Anda di halaman 1dari 13

SiNDANG

ISSN-E: 2623-2065
ISSN-P: 2684-8872

JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH


Vol 4 No. 1 (Januari-Juni 2022)
Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah
Arditya Prayogi

Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Generasi Muda Melalui Kearifan Lokal Budaya Melayu Riau
Asril

Urgensi Kerja Sama Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan Hubungan Thailand-Kamboja Pasca
Sengketa Kuil Preah Vihear
Marshanda Fitria Intan

Model Pembelajaran Problem Based Learning sebagai Implementasi Aliran Konstruktivisme


Pada Pembelajaran Sejarah
Abdilah Farid Rifki, Yulianti

Konflik Abad 11-12 M: Pertikaian Dinasti Mongol dengan Dinasti Khawarizm di Asia Selatan
Suci Indah Susanti, Yulianti

Peranan Abdur Rahim Damrah dalam Melawan Penjajahan Jepang di Kabupaten Bengkulu
Selatan (1943-1945)
Juliana, Bedriati Ibrahim, Bunari

Pengaruh Covid-19 terhadap Pengunjung Objek Pariwisata Sejarah Lobang Jepang di Bukittinggi
Mellyana Alfia Ningsih, Isjoni, Bedriati Ibrahim

Sejarah Kesultanan Pajang Masa Pemerintahan Sultan Hadiwijaya (1549-1582)


Chinanti Safa Camila, Hudaidah

Peranan K.H. Anwar Bin H. Kumpul dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok Pesantren
Nurul Islam Seri Bandung
Arenda Rosyada, Hudaidah

Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Sejarah pada Masa Covid-19 pada Siswa Kelas
XII IIS SMA Negeri Mukomuko Kabupaten Mukomuko
Suci Anggela, Jaenam, Felia Siska

LP4MK & PRODI PENDIDIKAN SEJARAH STKIP PGRI LUBUKLINGGAU


Dewan Redaksi
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah

Editor in Chief
Risa Marta Yati, M.Hum (STKIP PGRI Lubuklinggau)

Section Editor
Ira Miyarni Sustianingsih, M.Hum (STKIP PGRI Lubuklinggau)

Guest Editor
Dr. Syarifuddin, M.Pd. (Universitas Sriwijaya)
Ayu Septiani, M.Hum. (Universitas Padjadjaran)

Reviewer/Mitra Bestari
Prof. Dr. Sariyatun, M.Pd., M.Hum. (Universitas Sebelas Maret)
Prof. Kunto Sofianto, M.Hum., Ph.D. (Universitas Padjadjaran)
Dr. Umasih, M.Hum. (Universitas Negeri Jakarta)

Administrasi
Viktor Pandra, M.Pd. (STKIP PGRI Lubuklinggau)
Dr. Doni Pestalozi, M.Pd. (STKIP PGRI Lubuklinggau)
Dewi Angraini, M.Si. (STKIP PGRI Lubuklinggau)

Alamat:
Jl. Mayor Toha Kel Air Kuti Kec. Lubuklinggau Timur 1 Kota Lubuklinggau 31626
Website: http://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JS/index
Email: jurnalsindang@gmail.com

i
SINDANG: JURNAL PENDIDIKAN SEJARAH DAN KAJIAN SEJARAH
Vol. 4 No. 1 (Januari-Juni 2022)

Halaman
Dewan Redaksi ....................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................. ii

1. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah


Arditya Prayogi ........................................................................................................... 1
2. Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Generasi Muda Melalui Kearifan Lokal
Budaya Melayu Riau
Asril ............................................................................................................................. 11
3. Urgensi Kerja Sama Sektor Pariwisata untuk Meningkatkan Hubungan
Thailand-Kamboja Pasca Sengketa Kuil Preah Vihear
Marshanda Fitria Intan ............................................................................................. 18
4. Model Pembelajaran Problem Based Learning sebagai Implementasi Aliran
Konstruktivisme pada Pembelajaran Sejarah
Abdilah Farid Rifki, Yulianti ..................................................................................... 27
5. Konflik Abad 11-12 M: Pertikaian Dinasti Mongol dengan Dinasti Khawarizm
Di Asia tengah
Suci Indah Susanti, Yulianti ...................................................................................... 33
6. Peranan Abdur Rahim Damrah dalam Melawan Penjajahan Jepang di Kabupaten
Bengkulu Selatan (1943-1945)
Juliana, Bedriati Ibrahim, Bunari ............................................................................ 41
7. Pengaruh Covid-19 terhadap Pengujung Objek Pariwisata Sejarah Lobang Jepang
di Bukittinggi
Mellyana Alfia Ningsih, Isjoni, Bedriati Ibrahim .................................................... 51
8. Sejarah Kesultanan Pajang Masa Pemerintahan Sultan Hadiwijaya (1549-1582)
Chinanti Safa Camila, Hudaidah .............................................................................. 58
9. Peranan K.H. Anwar Bin H. Kumpul dalam Pendirian dan Perkembangan Pondok
Pesantren Nurul Islam Seri Bandung
Arenda Rosyada, Hudaidah ...................................................................................... 66
10. Persepsi Siswa terhadap Pembelajaran Sejarah pada Masa Covid-19 pada Siswa
Kelas XI IIS SMA Negeri Mukomuko Kabupaten Mukomuko
Suci Anggela, Jaenam, Felia Siska ........................................................................... 74

ii
ISSN-P: 2684-8872
Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni 2022): 1-10 ISSN-E: 2623-2065

RUANG LINGKUP FILSAFAT SEJARAH DALAM KAJIAN SEJARAH

Arditya Prayogi
IAIN Pekalongan
Alamat korespondensi: arditya.prayogi@iainpekalongan.ac.id

Diterima: 9 Juni 2021; Direvisi: 30 November 2021; Disetujui: 30 Desember 2021

Abstract
This article is intended to describe the scope of the philosophy of history in historical writing. The
birth of the philosophy of history as part of historical studies is closely related to human curiosity
about the meaning of historical events. This article tries to discuss the philosophy of history and its
scope in historical studies, both descriptively and analytically. From the results of the review, it is
known that the philosophy of history contains at least two main scopes. First, history which seeks
to ensure a common goal that manages and controls all events and the entire course of history or is
known as speculative/contemplative philosophy of history. Second, history which aims to examine
and appreciate the methods of historical science as well as the certainty and assessment of the
results of the analysis and conclusions of a historical work or known as critical/analytical
philosophy of history.
Keywords: Philosophy, History, Speculative, Critical.

Abstrak
Artikel ini dimaksudkan untuk menjabarkan ruang lingkup filsafat sejarah dalam
penulisan sejarah. Lahirnya filsafat sejarah sebagai bagian dari kajian sejarah sangat
terkait dengan rasa keingintahuan manusia terhadap makna dari peristiwa sejarah.
Artikel ini mencoba untuk membahas filsafat sejarah serta ruang lingkupnya dalam kajian
sejarah, baik secara deskriptif dan juga analitis. Dari hasil ulasan diketahui bahwa filsafat
sejarah paling tidak mengandung dua ruang lingkup utama. Pertama, sejarah yang
berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai semua
kejadian dan seluruh jalannya sejarah atau dikenal dengan filsafat sejarah
spekulatif/kontemplatif. Kedua, sejarah yang bertujuan untuk menguji serta menghargai
metode ilmu sejarah serta kepastian dan penilaian dari hasil analisis dan kesimpulan-
kesimpulan terhadap suatu karya sejarah atau dikenal dengan filsafat sejarah
kritis/analitis
Kata Kunci: Filsafat, Sejarah, Spekulatif, Kritis.

A. Pendahuluan penjelasan ilmiah yang berbeda dengan


Kajian tentang filsafat secara umum telah kedudukan ilmu yang hanya bersifat
diperoleh oleh kebanyakan dari masyarakat menjelaskan fakta (empirik). Lingkup
yang menempuh studi di tingkat perguruan filsafat yang luas dapat masuk kedalam
tinggi. Filsafat diartikan secara umum berbagai fakta empirik dalam kehidupan,
sebagai induk dari segala ilmu baik fakta alam atau manusia. Dengan
pengetahuan.1 Filsafat memiliki dimensi lingkupnya yang luas,2 filsafat mampu
yang sangat luas dalam ilmu pengetahuan
sehingga melahirkan banyak cabang 2 Ruang lingkup dalam filsafat
keilmuan. Hal ini juga mendudukan filsafat mempertanyakan beberapa landasan, antara lain
berupa obyek apa yang ditelaah ilmu pengetahuan.
sebagai sebuah analisis dari proses Pertama, bagaimana wujud yang hakiki dari obyek
tersebut, bagaimana hubungan antara obyek tadi
1 Pengertian filsafat secara etimologis dapat dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
ditelusuri dari makna kata yang berangkat dari kata pengetahuan atau disebut landasan ontologis. Kedua,
philosophia. Kata ini merupakan kata majemuk dan bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
berasal dari kata-kata philia (persahabatan, cinta, dsb) pengetahuan yang berupa ilmu, bagaimana
dan sophia (pengetahuan, kebenaran, kebijaksanaan). prosedurnya, hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
Sehingga arti katanya adalah cinta kebijaksanaan atau mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah
ilmu. (Semiawan, 2007: 114-116). Secara terminologis kriterianya, apa yang disebut kebenaran itu, adakah
terdapat banyak sekali makna dari filsafat itu sendiri, kriterianya, cara/teknik/sarana apa yang membantu
diantaranya sebagai ilmu yang mempelajari realitas kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa
sampai sebab-sebab paling dalam. Terkait makna lain ilmu, atau landasan disebut landasan epistemologis.
dapat lihat (Suriasumantri, 2001). Ketiga, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu

http://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JS/index 1
Arditya Prayogi. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah

memengaruhi cara pandang dari berbagai kesadaran untuk mencari yang dimiliki
ilmu. Termasuk sejarah3 sebagai sebuah manusia, merupakan musabab lahirnya
ilmu, menjadi tidak luput terpengaruh filsafat sejarah. Keingintahuan manusia
dalam kajian filsafat.4 Pendekatan filsafat tentang peristiwa yang telah terjadi dan
pada sejarah pada akhirnya melahirkan tergerak pada bangsa, masyarakat atau
kajian filsafat sejarah. individual tertentu bermuara pada
Lahirnya filsafat sejarah menurut peneliti pemahaman dan pengkajian peristiwa itu
modern, karena kecenderungan manusia secara filosofis (Muchsin, 2002: 27). Pada
yang terkenal sebagai “hewan sejarah”. perkembangan selanjutnya, filsafat sejarah
Manusia sejak zaman kuno tidak henti- berkembang menjadi disiplin ilmu yang
hentinya mengamati peristiwa sejarah yang memiliki pengertian yang beragam serta
ada dan terjadi disekitarnya. Mereka juga ruang lingkup yang juga luas.
merenungkan maknanya, mencari suatu
hubungan yang bisa menguraikan geraknya B. Metode Penelitian
dari segi faktor-faktor yang Penulisan artikel ini menggunakan
membangkitkannya dan dari akibat-akibat metode riset kualitatif berdasarkan
yang dihasilkannya. Rasa ingin tahu dan penggalian data pustaka/studi literatur dari
beberapa sumber literatur (tertulis).
dipergunakan, bagaimana kaitan antara cara
Penulisan dilakukan melalui proses
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral, penggalian data dari berbagai sumber
bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan rujukan yang membahas berbagai
pilihan-pilihan moral, bagaimana kaitan antara teknik
artikel/tulisan terkait dengan filsafat
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dengan norma-norma moral/professional, atau sejarah yang dimuat di media publik.
landasan aksiologis. Lihat, (Suriasumantri, 2001: 33). Sumber-sumber tersebut dapat diakses
3 Istilah sejarah, dalam bahasa Arab dikenal
melalui beragam tempat (perpustakaan)
dengan tarihk, dari akar kata arrahka yang berarti
menulis, catatan tentang waktu dan peristiwa. (Muchsin, dan media internet secara terbuka. Tulisan
2002: 27). Bisa juga dibandingkan dengan Sejarah ini dapat menjadi sari dari berbagai artikel
berasal dari bahasa Arab syajaratun yang berarti pohon. dan tulisan yang terkait. Demikian, artikel
Kata ini memberikan gambaran pendekatan ilmu
sejarah yang lebih analogis karena memberikan
ini lebih merupakan sebuah sintesis dari
gambaran pertumbuhan peradaban manusia dengan tulisan-tulisan yang pernah ada, untuk
“pohon” yang tumbuh dari biji yang kecil menjadi pohon kemudian dilihat dalam hubungannya
yang rindang dan berkesinambungan. Oleh karena itu, dengan apa yang bisa dilakukan dalam
untuk dapat menangkap pelajaran atau pesan-pesan
sejarah di dalamnya memerlukan kemampuan pesan- konteks saat ini.
pesan yang tersirat sebagai ibarat atau ibroh di
dalamnya. (Suryanegara, 1995: 20). Dalam bahasa
Inggris istilah itu disebut dengan kata history (sejarah),
C. Pembahasan
berasal dari kata benda Yunani istoria, yang berarti Pengertian Filsafat Sejarah
ilmu. Dalam penggunaannya oleh filsuf Yunani, Sebelum membahas lebih jauh mengenai
Aristoteles, istoria berarti suatu peristiwa sistematis
pengertian filsafat sejarah, perlu dipahami
mengenai seperangkat gejala alam. (Gottschalk, 1975:
33). Sedangkan secara terminologi, sejarah dapat bahwa istilah filsafat sejarah itu sendiri
berarti peristiwa masa lampau itu sendiri (sejarah sebenarnya, bukan berarti pengalihan dari
objektif), rekonstruksi peristiwa masa lalu yang penggabungan dua arti secara etimologis,
dilakukan oleh sejarawan (sejarah subjektif). Dapat
lihat, (Kartodirdjo, 1989: 14-15). yaitu kata filsafat dan sejarah. Tetapi lebih
4 Sejarah sebagai ilmu, dalam melakukan suatu dari itu, yaitu sebagai pembahasan suatu
penjelasan, memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain, disiplin ilmu, yang memiliki wawasan
termasuk juga filsafat. Nsmun perlu dipahami bahwa
filsafat dalam lingkup keilmuan humaniora/sosial akan
pembahasan, metode, paradigma dan
berbicara mengenai manusia secara abstrak/luas hingga perspektifnya sendiri (Muchsin, 2002: 29).
hal-hal yang ada di balik kehidupan manusia itu sendiri. Namun, walaupun berbeda, baik filsafat
Sedangkan sejarah sebagai sebuah ilmu memiliki objek dan sejarah (sebagai ilmu) akan saling
kajian mengenai peristiwa sejarah yang dialami
manusia di masa lalu. Sejarah sebagai ilmu dapat jatuh membutuhkan satu sama lain. Dalam hal ini
menjadi tidak ilmiah jika filsafat telah mulai ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu,
memoralkan dan mengabstrakan manusia, karena sedangkan ilmu filsafat berbicara mengenai
sejarah mengkaji manusia dan peristiwa yang
dialaminya secara unik dan spesifik. (Kuntowijoyo, bagaimana berfikir secara rasional, analisis
2010: 5-7). Kalau sejarah berbicara tentang manusia, dan kritis. Kedua ilmu ini akan sangat
maka yang dibicarakan ialah orang tertentu yang bersinergi dalam memecahkan masalah-
mempunyai waktu dan tempat, serta terlibat dalam
kejadian. Filsafat sebaliknya, kalau ia berbicara tentang
masalah yang bermunculan di zaman
manusia, maka manusia itu ialah manusia pada kontemporer ini, di mana ilmu sejarah
umumnya, manusia yang hanya ada dalam gambaran memberikan gambaran dari masa lalu, yang
angan–angan. Namun adakalanya sejarah bukan saja mana pada masa lalu pernah terjadi
selalu benar secara faktual, tetapi benar secara filosofis.
(Kuntowijoyo, 2003: 4). berbagai macam persoalan-persoalan, baik

2
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni 2022): 1-10.

persoalan yang meliputi masalah politik, et l’espirit de nations. Kata pengantar buku
pemerintahan, masalah sosial, ekonomi itu sendiri berjudul Philosophie de l’historie,
maupun masalah yang bersifat religius dan yang berarti filsafat sejarah. Buku tersebut
diharapkan dapat menjelaskan atau bahkan merupakan kumpulan artikel yang ditulis
memberikan pembenaran terhadap apa Voltaire dalam rentang tahun 1753-1758 M.
yang terjadi sekarang, serta mencari akar- Sejak saat itu, tepatnya pada saat istilah itu
akar identitas bahkan orientasi ke masa digunakan pada tahun 1756 M, istilah
depan. Dengan kata lain harapan ini filsafat sejarah sudah mulai dikenal secara
termasuk fungsi sosial dari sejarah yaitu luas oleh masyarakat. Voltaire, dengan
prediksi atas masa yang akan datang. demikian, terkenal sebagai tokoh yang
Sedangkan Ilmu filsafat memberikan mula-mula menggunakan istilah filsafat
sentuhan pemikiran yang mendorong sejarah. Hanya saja dalam penyusunan dan
manusia untuk berfikir secara kritis setiap perentangan definisi suatu istilah, dengan
kejadian sejarah yang kemudian ruang lingkup kajian filsafat sejarah secara
menjabarkan bagaimana menjadikan masa sistematis dan panjang lebar, istilah itu
lalu tersebut menjadi sebuah ibrah atau dipopulerkan oleh Herder. Herder
pelajaran di masa sekarang yang terkait mengungkapkannya dalam karya enam
dengan permasalah yang tidak jauh berbeda jilidnya yang berjudul Ideen sur Philosophie
dengan yang terjadi pada masa lampau, der geschichte der menscheit. Herder lah yang
dengan demikin manusia mampu memetik mula-mula merumuskan ranah pembahasan
sebuah pesan kontemporer dalam rangka dan permasalahan filsafat sejarah. Menurut
membina kehidupan manusia moderen sebagian ahli, istilah filsafat sejarah itu
yang ideal. Dengan demikian kita bisa sendiri kadang-kadang cenderung
mengambil sebuah kesimpulan bahwa disamakan dengan istilah “teori sejarah”.5
tugas filsafat dalam sejarah adalah Akan tetapi diakui, berdasarkan kenyataan,
menggerakkan pemikiran manusia agar istilah filsafat sejarah lebih popular
merekonstruksi masa lalu sebagai pelajaran digunakan ahli sejarah, terutama ahli
atau hikmah di masa sekarang, dan sejarah negeri Belanda. Adapun di Inggris,
merancang masa depan. Prancis dan Jerman memakai padanan
Untuk itulah pengertian secara istilah dengan “sejarah filsafat”, namun di
etimologis tak akan dapat mendefinisikan Jerman lebih digunakan istilah Theoretische
pengertian “filsafat sejarah” secara utuh. Geschichte atau Theorie der
Hal ini dapat dilihat dari kajian filsafat geschichtswissenschaft.6
sejarah yang memberi arahan baru tentang Secara teminologis atau istilah, beberapa
pandangan filosofis terhadap suatu ahli menyampaikan banyak pendapat
peristiwa sejarah, dan bukannya mengenai pengertian filsafat sejarah.7
menggabungkan objek kajian dari filsafat Pengertian pertama disampaikan Rustam E
dan sejarah secara utuh dan menyatu, Tamburaka, yang menyatakan bahwa
karena walaupun filsafat dan sejarah sama- filsafat sejarah adalah salah satu bagian
sama memiliki titik singgung dalam kajian sejarah sebab-sebab terakhir suatu peristiwa
tentang manusia, namun keduanya hidup serta ingin memberikan jawaban atas sebab
di ruang dan waktu berbeda. Filsafat sejarah dan alasan segala peristiwa sejarah, di mana
kemudian tidak menyatukan ruang waktu filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan
ini dalam satu titik temu, namun membuat serta berusaha masuk kedalam dan pikiran
ruang dan waktu baru yang jelas berbeda cita-cita manusia sendiri dan memberikan
dari ruang waktu filsafat serta sejarah. keterangan tentang bagaimana munculnya
Mudahnya, filsafat sejarah sejatinya adalah
satu kata (yang tidak ada padanan terma 5 Dalam perkembangannya antara filsafat
dalam istilah keilmuan) sehingga secara sejarah dan teori sejarah memiliki perbedaan namun
etimologis yang berarti asal (per) kata, maka perbedaan itu masih sulit untuk diidentifikasi. Dalam
dengan itu filsafat sejarah tidak memiliki konteks ini, penggunaan istilah filsafat sejarah lebih
“aman” untuk digunakan agar menghindari diskursus
kedudukan dari pengertian secara
wacana dalam teori sejarah yang menghasilkan
etimologis. kalangan yang antiteori dalam sejarah dan yang
Apabila ditilik dari asal mula mendukung adanya teori dalam sejarah. Terkait teori
penggunaan istilahnya, ahli yang mula- sejarah dapat lihat, (Supardan, 2009: 354-357).
mula menggunakan istilah filsafat sejarah 6 Dapat lihat, (Muchsin, 2002: 15-30). Dapat

adalah Voltaire. Mula-mula Voltaire lihat juga, (Miskawi, 2012: 9-10).


7 Secara sederhana filsafat sejarah berarti
menggunakannya dalam kata pengantar
karyanya yang berjudul Essay sur les moerre pembahasan sejarah dalam kerangka filosofis-
sistematis-kritis.

3
Arditya Prayogi. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah

suatu Negara, bagaimana proses memadukan di antara hal-hal yang tidak


perkembangan kebudayaannya samapai dapat dipersatukan (Muchsin, 2002: 29-30).
mencapai puncak kejayaannya dan Dari banyak pengertian yang telah
akhirnya mengalami kemunduran seperti disampaikan, dapat disimpulkan bahwa
pernah dialami oleh Negara-negara atas filsafat sejarah adalah upaya pengkajian dan
pada zaman yang lalu disertai peran penelaahan peristiwa-peristiwa sejarah
pemimpin terkenal sebagai subjek pembuat dengan mempertimbangkan kebenaran dan
sejarah pada zamannya (Tamburaka, 1999: kepalsuannya. Namun perlu dicatat, bahwa
130). Filsafat Sejarah, yang dikemukakan penggunaan atau pemakaian istilah filsafat
oleh Zainab al-Khudairi, menyatakan 'sejarah', hendaknya tidak semata diartikan
bahwa filsafat sejarah adalah tinjauan bahwa filsafat sejarah hanya berhubungan
terhadap peristiwa-peristiwa historis secara dengan masa lampau. Sebaliknya, filsafat
filosofis untuk mengetahui faktor-faktor sejarah merupakan telaah tentang arus
essensial yang mengendalikan perjalanan menerus yang berasal dari masa lampau
peristiwa-peristiwa historis itu, untuk dan terus mengalir menuju masa
kemudian mengikhtisarkan hukum-hukum mendatang. Waktu, dalam menelaah tipe
umum yang tetap, yang mengarahkan masalah ini, tidak boleh dianggap hanya
perkembangan berbagai bangsa dan negara sebagai suatu bejana (yang diisi oleh
dalam berbagai masa dan generasi (Al kenyataan sejarah), tetapi harus pula
Khudairi, 1987: 54). dipandang sebagai salah satu dimensi
Menurut Murtadha Muthahari, filsafat kenyataan ini (Tim Penulis, 2006: 74-75).
sejarah (tarikh falsafi), yaitu pengetahuan Penegasan ini semakin memperjelas bahwa
tentang perubahan-perubahan bertahap filsafat sejarah akan memandang peristiwa
yang membawa masyarakat dari satu tahap sejarah dengan kacamata yang berbeda dari
ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum filsafat dan sejarah itu sendiri. Filsafat
yang menguasai perubahan-perubahan ini. sejarah berarti bagaimana melihat suatu
Dengan kata lain, ia adalah ilmu tentang peristiwa sejarah dalam pandangan
menjadi masyarakat, bukan tentang filosofis. Pandangan ini mensyaratkan akan
mewujudnya saja dan filsafat sejarah, adanya sikap kritis dalam menilai
sebagaimana sejarah ilmiah, membahas kebenaran suatu peristiwa sejarah yang
yang umum, bukan yang khusus. Filsafat mengakibatkan adanya masa sekarang dan
sejarah bersifat rasional ('aqli), bukan akan datang.
tradisional (naqli) (Basit, 2008: 4). Sedangkan
menurut guru besar sejarah UGM, Sartono Ruang Lingkup dan Tujuan Filsafat
Kartodirdjo, filsafat sejarah adalah salah Sejarah
satu bagian filsafat yang berusaha Ruang lingkup secara sederhana berarti
memberikan jawaban terhadap pertanyaan batasan. Telah disampaikan sebelumnya
mengenai makna suatu proses peristiwa bahwa filsafat memiliki ruang lingkup yang
sejarah. Manusia berbeda, tidak puas luas dalam kajiannya. Ia tidak memiliki
dengan pengetahuan sejarah, dicarinya batasan dan dapat masuk ke dalam berbagai
makna yang menguasai kejadian-kejadian disiplin ilmu. Sedang sejarah memiliki
sejarah. Dicarinya hubungan antara fakta- batasan, baik temporal maupun spasial
fakta dan sampai kepada asal dan yang melibatkan manusia dalam suatu
tujuannya. Kekuatan apakah yang peristiwa di masa lampau. Filsafat sejarah
menggerakkan sejarah ke arah tujuannya? sebagai sebuah kajian ilmu yang mandiri,
Bagaimana berakhirnya suatu proses juga memiliki ruang lingkup, yang jelas
sejarah? (Kartodirjo, 1990: 79). Menurut W. berbeda dari sejarah maupun filsafat.
H. Wals dalam bukunya An Introduction to Sejarah dalam kerangka filosofis adalah
Philosophy of History misalnya, sejarah dalam pengertian sebagai filsafat
mendefinisikan filsafat sejarah sebagai sejarah. Filsafat sejarah mengandung dua
suatu kajian yang mendalam mengenai ruang lingkup. Pertama, sejarah yang
sejarah, sehingga dapat diketahui segala berusaha untuk memastikan suatu tujuan
yang berkaitan dengan sejarah tersebut. umum yang mengurus dan menguasai
Sedangkan menurut Hegel menyebutkan semua kejadian dan seluruh jalannya
filsafat sejarah berpangkal pada abstraksi- sejarah. Ruang lingkup ini juga berusaha
abstraksi yang menuju pada kenyataan mengetahui dengan pasti faktor-faktor yang
historis yang konkret. Sementara Jacob menguasai kejadian dan peristiwa sejarah
Burckhat memaknakan filsafat sejarah dan usaha dalam ruang lingkup ini sudah
semacam “mahluk banci” yang mampu dijalankan berabad-abad lamanya. Kedua,

4
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni 2022): 1-10.

sejarah yang bertujuan untuk menguji serta membahas mengenai 2 ruang lingkup
menghargai metode ilmu sejarah serta dalam memahami sejarah, yakni filsafat
kepastian dan penilaian dari hasil analisis sejarah kritis dan filsafat sejarah spekulatif.
dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu Sedangkan filsafat sejarah juga memiliki
karya sejarah (Tamburaka, 1999: 144). tujuan khusus berbeda dengan sejarah atau
Dalam kajian-kajian modern, filsafat ilmu sejarah. Tujuan filsafat sejarah adalah
sejarah menjadi suatu tema yang untuk menemukan dasar-dasar nilai dalam
mengandung dua segi yang berbeda dari peristiwa sekaligus meneliti peluang
kajian tentang sejarah. Segi yang pertama kebenaran dan kesalahan dalam metodologi
berkenaan dengan kajian metodologi ilmu sejarah. Filsafat sejarah bertujuan
penelitian ilmu ini dari tujuan filosofis. antara lain: a. Menyelidiki sebab-sebab
Ringkasnya, dalam segi ini terkandung terakhir peristiwa sejarah agar dapat
pengujian yang kritis atas metode diungkap hakikat dan makna terdalamnya;
sejarawan. Pengujian yang kritis ini b. Memberikan jawaban atas pertanyaan,
termasuk dalam bidang kegiatan analitis “kemanakah arah sejarah”, serta
dari filsafat, yakni kegiatan yang mewarnai menyelidiki semua sebab timbulnya
pemikiran filosofis pada zaman modern perkembangan segala sesuatu; c.
dengan cara khususnya, di mana si pemikir Membentuk visi sejarah seseorang agar
menaruh perhatian untuk menganalisis apa menjadi luas dan mendalam; d. Membentuk
yang bisa disebut dengan sarana-sarana pikiran sejarah seseorang agar menjadi
intelektual manusia. Ia mempelajari tabiat analitis, kronologis dan arif-bijaksana; e.
pemikiran, hukum-hukum logika, Membentuk dan menyusun isi, hakikat dan
keserasian dan hubungan-hubungan antara makna sejarah, sehingga mampu menyusun
pikiran-pikiran manusia dengan kenyataan, pandangan Dunia untuk filsafat sejarah
tabiat, realitas, dan kelayakan metode yang Dunia atau pandangan nasional untuk
dipergunakan dalam mengantarkan pada filsafat sejarah Nasional Indonesia
pengetahuan yang benar. Dari segi yang (Tamburaka, 1999: 142-143).
lain, filsafat sejarah berupaya menemukan
komposisi setiap ilmu pengetahuan dan Filsafat Sejarah Kritis/Analitis
pengalaman umum manusia. Di sini Secara istilah, filsafat sejarah itu sendiri
perhatian lebih diarahkan pada kesimpulan bukan berarti penggabungan dua arti secara
dan bukannya pada penelitian tentang etimologis, yaitu kata filsafat dan sejarah,
metode atau sarana-sarana yang digunakan tetapi lebih dari itu, sebagai pembahasan
seperti yang digunakan dalam metode.8 satu disiplin. Namun jika menggabungkan
Pada akhirnya, filsafat sejarah akan sejarah dengan bidang kajian filsafat maka
akan menghasilkan kajian filsafat sejarah
8 Untuk mendapatkan ruang lingkup sejarah yang berakar berbeda dan memiliki konsep
juga harus memerhatikan pengertian sejarah dimana dan problem masing-masing.9 Seperti
sejarah kadang-kadang diartikan sebagai peristiwa- filsafat sejarah kritis yang merupakan
peristiwa yang terjadi pada masa lalu (the totality of pokok bahasan dari epistemologi filsafat
past human actions) atau history as past actuality, dan
kadang-kadang diartikan pula dengan penuturan kita
tentang pertistiwa-peristiwa tersebut (the narrative or
account we construct of them now) atau history as record. 9 Pada dasarnya filsafat dibagi menjadi 5
Dua arti dari kata sejarah tersebut penting karena bidang yakni mengenai epistemologi, metafisika, etika,
dengan demikian membuka dua kemugkinan terhadap estetika, dan logika. Kajian filsafat sejarah adalah suatu
ruang lingkup atau bidang kajian filsafat sejarah. studi mengenai proses pemikiran filosofis tentang
Pertama, adalah suatu studi dalam bentuk kajian sejarah perjalanan dan perkembangan sejarah itu sendiri.
tradisional, yaitu perjalanan sejarah dan Dalam konteks ini filsafat sejarah mengandung arti studi
perkembangannya dalam pengertian yang aktual. mengenai jalannya peristiwa sejarah, atau studi
Kedua, adalah suatu studi mengenai proses pemikiran terhadap asumsi dan metode yang digunakan para
filosofis tentang perjalanan dan perkembangan sejarah sejarawan. Dalam kaitan dengan filsafat sejarah ini,
itu sendiri. Dalam kasus yang kedua, filsafat sejarah maka filsafat sejarah akan berbicara kaitan sejarah dan
mengandung arti studi mengenai jalannya peristiwa epistemologi yang menjadi filsafat sejarah kritis, yang
sejarah, atau studi terhadap asumsi dan metode para tidak memandang proses sejarah secara menyeluruh,
sejarawan. Ketika seseorang berpikir tentang asumsi melainkan memikirkan masalah pokok penyelidikan
dan metode para sejarawan, maka ketika itu ia sedang sejarah, tentang cara dan metode yang digunakan dalam
bergumul dengan filsafat sejarah kritis atau analitis. menafsirkan sejarah, dan sebagainya. Sedangkan
Dalam kaitan dengan filsafat sejarah ini, secara sejarah dan metafisika yang menjadi filsafat sejarah
sederhana, maka filsafat sejarah akan membagi ruang spekulatif/kontemplatif, berbicara mengenai sejarah
lingkupnya ke dalam filsafat sejarah kritis dan spekulatif. secara luas untuk memaknai tujuan dan maksud sejarah
(Basit, 2008: 4-5). itu sendiri. (Rapar, 1996: 84-87).

5
Arditya Prayogi. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah

yang bergabung dengan sejarah.10 Dalam pandangan filsafat sejarah kritis


Pandangan filsafat sejarah kritis akan timbul keinginan agar muncul logika
membicarakan mengenai terjemah atau interpretasi-interpretasi yang dipandang
intepretasi dalam sejarah serta masalah diterima dalam kajian sejarah untuk tunduk
objektivitasnya. Filsafat sejarah kritis akan di bawah hukum-hukum yang bersifat
berbicara tafsiran atas peristiwa sejarah umum seperti halnya yang ada dalam
yang dialami oleh manusia sebagai penelitian-penelitian ilmu-ilmu alam
pelakunya. Dalam membaca tafsiran atas (fisika). Dengan kata lain, muncul
suatu peristiwa sejarah, filsafat sejarah kritis pertanyaan apakah metode ilmu-ilmu fisika
akan dibangun dengan pondasi bahwa bisa diterapkan atas sejarah, sehingga kita
intepretasi atau tafsiran sejarah akan bisa mengaitkan secara kausalitas antara
mengikuti tafsiran logis/fisik tanpa realitas-realitas sejarah dan akibat-akibatnya
melibatkan keberadaaan hal gaib/metafisik. dengan segala keharusan dan keperluan
Filsafat sejarah kritis merupakan sikap yang terkandung dalam ide kausalitas.
kritis dan skeptis atas peristiwa sejarah, Muncul pendapat yang ingin memastikan
konsep-konsep sejarah, teori-teori sejarah, bahwa segala peristiwa yang terjadi dalam
dan penulisan sejarah yang penuh sejarah bisa diramalkan, apabila kita
subyektivitas. Filsafat sejarah kritis memperhatikan segala kondisi yang
mengajak agar tidak mudah untuk mendahuluinya dan meliputinya. Sebab
mempercayai begitu saja pemahaman kausalitas logis yang dipergunakankan
sejarah orang lain yang dengan begitu ilmu dalam menginterpretasikan sejarah mampu
sejarah akan terus berkembang. Filsafat memberikan hukum-hukum umum yang
sejarah kritis berusaha memberikan memungkinkan untuk meramalkan apa
jawaban serta menjelaskan kelogisan akan yang akan terjadi pada masa depan.
eksplanasi yang disampaikan oleh para Ramalan rasional demikian ini, tentang apa
sejarawan serta apakah narasi sejarah yang mungkin terjadi di bawah kondisi-
memiliki validitas objektif (Rapar, 1996: 85). kondisi tertentu dalam saat historis tertentu,
Untuk menjawabnya, maka harus dijelaskan tidak mungkin terjadi kecuali dengan
secara logis akan permasalahan pokok yang pengasumsian adanya hukum-hukum
ada dalam suatu eksplanasi sejarah, seperti umum yang mengendalikan sejarah dan
tujuan-tujuan penyelidikan sejarah, cara- patut untuk diterapkan. Hukum-hukum itu
cara sejarawan menggambarkan dan sendiri tidak mungkin dicapai kecuali
mengklasifikasikan bahan mereka, cara dengan kajian eksperimental. Kemunculan
mereka sampai pada menyokong positivisme12 ingin menguatkan bahwa
penjelasan-penjelasan dan hipotesa- sejarah haruslah memiliki ketetapan hukum
hipotesa, anggapan-anggapan dan prinsip- yang berdasarkan dari sumber-sumber
prinsip yang menggarisbawahi tata cara nyata dan memang memiliki fakta empiris.
penyelidikan mereka dan hubungan antara Aliran ini menginginkan para sejarawan
sejarah dan bentuk-bentuk penyelidikan untuk meneliti dan menemukan hukum-
lain.11 hukum sejarah itu seperti halnya apa yang
telah dilakukan para ahli fisika dalam
10 Filsafat sejarah pada akhirnya merupakan menemukan hukum-hukum gerak benda-
cabang dari filsafat dan bukan cabang dari (ilmu) benda fisik dan astronomi sehingga
sejarah. Dikatakan oleh Ibn Khaldun bahwa dalam
peristiwa-peristiwa historis pun menjadi
hakekat sejarah, terkandung pengertian observasi
(nadzar), usaha untuk mencari kebenaran (tahqiq), dan
sepenuhnya bercorak ilmiah dan
keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal ditegakkan di atas landasan-landasan yang
benda maujudi, serta pengertian dan pengetahuan dikendalikan oleh hukum ilmiah (Muhsin
tentang substansi, essensi, dan sebab-sebab terjadinya Z, 2007: 4-7). Selain soal penafsiran logis
peristiwa. Filsafat sejarah membicarakan “ada” sebagai dengan berbagai metodenya atas suatu
sejarah. Pertanyaan yang dapat dikemukakan dalam peristiwa historis, ruang lingkup dalam
filsafat sejarah adalah struktur mendasar atau esensi
dasar apa yang menyebabkan sejarah (masa lampau) itu
menjadi ada atau hal-hal mendasar apa yang sejarah yang memberikan penjelasan sejarah yang
menyebabkan sesuatu itu terjadi atau berubah. Filsafat bertujuan untuk memperjelas suatu peristiwa yang
sejarah membicarakan hakekat sejarah atau esensi terjadi pada masa lampau sehingga dapat dipahami
dasar sejarah. Dengan demikian, sejarah benar-benar secara keseluruhan. Penjelasan dilakukan dengan
terhujam berakar dalam filsafat, dan patut dianggap berdasarkan pola yang logis dan dapat dicerna oleh akal.
sebagai salah satu cabang filsafat. (Tim Penulis, 2006: Lebih jauh, lihat (Kartodirdjo, 1990).
77). 12 Positivisme merupakan aliran filsafat yang

11 Filsafat sejarah kritis sering disebut berpangkal pada sesuatu yang pasti faktual nyata dari
metodologi sejarah/pendekatan ilmu sosial dalam apa yang diketahui dan berdasarkan data empiris.

6
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni 2022): 1-10.

filsafat sejarah kritis adalah kedudukan para maka kita bisa sampai pada realitas itu
penafsir itu sendiri yang tidak sendiri, atau dengan kata lain, realitas
memungkinkan untuk menjadi mutlak membukakan dirinya (objektif). Untuk
netral. Netralitas penuh dalam pengkajian mengenal anasir-anasir dari/penyebab
sejarah merupakan hal yang sulit untuk bisa sumber-sumber distorsi diperlukan proses
direalisasikan. Sebab pengetahuan historis, mengenali dirinya bahwa subjektivitas
seperti halnya pengetahuan-pengetahuan merupakan jalan masuk objektivitas,
kemanusiaan lainnya, mengalihkan kedalaman kemerdekaan (untuk menerima
masukan-masukan langsung pada suatu atau menolak sesuatu, "apakah saya diikat
bahasa lain serta menundukkannya pada oleh sesuatu, sehingga bisa mengatakan
bentuk-bentuknya, kategori-kategorinya, sesuatu sebagaimana semestinya,
dan tuntutan-tuntutan khususnya. Dengan sebagaimana adanya"), serta kedalaman
begitu maka akan muncul teori relativitas ‘kritik diri’ (apakah saya tidak berbohong,
dalam sejarah. memutar balikkan kenyataan yang ada,
Filsafat sejarah kritis didasarkan kepada apakah dia tahu betul apa yang dihadapi,
obyek penelitian bagaimana masa silam itu apakah reserve tidak perlu dibuat, dan
dijelaskan. Seorang filsuf sejarah meneliti sebagainya). Juga dibutuhkan penyesuaian
sarana-sarana (seperti metodologi, pada penentuan-penentuan objek (objek
pendekatan, metode, prosedur, aturan, tertentu hanya dapat dijumpai dengan
kaidah, dan sebagainya) yang digunakan semestinya bila menggunakan metode
oleh ahli sejarah di dalam menjelaskan masa tertentu). Oleh karenanya, kebenaran
silam dengan cara yang dapat sejarah itu bukan karena ditetapkan sebagai
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. sejarah dalam berbagai kesempatannya,
Filsafat sejarah kritis sering pula dinamakan tetapi karena ia memang benar memiliki
filsafat sejarah analitis. Dalam konteks ini, bukti objektif yang kebenarannya dilalui
filsafat sejarah kritis (dianggap) lebih bagus melalui sebuah metode ilmu dan fakta
dalam pengkajian sejarah karena sejarah sendiri.
memaparkan atau mengisahkan peristiwa
masa silam dengan cara yang dapat Filsafat Sejarah
dipertanggungjawabkan. Filsafat sejarah Spekulatif/Kontemplatif
kritis membahas tentang kebenaran sumber Filsafat sejarah spekulatif (sering juga
atau sarana-sarana. Persoalan yang disebut filsafat sejarah kontemplatif)
dihadapinya adalah tentang penjelasan merupakan suatu perenungan filsafati
sejarah atau pada khususnya masalah mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak
penyebab atau sebab-akibat. Sejarah sejarah, sehingga diketahui srtruktur-dalam
mengkaji cara-cara tertentu yang digunakan yang terkandung dalam proses gerak
untuk menjelaskan suatu masalah, seperti sejarah dalam keseluruhannya. Filsafat
sebab jangka panjang dan jangka pendek, sejarah spekulatif lebih dekat dengan sifat
sedangkan sejarah kritis menjelaskan metafisis, penuh ketidakpastian, dan ini
masalah bentuk-bentuk penjelasan dalam memunculkan sikap kritis oleh para
berbagai unsurnya, baik bersifat ahli/sejarawan. Apabila sejarah bersifat
determinisme maupun indeterminisme. metafisis bagaimana cara kita untuk dapat
Filsafat sejarah kritis meletakkan posisi mempercayai dan membuktikan kebenaran
strategis, sejauh mana kita dapat sejarah yang diterangkan atas konsepsi ini
memperoleh pengetahuan yang benar filsafat sejarah spekulatif berusaha untuk
mengenai masa silam dan bagaimana sifat menemukan suatu struktur dasar dalam
pengetahuan itu. Kaitan filsafat sejarah keseluruhan arus sejarah dan tidak puas
kritis dengan pengkajian sejarah sama hanya pada penggambaran keadaan masa
dengan filsafat ilmu dan ilmu. Keduanya silam, sehingga pencarian terhadap suatu
meneliti secara filosofis/filsafati bagaimana struktur dalam yang tersembunyi dalam
proses pengumpulan ilmu pengetahuan proses sejarah tersebut dilakukan secara
terjadi dan bagaimana proses itu dapat lebih mendalam. Tiga hal yang manjadi
dibenarkan dari sudut pandang keilmuwan. pusat perhatian filsafat sejarah spekulatif
Pun demikian, berdasar penjelasan di atas, yaitu pola dalam proses sejarah, motor
maka jelas perbedaan pendapat akan sangat penggerak sejarah, dan tujuan peristiwa
marak disini, sebab titik pandang filosofis sejarah. Dari pandangan ini kemudian
seorang sejarawan akan sangat menentukan muncullah teori tentang pola gerak sejarah,
hasil yang dicapainya, juga dalam motor yang menggerakkan proses sejarah,
pembacaan teks-teks sejarahnya. Dengan ini

7
Arditya Prayogi. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah

dan tujuan gerak sejarah (Muhsin Z, 2007: 3- menjawab pertanyaan-pertanyaan ini


4).13 sejarawan dapat membuat “ramalan-
Seorang filsuf sejarah spekulatif ramalan” mengenai perkembangan
memandang arus atau proses sejarah masyarakat di hari depan. Namun perlu
faktual dalam keseluruhannya dan juga diingat bahwa prinsip yang digunakan
berusaha untuk menemukan suatu struktur (filsuf) filsafat sejarah spekulatif untuk
dasar di dalam proses sejarah itu. Filsafat menafsirkan proses sejarah sangat
sejarah spekulatif mencari suatu struktur bervariatif. Ada yang mendasarkan tafsiran
dalam yang tersembunyi tetapi ada di mereka atas dasar pertimbangan empiris,
dalam proses historis yang menjelaskan metafisis, juga religious. Karena prinsip
mengapa sejarah berlangsung demikian. yang digunakan berbeda, tentu saja hasil
Proses sejarah dalam tinjauan spekulatif tafsiran yang akan muncul menjadi berbeda
tidak saja membicarakan segala sesuatu dan bervariasi (Rapar, 1996: 84-85). Hal ini
yang sampai pada sekarang ini, melainkan kemudian menghasilkan aliran/mazhab
apa yang masih akan terjadi. Hal ini berarti juga teori dalam sejarah.
filsafat sejarah spekulatif membahas Dalam filsafat sejarah spekulatif terdapat
masalah prediksi, masalah masa permasalahan bahwa kebenaran sejarah
depan. Filsafat spekulatif sejarah kemudian spekulatif tidak dapat dipastikan, walaupun
berusaha menemukan dalam rangkaian sebenarnya bukan hanya ilmu sejarah yang
peristiwa dan tindakan manusia di masa kebenarannya tidak bersifat mutlak, hampir
lampau suatu pola, struktur, tema atau semua ilmu sosial kebenarannya tidak
makna yang melampaui bidang sejarah, bersifat mutlak atau dapat dicapai namun
yang memunculkan pertanyaan seperti “apa sangat sulit. Hal ini dikarenakan kebenaran
arti (hakikat, makna, tujuan) sejarah?” atau tersebut masih terus digali, sehingga jika
“apa yang sebenarnya menggerakkan ditemukan kebenaran baru yang lebih
proses sejarah?”, serta “apa tujuan akhir mendekati kebenaran yang mutlak, maka
dari proses sejarah?”. Dengan dapat kebenaran yang ada pada kebenaran
sebelumnya dianggap musnah. Sistem
13 Umumnya terdapat tiga hal yang menjadi
spekulatif tidak begitu saja dapat divonis
kajian filsafat sejarah spekulatif, yaitu pola gerak benar atau salah, pasti atau tidak, dan lain
sejarah, motor yang menggerakkan proses sejarah, dan sebagainya seperti yang dilakukan dalam
tujuan gerak sejarah. Melalui tiga hal ini, lebih-lebih penafsiran-penafsiran sejarah. Karena
untuk hal yang ketiga, sistem-sistem sejarah spekulatif dalam filsafat sejarah spekulatif dapat
tidak hanya berbeda dengan pengkajian sejarah “biasa” diajukan alasan-alasan pro dan kontra,
karena secara khusus meneropong masa depan, juga, sehingga filsafat ini lebih kepada masalah
dalam pengungkapannya mengenai masa silam, cara
pro ataukah kontra terhadap filsafat sejarah
kerja seorang filsuf sejarah spekulatif berbeda dengan
cara kerja seorang peneliti sejarah yang “biasa”. Apa
ini. Filsafat sejarah spekulatif yang bersifat
yang ditemukan dan diungkapkan oleh seorang peneliti metafisis juga semakin menjadikannya tidak
sejarah “biasa”, bagi seorang filsof sejarah spekulatif dapat dipastikan kebenarannya. Kebenaran
baru merupakan titik permulaan. Bila seorang filsuf dalam sebuah sistem metafisika tidak dapat
sejarah spekulatif sudah maklum bagaimana proses dipastikan. Namun menurut para filsuf,
sejarah terjadi (di sini seorang peneliti sejarah “biasa” metafisik ini sangat penting bagi sejarah,
berhenti), maka ia ingin menemukan suatu arti atau karena untuk menentukan seberapa besar
kecenderungan lebih dalam di dalam proses ini. Sering
pengaruh orang terhadap kejadian tersebut
kita merasa tidak puas dengan sebuah pemaparan dan
penjelasan mengenai proses sejarah seperti yang
ataupun bagaimana bila kejadian tersebut
terjadi, kita juga ingin memberikan suatu arti kepada tidak terjadi, seorang sejarawan harus
masa silam itu, sehingga aktivitas manusia pada masa menggunakan sebuah metafisik. Dalam
silam itu memperoleh suatu makna. Selanjutnya, Filsafat setiap ilmu berbicara mengenai kebenaran
sejarah spekulatif pun menaruh perhatian terhadap yang dapat di cek kebenarannya, namun
pembahasan untuk membatasi pola-pola gerak yang tidak bagi filsafat sejarah spekulatif karena
diikuti sejarah dalam perjalanannya dan meneliti filsafat sejarah spekulatif sangat melekat
tentang faktor-faktor yang membuat timbulnya suatu
sifat metafisik sehingga ini perlu dijadikan
pola tertentu dalam gerak sejarah. Langkah ini
dilakukan lewat penyingkapan hukum-hukum umum
kritikan kepada filsafat sejarah spekulatif.
yang mendominasi gerak itu, di samping perhatian para Pada akhirnya hal ini menjadikan sejarah
pengkaji itu untuk menemukan makna gerak itu. spekulatif menjadi tidak ilmiah. Gambaran
Terkadang ada yang berpendapat bahwa makna gerak awal yang kita dapat gambarkan mengenai
itu berkembang ke arah kebebasan, keadilan, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan
perealisasian kehendak tuhan, kemajuan ke arah yang saling berkaitan secara sistematis dan
penegakan kehendak manusia, dan sebagainya. (Muhsin disusun secara rapi, memiliki hukum yang
Z, 2007: 3-5).

8
SINDANG: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah, Vol. 4, No. 1 (Januari-Juni 2022): 1-10.

bersifat universal. Selain itu pengetahuan sebagai seorang sejarawan professional,


ilmiah tidak dapat menerima spekulasi- bukan sejarawan amatiran, mau tidak mau
spekulasi tentang sejarah, karena spekulasi menganut beberapa pendapat yang
itu masih tidak menentu dan tidak dapat mengakar pada filsafat sejarah. Filsafat
dipastikan kebenarannya. Namun bagi para sejarah penting -jika tidak disebut mutlak-
filsuf sejarah spekulatif, mereka yakin dipahami para peminat kajian (ilmu) sejarah
bahwa spekulasi-spekulasi sejarah dapat dan sejarawan agar memahami peristiwa
memberikan kepastian-kepastian yang secara komprehensif. Hal ini yang
obeyektif dengan cara mencari pola-pola diinginkan bahwa tiap peristiwa sejarah
dalam sejarah dan menjadi juru peramal sesungguh terjadi tidak hanya
mengenai masa depan. Seorang filsuf dilatarbelakangi oleh satu faktor saja
sejarah spekulatif, menyatakan bahwa dengan tujuan utama menjadikan sejarah
melalui pretensi ilmiah dalam sistem-sistem sebagai ilmu yang objektif (dengan
spekulatif mereka seolah-olah dapat meminimalisir unsur subjektif). Sejauh itu
meramal masa depan dengan cara seperti maka, pandangan filosofis dalam sejarah
yang telah dijelaskan. Kita juga tidak boleh menjadikan sejarah haruslah menjadi
melupakan unsur pada sejarah yang tidak sebuah ilmu yang empiris dengan
sama dengan pengetahuan yang lain, melibatkan berbagai indikator yang dibuat
misalnya unik, individual, tersendiri, yang dalam pendekatan filsafat positivisme. Pada
lazimnya disebut idiografik. akhirnya, -hemat penulis- ilmu sejarah
masihlah terikat dengan pandangan positif,
D.Kesimpulan di mana metafisika tidak diberikan ruang
Dari artikel ini dapat disimpulkan didalamnya, walau dewasa ini bangunan
beberapa hal. Pertama walau masih sejarah ala positivisme ini mulai coba
digolongkan ke dalam ranting dalam dipertanyakan dalam filsafat postmodern
filsafat, namun filsafat sejarah merupakan dan pendekatan dekonstruksi dalam
suatu kajian (ilmu) yang berdiri sendiri, sejarah.
yang memiliki definisi dan ruang lingkup
yang berbeda dari kajian filsafat serta Daftar Referensi
sejarah. Dalam artian yang sederhana, Al Khudairi, Zainab. (1987). Filsafat
filsafat sejarah merupakan pandangan Sejarah Ibn Khaldun, (terj: Ahmad Rofi
filosofis-kritis-analitis-sistematis terhadap Utsmani). Bandung: Pustaka.
peristiwa sejarah. Kedua, filsafat sejarah Basit, Abdul. Filsafat Sejarah Menurut
memiliki dua ruang lingkup, di mana
Murtadha Muthahari. Jurnal Ibda`, Vol.
lingkup pertama bahwa filsafat sejarah
6, No. 1, Januari-Juni (2008).
secara tradisional yang hanya melihat apa
yang ada di balik sebuah peristiwa sejarah. Gottschalk, Louis. (1975). Mengerti
Lingkup ini lebih kemudian dikenal dengan Sejarah, (terj: Nugroho Notosusanto).
lingkup filsafat sejarah Jakarta: UI Press.
spekulatif/kontemplatif. Lingkup kedua Kartodirdjo, Sartono. (1989). Pendekatan
berkembang menjadi lingkup kajian Ilmu-Ilmu Sosial dalam Metodologi
modern, di mana filsafat sejarah ingin Sejarah. Jakarta: Gramedia.
melihat metode dan metodologi yang Kartodirdjo, Sartono. (1990). Ungkapan-
digunakan dalam membangun sebuah Ungkapan Filsafat Sejarah Barat dan
karya sejarah. Lingkup kedua ini kemudian Timur: Penjelasan Berdasarkan
dikenal dengan filsafat sejarah kritis. Ketiga, Kesadaran Sejarah. Jakarta: Gramedia.
filsafat sejarah diperlukan agar dapat
Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah.
mengapresiasi pengkajian sejarah masa kini
Yogyakarta: UGM Press.
dengan lebih bermakna dan memuaskan.
Kajian tentang sejarah akan lebih tuntas, Kuntowijoyo. (2010). Pengantar Ilmu
menarik, dan bermakna bagi kehidupan Sejarah. Yogyakarta: Bentang.
manusia di hari ini dan esok jika unsur- Miskawi. (2012). Filsafat Sejarah dan
unsur dasarnya bisa ditemukan. Seorang Sejarah Filsafat. Diktat Kuliah FKIP
peneliti sejarah yang mengetahui dan Universitas 17 Agustus 1945
memahami filsafat sejarah akan mampu Banyuwangi.
menemukan struktur dasar (hakekat) di Muchsin, Misri A. (2002). Filsafat Sejarah
dalam penjelasan (eksplanasi) sejarah. dalam Islam. Yogyakarta: Ar-ruzz
Karena itu setiap sejarawan yang dengan Press.
sungguh-sungguh menekuni profesinya

9
Arditya Prayogi. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah dalam Kajian Sejarah

Muhsin Z, Mumuh. (2007). Filsafat


Sejarah Kritik. Diktat Kuliah Jurusan
Sejarah Universitas Padjadjaran
Bandung.
Muhsin Z, Mumuh. (2007). Filsafat
Sejarah Spekulatif. Diktat Kuliah
Jurusan Sejarah Universitas
Padjadjaran Bandung.
Muhsin Z, Mumuh. (2007). Gerak Sejarah.
Diktat Kuliah Jurusan Sejarah
Universitas Padjadjaran Bandung.
Rapar, Jan Hendrik. (1996). Pengantar
Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Semiawan, Conny, et al. (2007).
Panorama Filsafat Ilmu, Landasan
Perkembangan Ilmu Sepanjang Jaman.
Jakarta: Teraju.
Suriasumantri, Jujun S. (2001). Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Supardan, Dadang. (2009). Pengantar
Ilmu Sosial : Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara
Suryanegara, Ahmad Mansur. (1995).
Menemukan Sejarah. Bandung: Mizan.
Tamburaka, Rustam E. (1999). Pengantar
Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,
Sejarah Filsafat, dan Iptek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tim Penulis. (2006). Pengertian Filsafat
Sejarah. Diktat Kuliah FKIP Jurusan
Pendidikan Sejarah Universitas
Negeri Yogyakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai