di daerah tersebut, tetapi perlu adanya perhatian
No. 10 menandai suatu penyimpangan dari strategi mengenai berbagai aspek dalam mengembangkan
Indonesia sebelumnya usaha mengurangi usaha baik dari segi ruang gerak dalam
kekuatan ekonomi Tionghoa dalam arti bahwa ada perekonomian dan tingkat keamanan yang cukup
larangan tersebut hanya berlaku terbatas pada para untuk berbisnis termasuk di dalamnya kerja sama
pedagang Tionghoa. antara kedua bela pihak. Di daerah ini terkadang
Bagi etnik Tionghoa, kemerdekaan masalah yang biasanya dapat di selesaikan dengan
Indonesia di pandang merugikan mereka secara kepala dingin selalu menggunakan kultur
berganda. Ketika Belanda tidak berkuasa maka kekerasaan. Sebagian kecil minoritas etnik
mereka juga mengalami perubahan. Sebelumnya, Tionghoa yang mampu menyesuaikan diri dengan
etnik Tionghoa di pandang lebih tinggi derajatnya penduduk lokal akan bertahan hidup dan
dibanding pribumi menjadi sama. Bahkan bisa jadi berasimilasi. Pengusaha keturunan Tionghoa pada
lebih rendah. Maka timbul kecemasan dengan umunya sangat mementingkan jaminan masa
kemerdekaan bangsa Indonesia. Kekhawatiran itu depan dan tempat berusaha yang aman dan tenang.
menjadi kenyataan setelah Belanda angkat kaki di Minoritas etnik Tionghoa yang ada di
bumi Indonesia dan Bung Karno mengambil alih daerah Jeneponto bukan lagi Cina asli namun
kekuasaan Negara melalui Dekrit Presiden mereka sudah menjadi campuran atau keturunan.
Kampanye anti asing sangat ditekankan. Oleh Mereka telah berasimilasi dan mengadakan
karena itu, kemelut politik yang berlanjut dengan pembaruan kedua orang tuanya antara warga
konflik bersenjata dengan DI/TII menimbulkan Tionghoa dengan penduduk lokal. Generasi muda
inflansi yang sulit dibendung. Kemudian harga keturunan Cina sudah banyak tidak tahu bahasa
barang kebutuhan sehari-hari naik dan umumnya Ibu (Cina), pendidikan formal tidak banyak
toko milik etnik Tionghoa diduga terjadi menolong mereka. Hal tersebut diperparah dengan
penimbunan terhadap beberapa jenis barang. Pada semakin kurangnya sekolah-sekolah yang khusus
umumnya yang menjadi pedagang dan dianggap untuk orang Cina atau katakanlah hampir sudah
orang asing adalah Etnik Tionghoa, melihat tidak ada lagi, semua sekolah kemudian
kondisi itu Bung Karno mengambil alih semua menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
perusahan Belanda yang selama ini sangat pengantar meraka dan pelajaran bahasa Cina tidak
mengendalikan kehidupan ekonomi Indonesia.

97
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

diajarkan lagi atau hanya sebagai mata pelajaran tersebut terdiri dari industri gula merah, industri
pilihan. tempe, pandai besi, maubel logam, penggilingan
jagung/pengupas kacang, galangan kapal, barang
perhiasaan (emas), reparasi speda motor, reparasi
Bidang Ekonomi radio/televisi, bengkel las/jasa lainnya, foto studio,
Sejak masa penjajahan Kolonial Belanda, dan foto copy (Jeneponto dalam Angka 1989).
orang Tionghoa di Indonesia merupakan golongan Kemudian banyak pula etnik Tionghoa
yang mendominasi hidup perdagangan. Hal yang bekerja sebagai tukang (kerja), Tukang emas
tersebut terjadi karena pada masa Penjajahan dan sebagainya. Selain berdagang, berjualan bahan
Belanda diterapkan politik “Devide et Impere” eceran, ada juga yang menjual jasanya sebagai
atau politik memecah belah. Kala itu, penjajah tukang kayu. Etnik Tionghoa pernah ada di
Belanda membagi penduduk Nusantara kedalam 3 Jeneponto namun karena adanya berbagai
golongan yaitu: paling atas diduduki bangsa Eropa, peraturan pemerintah yang mengharuskan mereka
di tengah diduduki bangsa Timur Asing untuk meninggalkan daerah ini dan berada di kota
(mayoritasnya Cina), dan di bawah sekali diduduki walaupun tidak semua dari mereka untuk
oleh Kaum Bumi Putera atau prubumi. meninggalkan daerah ini. Buktinya masih ada
Ketiga kelompok ini hidup terpisah satu keturunan mereka di daerah Jeneponto terutama
sama lain dan memainkan peranan serta yang telah berasimilasi.
kedudukan ekonomi yang sangat berbeda. Secara Seiring dengan perkembangan zaman
ekonimis dan sosial pribumilah yang paling yang kian modern, para investor berlomba-lomba
dibawah jauh tertinggal dari kelompok-kelompok mencari tempat yang strategis untuk melakukan
yang diatasnya. Sebagian besar pedagang kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang
Tionghoa adalah pedagang perantara, orang-orang seharusnya dapat dikembangkan oleh etnik
Eropa sebagai pedagang besar, importer, dan Tionghoa di Jeneponto ternyata tidak seperti
eksportir yang berada ditempat teratas serta didaerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan,
golongan Bumiputera sebagai petani, nelayan, aktivitas ekonomi etnik Tionghoa di Kabupaten
pedagang eceran, dan buruh sekaligus menempati Jeneponto masih berada di posisi ketiga setelah
urutan bawah. penduduk pribumi dan etnik Bugis.
Setelah memasuki masa kemerdekaan, Adapaun etnik Tionghoa yang
pemerintah melihat itu merupakan sebuah mengembangkan usaha di Jeneponto saat ini hanya
kepincangan sehingga pemerintah mengeluarkan sebagian kecil. Mereka berperinsip bahwa
peraturan presiden No. 10 tahun 1959 yang diamanapun mereka kita berada ataupun bertempat
melarang orang Tionghoa tinggal jauh di tinggal hendaknya menyesuaikan diri dengan
pedalaman dan harus berada di kota. Meraka lingkungan tempat tinggal. Etnik Tionghoa di
terkosentrasi di kota-kota besar mejadi pedagang daerah Jeneponto hanya golongan minoritas dalam
dan pengusaha dalam berbagai bidang. Serta masyarakat Jeneponto yang kurang terekspos
peraturan yang melarang perdagangan kecil dan ataupun mendapat sorotan seperti di daerah
eceran yang bersifat asing di daerah pedesaan lainnya, sehingga masyarakat awam yang tidak
sudan harus ditutup sejak tanggal berlakunya tahu menahu tentang daerah tersebut dan hanya
peraturan presiden. Mereka dituntut untuk segera mendengar sepihak saja beranggapan bahwa
memperjelas status kewarganegaraan. daerah ini melihat akan aspek dari segi ruang
Sejak tahun 1989 bahkan tahun-tahun gerak yang kurang baik dalam perekonomian.
sebelumnya etnik Tionghoa di Jeneponto Selain itu tingkat keamanan yang kurang baik
melakukan aktivitas dibidang perdagangan baik menjadi salah satu faktor berbisnis termasuk
yang berwarung, bertoko dan berjual-jualan kain. didalamnya kerja sama antara kedua belah pihak.
Salah satu toko yang paling dikenal adalah toko Kemudian banyaknya prasangka-prasangka miring
milik seorang wanita Tionghoa bernama Ao Soang baik dari etnik Tionghoa sendiri maupun penduduk
Tiang. Ia seorang pedagan kain batik. Nama lokal tentang daerah ini.
tokonya itu Toko Mutiar kemudian pindah ke Meskipun daerah ini termasuk salah satu
Makassar. Dari segi banyaknya peruasahan dan daerah yang tergolong kurang subur, memiliki
tenaga kerja pada tahun 1989 hanya terdapat 1 tanah yang tandus dan hanya setahun sekali panen
perusahan dalam bidang aneka industri di pada persawahan di areal luar kota namun tidak
Jeneponto milik etnik Tionghoa yang terletak di pernah ada data penolakan sebelumnya bahwa
Kecamatan Bangkala, berdasarkan data arsip masyarakat Jeneponto menolak etnik Tionghoa
sebelumnya yang telah dijelaskan bahwa etnik maupun orang Cina di daerah ini. Prasangka
Tionghoa kebanyakan berada di Kecamatan ataupun tanggapan dari sebagian masyarakat
Bangkala Allu’ yang melakukan aktivitas terutama kaum pedagang yang ada di pasar-pasar,
berdagang dan sebagainya. Industri-industri dimana mereka memiliki sentiment ekonomis yang

98
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

tinggi yang mana mereka khawatir jika etnik bekerja sebagai buruh dulu. Selain bidang
Tionghoa menguasai perekonomian di daerah ini pendidikan, kegiatan sosial yang tampak banyak
akan menjadi kesenjangan sosial dimana mendapat perhatian adalah hal-hal yang berkaitan
masyarakat Tionghoa yang memang mahir dengan urusan-urusan keagamaan utamnya dalam
berdagang akan lebih sejahtera hidupnya dan urusan kematian (songsu). Hal ini didasarkan pada
semakin kaya dibanding penduduk pribumi. kenyataan adanya pemisahan aturan pemakaman
Apalagi di daerah ini masyarakat yang hidup di antara masyarakat kot yang sesuai dengan
daerah pedalaman serba pas-pasan untuk keragaman agama.
mencukupi kebutuhan keluarga mereka, Pada dasarnya orang Tionghoa memiliki
keterbatasan pengetahuan mereka karena tidak taman makam tersendiri terpisah dari taman
mengenyam pendidikan. Kebanyakan di antara makam pendududk untuk bumiputera yang
mereka hanya berijazahkan SMA dan beralasan beragama islam maupun kristen. Karena itu
kondisi ekonomi mereka sudah dinikahkan. dibentuklah pengurus tersendiri. Tionghoa
Prasangka tersebut tidak boleh dianggap peranakan meninggal dunia taman makam tersebut
sepele karena terkadang dapat menimbulkan dapat kita jumpai di Kecamatan Bangkala induk,
ketidaksenangan dalam hati seseorang. Semua kelurahan banteng bagian Allu’ yang letaknya di
tergantung dari kita masing-masing bagaimana belakang taman makam pahlawan Benteng dengan
menilai setiap masalah yang ada dan mengambil jarak tempuh sekitar ± 500 meter walaupun jarak
positifnya saja dan menjauhkan pikiran-pikiran tidak terjangkau oleh kendaraan umum baik motor
negatif. Tentu saja muda untuk ditafsirkan dimana ataupun mobil karena hanya jalan setapak, namun
sejumlah orang yang memiliki kekayaan dalam dapat ditempuh dengan berjalan kaki dengan
jumlah itu adalah golongan minoritas Tionghoa. melewati kebun-kebun. Taman makam tersebut
Dalam kacamata masyarakat, khsususnya dalam berada diatas bukit ketinggian sekitar ± 100 meter
hidup sehari-hari mereka, golongan Tionghoa diatas permukaan laut. Menurut tradisi yang telah
sering menerima berbagai prasangka karena berjalan dari tahun ke tahun tempat ini dijadikan
kekayaan yang mereka miliki, (A. Made Tony sebagai wahana bagi penyatunan antara keturunan
Supriatna, 1996:65). Tionghoa dan Pribumi. Tradisi ini bertujuan
Berbeda dengan daearah-daerah lainnya, menghilangkan prasangka-prasangka yang buruk
etnik Tionghoa yang saeara ramapak terang- bagi kedua etnik. Kaum minoritas Tionghoa dapat
terangan dan eksis menguasai perekonomian dan dikatakan tidak memiliki jumlah penduduk yang
berada pada golongan atas dan menengah besar di daerah ini namun mereka biasanya ke
dibandingan dengan masyarakat Pribumi. Makassar untuk merayakan Hari Imlek dan
Walaupun mereka hanya kaum minoritas di sebagainya. Melakukan ritual ataupun sembahyang
tengah-tengah masyarakat pribumi tersebut namun mereka terpaksa harus menuju ke Makassar.
dalam hal perekonomian mereka ahlinya. Di Adapun tempat sembahyang hanya berbentuk
Pinrang saja dimana etnik Tionghoa yang berada rumah, di Asrama Kepolisian (ASPOL) Kabupaten
di Pinrang adalah kaum minoritas namun dalam Jeneponto itu hanya di peruntukan bagi oknum-
jajaran ekonomi boleh dikatakan berasa dalam oknum tertentu yang beragama kristen sedang
golongan bawah. Hal ini tentunya dapat etnik Tionghoa di Jeneponto banyak ke Bantaeng
dibandingkan dengan kabupaten Jeneponto. karena di Bantaeng ada gereja dan dekat dengan
Jeneponto. Di Takalar terdapat juga gereja, tetapi
kebanyakan mereka naik ke Makassar karena
Beberapa daerah yang terdapat etnik memang dari dulu di permandikan/di babtis di
Tionghoa dan etnik lokal hidup dalam suatu jalan andalas Makassar.
wilayah. Walaupun mereka juga menginginkan Masyarakat di jeneponto sebenarnya juga
kesejahteraan kehidupan baik dalam bidang terbuka dalam hal menerima entika lain dalam hal
ekonomi, maupun dalam bidang sosial, seperti ini baik dari entik Tinghoa maupun dari etnik lain
kesempatan memperoleh pendidikan, pelayanan seperti bugis, maupun entik lainnya, namun yang
kesehatan dan urusan sosial lainnya. Secara sering menjadi perbincangan itu Hubungan antara
historis ditemukan dalam bidang sosial ada orang Kristen dengan orang islam dalam agama
beberapa hal yang menjadi perhatian utama yaitu: sering adanya pertentangan antara orang Kristen
“masalah pendidikan dan keterampilan yang dan orang islam membangun rumah peribadatan,
dimaksud, seperti majapahit, menggunting pakaian dimana Jeneponto yang sejak dahulu mayoritas
dan belajar”. beragama islam namum bukan berarti masyarakat
Hal ini dimaksudkan jika anak-anak Jenepoto tidak terbuka untuk menerima agama lain
mereka telah dewasa kelak telah dapat berusaha namum masih kurangnya toleransi anatar uamat
sendiri untuk menghadapi dirinya tanpa harus beragama du daerah ini, kita bisa lihat pada masa
mengikuti lagi pada golongan Tionghoa yang sekarang dimana tak ada satupun tempat

99
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

peribadatan yang lain umat Kristiani dalam hal ini Tionghoa peranakan yang ada di Indoenasia yang
gereja yang dibangun di daerah ini yang kemudian berpindah agama walaupun masih ada yang
menjadi ciri khas dari kabupaten ini dan yang bertahan dengan agama leluhurnya. Peralihan
membedakannya dengan daerah lain. agama Tionghoa ini di dorong oleh keragaman
untuk memperoleh identifikasi sebagai Warga
Negara Indonesia untuk mengurunkan ke-Cina-
Sejak berdirinya Negara Kesatuan annya sekaligus lebih mudah diterima oleh
Republik Indoneia terdapat beberapa usaha WNI masyarakat manapun selain itu dengan jalan
keturunan Tionghoa untuk mencari pola hidup seperti ini untuk menghindari diskriminasi sosial.
ideal sebagai konsekuensi dari status Mereka mencari jalan aman, khusus di Jeneponto
kewarganegaraannya yang baru. Kesadaran dalam pada saat ini minoritas Tionghoa cenderung
kebutuhan ini dianggap mendesak karena memilih agama Kristen dan agama islam terutama
disamping jumlah yang relatif banyak mereka juga bagi yang sudah menikah dengan pribumi.
menyadari bahwa mereka adalah keturunan asing, Bagi bangsa Indonesia, pembauran adalah
karena nenek moyang mereka dari negeri asing. salah satu wahana nation bulding Indonesia. Oleh
Model konsep yang di tampilkan atau sebab itu usaha ini harus bertitik tolak dari
model integrasi sebagai upaya WNI keturunan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Kerana itu
Tinghoa untuk menjadi bangsa Indonesia, di segala persoalan di sekitar pembauruan WNI
perlukan usaha menyatu atau menggabungkan diri keturunan, dengan segala kompleksitas
dengan seluruh bangsa Indonesia. Sebagai permasalahannya, harus di selesaikan dengan
alternatif terhadap konsep dan gerakan asimilasi aturan yang ada. Terpisahnya orang Tionghoa,
yang ber upaya untuk menjadi bangasa Indonesia peranakan secara politis dan sosial di Indoensia,
dengan mendekatkan diri atau melebur diri secara sebagaimana halnya di tempat-tempat lain di Asia
perorangan (dalam segala sesuatu) dengan kompok Tengara adalah disebabkan karena sikap
bangsa Indonesia lainnya, sehingga pada akhir tradisional mereka yang terlalu taat pada kebijakan
semua sifat-sifat asli tersebut melebur. Gerakan ini yang mereka kenakan sendiri untuk tidak terlibat
pula yang menunjukkan WNI keturunan Tionghoa dalam kegiatan-kegiatan politik lokal dan berusaha
untuk berganti nama sebagai bagian diri usaha mempertahankan dengan kuat idenitas kebudayaan
penyesuaian. mereka.
Strategi yang paling komprehensif untuk Masalah kewarganegaraan selalu menjadi
mengubah identitas etnik Tionghoa adalah melalui persoalan bagi orang-orang Tinghoa. Di kalangan
perubahan nama, ini berlangsung pada tahun 1961 orang Tionghoa peranakan umumnya mereka
ketika Soekarno masih berkuasa sampai pada masa bersikap diam terhadap masalah kewarganegaraan
pemerintahan Soeharto pada tahun 1966, karena tersebut, mereka merasa khawatir bahwa meraka
perubahan nama ini sering dianggap sebagai akan menjadi Warga Negara Indonesia dan
tindakan simbolik untuk mengetahui setia atau meninggalkan segala sesuatu yang berorientasi ke
tidaknya orang Tinghoa kepada Indonesia Tiongkok dan digantikan dengan yang bercorak
(Suryadinata, 1996:178). Indonesia. Ini mengakibatkan banyak diantara
Dalam masyarakat yang menganggap orang Tionghoa peranakan yang menolak menjadi
keluarga atau marga sebagai satuan kecil dalam Warga Negara Indonesia.
masyarakat, nama marga didahulukan, baru Kesulitan dalam proses pembauran terjadi
ditambah dengan nama diri pribadi. Kebudayaan karena kedudukan masyarakat Tionghoa
tesebut dianut oleh masyarakat tradisonal cina, peranakan dalam struktur mayarakat Indonesia
yang anggotanya selalu memiliki Xing atau nama masih memungkinkan adanya sub masyarakat
marga, diikuti nama diri, umpamanya Mao (nama Tionghoa peranakan sendiri. Sub masyarakat ini
marga) Zedong (nama diri) atau Tjong (nama didukung oleh adanya pembagian kerja masyarakat
marga) A Fie (nama diri). (Gondomono, 2002:2) Indoesia yang tidak merata secara histori dan
Pembauran atau asimilasi yang dilakukan memberi tempat khusus dalam usaha-usaha
oleh etnik Tionghoa di Jenepoto, haruslah sejalan ekonomi bagi orang Tionghoa peranakan, juga
dengan adat dan budaya setempat. Dalam hal ini didukung oleh sistem keluarga dan perkawinan
etnik Tionghoa harus menempatkan dirinya sejajar yang mengukuhkan sub mayarakat Tingohoa
dengan kaum pribumi. Dengan demikian akan peranakan. Selebihnya masyrakat Tionghoa
menempatkan mereka pada status dan posisi yang peranakan merupakan satu-satunya kelompok
lebih baik, sehingga sentimen terhadap orang Cina etnik yang memang sejak dahulu menjadi bagian
secara bertahap mulai berkurang. Berbeda dengan masyarakat kota, kela ekonomi sosial menengah
tahun-tahun sebelumnya. pedagang serta usahawan serta pertukangan.
Penggeseran waktu terus belanjut
mengakibatkan dari waktu ke waktu banyak orang

100
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Lain halnya dengan Kabupaten Jeneponto
bahwa salah satu yang menjadi kendala dari etnik daerah yang beribukotakan Bontosinggu yang
Tionghoa untuk berdagang ataupun berniaga di terletak di Kecamata binamu ini bahkan di kotanya
Kabupaten Jeneponto saat ini karena kurangnya saja tidak ada pertokoan milik entik Tionghoa
kerja sama yang baik antara masyarakat setempat sampai ke pasar induk karisa di Jeneponto, padahal
baik dikalangan para pedagang pribumi disini ini sudah memasuki kotanya Jeneponto. Adapun
dengan entik Tionghoa, dan tingginya prasangka- toko milik entik Tionghoa yaitu milik Yolayang
prasangka negatif masyarakat Jeneponto pada berada di Allu’ (dekat jempatan Allu) Kecamatan
umumnya terhadap etnik Tionghoa termasuk Bangkala Kabupaten Jeneponto, ia berdagang
dalam berkomunikasi begitun dari sebagian besar kursi plastik, lemari, dan perabtan rumah tangga
etnik Tionghoa yang berada di luar ataupun orang namun tokonya tersebut tidak sebesar pertokoan
awan itu sendiri yang terkadang pula berprasangka yang ada di daerah-daerah lain seperti di
negatif terhadapa daerah Jeneponto ini. Makassar.
Sebenarnya masyarakat Jeneponto tidak Walaupun hanya satu dua orang saja dari
pernah menolak akan kehadiran etnik Tionghoa di kaum minoritas tersebut dan tidak sebesar seperti
deraha ini tidak pernah sebelumnya terjadi aksi- dahulu dan tidak di daerah lain yang
aksi radikal yang berbentuk kekerasan terhadap mengembangkan uasha atau perdagang di daerah
etnik Tinghoa di daerah ini, walapun terkadang ini namum mereka mampun menyesuaikan diri
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadianya penduduk di daerah mereka menjaga tata krama
kerusuahn Tinghoa, karena adanya persaiangan dan sopan santun di daerah ini. Sebenarnya tak
antara usahawan Cina dan Pribumi. Namun dalam dapat pula kita pungkiri bahwa karakteristik yang
hal berdagang mereka tetap bersaing secara sehata dimiliki oleh masyarakat Jeneponto pada
baik dengan sesama keluarganya yaitu Tionghoa khususnya yaitu daerah ini merupakan daerah yang
peranakan lainnya di daerah ini maupun dengan cukup keras karena terkadang penyelesaian suatu
penduduk lokal di daerah ini, dia mengungkapkan maslah cenderung menggunakan kultur kekerasan,
bahwa ini untuk menepis setia anggapan orang- ada gejala premanisme politik, fenomena praktik
orang awan bahwa dimanapun kita bersasal kita pengadilan massa terhadap pelaku kriminalitas,
dapat beradaptasi dengan lingkungan sekalipun simbol-simbol sosial kuat, paham keagamaan yang
lingkungan tersebut memiliki kultur yang cukup berkembang di masyarakat cenderung bersifat
keras yang terpenting adalah sikap saling legalistic formal dan feodalisme kultural sangat
menghargai dan menghormati besama sengan jiwa kental, wajar-wajar saja jikalau orang luar
kekeluargaan. Menurut (Thomas Liem tjoe, beranggapan negatif terhadap daerah ini namun
2007:22) bahwa: “kekeluargaan adalah ada baiknya kita mengambil positifnya saja.
keunggulan pengusaha etnik Tionghoa yang tidak Kebanyakan penduduk asli telah bergaul
mudah fi tiru oleh etnik lain, walapun demikian dengan orang Tionghoa yang berada di Jeneponto,
sikap kompetitif tetap terpelihara secara sehat, namun sebagai lagi mengenal entik Tinghoa yang
sehingga hal ini memperkuat kinerja Bisnis di ada di Jeneponto dengan sewajarnya saja. Posisi
kalangan mereka”. apa yang harus diambil dengan Tionghoa,
Kabupaten jeneponto dapat dikatakan berkenaan dengan peroalan Indonesia. Orang
tidak seperti daerah lain dimana dapat dijumpai Tionghoa kelahiran Cina dan kelahiraan setempat
entik Tingohoa yang bertebaran di segala penjuru, umumnya sama yaitu memiliki sikap yang sama
hanya sebagian besar saja dari mereka yang yaitu bersimpati dengan membangun bangsa dan
mampun membuka usaha di daerah ini memiliki kemerdekaan nasional Indonesia. Orang Tionghoa
prinsip bahwa “dimana pun kita tinggala asal yang singgah dinegeri ini sebagai tamu juga
mampun menyesuaikandiri saja dengan lingkuan merasa senang mengucapkan selamat atas negeri
tersebut”. Apabila berjalan-jalan ke daerah baru mereka namun terkedang Gambaran sejarah
Jeneponto saat ini seolah0olah tidak terlihat orang Tionghoa sering kali diwarnai dengan bias
ataupun tidak nampak dari luar dan tidak dapat negatif secara ekskusis, tertutup, mementingkan
pula di bedakan yang mana toko milik entik diri sendiri, egoistis, dan pelit, realitas histori
Tionghoa maupun toko milik penduduj pribumi, tersebut semaki di perburuk oleh kenyataan
jadi kesannya tidak ada orang Tionghoa yang sosiologisnya.
berdagang. Berbeda dengan kota-kota di daerah- Sejak orang Tionghoa ada di Jeneponto
daerah lain pertokoan milik entik Tionghoa dapat bermukim, seperti yang dilihat pada masa sekarang
terlihat jelas di pinggir-pinggir jalan kota dan ini. Wanita etnik Yinghoa keturunan baik yang
dapat di ketahui bahwa pertokoan tersebut milik beragama Kristen, Hindu, maupun Buddah yang
orang Tionghoa entah ada tulisan berbahasa Cina masuk darah Jeneponto jika ingin berasimilasi
di sepan toko mereka dan lain-lain hal tersebut didearah ini dengan pria penduduk asli daerah ini
dapat kita jumpai misalnya di Kota Makassar. yang beragama Islam maka sang wanita harus

101
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

memeluk agama islam terlebih dahulu (dalam Hamzah, Alfian. 1998. Kapok Jadi Nonpri (Warga
artian ikut agama calon suami) sebelum menikah Tionghoa Mencari Keadilan), Bandung:
dengan pria penduduk asli daerah ini, dan hal ini Zaman Wacana Mulia.
sudah menjadi adat istiadat di daerah ini.
Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu
Sosial Dan Metodologi Sejarah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Berdasarkan penjelasan pada bagian
sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan, Koentjaraningrat. 1997. Manusia Dan
antar lain: pertama, kedatangan entik Tinghoa di Kebudayaan Di Indonesia. Jakarta:
Jepeponto secara historis belum diketahui secara Djambatan.
pasti, namun berdasarkan data di arsip Tahun 1956
dan 1957 entik Tionghoa sudah ada yang Liem Tjoe, Thomas. 2007. Rahasia Sukses Bisnis
bermukim di daerah ini terlihat pada susunan Etnis Tionghoa di Indonesia. Yogyakarta:
keluarga asing sntik Tionghua ada di wilayah Medpress.
distrik Bangkala daerah Allu’Jeneponto pada saat Mendatu, Achmanto. 2007. Prasangka Etnik.
itu; kedua, penyebab banyaknya etnik Tionghoa Jakarta: Smart Pan Media.
yang meninggalkan daerah Jeneponto ada
beberapa penyebab diantara adalah munculnya Nur, M. dkk. 2008. Jejak Sejarah Jeneponto.
geraka DI/TII dan banyaknya pertaturan yang Makassar: Masagena Press Bekerjasama
dikeluarkan pemerintah pada masa kekuasaan orde Dengan Kantor Pariwisata Seni, dan
lam dan orde baru yang telah melarang dan Kebudayaan Kabupaten Jeneponto.
membatasi ruang gerak mereka dalam menjalani Pallawa Andhy dan Azis Asfat. 2003. Pembauran
kehidupannya; dan ketiga, respon masyarakat Di Makassar. Makassar: Global
Jeneponto sejak awal sampa sekarang sebenarnya Publishing bekerjasama dengan Kantor
mereka tidak pernah menolak etnik Tionghoa, Kesatuan Bangsa Pemkot Makassar.
bahkan ada yang telah kawin dengan wanita
keturunan Tionghoa di daerah ini (Jeneponto) Sukiswan, W.D. 1975. Masalah Cina Di
Indonesia. Yayasan Penelitian Masalah
Asia.
Arsip Daerah Sulawesi Selatan.2004. Inventaris Sumantri, Iwan. 2004. Kepingan Mozaik Sejarah
Arsip Jeneponto No. Register 50 dan 129 Budaya Sulawesi Selatan. Makassar:
mengenai kependudukan/catatan sipil Inninawa.
surat tanggal 15 November 1957 tentang
daftar nama-nama bangsa asing Suryadinata, Leo. 1984. Dilema Minoritas
(Tionghoa) di wilayah Jeneponto Tionghoa. Jakarta: Grafiti Press.
Bahrum, Shaifuddin. 2008. Berubah Metamorfosis ---------, 1996. Etnis Tionghoa Dan Pembangunan
Warga Tionghoa Makassar Dalam 10 Bangsa. Jakarta: Pustaka LP3ES
Tahun Reformasi. Sulawesi Selatan: Indonesia.
Yayasan Baruga Nusantara
Susanto, Budi dan Toni Supriyatna, Made dkk.
Ershi. 2007. Entik Tionghoa Di Pinrang Tahun 1996. Penguasa Ekonomi dan Siasat
1985-2005. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Pengusaha Tionghoa. Yogyakarta:
Universitas Negeri Makassar. Kanisius.
Effendy ar Muslimin. 2004. Kontinuitas dan
Syam, Musdalifah. 2008. Gerombolan DI/TII Di
Perubahan Dalam Sejarah Sulawesi
Jeneponto (1950-1960). Skripsi Fakultas
Selatan, Yogyakarta: Ombak
Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.
Hadrawi, Muchlis. 2008. Nuansa Kerajaan-
kerajaan Kuno di Jeneponto kajian Taufik Abdullah dan Abdurrahman Surmiharjo.
berdasarkan lontara. 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi,
Arah dan Perspektif. Diterbitkan dengan
Hamrah. 2005. Etnik Tionghoa Di Pare-Pare
Kerjasama Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
(1970-2001). Skripsi Fakultas Ilmu Sosial
(YIIS) dan LEKNAS LIPI. Jakarta:
Universitas Negeri Makassar.
Gramedia.
Tompo, Andi Zainuddin S. 2001. Tiga Ungkapan
Sejarah Turatea. Jeneponto.

102
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

MUSYAWARAH WILAYAH IKAHIMSI WILAYAH X:


Tonggak Awal Perubahan di Indonesia
Puji syukur sudah sepatutnya dipanjatkan dapat membumi di tengah masyarakat, dan di
kekhadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kalangan Mahasiswa Sejarah sendiri. Semua
berkat rahmat dan karunia Ilahi Rabbi. Semua anggota saling berbagi informasi melalui internet,
yang hadir di sini telah diberi waktu, kesempatan, melakukan seminar, membuat jurnal, mengadakan
kesehatan, bahkan kekuatan, sehingga dapat kegiatan-kegiatan yang berfokus pada kajian
mengikuti pembukaan Musyawarah Wilayah sejarah lokal, bahkan sampai membuat diskusi
(Muswil) Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se- khusus membahas sejarah lokalnya masing-
Indonesia (IKAHIMSI) Wilayah X. Kiranya masing. Dari semua yang telah diutarakan tadi
hingga hari terakhir kegiatan ini, semua peserta, tidak akan ada artinya apabila semua komponen
panitia dan semuanya masih dalam lindungan Ilahi IKAHIMSI – Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah,
Rabbi. HIMA Sejarah sebagai anggota, dan individu
Bapak Rektor Dan Hadirin Sekalian! Mahasiswa Sejarah sendiri – tidak memiliki
kesadaran, berpikir, dan berupaya untuk
IKAHIMSI sebagai organisasi yang menghimpun
merubahnya. Bukan waktunya lagi Mahasiswa
Himpunan Mahasiswa Sejarah di seluruh
Sejarah berharap dari para Sejarawan, terutama
Indonesia, mencoba membudayakan musyawarah
yang sudah sepuh itu, karena mereka tidak muda
guna menyelesaikan setiap persoalan yang
lagi. Gerakan mereka sudah lamban.
ditemuinya. Ini tidak terlepas dari tujuan
terbentuknya organisasi ini, yaitu ingin IKAHIMSI, sebuah organisasi besar yang
menyatukan pemikiran guna memperbaiki Sejarah memiliki banyak keunikan sebagai akibat dari
Indonesia. Maksudnya, semua komponen adanya perbedaan karakter anggotanya
pentingnya harus tersentuh, seperti historiografi (Himpunan-himpunan Mahasiswa Sejarah).
yang kadang kala masih terdistorsi, guru sejarah, Terutama ketika individu-individu mahasiswa
mahasiswa sejarah baik ilmu sejarah maupun Sejarah bergerak sesuai dengan kebiasaan dan
pendidikan sejarah, pandangan masyarakat budayanya masing-masing, tampak jelas sekali
terhadap sejarah dan masih banyaknya peristiwa perbedaan itu, karena memang kita tidak seragam.
sejarah lokal yang belum terungkap. Satu hal yang Lembaga ini sangat pluralis. Ke-plural-an ini dapat
pasti bahwa sejarah suatu daerah belum diketahui dijembatani oleh dua hal pokok, yaitu kesadaran
oleh masyarakat, sejarawan dan mahasiswa sejarah bahwa perbedaan itu anugerah dan persaudaraan
di daerah lain, apalagi jarak kedua tersebut yang intelektual. Sinergitas keduanya akan melahirkan
saling berjauhan. Contohnya; hampir semua ilmu pengetahuan, dalam hal ini sejarah, sebagai
mahasiswa sejarah di Universitas Tadulako Palu sebuah kekuatan yang mampu melakukan
yang tidak tahu mengenai Sejarah Lokal perubahan.
Palembang dan Sumatera Selatan. Begitu pun Bapak Rektor Dan Hadirin Sekalian!
sebaliknya. Paling-paling yang mereka tahu Semua anggota IKAHIMSI memiliki perbedaan.
hanyalah Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Walaupun begitu, perbedaan itu berlandaskan pada
Palembang saja. Demikian pula di sana, yang tujuan yang sama, yaitu (1) membumikan
sering dibaca orang adalah Donggala dan Poso IKAHIMSI hingga ke pelosok negeri ini, dan (2)
saja, Palu tidak dikenal orang. Mungkin karena menjadikan negeri ini belajar dari sejarah bukan
posisinya yang berada di dua kota besar, Kota hanya sekedar belajar sejarah. Dalam Muswil ini
Manado dan Kota Makassar. kedua tujuan itu menjadi poin penting bagi
Persoalan ini sebenarnya sudah klasik sekali, tetapi perbaikan IKAHIMSI Wilayah X. Dengan
hingga kini belum ada penyelesaiannya. Maka memperbaiki daerah ini, berarti kita telah memulai
melalui IKAHIMSI semuanya akan coba perubahan sesuai dengan yang diinginkan. Jangan
dipecahkan, sebab persoalan ini adalah tugas harapkan perubahan itu lahir dari orang lain,
Mahasiswa Sejarah juga. Dari problem ini, karena biasanya menyesatkan. Tetapi lahirkan
IKAHIMSI, termasuk IKAHIMSI Wilayah X perubahan sesuai dengan jati diri, prinsip, dan
menjadi organisasi penting yang dapat karakter pribadi. Dalam hal ini, IKAHIMSI
mewujudkan upaya penyelesaiannya, artinya Wilayah X.
melalui IKAHIMSI Mahasiswa Sejarah mencoba Perbedaan pendapat bukan hal yang ditabukan
mengatasinya dengan saling berbagi informasi dalam berorganisasi, selama hal ini masih berada
kesejarahan. Dengan cara berdiskusi, maka sejarah

103
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

dalam koridor demokrasi dan budaya kebangsaan Sudah saatnya IKAHIMSI Wilayah bergerak untuk
kita. Satu hal yang perlu dipahami bahwa wilayahnya. Jangan menunggu pesan atau perintah
perbedaan pendapat, termasuk persepsi dalam Pengurus Pusat, karena model itu adalah model
kegiatan organisasi seringkali terjadi. Ini lama yang sudah usang. Kreatifitas masing-masing
disebabkan karena setiap orang mempunyai wilayah yang menjadi ukuran kebesaran
pandangan yang berbeda terhadap sesuatu. Jika IKAHIMSI di masa depan.
dipahami dengan baik, perbedaan dapat bernilai Akhirnya diucapkan terima kasih kepada Panitia
positif. Terkadang pula perbedaan dapat saja Pelaksana Muswil yang telah bersusah payah
bernilai negatif sebagai akibat dari adanya kesalah- mengundang saya ke Palembang. Terima kasih
pahaman atau ketersinggungan dan kepada anda semua yang telah bersedia
ketidakmampuan menjelaskan persoalan yang mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran demi
sebenarnya. Soal kecil pun apabila tidak mampu suksesnya Muswil ini. Begitu juga kepada kawan-
diselesaikan akan berakhir pada konflik. Konflik kawan anggota IKAHIMSI yang hadir di
bukanlah hasil yang diharapkan. Palembang, terima kasih atas kehadirannya. Saya
Untuk itu, setiap masalah bahkan perbedaan yakin, IKAHIMSI Wilayah X dapat melahirkan
pendapat perlu dibicarakan guna mendapatkan perspektif baru bagi perjalanan kita ke depan.
solusi yang baik. Pembicaraan ini melibatkan dua Ucapan terima kasih juga kepada para undangan
atau lebih orang yang terhimpun dalam wadah yang hadir.
musyawarah. Setiap musyawarah bertujuan untuk Teristimewa kepada Bapak Rektor Universitas
mencapai mufakat, ditentukan oleh konstribusi Muhammadiyah Palembang, dihaturkan ucapan
mereka yang hadir dengan ide, pendapat, dan terima kasih atas kesediaannya ikut memikirkan
pandangan konstruktif mereka. organisasi ini. Apalagi di sela-sela kesibukannya
Untuk mendukung tujuan ini diperlukannya sebagai seorang Pimpinan Kampus, Beliau tetap
seseorang pemimpin yang mau dan rela berkorban meluangkan waktunya untuk hadir dan membuka
demi tercapainya cita-cita luhur tersebut. Bukan kegiatan ini. Ini hal yang amat luar biasa.
kepentingan pribadi yang ditonjolkan, tapi Wabillahi Taufik Wal Hidayah Wassalamu
kepentingan orang banyak yang diutamakan. Alaikum Wr. Wb.
Melalui Muswil IKAHIMSI Wilayah X kali ini
diharapkan menghadirkan suatu perubahan nyata
bagi IKAHIMSI dalam mengembangkan sejarah di Palu, 14 Oktober 2011
wilayah ini. Sekretaris Jenderal
Bapak Rektor Dan Kawan-Kawan Mahasiswa IKAHIMSI
Sejarah!
Dengan semangat perubahan inilah, maka saya
harus berangkat ke Palembang, dan selanjutnya
mengajak kawan-kawan semua ke Padang untuk
mengikuti Rapat Kerja Nasional IKAHIMSI. Saya Sarifudin Bin La Kuma
pun tidak menyangka dapat menginjakkan kaki di
Venesia Dari Timur ini. Berbekal kemauan keras * Sambutan Sekretaris Jenderal IKAHIMSI pada
dan harapan besar agar IKAHIMSI Wilayah X Musyawarah Wilayah IKAHIMSI Wilayah X ke I
menjadi lahirnya perubahan di tingkat lokal yang tanggal 17 Oktober 2011 di Universitas Muhammadiyah
pada gilirannya menuju pada tingkat nasional. Palembang, Sumatera Selatan.

104
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

KEBERSAMAAN UNTUK SEBUAH PERUBAHAN BESAR:


Ranah Minang Dalam Sejarah IKAHIMSI
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Olehnya itu ke depan, IKAHIMSI diarahkan untuk
Wabarakatuhu.s menjembatani ketiadaan informasi sejarah,
Puji syukur sudah sepatutnya dipanjatkan ke kekurangan literatur-literatur di beberapa daerah
khadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena atas seperti kami di Palu dan mungkin di daerah lain
berkat rahmat dan karunia Ilahi Rabbi, semua yang juga, dan pengiriman jurnal dari beberapa
hadir di sini telah diberi waktu, kesempatan, Perguruan Tinggi besar ke Perguruan Tinggi kecil.
kesehatan, bahkan kekuatan, sehingga dapat Mungkin bukan hanya di Palu juga, di berbagai
mengikuti pembukaan Rapat Kerja Nasional daerah, khususnya luar Jawa dan Sumatera yang
(RAKERNAS) Ikatan Himpunan Mahasiswa masih mengalami kekurangan tersebut.
Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Semoga Kegiatan sosial juga perlu dilaksanakan agar
hingga hari terakhir kegiatan ini, semua peserta, IKAHIMSI dapat mengukuhkan diri sebagai
panitia dan semuanya masih dalam lindungan Ilahi lembaga yang peduli terhadap aspek kemanusiaan.
Rabbi. Banyak sekali persoalan kemasyarakatan yang
IKAHIMSI terbentuk pada tahun 1995 di membuat kita miris. Bantuan kita mungkin tidak
Universitas Riau Pekanbaru sebagai hasil seberapa, tetapi dapat berarti besar bagi mereka
perubahan Forum Komunikasi Mahasiswa Sejarah yang telah dibantu. Masih banyak hal yang perlu
(FORKOMASA) yang dibentuk tahun 1991 di kita tonjolkan lagi untuk menyatakan bahwa kita
Universitas Andalas Padang. Pergantian nama dari peduli terhadap Indonesia ini.
FORKOMASA ke IKAHIMSI bukan berarti Persoalan lain yang segera diselesaikan, yakni
merubah tujuan berdirinya, yakni lembaga ini koordinasi antara wilayah dan antara HIMA
berdiri atas dasar keprihatinan terhadap sejarah Sejarah dengan IKAHIMSI Wilayah. Begitu juga
yang tidak mendapat tempat di hati masyarakat dengan hubungan IKAHIMSI Wilayah dan HIMA
Indonesia. Ini disebabkan oleh tidak adanya Sejarah dengan IKAHIMSI Pusat yang bersifat
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah yang komando, sudah waktunya dirubah. Artinya jangan
terkandung di dalam sebuah peristiwa. menunggu lagi perintah atau komando Pengurus
Bapak Rektor dan Hadirin yang Berbahagia! Pusat, tetapi kegiatan wilayah harus jauh lebih
beragam dari IKAHIMSI Pusat. Kalau HIMA
Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) ini
Sejarah tidak perlu diragukan lagi, kegiatan-
mengajukan tema “Menyatukan Persepsi
kegiatan HIMA pasti sangat beragam. Jika kita
Menentukan Gerak Lembaga”. Tema ini diajukan
dapat melakukan perubahan yang sesuai cita-cita
berdasarkan keinginan Pengurus Pusat, setelah
IKAHIMSI, saya yakin IKAHIMSI tidak lagi
melihat kondisi riil IKAHIMSI, yakni banyak
menganut konsep top down melainkan botton up.
sekali terjadi pertentangan antara anggota. Setiap
Sepanjang masa kepengurusan ini, IKAHIMSI
anggota memiliki persepsi sendiri dan berbeda
akan memberi porsi lebih banyak kepada Sejarah
dengan pendapat anggota lainnya. Pertentangan
Lokal, karena kita akan menjadikan sejarah lokal
yang timbul berdampak pada perkembangan dan
sebagai dasar berpijak dari penulisan sejarah
gerak IKAHIMSI. Berderap tapi masih tetap di
nasional. Keinginan terbesar kami adalah
tempat rupanya.
menjadikan sejarah-sejarah kecil yang berada jauh
Persoalan lain yang harus segera dituntaskan, yaitu di pelosok untuk menjadi sesuatu yang dikenal
pusat informasi IKAHIMSI yang ada kini belum banyak orang. Kami mengharapkan agar sejarah
memadai, belum mampu memuaskan dahaga yang selama ini terpinggirkan menggantikan posisi
terhadap ilmu pengetahuan (sejarah). IKAHIMSI sentral sejarah yang selalu kita baca di buku-buku
hanya berkutat pada penyebaran informasinya yang belum menghadirkan Sejarah Lokal sebagai
melalui jurnal yang baru sekali terbit itu, maka ke basic penulisan Sejarah Indonesia. Salah satu
depan jurnal menjadi salah satu prioritas utama contoh, yakni peristiwa Pengibaran Bendera Merah
penyampaian informasi tersebut. Pengurus telah Putih di Tolitoli, Sulawesi Tengah pada tanggal 5
membuat ruang diskusi melalui facebook, dan Pebruari 1942, tidak pernah ditemukan dalam SNI.
email, tetapi hal ini rasanya masih kurang sekali.
Selama ini, selalu terdengar bahkan disaksikan
Saran saya datang dan bergabunglah di ruang
peristiwa pembongkaran, pengrusakan dan
diskusi itu. Berikanlah sumbang saran yang
penghancuran terhadap suatu yang telah menyatu
bermanfaat, bukan untuk menghujat dan
dengan jiwa masyarakat setempat dan menjadi
meremehkan orang lain, khususnya sesama
bagian hidup masyarakatnya. Sebagai Mahasiswa
anggota IKAHIMSI, karena hal itu akan
Sejarah yang mengerti arti dan makna sejarah,
dipergunakan untuk memperbaiki organisasi ini.
harusnya mampu menjelaskannya, bukan hanya

105
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

menjadi penonton dan menjadi pemain di belakang itu anugerah dan persaudaraan intelektual.
layar. Seharusnya sudah waktunya kita bertindak. Sinergitas keduanya akan melahirkan ilmu
Namun, apabila kita bertindak tanpa dasar yang pengetahuan, dalam hal ini sejarah, sebagai sebuah
kuat, maka gerakan kita ‘laksana menulis di atas kekuatan yang mampu melakukan perubahan.
pasir’ saja. Ada langkah-langkah yang harus Hari ini kita semua datang ke Kota Padang untuk
dilakukan dalam mempertahankan sejarah kita. mengulangi sejarah yang pernah ditelorkan pada
Pertama, mencari pokok permasalahannya dengan tahun 1991. Ketika itu, senior-senior kita - para
cara mengumpulkan semua data mengenai objek delegasi dari berbagai Perguruan Tinggi datang
(bersejarah) tersebut. Kedua, membuat laporan, untuk berkumpul guna menyatukan pendapat demi
minimal reportase yang disertakan berbagai bukti perbaikan sejarah Indonesia. Di Padang, di
pendukungnya, sehingga tidak membuat informasi Universitas Andalas, FORKOMASA resmi
tentang obyek itu kering. Ketiga, menyebarkannya dibentuk menjadi sebuah organisasi yang
kepada seluruh Mahasiswa Sejarah lewat bebagai menghimpun himpunan-himpunan mahasiswa
sarana informasi. Dengan begitu akan timbul sejarah. Nilai yang ditorehkan pada saat itu, harus
tanggapan-tanggapan dari berbagai pihak selalu diingatkan di masa kini. RAKERNAS
mengenai persoalan itu, sehingga berpotensi untuk pertama dalam sejarah IKAHIMSI ini juga
didapatkan jalan keluarnya. Keempat, menentukan dilakukan di kota tempat didirikannya
sikap berdasarkan hasil dari semua tanggapan- FORKOMASA.
tanggapan.
Bapak Rektor, Kawan-Kawan Pelaksana dan
Bapak Rektor dan Hadirin Sekalian! Peserta Rakernas!
Setiap permasalahan yang muncul pasti memiliki Hari ini saya sangat berbahagia dan merasa
jalan keluar. Penyelesaian suatu masalah ditingkat bangga, karena berada di tengah-tengah kita
nasional yang sifatnya lokal, IKAHIMSI semua. Saya ikut merasakan penderitaan, berjalan
mempunyai cara tersendiri. Masalah yang timbul jauh dari kampung halaman masing-masing untuk
ditingkat lokal seharusnya diselesaikan ditingkat IKAHIMSI, sebuah pengabdian yang tulus, yang
lokal yang dikoordinir oleh wilayah. Tidak berarti tidak mampu saya dengan apapun. Kehadiran para
Pengurus Pusat lepas tangan terhadap masalah itu. peserta RAKERNAS adalah sumbu pemicu api
Tetapi IKAHIMSI menjadi sebuah penopang yang semangat IKAHIMSI untuk melakukan perubahan.
akan melindungi dan mengontrol semua gerak- Atas dasar semangat perubahan inilah, maka saya
geriknya. Ada satu kesalahan kita selama ini, yakni dan kawan-kawan semua datang ke Universitas
membiarkan sesuatu (peristiwa dan bangunan Andalas ini untuk menyatukan ide guna
bersejarah) diam tak bergerak sama sekali, artinya meletakkan dasar bagi gerak organisasi yang besar
kita selalu terlambat bersuara setelah bangunan ini. Tidak ada yang istimewa dari itu semua,
bersejarah itu dirobohkan, dan suatu peristiwa kecuali kebersamaan dalam RAKERNAS ini.
tidak diingat lagi. Melalui IKAHIMSI, persoalan Kedatangan kita semua dilandasi oleh satu
ini akan segera diselesaikan dengan cara menggali komitmen bahwa membangun masa depan
berita atau informasi yang lebih mendalam IKAHIMSI yang lebih baik dari hari kemarin.
berkaitan dengan hal itu. Lewat berbagai macam
Panitia Pelaksana yang telah susah payah
publikasi yang coba kita bangun nantinya, kami
merencanakan dan melaksanakan kegiatan
yakin kita akan mampu meretas jalan baru bagi
nasional yang sangat besar ini. Kegiatan ini sangat
lahirnya kajian sejarah yang komprehensif.
menentukan perjalanan IKAHIMSI selama dua
Himpunan Mahasiswa Sejarah di seluruh tahun ke depan. Tidak ada kata yang dapat saya
Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda ungkapkan, kecuali terima kasih. Semoga Ilahi
antara satu dengan yang lainnya. Bukan hanya Rabbi membalas semua pengorbanan kalian.
pada persoalan pemikiran dan isme-isme yang
Teristimewa kepada Bapak Rektor Universitas
dianut oleh setiap anggotanya, tetapi juga meliputi
Andalas Padang, terima kasih Pengurus Pusat
semangat, haluan politik lembaga, tahapan-tahapan
IKAHIMSI haturkan kepada bapak atas
pengkaderan, bahkan sampai pada tataran gerakan
kesediaannya membuka kegiatan ini. Kehadiran
lembaga. Perbedaan yang demikian itu adalah
dan dukungan bapat terhadap kegiatan ini, kami
“warna yang sudah terdapat di dalam tubuh
visualisasi sebagai bentuk tanggung jawab yang
IKAHIMSI sejak berdirinya organisasi ini.” Warna
tinggi sebagai seorang Pimpinan Kampus. Apalagi
ini tidak akan pernah pudar, tinggal bagaimana
di antara tumpukan tugasnya, Beliau tetap
warna ini manajeri dengan baik, sehingga mampu
meluangkan waktunya untuk hadir dan membuka
berubah menjadi kekuatan untuk mengembangkan
kegiatan ini. Ini sangat luar biasa.
lembaga ini dengan baik. Lembaga ini sangat
pluralis. Ke-plural-an ini dapat dijembatani oleh Di Kota Padang, FORKOMASA mengibarkan
dua hal pokok, yaitu kesadaran bahwa perbedaan bendera sejarah

106
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Semuanya berawal di Padang, negeri orang Andalas Padang kami minta dengan hormat agar
besar dalam Sejarah Indonesia kiranya dapat memberikan sambutannya, sekaligus
Orang Besar pengukir sejarah yang tak serakah membuka kegiatan ini.
Di negeri ini banyak nama-nama besar yang Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada
melegenda kesempatan ini. Saya akhiri, Assalammu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuhu.
Mereka meng-Indonesia karena sejarah
Dari masa lampau hingga kini, pikiran mereka
telah menjadi pusaka Palu, 10 Oktober 2011
Tak ada ragu atas konstribusi nagari Padang
untuk sejarah Sekretaris Jenderal
Dari nagari Padang, kita bersatu dan bersama IKAHIMSI
dalam Sejarah Indonesia
Sebelum tiba di halte kehidupan terakhir,
berusaha tanpa kenal lelah! Sarifudin Bin La Kuma
Melalui IKAHIMSI semuanya dapat berbhakti NIM A 311 09 046
dengan jiwa
Untuk generasi berikutnya, ukirlah cerita indah * Sambutan Sekretaris Jenderal IKAHIMSI pada Rapat
Kerja Nasional (RAKERNAS) tanggal 21 Oktober 2011
Akhir kata; marilah kita sukseskan Rakernas ini di Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat.
sebagai bentuk pengabdian kepada sejarah, baik
pendidikan maupun ilmu sejarah. Kebersamaan
kita kuncinya. Kepada Bapak Rektor Universitas

107
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

MUSYAWARAH WILAYAH IKAHIMSI WILAYAH IX:


Melanjutkan Tonggak demi Perubahan

Assalammu’alaikum Warahmatullahi yang baik adalah solusi utama. Pengurus Pusat,


Wabarakatuhu.s Pengurus Wilayah, sampai pada Himpunan
Teriring salam dan doa kita haturkan keribaan Mahasiswa harus menjadi patner yang tak
Allah SWT. Sehingga semua yang hadir ini terpisahkan.
diberikan kesehatan serta kesempatan sehingga IKAHIMSI memiliki langkah-langkah dalam
pada pagi yang cerah ini kita dapat bertatap muka mengentaskan suatu permasalahan terutama yang
di tempat sesederhana ini. Salawat serta salam tak berhubungan dengan sejarah atau benda cagar
luput pula kita tujukan kepada Rasulllah SAW budaya. Penyelesaian suatu permasalahan yang
yang telah membimbing kita dari alam kegelapan dihadapi tingkat lokal terlebih dahulu diselesaikan
kealam yang terang benderang serta perjuangannya tingkat wilayah, namun dibawah pengawasan
melawan kekufuran sehingga kita bisa menikmati Pengurus Pusat. Apabila tidak terselesaikan,
Islam dengan lega. permasalahan tersebut diangkat ke Nasional
Bapak Rektor dan Hadirin Semua dengan dasar-dasar yang jelas. Saran saya jangan
mencoba memperjuangkan sesuatu dengan tergesa-
Permasalahan sejarah Lokal Indonesia tidak akan
gesa tanpa memiliki dasar. Karena hal ini yang
pernah ada habis-habisnya menjadi kajian para
nantinya kan menjadi bumerang bagi kita. Hal
sejarawan kita. Semua ini terjadi karena masih
yang tentunya tidak kita inginkan terjadi.
banyaknya sejarah-sejarah lokal yang belum
muncul kepermukaan. Sejarah Indonesia masih Hadirin Teman-teman Mahasiswa Sekalian
mengarah pada satu pulau besar yang disebut Permohonan maaf sebesar-besarnya kepada para
“Jawa”. Dan memungkiri kehadiran sejarah lokal Himpunan yang berada di IKAHIMSI Wilayah IX
yang terdapat didaerah luar Pulau Jawa. Sehingga atas ketidakhadiran saya ditengah teman-teman
hal ini berdampak kepada masyarakat lokal suatu semua. Besar harapan saya agar kegiatan ini bisa
daerah. Banyak bukti yang bisa diangkat. berjalan lancar tanpa terkendala apapun dan lahir
Contohnya, masyarakat lokal lebih mengetahui sosok pemimpin yang menjadi kebanggan kita
sejarah didaerah Jawa dibandingkan sejarah semua. Pada kesempatan bahagia ini pula saya
daerahnya sendiri. Tidak hanya itu, mata pelajaran mengajak kepada para Himpunan khususnya yang
sejarah yang ditawarkan di sekolah-sekolah juga tergabung dalam IKAHIMSI Wilayah IX untuk
masih mendominan pada peristiwa di daerah bisa bersama-sama menghadiri kegiatan Seminar
metropolitan. Pada konteks ini siapa yang harus Nasional di Universitas Padjadjaran Bandung. Kita
disalahkan? Inilah yang menjadi pembahasan yang datang membawa sejuta solusi demi kemajuan
menarik disaat para mahasiswa sejarah berkumpul. sejarah Indonesia. Dan bukan datang dengan sejuta
Melalui IKAHIMSI kita mencoba mencari solusi dendam. Tidak ada penyelesaiaan apabila masih
agar keluar dari permasalahan yang sudah sangat terdapat duri dalam tubuh kita. Marilah kita
klasik ini. bermusyawarah dengan baik. Keluarkan unek-
Sebelumnya, IKAHIMSI telah memberikan unek kita yang selama ini kita pendam. Sudah
tawaran solusi untuk keluar dari permasalahan ini. saatnya kita berperan demi perubahan sejarah
Banyak program yang ditawarkan baik yang Indonesia.
berbentuk fisik maupun didunia maya. Semuanya Akhirnya diucapkan terima kasih kepada Panitia
telah berjalan sesuai keinginan, namun ada juga Pelaksana Muswil -Himpunan Mahasiswa Jurusan
yang jauh dari harapan. Hal ini tidak terlepas pada Sejaraha FIS Universitas Negeri Padang- yang
kurangnya koordinasi diantara semua lini. telah bersusah payah demi kelancaran kegiatan
Pengurus Pusat menyadari akan kekurangan ini. ini. Terima kasih kepada anda semua yang telah
Sehingga pada Musyawarah Wilayah ke-II bersedia mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran
IKAHIMSI Wilayah IX ini kita berharap dapat demi suksesnya Muswil ini. Begitu juga kepada
melahirkan seorang pemimpin yang mampu kawan-kawan anggota IKAHIMSI yang hadir di
menyelesaikan permasalahan ini secara me- Padang, terima kasih atas kehadirannya. Semoga
wilayah dan menjalin kerjasama yang lebih akurat yang hadir disini selalu dalam lindungan Ilahi
lagi dengan Pengurus Pusat. Kepada para HIMA Robbi sehingga bisa mengikuti kegiatan ini sampai
untuk tidak menutupi diri dikala mendapat suatu selesai. IKAHIMSI Wilayah IX harus
permasalahan. Pengurus Pusat membuka diri untuk menghadirkan dan melahirkan perspektif baru
semua keluhan dan permasalahan yang dihadapi bagi perjalanan kita ke depan. Ucapan terima kasih
internal sekalipun. Keterbukaan dan koordinasi juga kepada para undangan yang hadir.

108
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Teristimewa kepada Bapak Rektor Universitas


Negeri Padang atau yang mewakili, dihaturkan Palu, 16 April 2012
ucapan terima kasih atas kesediaannya ikut
Sekretaris Jenderal
memikirkan organisasi ini. Apalagi di sela-sela
IKAHIMSI
kesibukannya sebagai seorang Pimpinan Kampus,
Beliau tetap meluangkan waktunya untuk hadir
dan membuka kegiatan ini. Ini hal yang amat luar
biasa. Sarifudin Bin La Kuma
Wabillahi Taufik Wal Hidayah NIM A 311 09 046
Wassalamu Alaikum Wr. Wb. * Sambutan Sekretaris Jenderal IKAHIMSI yang
diwakili oleh Cuprianto Anggota Divisi Kepedulian
Sejarah dan Kesejahteraan Sosial IKAHIMSI pada
Musyawarah Wilayah IKAHIMSI Wilayah IX tanggal
16 April 2012 di Universitas Negeri Padang, Sumatera
Barat.

109
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

DUA KUNCI MEMBANGUN IKAHIMSI KINI

Assalammualikum Warahmatullahi Wabarakatuhu. yaitu ketika hendak menyelesaikan studi. Melalui


Puji syukur sudah sepatutnya dipanjatkan IKAHIMSI semuanya dapat dimulai.
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Seminar Nasional yang dilaksanakan hari ini,
berkat rahmat dan karunia Ilahi Rabbi. Semua sebenarnya memuat banyak makna. Pertama,
yang hadir di sini telah diberi waktu, kesempatan, sebagai penanda bahwa telah menjelang
kesehatan, bahkan kekuatan, sehingga dapat pertengahan periode kepengurusan kali ini. Apa
mengikuti Seminar Nasional (SEMNAS) Ikatan yang telah diperbuat oleh Pengurus Pusat? Di
Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia tengah keterbatasan yang dimilikinya, Pengurus
(IKAHIMSI). Kiranya hingga hari terakhir Pusat mampu menciptakan satu pemahaman baru
kegiatan ini, peserta, panitia dan semuanya masih mengenai peran mereka di daerah. Walaupun di
dalam lindungan Ilahi Rabbi. beberapa tempat, terutama di Pulau Jawa,
Bapak Rektor Dan Hadirin Sekalian! Kalimantan, Indonesia Timur (kecuali Ternate),
Sumatera bagian Utara dan Timur, serta Bali dan
Sejarah Indonesia telah banyak ditulis oleh para
Nusa Tenggara belum dikunjungi dan mendengar
penulis sejarah baik, sejarawan amatir maupun
harapan anggota secara langsung. Kedua, Seminar
profesional. Keberagaman sejarah di Indonesia
Nasional ini juga dimaksudkan untuk kembali
menjadikan negara ini memiliki memori kolektif
menyatukan visi dan misi Anggota IKAHIMSI
yang berbeda. Peran para sejarawan dalam
dalam mengemban amanat perubahan yang telah
menampilkan peristiwa-peristiwa yang terjadi
dicanangkan di Kota Padang, saat Rakernas.
sangat urgen untuk membumikan sejarah di
IKAHIMSI harus menjadi organisasi
daerah-daerah agar dapat menasional. Terlepas
kemahasiswaan yang berkonstribusi terhadap
dari peran sejarawan, maka mahasiswa sejarah
pembangunan bangsa. Ketiga, pertemuan kali ini
juga memiliki peran yang sama pada konteks
dapat dimaknai sebagai bentuk dari upaya untuk
tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan; tidak
saling bertukar informasi, terutama menyangkut
hanya dengan membaca teks-teks yang sudah ada,
persoalan dalam Pendidikan Sejarah (seperti
tetapi juga dapat melalui penulisan sejarah dengan
perencanaan, proses pembelajaran, evaluasi,
perspektif yang baru. Olehnya itu, Pengurus Pusat
manajemen, dan kebijakan), dan Ilmu Sejarah
IKAHIMSI berusaha melegalkan wadah untuk
(seperti Teori dan Metodologi Sejarah,
menyampaikan peristiwa lokal agar menasional.
Historiografi, Filsafat, Pendekatan, dan model-
Wadah itu telah tersedia, yaitu Jurnal IKAHIMSI,
model penulisan sejarah). Keempat, Seminar
tetapi wadah ini belum juga menjadi sarana
Nasional ini juga dapat diartikan sebagai bentuk
istimewa bagi Mahasiswa Sejarah di Indonesia.
pernyataan sikap organisasi kemahasiswaan
Mungkin ini disebabkan oleh sosialisasi yang
terhadap kondisi kebangsaan yang ada sekarang.
kurang atau keseriusan Pengurus Pusat
Olehnya itu, ketika Panitia Pelaksana (HIMSE
(SEKJEND) yang masih kurang juga.
Universitas Padjadjaran) di Bandung mengusulkan
Pesan penting yang perlu disampaikan melalui tema tersebut, Pengurus Pusat tidak memberikan
forum yang terhormat ini, yakni anggota komentar apapun, kecuali menyetujuinya. Apalagi
IKAHIMSI memiliki peran sentral dalam SEMNAS Bandung kali ini telah mencatat rekor
pengembangan dan pelestarian peninggalan sejarah luar biasa dalam hal jumlah anggota (HIMA) dan
bangsa ini. Khususnya dalam upaya jumlah Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia yang
mengungkapkan dan menulis sejarah, anggota hadir di sini, hampir 200 mahasiswa dan lebih dari
IKAHIMSI dan mahasiswa sejarah merupakan 40 HIMA.
kompenen yang bebas dan terlepas dari pengaruh
Bapak Rektor dan Hadirin Sekalian!
politik. Sehingga cerita sejarah yang dipolitisir
menjadi hal tabu, karena mereka (mahasiswa dan Mulai hari ini, sebaiknya Mahasiswa Sejarah
lembaga kemahasiswaan) sulit mendapatkan mempersepsikan IKAHIMSI sebagai wadah untuk
tekanan penguasa yang berkuasa. Semangat ini berkarya, berdialog, dan berdiskusi guna
perlu dan terus dikembangkan, karena catatan mematangkan setiap konsep kesejarahan. Namun
sejarah di masa lalu digunakan sebagai alat politik. proses tersebut, ada hal yang perlu dihadirkan
Pada kesempatan ini, ingatlah pesan Begawan yakni IKAHIMSI adalah sebuah organisasi
Sejarah (Guru Para Sejarawan) Indonesia, Prof. A. warisan para alumni yang perlu dijaga dan
Sartono Kartodirdjo bahwa sejarawan pohon diperjuangkan eksistensinya di masa depan.
pisang, pohon yang selama hidupnya hanya Sejumlah nilai kejuangan mereka perlu
berbuah sekali saja; artinya jangan menjadi dilestarikan lagi. Mereka telah berjuang
ilmuwan yang hanya sekali berkarya (menulis) mengorbankan tenaga dan pikiran untuk
menciptakan wadah yang dapat diwariskan kepada

110
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

adik-adiknya, tidak peduli dari mana mereka Beberapa hari sebelum hari ini, Mahasiswa Sejarah
berasal. Suasana akrab, persahabatan, dan Se-Indonesia telah memilih jalan untuk datang ke
persaudaraan menjadi modal dasar bagi Bandung, ke Universitas Padjadjaran, walau
IKAHIMSI. Organisasi ini harus terus membuka mungkin jalan itu adalah jalan yang tidak pernah
diri bagi anggotanya agar dapat menyalurkan diinginkan atau dibayangkan oleh masing-masing
aspirasi demi perkembangan sejarah. Perbedaan individu. Tidak ada alasan dan cara untuk
pendapat dalam organisasi sekelas IKAHIMSI menghindari peran serta dalam kegiatan ini.
merupakan hal yang wajar, karena dinamika dalam Memberi perubahan berarti IKAHIMSI tercinta,
setiap organisasi dapat tercipta dengan adanya organisasi yang dibangun dengan susah payah oleh
perbedaan pendapat tersebut. Kritik dapat para alumninya. Padahal mereka tidak pernah
disampaikan oleh siapapun tanpa mengurangi rasa meminta agar adik-adik mereka berada di sini
hormat dan saling menghargai pendapat yang lain. sekarang. Namun pilihan berada di tempat ini
Jangan selalu membuat justifikasi yang salah; sekarang dapat diartikan sebagai bentuk
periksalah apa yang telah dikerjakan oleh orang pengabdian yang tulus terhadap organisasi ini.
lain. Bukankah dalam sejarah termaktub sebuah Tidak kurang dan tidak lebih.
ungkapan penting yang berbunyi; berusahalah Catatan penting hari ini, yakni berbuatlah untuk
berbuat baik hari ini untuk masa depan yang lebih organisasi ini tanpa harus bertanya tentang apa
baik. Sebab itu, kesatuan berpikir menjadi kunci yang telah diberikan IKAHIMSI kepada kita.
perputaran roda organisasi ini yang dibuktikan Tetapi terus bertanya ‘apa yang telah kita berikan
melalui tindakannyalah sebagai bentuk pengabdian kepada IKAHIMSI. Akhir kata, saya teringat pada
terhadap nilai perjuangan dan pengorbanan para pesan Ahmad Nashih Luthfi dalam LPJ-nya tahun
Alumni IKAHIMSI. 2002, yang menyetir ungkapan Peter Ustinov
Pengurus Pusat IKAHIMSI periode 2011-2013 (kalau tidak salah ingat) bahwa “tidak ada gunanya
memiliki dua target utama, yaitu (1) membumikan mati sebelum meninggalkan apa-apa.”
IKAHIMSI ke berbagai Perguruan Tinggi (PT), Demikianlah penyampaian kami kali ini, atas
terutama “PT kecil” yang selama ini belum perhatian dan kehadirannya kami haturkan terima
tersentuh. (2) Menasionalkan berbagai peristiwa kasih.
lokal yang memiliki andil dalam perkembangan
Wabillahi Taufik Walhidayah.
sejarah Indonesia. Dua target utama ini, terasa
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
hanyalah mimpi seorang pimpinan lembaga, tetapi
Wabarakatuhu.
hal ini belum pernah dipikirkan oleh Pengurus
IKAHIMSI.
Sejak didirikan pada tanggal 26 Juli 1995 di Palu, 22 April 2012
Pekanbaru hingga sekarang, IKAHIMSI belum
menjadi bagian dari kehidupan Mahasiswa Sejarah Sekretaris Jenderal IKAHIMSI
di seluruh Indonesia. Artinya masih banyak PT
yang memiliki Himpunan Mahasiswa Sejarah
(HIMA) tetapi tidak pernah mengetahui bahwa di
Indonesia ini ada organisasi yang dapat dijadikan Sarifudin Bin La Kuma
sebagai wadah pengembangan ilmu, Pendidikan NIM: A 311 09 046
Sejarah maupun Ilmu Sejarah. Upaya
menasionalkan peristiwa sejarah (di daerah), * Sambutan Sekretaris Jenderal IKAHIMSI pada
sebenarnya ditunjang pula oleh keterlibatan Seminar Nasional IKAHIMSI XVII tanggal 22
HIMA-HIMA Sejarah di daerah dalam April 2012 di Universitas Padjadjaran, Jatinangor-
IKAHIMSI. Jawa Barat.
Para Hadirin Undangan yang Saya Hormati

111
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

112
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

TAMPILAN BARU HARAPAN BARU Makna yang ingin disampaikan kali ini
adalah gerak IKAHIMSI harus tetap dijaga
Berbekal pengalaman yang minim, keseimbangannya dengan menggunakan dua
akhirnya dengan segenap kerja keras yang kekuatan utama yakni keilmuan dan
dilakukan pengurus, maka pada tahun 2012 ini keorganisasian yang masing-masing terbagi tiga.
Jurnal IKAHIMSI terbit lagi. Melelahkan Kekuatan keilmuan yang dimaksud sudah sangat
memang, namun semuanya terbayar dengan jelas, yaitu ilmu sejarah, pendidikan sejarah, dan
terbitnya jurnal ini, Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. sejarah kebudayaan Islam. Ketiga ini dapat
2, Juli-Desember 2011. Penerbitan yang dipersatukan dalam wadah IKAHIMSI melalui
memerlukan proses panjang, karena terbentur pada Nasionalime dan Ke-Indonesia-an dalam
soal pendanaan. Berbagai cara pun dilakukan perspektif sejarah. Sementara kekuatan
pengurus agar Jurnal IKAHIMSI dapat dihadirkan keorganisasian itu adalah Mahasiswa Sejarah,
di depan para pembaca sekalian. Karenanya Jurnal Hima Sejarah, dan IKAHIMSI Wilayah. Selain itu,
IKAHIMSI merupakan wadah untuk menuangkan ada juga kekuatan keorganisasian di IKAHIMSI
ide dan kemampuan ilmiah anggota (mahasiswa yang lain, yaitu Anggota, Pengurus, dan Alumni.
sejarah) ke dalam bentuk tulisan ilmiah. Sinergitas keilmuan dan keorganisasian inilah
Tampilan Jurnal IKAHIMSI kali ini yang menjadi masalah di IKAHIMSI. Untuk itu,
mengalami perubahan, yakni tulisan IKAHIMSI pengurus kembali teringat pesan seorang senior
yang berwarna merah tanah. Perubahan ini bukan IKAHIMSI di Palu bahwa “jangan pernah
berarti tanpa tujuan; anggota diharapkan untuk menjawab hujatan, kritik, saran, dan apapun yang
menggembangkan potensi yang dimiliki agar sejenis, bahkan tempik sorak sekalipun maupun
menjadi dasar keahliannya. Keahlian tersebut yang sanjungan dan pujian dengan kata-kata, karena itu
nantinya akan berbuah raihan prestasi bagi dirinya. tidak akan ada artinya. Tetapi jawablah dengan
Olehnya itu, keahlian setiap anggota (Mahasiswa tindakan. Dan ingatlah, tindakan terbaik dalam
Sejarah) harus sesuai dengan minat kajian masing- berorganisasi adalah bertindak tanpa diketahui
masing orang. orang lain, termasuk dirimu sendiri, jika itu untuk
Anggota IKAHIMSI berasal dari tiga kebaikan bersama. Diam bukan berarti tidak
displin pengetahuan, yaitu Ilmu Sejarah, bergerak”.
Pendidikan Sejarah, dan Sejarah Kebudayaan Jurnal IKAHIMSI Edisi II No. 1 Januari-
Islam. Hal ini selalu saja diartikan sebagai Juni 2012 akan diterbitkan lagi dengan mengusung
“batasan gerak” seseorang dalam berkarya di tema Menyoal Masa Depan Pendidikan
IKAHIMSI. Problem inilah yang coba diretas Indonesia. Melalui tema itu, Jurnal IKAHIMSI
melalui penerbitan jurnal ini. akan menghadirkan kondisi riil pendidikan, khusus
Desain cover terbitan kali ini pendidikan sejarah di Indonesia. Olehnya itu,
mengambarkan kehidupan di dunia pesisir Pengurus kembali mengharapkan konstribusi
Indonesia kini dan mungkin di masa lalu, sekaligus kawan-kawan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia
mengisyaratkan masih adanya masyarakat pesisir dalam penerbitan selanjutnya. Peran serta kawan-
yang menggunakan perahu sesederhana dan praktis kawan sekalian sangat penting artinya bagi
seperti itu. Gambar-gambar lain juga bercerita pengembangan IKAHIMSI ke depan, agar
mengenai aktivitas dunia pesisir. Berbagai organisasi ini tidak terjebak pada persoalan “ritual
aktivitas tepi laut tergambar di sana. tahunan” atau dalam bahasa Ahmad Nashih
Luthfti, “ritus purba” belaka. (Unang, Ria, dan
Fadlan Marapalu)

113
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Walaupun sebenarnya hal ini merupakan pilihan


ketiga, karena beratnya pertimbangan – dimana
PERJALANAN MEMBUMIKAN
dua kegiatan dilaksanakan di Pulau Sumatera. Dan
ORGANISASI
pilihan ini mungkin tidak direncanakan
sebelumnya. Karena beberapa pengurus dan
“Bekerjalah dengan tidak mengharapkan
beberapa anggota – secara tidak langsung –
sesuatu”. Kalimat inilah yang selalu tergiang di
memberikan usulan untuk kegiatan ini
kepala Pengurus Pusat ketika meninggalkan Kota
dilangsungkan di universitas yang terletak di Pulau
Palu untuk mengikuti kegiatan Ikatan Himpunan
Jawa. Berdasarkan pada letak geografisnya, Pulau
Mahasiswa Sejarah Se-Indoneisa (Ikahimsi).
Jawa mudah diakses oleh anggota IKAHIMSI.
Kalimat ini laksana mantra sakti seorang mahaguru
Mengenai putusan ini, Fatma Saudo,
kepada murid-muridnya. Dan ungkapan ini, secara
mantan Ketua HIMSA Universitas Tadulako 2008-
tidak sengaja menjadi acuan tindak dalam
2009 menyatakan:
berorganisasi.
Itu keputusan final Pengurus Pusat, dalam
Serumit apapun persoalan yang anda
hal ini Sekretaris Jenderal IKAHIMSI.
temui; tersenyumlah dan berusahalah untuk
Jadi tidak ada yang perlu dirubah. Surat
menyelesaikannya sendiri. Apapun yang kalian
Keputusan telah terbit, jadi tidak ada kata
temui hari ini, belum tentu setara dengan yang
mundur dari keputusan itu. Jangan pernah
diperjuangkan di masa lalu. Lelah kaki melangkah
menjadikan kata ‘jauh’ sebagai alasan
hari ini, mungkin belum sebanding dengan jejak
untuk tidak berangkat ke Padang. Apapun
yang ditinggalkan oleh senior maupun alumni
yang akan terjadi, Pengurus Pusat,
organisasi ini, ketika mereka bersusah payah
terutama mereka yang berada di Palu
mendirikan lembaga kemahasiswaan ini. Kalimat
wajib berangkat ke Padang untuk
ini merasuk begitu dalam di jiwa Pengurus Pusat.
menyukseskan kegiatan tersebut,
*******
sekaligus untuk memberikan sumbangan
Musyawarah Nasional VII Ikahimsi di
pemikiran mengenai kegiatan IKAHIMSI
Universitas Riau Pekanbaru menghasilkan
ke depan. Jangan pikirkan jumlah uang
Sekretaris Jenderal (selanjutnya disebut Sekjen
yang keluar dari kantong anda, tetapi di
saja) yang baru. Sarifudin Bin La Kuma atau biasa
sana kalian dapat belajar banyak hal yang
dipanggil Unang. Sekjen terpilih pun segera
tidak pernah didapatkan di sini. Belajarlah
membentuk susunan Pengurus Pusat IKAHIMSI.
pada kawan-kawan Mahasiswa Sejarah
Pengurus Pusat pun terbentuk sebulan pasca
dan mahasiswa lainnya.
Munas VII di Pekanbaru.
Pelaksanaan Rakernas yang mengusung
Setelah itu, muncul soal lain yang cukup
“Menyatukan Persepsi Menentukan Gerak
penting dan harus dilaksanakan yakni Rapat Kerja
Lembaga”, tidaklah berjalan mulus. Banyak
Nasional (Rakernas) yang bertujuan untuk
kendala yang dihadapi. Mulai dari keterlambatan
menyusun berbagai program kerja IKAHIMSI
terbentuknya panitia (akhir Agustus 2011), karena
periode dua tahun (2011-2013). Banyak sekali
bersamaan dengan musim libur kuliah. Tanda
Perguruan Tinggi (PT) sebagai pelaksana Rakernas
tangan Sekjen yang berdomisili di Palu Sulawesi
yang ditawarkan kepada pengurus, seperti Unbari
Tengah juga pada proposal menjadi kendala
Jambi, Unand Padang, UGM Yogyakarta, UNY
tersendiri. Dengan kendala-kendala yang dialami,
Yogyakarta, UPY Yogyakarta, dan UPI Bandung.
maka dalam pengiriman proposal, Pengurus Pusat
Sebagian besar PT tersebut belum bersedia
terlibat secara penuh guna membantu panitia
melaksanakan kegiatan itu, apalagi usulan itu juga
(Hima Sejarah Unand Padang). Pengurus Pusat
tidak berasal dari kata mufakat anggota Hima
(Sekjen) mengirim proposal ke Pulau Jawa,
Sejarah dari PT yang diusulkan. Apalagi jika pihak
Kalimantan, Nusa Tenggara, Bali dan Indonesia
PT belum bersedia karena alokasi dana untuk
Timur.
kegiatan tersebut tidak ada. Jadi sangat sulit
Permasalahan pendanaan menjadi kendala
melaksanakan Rakernas, jika dukungan dari PT
selanjutnya. Dana didapatkan dari usaha-usaha
tidak ada. Hal ini sangat lumrah dan seringkali
panitia, partisipasi kampus, dan Pengurus Pusat
dialami oleh berbagai anggota IKAHIMSI,
(mahasiswa UNTAD) yang tidak seberapa.
mengingat organisasi ini belum populer. Padahal
Pengurus Pusat mengirim dua orang
telah lama berdiri, tahun 1995, bahkan telah
pengurus pusat untuk membantu kerja-kerja
didahului oleh Forkomasa. Biasanya pihak Hima
panitia atas nama Komang Triawati dan Yeni
Sejarah telah bersedia, tetapi pihak PT tidak,
Aulia. Kedua utusan ini berangkat dengan dana
sehingga kegiatan menjadi tertunda.
pribadi dan usaha-usaha lain yang tidak mengikat.
Dengan memikirkan resiko yang ada,
Pada saat yang hampir bersamaan, Sekjen
akhirnya pilihan jatuh ke Unand Padang.
mendapat undangan untuk menghadiri

114
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

Musyawarah Wilayah Ikahimsi Wilayah X di Departemen Pendidikan Nasional yang berkantor


Universitas Muhammadiyah Palembang. Ikahimsi di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta Pusat.
Wilayah IX meliputi Provinsi Sumatera Selatan, Rombongan ini bertemu dengan staf ahli Dikti,
Lampung dan Bengkulu. Muswil ini diikuti 6 karena Dirjen sedang mengikuti rapat bersama
(enam) peserta penuh, yakni Unsri Palembang, dengan menteri. Berkas yang telah dipersiapkan
STKIP PGRI Palembang, Unismuh Lampung, diberikan kepada pihak Dikti dan diminta untuk
Unismuh Metro Lampung, STKIP Lubuk Linggau, menunggu beberapa waktu, karena berkas akan
dan UMP Palembang, dan 2 (dua) peserta dirapatkan untuk uji kelayakan.
peninjau; Unri Pekanb dan UNP Padang. Muswil Berkaitan dengan legalitas Ikahimsi,
ini berhasil memilih Faizal dari STKIP Lubuk Mohammad Sairin, mantan Ketua Panitia
Linggau sebagai Koordinator IKAHIMSI Wilayah Pelaksana Munas VI di Palu tahun 2009
X. menyatakan:
Setelah Muswil, bersama perwakilan Hima “Legalitas itu penting tapi bukan menjadi
Sejarah UNP, Sekjen menuju Padang. Pembukaan penghambat untuk melakukan kegiatan. Dengan
diadakan pada tanggal 21 Oktober 2011 di ruang hanya memokuskan perhatian pada persoalan
Aula Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai-nilai legalitas, maka banyak kegiatan Ikahimsi yang
Tradisional Padang. Kegiatan berlangsung selama tidak terlaksana. Mengapa legalitas Ikahimsi
4 (empat) hari (21-24 Oktober 2011), dihadiri oleh terlambat? Ini merupakan bukti bahwa Ikahimsi
39 peserta (tidak termasuk jumlah peserta dari tuan belum memiliki posisi tawar, artinya keberadan
rumah), dan 16 Hima Sejarah se-Indonesia, yaitu Ikahimsi belum dianggap penting. Padahal kita
Unsyah Banda Aceh, Unsam Samudra Langsa, sudah hadir sebagai lembaga kemahasiswaan sejak
USU Medan, UNP Padang, IAIN Imam Bonjol tahun 1991. Hasilnya, seperti sekarang ini.”
Padang, STKIP PGRI Padang, Unri Pekanbaru, Legalitas tetap diperhatikan. Tetapi masih ada
Unrika Tanjung Pinang, Unismuh Metro persoalan penting lainnya yang tidak kalah penting
Lampung, UKSW Salatiga, Untad Palu, UVRI juga, sebagaimana hasil pengamatan Wilman D.
Makassar, Unhalu Kendari, Unpatti Ambon, Lumangino bahwa ada empat persoalan penting
STKIP Kie Raha Ternate dan Unand Padang. harus segera diselesaikan. (1) Ikahimsi belum
Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, 21-24 membumi di tingkat anggota. Mahasiswa sejarah
Oktober 2011. di Indonesia, masih banyak yang belum
Dana yang dikeluarkan dalam mengenalnya. Langkah penting kali ini adalah
melaksanakan kegiatan cukup banyak biasanya, membumikan Ikahimsi ke seluruh Indonesia. (2)
tetapi jumlah itu tidak pernah menandingi Berapa banyak orang yang mengaku Alumni,
banyaknya pengalaman yang didapatkan. Salah tetapi berapa banyak yang mau memikirkan
satu contohnya, yakni perjalanan pulang dari organisasi ini. Ada yang hanya menghujat dan
berbagai kegiatan yang dilakukan Sekjen dan menyalahkan saja. (3) Masih adanya perdebatan
kawan-kawannya. Perjalanan yang menyita waktu klasik mengenai kekuasaan dan sistem
itu, membuat mereka menyadari dan mengerti pemerintahan di tubuh organisasi ini. (4) Ikahimsi
mengenai keberadaan rekan-rekan mahasiswa selalu dijadikan sebagai tempat menyuarakan
sejarah. Dalam hal ini, Pengurus Pusat selalu kepentingan politik, bukan sebagai wadah menjalin
mengingat sebuah pesan; “jika kalian berada di silaturahmi ilmu pengetahuan. Maka yang tampak
satu kota yang memiliki Mahasiswa Sejarah, sekarang adalah persaingan almamater saja. Inti
belajarlah kepada mereka. Saat kalian berada di dari kelima persoalan itu adalah tidak adanya
luar daerah tempat tinggalmu, datangilah kawan- pewarisan nilai dari mereka yang lebih dulu hidup
kawanmu Mahasiswa Sejarah untuk belajar kepada di Ikahimsi. Kaderisasi pun tidak ada.
mereka dan bukan untuk mengajari mereka.” *******
Pasca pelaksanaan Rakernas di Padang, Keesokkan harinya, atas inisiatif sendiri,
para peserta kembali ke daerah masing-masing, Unang dan Ria berangkat ke Yogyakarta untuk
namun Sekjen sendiri terlambat pulang ke Palu. bertemu dengan seniornya, Muhammad Sairin. Di
Pengurus Pusat yang diwakili Sekjen dan Staf Yogyakarta mereka juga bertemu dengan rekan-
Administrasi dan Keuangan – Komang Triawati, rekan Mahasiswa Sejarah juga. Dua hari
menuju Jakarta untuk mengajukan permohonan berikutnya, pengurus menuju Surabaya untuk
dan dilengkapi persyaratan legalitas organisasi ke berangkat ke Palu. Di Surabaya pengurus lagi-lagi
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) mendapat sambutan hangat dari rekan-rekan
Departemen Pendidikan Nasional. Mahasiswa Sejarah Unair dan menyempatkan diri
Tiga hari kemudian setelah berangkat dari bersilaturahmi dengan beberapa Dosen Sejarah
Padang, Pengurus Pusat tiba di Jakarta. Atas Unair.
bantuan dan ditemani Mahasiswa Sejarah UIN Dan akhirnya pengurus kembali ke Palu
Syarif Hidayatullah Jakarta, pengurus menuju (Sulawesi Tengah) dengan menumpang kapal

115
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Pelni. Biaya perjalanan ditanggung oleh masing- Yohanes Poe Mahasiswa Sejarah Unima, Sekjen
masing individu, dan bantuan rekan-rekan bertemu dengan beberapa Dosen Sejarah dan
Mahasiswa Sejarah Universitas Tadulako. Bantuan rekan-rekan Mahasiswa Sejarah Unima guna
ala kadarnya pun datang dari beberapa orang mensosialisasikan tentang Ikahimsi. Hasil yang
Alumni Ikahimsi. didapatkan sangat mengejutkan, yakni dari jumlah
******** yang hadir dalam sosialisasi itu mengatakan baru
Akhir bulan Januari hingga awal Februari mendengar nama Ikahimsi. Mereka juga baru
2012, giliran Indonesia Bagian Timur yang mengetahui jika ada organisasi mahasiswa sejarah
mendapat perhatian pengurus. Wilayah ini di tingkat nasional.
mendapat prioritas pertama untuk dikunjungi, Perjalanan kemudian dilanjutkan ke
karena keadaan geografis kawasan itu juga Universitas Samratulangi (Samrat). Sekjen
memberi tantangan khusus, akses transportasi antar menemui seorang Dosen Sejarah, dan
daerah pun sangat sulit dan mahal. Rencananya mempertemukan Sekjen dengan Ketua Hima
perjalanan ini menggunakan rute Palu – Ternate – Sejarah Unsrat. Atas bantuannya, Sekjen dapat
Irian – Ambon – Kendari – Bau-Bau – Makassar – melakukan sosialisasi tentang Ikahimsi.
Palu. Ditemani sahabat-sahabatnya, Sekjen Malam harinya, dengan terpaksa harus
berangkat ke Luwuk (bagian timur Sulawesi bermalam di stasiun bis untuk berangkat menuju
Tengah) menggunakan sepeda motor selama ± 20 Gorontalo. Dan mendapat sambutan dari Zurain
jam. (Ketua Hima Sejarah) bersama rekan-rekan
Dari Luwuk menuju Banggai Kepulauan anggota Hima Sejarah UNG. Sekjen kembali
(Bangkep) melalui kapal motor. Selama 3 (tiga) melakukan sosialisi. Tidak hanya terbatas kepada
hari di Bangkep, Sekjen menuju Taliabu – mahasiswa sejarah, tetapi Sekjen sempat bertemu
perbatasan Sulteng dan Malut – tanpa teman. Di dengan Dekan Mohamad Rusdianto Puluhulawa
Taliabu, lagi-lagi Sekjen harus menunggu selama SH, M.Hum FIS UNG. Dua hari di Gorontalo,
tiga hari lagi. Dari Talabu (Lede) menuju Fala Sekjen akhirnya kembali ke Palu.
bermalam lalu ke Sanana (Ibukota Kabupaten *******
Kepulauan Sula) dan akhirnya ke Ternate. Beberapa undangan kegiatan datang ke
Di Ternate Sekjen mengunjungi STKIP Pengurus Pusat (Sekjen) seperti History Week
Kie Raha dan Universitas Khairun. Dan ia sempat (UGM), Semnas dan Muswil Ikahimsi Wilayah II
bertemu dengan rekan-rekan Mahasiswa Sejarah (UNS), dan Muswil Ikahimsi Wilayah VIII (UNP).
dan Ketua Program Studi. Dalam pertemuan itu, Namun, tidak semua dapat dihadirinya.
Sekjen diberi kesempatan untuk menyampaikan Saat History Week (November 2011)
akan keinginan untuk melakukan kegiatan Sekjen baru saja kembali dari kegiatan Rakernas,
Ikahimsi di Ternate, sekaligus mensosialisasikan sehingga tidak memungkinkan untuk berangkat
organisasi tersebut kepada Mahasiswa Sejarah. lagi. Beliau kemudian merekomendasikan dua
Bersama saudara Rasno, Sekjen menemui orang, Jefrianto dan Fadlan Marapalu untuk
salah seorang staf Kesultanan Ternate guna berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Mereka
membicarakan kemungkinan kerjasama mengunakan dana pribadi. Entah dari mana
melaksanakan kegiatan di kota itu. Beliau memberi sumbernya. Hanya satu tujuan mereka; untuk
tangapan positif dan meminta dengan segera belajar (menimba ilmu) di negeri orang, tidak
menyusun kegiatan tersebut dan akan dimasukkan terpikirkan dana yang dikeluarkan, yang penting
dalam agenda yang akan telah dibuat. Kendala pun ilmunya. Semangat inilah yang tertanam di benak
muncul, yakni jadwal yang ditawarkan tidak kedua utusan itu.
memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan Selanjutnya – Muswil II di Universitas
tersebut. Negeri Sebelas Maret – berlangsung pada bulan
Setelah beberapa hari di Ternate, Sekjen Februari 2008. Kegiatan ini memilih Sugiarto
mencari akses transportasi untuk melanjutkan Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Negeri
perjalanan ke Papua, ke Universitas Cendrawasih. Yogyakarta sebagai Koordinator Wilayah Ikahimsi
Akses yang ada hanya melalui kapal laut dan Wilayah II (D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah).
pesawat. Namun kapal yang berangkat menuju Begitu juga dengan Muswil Ikahimsi Wilayah VIII
Papua tidak ada, kecuali menunggu selama satu di UNP, menjadi daftar kegiatan yang tidak
minggu lagi. Apabila naik pesawat, harga tiket dihadiri oleh Sekjen. Jadwal kegiatan yang
hampir mencapai angka dua juta rupiah. Akhirnya, bertepatan dengan Olimpiade IPS (di Palu) dan
perjalanan dibatalkan, dan dialihkan menuju persiapan SEMNAS XVII di UNPAD Bandung.
Manado. Sekjen memberikan rekomendasi kepada saudara
Dengan menumpang KM Sangiang Cuprianto (Divisi Kepedulian Sejarah dan
menuju Pelabuhan Bitung. Dari Bitung menuju Kesejahteraan Sosial) yang juga Mahasiswa
Unima di Tomohon, Sulawesi Utara. Ditemani Sejarah Universitas Negeri Padang. Kegiatan ini

116
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Menyusuri Jejak Sejarah Pesisir Indonesia

memilih Muh. Hairil Fadol dari Unri Pekanbaru tidak saling mengenal antara satu dengan yang
sebagai Koordinator Wilayah. Apabila sebelumnya lainnya. Atau mungkin hanya pura-pura tidak
dana habis setelah melakukan kegiatan, pada saat kenal kepada kawannya lagi.
ini dana yang ada sangat minim dan hanya cukup Inilah catatan penting hari ini. Maka janganlah
untuk mengikuti kegiatan Semnas di Bandung. lupa pada sebuah ungkapan lama yang agak
Sempat mengalami kontroversi, karena format sufistik; “periksalah dirimu sebelum memeriksa
acara yang diberikan panitia tidak sama dengan diri orang lain.” (Fadlan Marapalu).
format Muswil sebelumnya. AD/ART – yang (Disarikan dari catatan perjalanan Pengurus Pusat
merupakan keputusan tertinggi Musyawarah IKAHIMSI (Palu) ke berbagai kota di Indonesia)
Nasional VII di Pekanbaru – dibahas dalam
Muswil. Ini akan menjadi pelajaran yang penting
buat Pengurus Pusat, terutama Sekjen.
Memasuki bulan Maret 2012 Ikahimsi
Pusat berkerjasama dengan MGMP IPS SMP/MTS
Kota Palu melaksanakan Olimpiade IPS Tingkat
SMP/MTS Negeri dan Swasta se-Kota Palu.
Kegiatan berlangung pada bulan April 2012.
Ikahimsi berperan sebagai penyelenggara,
sekaligus pengawas dan juri. Kegiatan ini berakhir
pada tanggal 18 April 2012 dengan SMP Al-
Khairat Palu keluar sebagai pemenang.
******
Rencana ke depan, yakni mengunjungi PT-
PT yang memiliki Jurusan atau Program Studi
Sejarah untuk melakukan sosialisasi mengenai
keberadaan dan kedudukan Ikahimsi. Terkhusus
lagi bagi PT yang belum mengenal Ikahimsi dan
secara geografis sulit terjangkau menjadi prioritas
utama. Hal ini menjadi catatan penting agar semua
anggota dapat terlibat atau ikut serta dalam
berbagai kegiatan organisasi ini. Namun Pengurus
Pusat tak boleh jumawa dengan hal ini, karena
situasi esok akan berbeda dengan hari ini.
Penerbitan Jurnal Ikahimsi juga mengalami
penundaan, karena masalah klasik, yaitu
pendanaan. Setiap peralihan pengurus, masalah
pendanaan sering menjadi masalah klasik yang
belum terselesaikan. Dengan segala upaya dan
berbekal sisa dana dari pengurus sebelumnya
sebanyak Rp 875.000,00 dan sumbangan dari
Unimed sebesar Rp 100.000,00 Pengurus Pusat
berusaha menyelesaikannya. Jika hari ini, Jurnal
Ikahimsi telah berada di tangan anda, maka itulah
hasil dari sebuah usaha yang tak kenal lelah.
******
Ikahimsi telah berusia belasan tahun, tetapi belum
memberi arti apa-apa. Olehnya itu, sudah saatnya
semua pihak yang ada di Ikahimsi memberi
konstribusi penting terhadap perkembangan
organisasi ini. Ada dua semangat di masa lalu,
masa-masa ketika Forkomasa hendak dan baru
berdiri, mulai memudar. Semangat persatuan mulai
tergerus oleh tajamnya lidah ketika mengata. Tak
pernah lagi kita belajar dari tubuh sendiri. Ketika
menunjuk orang, ada tiga jari tertekuk menunjuk
diri kita sendiri, hanya dua atau mungkin satu saja
yang menunjuk orang lain. Semangat kebersamaan
mulai dipertanyakan. Anggota Ikahimsi mulai

117
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011
Jurnal IKAHIMSI

Singgih Tri Sulistiyono, Dosen Jurusan Sejarah Yogyakarta (1991), Program Sandwich “Asia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Tenggara” diselesaikan di SOAS University of
Semarang. London (1992), dan S3 Sejarah Maritim di
Universitas Indonesia (2000). Aktif pula pada
Gusti Asnan, adalah dosen di Jurusan Sejarah,
Pusat Kajian Melayu.
Fakultas Sastra Univ. Andalas Padang, Sumatera
Barat. Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (Drs.) di Sarkawi B. Husain, Dosen pada Departemen Ilmu
Jurusan Sejarah Fak. Sastra, Univ. Andalas, dan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Program Doktor di Fachbereich fuer Airlangga Surabaya
Sozialwissenschaften Universiteit Bremen
Moh. Sairin, mahasiswa Pascasarjana (S2) Sejarah
(Jerman).
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
Haliadi-Sadi, adalah Dosen Tetap Program Stu (UGM) Yogyakarta. Menyelesaikan program S1
Pendidikan Sejarah Universitas Tadulako dan Pendidikan Sejarah Pada Universitas Tadulako
Sekretaris Pusat Penelitian Sejarah Lembaga (UNTAD) Palu (2011).
Penelitian Universitas Tadulako Palu sedang
Agung Wibowo, adalah mahasiswa ilmu sejarah
mengikuti Program Ph.D. Sejarah di Jurusan
UI angkatan 2007. Lahir di Brebes, 30 November
Sejarah, Politik, dan Strategi Fakulti Sains Sosial
1989. Anak dari pasangan Sakijo Saino dan
dan Humaniora Universiti Kebangsaan Malaysia.
Chusnul Chotimah. Saat ini sedang menggarap
Edward L Poelinggomang, Staf Pengajar Jurusan skripsinya yang tak kunjung usai. Dia berharap
Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas kepada teman-teman agar selalu mendoakannya
Hasanuddin (UNHAS) Makassar. dimanapun berada.
M. Nur, adalah Staf Pengajar Jurusan Sejarah Ismail Syawal, adalah Mahasiswa Program
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Pascasarjana (S2) Pendidikan Sejarah pada
Padang. S1 Sejarah ditamatkan di Universitas Universitas Negeri Makassar (UNM).
Andalas pada tahun 1988, S2 Sains dalam bidang Menyelesaikan S1 Pendidikan Sejarah pada
Sejarah pada Universitas Gadjah Mada (UGM) Universitas Tadulako (UNTAD) Palu (2011).

118
Jurnal IKAHIMSI Edisi I, No. 2, Juli-Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai