Oleh:
Martanty Aditya
Universitas Ma Chung
2018
Peran Farmasi Klinis
Indonesia sendiri melalui SK Menkes No 436 tahun 1993, mendefinisikan secara lebih spesifik
pelayanan farmasi klinis yang meliputi:
§ Melakukan konseling
§ Monitoring efek samping obat
§ Pencampuran obat suntik dengan teknik aseptic
§ Menganalisis efektivitas biaya
§ Penentuan kadar obat dalam darah
§ Penanganan obat sitostatika
§ Penyiapan total parentral nutrisi
§ Pemantauan penggunaan obat (monitoring efektivitas terapi dan efek samping obat)
§ Pengkajian penggunaan obat (lembar DRP – permasalahan terkait obat)
Farmasi klinis
Farmasi klinis terdiri dari sekumpulan fungsi mempromosikan keamanan, efektivitas dan penggunaan
ekonomik dari obat-obatan untuk pasien secara individu. Proses farmasi klinis membutuhkan aplikasi
aplikasi spesifik pengetahuan farmakologi, farmakokinetik, farmasetika dan terapetik untuk pelayanan
pasien.
Menurut Clinical Resources and Audit Group (1996), memaksimalkan efek obat dan meminimalkan
toksisitas obat pada masing-masing pasien.
Tujuan: memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko dan biaya, menghormati pilihan pasien
Pelayanan kefarmasian
Sebuah sistem ko-operatif berpusat pada pasien untuk mencapai outcome spesifik dan positif dari
sebuah kebijakan yang dapat dipertanggungjawabkan tentang pengobatan. farmasi klinik praktis adalah
komponen penting dalam menyampaikan layanan kesehatan.
Ketika target terapi dari pengobatan tidak tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan identifikasi
tentang masalah yang mungkin terjadi dalam pengobatan (DRP). Hal ini menjadi penting karena dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Pada penelitian prospektif sampai dengan 28% kecelakaan
dan kedaruratan dihubungkan dengan pengobatan dimana 70% diantaranya dapat dicegah dan yang
paling sering disebabkan ketidakpatuhan dan peresepan yang tidak tepat serta monitoring.
Pelayanan kefarmasian yang berfokus pada pasien diharapkan dapat mengidentifikasi, mencegah atau
memberikan rekomendasi pada kejadian DRP.
Proses konsultasi
Konsultasi menjadi bagian yang sangat penting dalam mencapai setiap tahapan Drug Use Process
(DUP) dan disini membutuhkan kemampuan farmasis dalam mengeksplor dan membangun hubungan
dengan pasien. kemampuan farmasis dalam melakukan konseling yang efektif merupakan hal yang
mendasar dalam layanan kefarmasian termasuk di dalamnya untuk meningkatkan kepatuhan. Dibawah
ini merupakan daftar pertanyaan terstruktur yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala dimana
tujuannya adalah untuk meminimalkan kesalahpahaman antara pasien dengan tenaga kesehatan.
Kemampuan tenaga kesehatan untuk membangun hubungan juga menjadi hal yang sangat penting.
Beberapa perilaku yang harus dikembangkan adalah aktif mendengarkan, gunakan pertanyaan terbuka,
menghormati pasien, hindari jargon, berikan rasa empati serta memahami hal yang sifatnya sensitif
1 GENERAL
ception is that health care professionals who possess good fied with the consultation, if their views about illness and
communication skills are also able to consult effectively with treatment have been taken into account and the risks and
patients;
provide thethis relationship
pharmacist with a will
rigid not holdtoifuse
structure there
whenis a failure
to grasp thebenefits
essential of treatmentofdiscussed.
components consultation The mnemonic approach to
tech-
questioning patients about their symptoms but, although consultation
nique. Research into patients'does not address
perceptions adequately
of their illness the complex inter-
useful, serve to make the symptom or disease the focus of and treatment has demonstrated
action that may take that they
place arebetween
more likely a patient and a health
Box
the 1.2 Mnemonics
consultation used
rather than theinpatient.
the pharmacy
A commonconsultation
miscon- process
to adhere to care
their practitioner.
medication regimen, and be more satis-
ception is that health care professionals who possess good fied with the consultation, if their views about illness and
WWHAM
communication skills are also able to consult effectively with treatment have Undertaking
been taken intoaaccount
pharmaceutical
and the risksconsultation
and can be consid-
W
patients; this relationship will not hold if there is a failure ered asdiscussed.
benefits of treatment a series Theof four interlinked
mnemonic approach phases,
to each with a goal
W and not
consultation does set address
of competencies
adequately the(Table
complex 1.4inter-
). These phases follow a
H action that may take place between
problem-solving a patient
pattern, and a health
embrace relevant aspects of adher-
Box 1.2 Mnemonics used in the pharmacy consultation process
A care practitioner.
ence research and attempt to involve the patient at each stage
M
WWHAM Undertaking a pharmaceutical consultation can be consid-
W
in ofthe
ered as a series fourprocess. For
interlinked effective
phases, consultation,
each with a goal the practitioner
WAS METTHOD also needs(Table
and set of competencies to draw
1.4 ). upon
These a range
phases of communication
follow a behav-
HA iours
problem-solving (Boxembrace
pattern, 1.3 ). This approach
relevant aspectsserves
of adher-to integrate the agendas
A ence research of
andbothattempt to involve
M
S patient andthepharmacist.
patient at eachItstage
provides the vehicle for
M in the process. For effective consultation, the practitioner
agreeing on the issues to be addressed and the responsibilities
E METTHOD
AS also needs to draw upon a range of communication behav-
AT iours (Box 1.3accepted by each
). This approach party
serves in achieving
to integrate the desired outcomes.
the agendas
S of both patient The
and ability to consult
pharmacist. It provideswith
the patients
vehicle foris a key process in the
T
M
H delivery
agreeing on the issues toof pharmaceutical
be addressed care and consequently requires
and the responsibilities
E accepted by each partyreview
in achieving
TO regular and the desired outcomes.
development, regardless of experience. To
The ability to consult with patients is a key process in the
TD ensure these core skills are developed, individuals should use
H delivery of pharmaceutical care and consequently requires
O regular reviewtrigger questionsregardless
and development, to prompt reflection
of experience. To on their approach to
ENCORE
D consulting
ensure these core skills are(Box 1.4 ). individuals should use
developed,
E
trigger questions to prompt reflection on their approach to
N
ENCORE
consulting (Box 1.4 ).
C
E
N
C
Box 1.3 Consultation behaviours
Box 1.3 Consultation behaviours
Active listening
O Active listening
O
Avoid jargon
Avoid jargon
R
R
E
E
Penatalaksanaan pengobatan
6 Penatalaksanaan pengobatan meliputi cara pemilihan obat, memperoleh, mengirimkan, meresepkan,
mengadministrasikan dam mereview untuk mengoptimalkan pengobatan dan mengemas informasi
untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam layanan kesehatan (pembuatan – distribusi – pelayanan) .
The evidence for one specific mode of therapy may not be
conclusive. In this circumstance, the pharmacist will need to
call on their understanding of the principles of pharmaceutical
science and on clinical experience to provide the best advice
Clinical pharmacy functions and possible.
knowledge
The following practical steps in the delivery of pharmaceuti-
Indikator proses
cal care penggunaan
are based obat
largely on the DUP. The ‘select regimen’Without background information on the patient's health and
and ‘drug administration’ indicators have been amalgamated social circumstances (Table 1.5 ) it is difficult to establish the
§ Kebutuhan
at step 3. obat, pastikan indikasi tepat untuk setiapexistence
pengobatan dan problem
of, or potential for, MRPs.medik ditujukan
When this information is
untuk efek terapetiknya. Hal yang menjadi penting adalah informasi lengkap pasien yang relevan
Table 1.5 Relevant patient details
Factor Implications
Age
Gender
7
termasuk di dalamnya adalah diagnosa sebelumnya yang telah ditegakkan serta dan diferensial
diagnosa perlu didokumentasikan termasuk riwayat pengobatan sebelumnya dan catatan alergi.
§ Pemilihan obat, pemilihan dan rekomendasi obat yang tepat didasarkan pada kemampuan untuk
mencapai efek terapetik yang maksimal (benefit>>>risk), dengan mempertimbangan variabel dari
pasien, status dan biaya terapi. Dimana seluruh tahapan tersebut telah dilaksanakan pada bagian
yang pertama. Pada tahap selanjutnya adalah menseleksi obat yang digunakan untuk
meminimalkan dan menghindarkan interaksi pasien dengan obat, obat dengan penyakit dan obat
dengan obat.
§ Pemilihan regimen, pemilihan regimen terapi yang tepat untuk mencapai target terapi yang
diinginkan termasuk adalah biaya tanpa mengurangi efektivitas atau menyebabkan toksisitas.
Banyak faktor yang memengaruhi aksi setempat termasuk di dalamnya adalah perhitungan dosis
yang tepat dan pemilihan cara/rute pemberian yang tepat
§ Penyediaan obat, fasilitas dispensing dan proses penyediaan jadi obat dapat dipersiapkan secara
adekuat, dibagikan dalam kemasan yang sesuai dan diberikan kepada pasien pada waktu yang
tepat. Termasuk didalamnya adalah menghindari kesalahan pengemasan atau pelabelan serta
instruksi dan pemberian nama pada etiket.
§ Monitor terapi obat, bertujuan untuk mencapai efektivitas atau untuk menentukan dan
mengendalikan efek samping, memodifikasi atau tidak melanjutkan. Monitoring khusus perlu
dilakukan pada obat dengan indeks terapi sempit. Misalnya digoksin, teofilin dan aminoglikosida.
Selain itu pada antikoagulan seperti warfarin dan heparin.
§ Konseling pasien, konseling dan edukasi kepada pasien atau pendampingnya untuk memastikan
penggunaan obat secara tepat. Untuk konseling pertama kali, perlu ditanyakan apa yang sudah
pasien ketahui ataukan mereka memiliki suatu kepercayaan tertentu terhadap penyakit yang sedang
dialami. Berikut adalah pertanyaan dasar yang dapat diajukan:
a. Apakah saudara mengetahui tentang penyakit yang dialami atau pengobatan yang diterima,
apabila iya ceritakan apa yang saudara ketahui tentang penyakit/pengobatan tersebut?
b. Apa yang telah dijelaskan oleh dokter kepada saudara?
c. Sudahkan anda membaca/mencari informasi yang berhubungan dengan penyakit saudara?
Setelah mendapatkan informasi ini, apoteker dapat memberikan informasi tambahan yang perlu
ditambahkan oleh pasien yang belum diperoleh. Selain itu perlu dilakukan pembenaran bila terdapat
kesalahpahaman tentang informasi atau pengetahuan dari pasien. Hal ini perlu dilakukan secara
bijaksana agar tidak menyinggung pasien. Gaya bahasa informasi yang disukai adalah bernada
positif, ramah, membesarkan hati dan membuat pasien lebih tenang, praktis dan mudah dimengerti,
menghargai privasi serta hangat.
Pemberian informasi secara tulisan selain lisan pada awal konseling sebaiknya dilakukan dan
informasi tulisan ini dapat diberikan pada sesi akhir konseling untuk menghindari terpecahnya
konsentrasi.
Selain itu juga perlu diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dan
hindari nada yang menghakimi. Hal ini dapat diketahui dengan menanyakan berapa dosis yang
terlewati?; kapan terakhir mengunjungi layanan kesehatan?; selama tidak mengunjungi apa yang
dirasakan oleh pasien?. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketaatan
misalnya dengan sistem dosis terpantau (MDS), alarm, pengingat lanjutan, penyederhanaan
regimen terapi dan pemberian informasi secara tertulis dan lisan.
Peran seorang farmasis disini adalah sebagai pendamping, maka yang perlu diciptakan adalah
suasana kolaborasi untuk bekerjasama dalam mencapai target terapi.
Informasi yang berhubungan dengan pengobatan
Informasi dasar
a. Nama obat (nama generik dan dagang), dosis dan cara pemberian
b. Bagaiman cara kerja obat
c. Berikan alasan mengapa pemakaian obat perlu dilakukan dengan benar
Cara pakai
a. Berapa banyak obat yang digunakan
b. Seberapa sering obat tersebut digunakan, dan bila memerlukan waktu khusus/tertentu
c. Informasi khusus misalnya diminum sebelu, setelah atau sementara makan atau juga
pengunaan obat harus disertai banyak mengkonsumsi air putih
d. Penyimpanan, misalnya dalam wadah yang sejuk, kering, hindari dari jangkauan anak-anak,
dalam lemari es dan penyimpanan disertai tanggal daluwarsa
Interaksi obat
§ Evaluasi efektivitas, mengevaluasi efektivitas terapi obat pasien dengan meninjau seluruh langkah
dan memastikan setiap langkah sudah tepat.
Studi Kasus 1
Pasien Tn AK usia 42 tahun, MRS (di UGD) tanggal 19 Januari 2019 pkl. 04.30. Beliau dibawa ke
rumah sakit oleh teman kerjanya karena mengalami mual sejak 1 minggu yang lalu namun tidak
muntah. Badan terasa capek dan lemah kemudian nafsu makan menurun dan demam selama 3-4
hari. Diagnosa masuk dari dokter untuk Tn. AK berdasarkan hasil pemeriksaan lab pada saat di
UGD adalah diabetes mellitus (DM) dan investigasi infeksi. Tn AK menderita DM selama 1 tahun.
Tn AK tgl sendiri dan seorang dosen yang mengampu mata kuliah umum. Gaji yang didapatkan
digunakan untuk membiayai hidup dan dan juga kedua orang tuanya yang sudah tidak bekerja lagi.
Tn. AK mendapatkan fasilitas BPJS dari tempat kerja namun jarang digunakan. Ayah Tn. AK
menderita DM selama 12 tahun sedangkan Ibunya menderita hipertensi selama 5 tahun. Setelah
dipotong dengan berbagai keperluan untuk orang tuanya, rata-rata pendapatan Tn AK adalah
150rb/hari. Walaupun telah mengetahui dirinya menderita diabetes mellitus, tidak bisa mengurangi
kebiasaannya yaitu kopi 2 gelas per hari dan rokok 1 bungkus per hari. Namun Tn. AK patuh
terhadap pengobatan yaitu diberikan oleh dokter yaitu metformin 1x500mg pagi hari, dan sejak
menggunakan metformin, Tn AK tidak pernah mengeluhkan gejala apapun.
Setelah hasil pemeriksaan lab pada tanggal 20 Januari 2019 keluar, oleh dokter pasien di diagnose
dengan DM tipe 2, demam tifoid dan dyslipidemia
Catatan perawat:
19-21 Januari 2019:
Pukul 06.00 pasien makan ½ porsi bubur dan masih mengeluhkan mual
Pukul 12.00 pasien hanya makan beberapa suap dan masih mengeluhkan mual
Pukul 16.00 pasien mengeluhkan mual
22 Januari 2019
Pukul 06.00 pasien makan beberapa suap bubur dan masih mengeluhkan mual (tidak ada
perbaikan jika dibandingkan dengan saat pertama kali MRS)
Review dilakukan oleh seorang farmasi klinis tanggal 22 Oktober 2012 pukul 10.00
Langkah pengerjaan
Jika mendapat kasus 1, langkah konkrit yang dilakukan adalah …..
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Langkah 4
Langkah 5