Anda di halaman 1dari 16

KOMUNIKASI APOTEKER DENGAN

TENAGA KESEHATAN LAIN


Dalam bidang kesehatan, praktik koaborasi sangat penting.
Praktik kolaborasi diperlukan untuk :
a. Keselamatan pasien
b. Meningkatkan kepuasan pasien
c. Meningkatkan mutu layanan

Kolaborasi sebagai hubungan kerja yang memiliki tanggung jawab


bersama dalam pemberian asuhan pasien
• Tim adalah sekumpulan individu yang saling bergantung dalam
pekerjaannya, membagi tugas (tanggung jawab), menjadi satu kesatuan
sosial atau sistem tatanan sosial, dan menjalin hubungan dengan organisasi
lainnya. (Promoting Effective Teamwork in Healthcare in Canada)
• Kolaborasi adalah proses yang terkait dengan hubungan dan interaksi antar
tenaga medis profesional (Teamwork in Healthcare: Promoting Effective
Teamwork in Healthcare in Canada). Kolaborasi yang baik dapat
meningkatkan dan menghasilkan kerjasama yang efektif.
• Kerjasama tim adalah interaksi atau hubungan dua atau lebih tenaga medis
profesional yang bekerja secara saling bergantung untuk memberikan
perawatan kepada pasien, berbagi informasi yang dapat menyebabkan
pengambilan keputusan bersama, dan mengetahui kapan kerja sama tim
harus digunakan untuk mengoptimalkan perawatan pasien berpusat
(Canadian Health Services Research Foundation, 2006).
Kolaborasi tim kesehatan?
Merupakan bentuk kerjasama antar profesi kesehatan dengan menggunakan
keterampilan, pengetahuan dan kompetensi komplementernya, dan bekerja
sama untuk memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan
kepercayaan, rasa hormat dan pemahaman tentang kemampuan, dan
pengetahuan satu sama lain.
Melibatkan pembagian peran serta tanggung jawab yang telah disetujui
bersama yang bervariasi sesuai dengan sifat dari kepribadian dan keahlian
tiap individu.
Komunikas kolaboratif mencakup :
a. Diskusi diagnosis pasien
b. Kerjasama manajemen perawatan pasien
c. Pemberian layanan

Faktor dalam praktek kolaborasi :


a. Keterampilan komunikasi yang efektif
b. Saling menghargai
c. Rasa percaya
d. Proses pembuatan keputusan
Manfaat kolaborasi tim kesehatan
• Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan manggabungkan
keahlian profesional (contoh: mengurangi waktu untuk pasien menunggu).
• Meningkatkan keselamatan pasien (patient safety) dan menurunkan kesalahan
medis (medical errors).
• Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
• Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber daya.
• Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
• Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan.
• Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan.
• Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan
profesional sehingga dapat saling menghormati dan bekerja sama.
• Manfaat bagi tim kesehatan dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman.
• Meningkatkan moral dan menurunkan tingkat kelelahan dan kejenuhan tenaga
kesehatan.
Pelayanan di RS merupakan pelayanan multi disiplin sehingga bias
berpotensi terjadinya pelayanan yang tumpang tindih, konfliks
interprofesional dan keterlambatan tindakan.
Dalam pelayanan kesehatan, kesalahan terbesar (70 – 80%) disebabkan
buruknya komnikasi dan pemahaman serta kerjasama tim.
(Susilaningsih 2014)
Komunikasi dalam kolaborasi penting untuk meningkatkan kualitas
layanan dan keselamatan pasien (Arya Reni 2010)
Praktek kolaborasi dapat menurunkan angka komplikasi, lama rawat di
RS, konflik tim kesehatan dan tingkat kematian. ( Femy Fatalina 2015)
PROFESIONALISME APOTEKER
1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun
cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
Biasakan berpendapat sesuai dengan literatur
• Setiap kali seorang apoteker ingin memberikan saran atau
rekomendasi, selalu mengandalkan referensi yang ada seperti
penelitian literatur primer jika perlu. Hal ini menjamin bahwa apa pun
yang apoteker sarankan adalah relevan secara klinis dan didukung
oleh referensi.
• Jika dokter bertanya kepada seorang apoteker dengan pertanyaan
klinis, tetapi apoteker tidak tahu jawabannya, maka harus
menginformasikan dokter bahwa akan memverifikasi sumber
literatur klinis dan akan menjawab secepatnya.
DOKTER
Dokter bertanggungjawab terhadap hal-hal berikut:
• Diagnosis: dengan memastikan diagnosis yang tepat yang dijelaskan
kepada pasien, kepatuhan terhadap terapi akan lebih baik.
• Peresepan: Dengan meresepkan obat dalam jumlah sesedikit
mungkin dan menerangkan tujuan penggunaan dari masing-masing
obat kepada pasien, pengertian pasien akan meningkat.
• Informasi obat: Pemberi resep harus menerangkan bagaimana cara
pakai setiap obat, efek samping yang mungkin terjadi, dan apa yang
harus dilakukan jika terjadi efek yang tidak diharapkan atau tidak
terjadi efek yang diharapkan.
APOTEKER
Apoteker mempunyai fungsi yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan
dalam hal :
• Pengadaan: Memastikan tersedianya obat dengan kualitas yang baik, pada
saat diperlukan.
• Distribusi: Memindahkan obat dengan aman kemanapun obat akan
diberikan, memastikan kondisi perjalanan dan penyimpanan obat tidak
mempengaruhi kondisi obat.
• Peresepan: Apoteker sering diminta untuk memberikan obat bebas atau
obat bebas terbatas untuk membantu pasien melakukan swamedikasi.
• Monitoring: Apoteker perlu melakukan monitoring terhadap terapi jangka
panjang pasien penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes dan asma.
Peran lain dari apoteker adalah melakukan :
• Komunikasi dengan dokter: dalam melakukan konfirmasi resep atau menjawab
pertanyaan.
• Mematuhi standar terapi, terutama yang berlaku secara lokal: apoteker di rumah
sakit dapat diberi tanggungjawab untuk memastikan kepatuhan resep terhadap
standar terapi. Terutama untuk regimen yang sifatnya kompleks seperti terapi
kanker.
• Penelitian terhadap pola peresepan dan penggunaan obat: Apoteker memiliki
posisi yang strategis dalam melakukan monitor dan evaluasi terhadap peresepan
dan penggunaan obat terutama di rumah sakit lokasi dia bekerja.
• Edukasi pasien: Apoteker, pada umumnya, dipercaya oleh pasien dan dapat
memberikan saran yang dihargai oleh pasien serta melakukan edukasi pada
pasien secara individual atau edukasi kepada kelompok pasien dengan penyakit
tertentu
Hubungan Farmasis Dengan Dokter
Untuk menjalin suatu hubungan antar professional farmasis dengan
dokter supaya terjalin komunikasi yang baik, seorang farmasis
(Apoteker dan Asisten Apoteker) harus mengetahui lebih dahulu apa
yang menjadi tanggung jawab seorang farmasis dalam pelayanan
kefarmasian.
Adanya pemahaman yang baik antar kedua profesi ini, akan sangat
memudahkan farmasis dan dokter berkomunikasi.
Hubungan Farmasis Dengan Perawat
Perawat akan lebih banyak bertanggung jawab terhadap pasien yang
dirawatnya dalam memberikan obat.
Perawat juga harus banyak berkomunikasi dengan farmasis dalam
pemberian dan pendistribusian obat terhadap pasiennya.
Perawat juga wajib menegur farmasis bila terjadi kesalahan dalam
pemberian obat dan memastikan terlebih dahulu dosis yang akan
diberikan ke pasien.
DOKTER
• Menekankan komunikasi
dua arah
• Masih menempatkan dokter
pada posisi utama
PENDAF PEMBERI • Masih membatasi hubungan
LAYANAN
TARAN LAIN dokter dengan pasien

PASIEN

MODEL KOLABORATIF LAYANAN TIPE I


• Lebih berpusat pada
pasien DOKTER PENDAFTARAN
• Semua pemberi
layanan harus
bekerjasama
• Ada kerjasama
dengan pasien PASIEN
• Tidak ada pemberi
layanan yang
mendominasi

PEMBERI
LAYANAN LAIN

Model komunikasi kolaboratif Tipe II

Anda mungkin juga menyukai