Anda di halaman 1dari 15

BIOTEKNOLOGI

KELOMPOK 4

EVOLUSI BIOLOGI : VIRUS, SEL PROKARYOT, DAN EUKARYOT

Nama Kelompok :

Ihsan Saprimayuda 2006541038

Ni Made Devi Narayani 2006541040

Ni Luh Gede Pradnya Suryani 2006541041

I Gede Made Pramudita 2006541047

Elma Tiara Talenta Br Pinem 2006541051

Ni Wayan Dila Paramita Anggreni 2006541057

Dimas Airlangga 2006541061

PRODI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas anugerah-Nya sehingga tugas pembuatan makalah Bioteknologi dengan topic “Evolusi
Biologi : Virus, Sel Prokaryot, dan Eukaryot” ini dapat terselesaikan.

Dengan makalah ini, kami harap dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa kami adalah manusia yang memiliki keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna.
Begitupula dengan makalah ini yang tidak dapat mendeskripsikan banyak hal dengan sempurna
dan masih banyak memiliki kesalahan.

Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kami gunakan sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki penulisan makalah kami di masa
mendatang.

Jimbaran, 1 Maret 2021

Tim Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat............................................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................................................ 3

2.1 Virus ...................................................................................................................................... 3

2.2 Sel Prokaryot ......................................................................................................................... 3

2.3 Eukaryot ................................................................................................................................ 4

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5

3.1. Asal-Usul Virus .................................................................................................................... 5

3.2. Asal-Usul Sel Prokariot........................................................................................................ 6

3.3. Asal-Usul Sel Eukariot ......................................................................................................... 8

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 11

4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11

4.2 Saran ............................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan dimuka bumi ini tidak muncul secara instan, namun dibentuk melalui proses
evolusi yang sangat panjang. Secara garis besar terdapat dua tipe sel yaitu prokariot dan
eukariot. Organisme prokariot dianggap organisme tertua di bumi ini karena strukturnya paling
primitif.

Menurut para ahli evolusi, berjuta-juta tahun yang lalu terdapat monomer-monomer
organik seperti air, gas hidrogen, gas amonia, gas metana yang bergabung menjadi polimer
organik atau protenoid. Protenoid akan menjadi protobion, dimana protobion ini merupakan
bahan dasar pembentuk sel purba atau disebut progenot. Semua makhluk hidup yang hidup
saat ini merupakan hasil perkembangan sel purba ini. Progenot atau sel purba akan berkembang
menjadi kelompok sel prokariotik purba seperti Archeabacteria.Archeabacteria merupakan
kelompok bakteri yang hidup pada kondisi ekstrim. Kelompok sel ini memiliki dinding sel
dengan berbagai jenis protein, pigmen fotosintesis berupa bakteriorodopsin, dan mampu
menghasilkan ATP sendiri.

Organisme prokariotik muncul dengan proses yang sangat panjang, dimulai dari molekul
tak hidup yang berpolimer membentuk gabungan molekul yang sangat kompleks. Hal itu dapat
terjadi, karena keadaan bumi pada saat itu berbeda dengan sekarang. Kadar gas oksigen masih
minim, banyak petir, kadar karbon dioksida yang tinggi, aktivitas vulkanik, hantaman meteor,
dan radiasi sinar UV yang sangat tinggi dibandingkan dengan keadaan bumi saat ini. Oleh
karena itu, lingkungan pada kondisi dulu dapat memungkinkan terbentuknya kehidupan.
Namun, masih banyak perdebatan mengenai asal-usul kehidupan di bumi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal usul Virus ?


2. Bagaimana asal usul Sel Prokaryot ?
3. Bagaimana asal usul Eukaryot ?

1
1.3 Tujuan

1. Menjelaskan asal usul Virus.


2. Menjelaskan asal usul Sel Prokaryot.
3. Menjelaskan asal usul Eukaryot.

1.4 Manfaat

1. Untuk mengetahui asak usul Virus


2. Untuk mengetahui asal usul Sel Prokaryot.
3. Untuk mengetahui asal usul Eukaryot.

2
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Virus

Meskipun sel-sel merupakan unit fungsional terkecil dari organisme hidup, unit yang lebih
sederhana dapat menyerbu sel-sel dan menumbangkan mesin sintetiknya. Ini adalah virus yang
dalam keadaan bebas, bentuk menginfeksi terdiri lebih kecil daripada selubung protein
mengelilingi satu atau lebih molekul asam nukleat, semuanya terpusat pada suatu struktur yang
pada sebagian besar kejadian adalah lebih kecil daripada ribosom. Asam nukleat virus, bila masuk
ke dalam sel inang dapat mengubah inangnya menjadi suatu pabrik perakitan dan membebaskan
virus-virus dari jenis yang sama. Virus adalah penting bagi dirinya sendiri sebagai pembawa
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Virus juga mempunyai nilai yang besar sebagai
subjek penelitian karena pola dari reflek infeksi kerja bagian dalam sel-sel inangnya. (Yoni. 2004:
11-12). Virus merupakan mikroorganisme yang belum dapat dikategorikan sebagai benda mati dan
hidup karena virus memiliki ciri keduanya, sehingga virus dikatakan sebagai mikroorganisme yang
berada dalam peralihan antara benda mati dan hidup. Ciri hidup virus dapat bereproduksi dengan
cepat, tetapi hanya terjadi pada sel inang yang hidup virus dapat bermutasi Ciri mati virus adalah
aseluler yang tidak memiliki sitoplasma dan organel lainnya virus tidak melakukan metabolisme
sendiri, sehingga untuk memperbanyak diri, virus menggunakan metabolisme sel inangnya
(Subandi. 2010: 126). Kriteria yang digunakan untuk menentukan virus hanya berisi satu macam
asam nukleat yaitu DNA atau RNA, dan tidak keduanya, virus untuk memperbanyak diri sangat
bergantung pada sel inangnya, komponen virus harus lengkap agar dapat berpindah dari satu sel
inang ke sel inang lainnya.

2.2 Sel Prokaryot

Walaupun jauh dari sederhana, sel prokaryotic (termasuk bakteri dan archae) umumnya
berukuran lebih kecil dan mempunyai struktur lebih sederhana daripada sel eukariotik. Perbedaan
utama antara kedua jenis sel itu adalah bahwa materi genetic (DNA) sel prokaryot tidak terletak
dalam suatu struktur membran ganda yang disebut nucleus. Sedangkan pada sel eukaryot, semua
materi genetiknya terdapat pada molekul DNA, yang terdapat sebagai kromosom.

3
Struktur umum sel prokayot terdiri dari kapsul, dinding sel (membran luar dan
peptidoglikan merupakan anggota karbohidrat), membran plasma, sitoplasma yang mengandung
ribosom dan nukleoid. Bagian luar sel bakteri terdiri dari kapsula, dinding sel, dan membran
plasma. Reproduksi sel prokariotik adalah dengan pembelahan biner yang artinya pembelahan ini
berlangsung secara sederhana dan spontan. Proses pembelahan ini juga dikenal dengan proses
pembelahan amitosis. Amitosis artinya pembelahan yang tidak melibatkan kromosom.
Pembelahan biner dapat ditemukan pada sel bakteri, proses pertumbuhan sel, duplikasi materi
genetik, pembagian kromosom, dan pembelahan sitoplasma.

2.3 Eukaryot

Sel Eukaryot juga mempunyai organel organel bermembran lain di dalam sitoplasmanya
(suatu daerah antara nucleus dan membrane plasma). Struktur-struktur subseluler ini mempunyai
struktur dan fungsi yang amat beragam. Sebagian besar sel Eukaryot mempunyai mitokondria,
yang mengandung enzim dan mekanisme untuk resprasi aerob dan fosforilasi oksidatif. Dengan
demikian, fungsi utama mitokondria adalah menghasilkan Adenosine Triifosfat (ATP), satuan
utama pertukaran energy yang terjadi didalam sel. Organel ini dikelilingi oleh membrane ganda.
Membrane dalamnya, yang mengandung rantai transport electron dan enzim yang dibutuhkan
untuk menghasilkan ATP, terdiri dari lipatan lipatan yang disebut krista (cristae). Krista tersebut
menonjol ke dalam matriks atau rongga sentral. Mitokondria mempunyai DNA dan ribosom
sendiri, akan tetapi sebagian proteinnya diimpor dari sitoplasma.

Pembelahan sel eukaryot secara tak langsung melalui tahapan dibedakan menjadi
pembelahan mitosis dan pembelahan meiosis. Mitosis yaitu pembelahan nukleus yang pada
umumnya disertai dengan sitokinesis, pembelahan sitoplasma. Sel yang semula satu menjadi dua
sel yang memiliki genetik yang sama dengan sel induk. Meiosis pembelahan sel yang
menghasilkan 4 sel anakan dengan jumlah kromosom ½ kromosom induknya

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Asal-Usul Virus

Virus selalu berdampingan dengan organisme, dan mungkin telah ada sejak sel hidup
pertama kali berevolusi. Virus tidak meninggalkan fosil, sehingga asal muasal virus hanya bisa
dihipotesiskan dengan cara-cara seperti teknik-teknik biologi molekuler. Teknik-teknik ini
mengandalkan keberadaan DNA atau RNA virus yang terdahulu. Akan tetapi, sebagian besar virus
yang diawetkan dan disimpan di laboratorium berusia kurang dari 90 tahunMetode-metode biologi
molekuler hanya berhasil melacak nenek moyang virus yang berevolusi pada abad ke-Golongan
virus baru berkali-kali muncul dalam berbagai tahap evolusi makhluk hidupAda tiga hipotesis
utama tentang asal-usul virus: hipotesis regresi, hipotesis keluar dari sel, dan hipotesis koevolusi.

3.1.1 Hipotesis regresi

Menurut hipotesis ini, virus bisa jadi dulunya adalah sel-sel kecil yang menjadi parasit
dalam sel yang lebih besar. Kemudian, parasit-parasit ini kehilangan gen-gen yang tidak
lagi dibutuhkan setelah hidup sebagai parasit. Dengan demikian, sel-sel tersebut
mengalami regresi menjadi virus. Hipotesis ini didukung oleh keberadaan bakteri seperti
Rickettsia dan Chlamydia yang hanya mampu bereproduksi di dalam sel inang (seperti
halnya virus). Menurut hipotesis regresi, jika sel-sel seperti ini bisa mengandalkan hidup
sebagai parasit, gen-gen lain yang hanya diperlukan untuk hidup mandiri dapat hilang.

3.1.2. Hipotesis keluar dari sel

Menurut hipotesis ini, virus berevolusi dari potongan DNA atau RNA yang keluar dari
gen-gen organisme yang lebih besar. DNA yang keluar ini dapat berasal dari plasmid
(potongan-potongan DNA yang dapat berpindah dari satu sel ke sel lain) dan juga dari
bakteri

3.1.3. Hipotesis koevolusi

Menurut hipotesis ini, virus tidak berasal dari sel dan berevolusi dari molekul-molekul
kompleks protein dan DNA pada saat yang sama dengan munculnya sel di bumi, dan
selama bertahun-tahun selalu bergantung kepada sel hidup.Viroid adalah molekul RNA

5
yang tidak digolongkan sebagai virus karena mereka tidak memiliki lapisan protein.
Viroid sering disebut agen subviral.Sementara itu, virofag bergantung pada virus raksasa
dalam menginfeksi sel inang, misalnya virofag Sputnik bergantung pada Mimivirus yang
menginfeksi protozoa Acanthamoeba castellanii Virus-virus yang bergantung pada
keberadaan spesies virus lain di dalam sel inang disebut "satelit" dan dapat menjadi
perantara evolusi antara viroid dan virus

Ketiga hipotesis ini memiliki kelemahan. Hipotesis regresi tidak dapat menjelaskan
mengapa sel-sel parasit terkecil yang ditemukan pun tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan
virus. Hipotesis keluar dari sel tidak dapat menjelaskan struktur-struktur yang hanya ada pada virus
dan tidak pada sel. Hipotesis koevolusi tidak dapat menjelaskan bagaimana virus yang terbentuk
pertama kali dapat bertahan dan memperbanyak diri tanpa keberadaan sel.

3.2 Asal-usul Sel Prokaryot

Menurut para ahli evolusi, berjuta-juta tahun yang lalu terdapat monomer-monomer
organik seperti air, gas hidrogen, gas amonia, gas metana yang bergabung menjadi polimer organik
atau protenoid. Protenoid akan menjadi protobion, dimana protobion ini merupakan bahan dasar
pembentuk sel purba atau disebut progenot. Semua makhluk hidup yang hidup saat ini merupakan
hasil perkembangan sel purba ini. Progenot atau sel purba akan berkembang menjadi kelompok
sel prokariotik purba seperti Archeabacteria.

Archeabacteria merupakan kelompok bakteri yang hidup pada kondisi ekstrim. Kelompok sel
ini memiliki dinding sel dengan berbagai jenis protein, pigmen fotosintesis berupa
bakteriorodopsin, dan mampu menghasilkan ATP sendiri. Protobiont berkembang menjadi
protoplasma dan kemudian berkembang menjadi sel prokariot awal. Prokariot merupakan sel yang
mendominasi atmosfer bumi pada masa itu dan dapat dapat hidup di berbagai tempat serta sangat
mudah berkembang biak. Prokariot dapat hidup di air panas, air dingin, air asin, asam, basa, di
dalam tanah, dan pada sel lainnya. Kehadiran prokariot yang melimpah ruah di bumi selama
milyaran tahun merupakan awal dari kehidupan di bumi kita. Prokariot berevolusi terus menerus,
hingga menimbulkan keanekaragaman metabolisme dan cara makan. Sebagian besar prokariot ini
berukuran mikroskopik, namun demikian, dampaknya bagi kehidupan sejak dahulu hingga saat
ini, sangat luar biasa. Prokariot sangat berperan dalam merombak bahan-bahan dari organisme

6
yang sudah mati dan mengembalikan unsur kimia ke lingkungan (saprofit), ada yang menyebabkan
penyakit (pathogen), ada yang bersifat parasit.

Evolusi cara makan prokariot memegang peranan penting dalam perubahan lingkungan bumi
purbakala. Pada awalnya banyak prokariot yang bersifat parasit, karena lautan purbakala pada
masa itu kaya akan bahan organik sebagai nutrisi bagi prokariot.Prokariot ini dapat dikatakan
hidup sebagai parasit. Seiring dengan kemampuan berkembang biak prokariot, maka lautan purba
dengan cepat dipenuhi oleh sel-sel prokariot, dan banyak pula sel-sel yang mati. Bahan organik
pada sel-sel mati ini kemudian diuraikan oleh prokariot saprofit . Hasil penguraian ini adalah
bahan-bahan anorganik yang dikembalikan ke lingkungan. Evolusi cara makan ini dikuti dengan
evolusi metabolisme, sehingga muncul keanekaragaman prokariot. Pada beberapa jenis prokariot
awal, terdapat pigmen penyerap cahaya matahari (UV). Sinar UV ini sangat berbahaya bagi sel
yang tumbuh di permukaan air. Namun prokariot fotosintetik ini memiliki alat metabolik untuk
menggunakan H2O yang berlimpah sebagai pengganti H2S. Hidrogen digunakan untuk mereduksi
CO2.

Hasil fotosintesis adalah glukosa dan oksigen. Prokariot fotosintetik ini adalah sianobakteria
awal. Sianobakteria berevolusi antara 2,5- 3,4 milyar tahun bersama prokariot lainnya. Banyaknya
oksigen yang dihasilkan oleh sianobakteria ini kemudian mengubah lingkungan bumi awal. Bumi
yang semula tanpa oksigen menjadi banyak mengandung oksigen. Saat itu lautan menjadi jenuh
dengan oksigen bebas yang terakumulasi di permukaan laut. Sebagian oksegen bereaksi dengan
besi terlarut menjadi oksida besi lalu mengendap. Hingga suatu saat ketika besi terlarut habis,
maka O2 dibebaskan ke atmosfer. Perubahan secara bertahap menyebabkan atmosfer bumi
menjadi kaya akan oksigen. terjadilah “Revolusi Oksigen”. Atmosfer yang kaya oksigen ini
menyebabkan kepunahan prokariot anaerob yang tak dapat beradaptasi dengan lingkungan baru.
Namun ada prokariot anaerob lain yang dapat bertahan hidup dalam habitat yang aerob hingga saat
ini yaitu anaerob obligat. Di samping itu muncul sel prokariot yang bersimbiosis dengan prokariot
aerob, lalu terjadilah evolusi antara simbion tersebut yang kemudian berkembang menjadi
Eukariotik.

7
3.3 Asal-Usul Sel Eukariot

Berdasarkan teori evolusi, makhluk hidup yang pertama muncul di bumi adalah dalam bentuk
sel prokariotik atau bakteri. Sel sederhana ini kemudian berevolusi menjadi sel yang lebih
kompleks yaitu sel eukariotik dalam waktu satu miliar tahun dan akhirnya berkembang menjadi
makhluk hidup. Sel eukariotik adalah sel yang memiliki nukleus yang jelas, di mana terdapat bahan
genetik (DNA) organisme, dilindungi oleh sitoplasma dan membran yang membentuk sel
selulerEukariotik diperkirakan mulai muncul 1,5 milyar tahun yang lalu. Para ilmuwan belum
mengetahui dengan pasti bagaimana organisme eukariotik ini berkembang.

Terjadinya eukariot Terdapat dua teori mengenai pembentukan eukariot dari prokariot, yaitu teori
pelekukan membran (membrane infolding) dan teori endosimbiosis.

1. Teori Pelekukan Membran (Membrane Infolding)


Teori pelekukan membran menjelaskan bahwa semua organel bermembran pada sel
eukariot, kecuali mitokondria dan kloroplas, terbentuk dari pelekukan membran ke arah
dalam. Pelekukan ini membentuk membran inti dan retikulum endoplasma.

2. Teori Endosimbiosis
Teori endosimbiosis menjelaskan pembentukan mitokondria dan kloroplas yang
berasal dari pengabungan atau simbiosis sel prokariot ke dalam sel prokariot lain yang
lebih besar.

8
Di dalam sel-sel eukariot terdapat organel-organel yang masing-masing memiliki
fungsi khusus. Dua diantaranya adalah mitokondria yang berfungsi untuk respirasi dan
kloroplas untuk fotosintesis. Mitokondria hamper selalu terdapat pada sel-sel eukariot,
sedangkan kloroplas hanya dijumpai dalam sel-sel eukariot yang dapat melakukan fotosintesis
(tumbuhan). Di dalam “Cell Biology” (Thorpe, 1984) diungkap beberapa persamaan antara
mitokondria dengan sel bakteri aerob. Baik mitokondria maupun sel bakteri aerob sama-sama
memiliki ADN dan ribosom. ADN mitokondria banyak yang berbentuk sirkuler, seperti bentuk
ADN bakteri. Ukuran ribosom keduanya juga hampir sama, lipatan-lipatan ke dalam dari
membran dalam mitokondria (cristae) memiliki fungsi yang sama dengan lipatan-lipatan ke
dalam dari membran plasma sel bakteri (mesosom), yaitu tempat berlangsungnya respirasi.
Selain itu translasi yang berlangsung pada mitokondria maupun sel bakteri sama-sama dapat
dihambat oleh khloramfenikol (sejenis antibiotik). Mitokondria seperti halnya bakteri dapat
memperbanyak diri dengan membelah. Karena persamaan-persamaan tersebut muncul
dugaandugaan mengenai asal usul mitokondria di dalam sel eukariot.
Salah satu pendapat yang banyak diterima adalah hipotesis endosimbiosis. Menurut
hipotesis ini pada mulanya mitokondria adalah sejenis prokariot aerob yang kemudian dicaplok
oleh sel eukariotik yang anaerob. Sel eukariot anaerob ini diperkirakan berkembang dari sel-
sel anaerob ini diperkirakan berkembang dari sel-sel anaerob primitif yang berhasil bertahan
hidup ketika O2 di bumi bertambah banyak; pada akhirnya sel prokariotik aerob tersebut
menjadi organel mitokondria, dan sel eukariot yang semula anaerob menjadi aerob. Beberapa
mikroorganisme yang hidup pada masa kini dapat menjadi bukti yang mengandung hipotesis
ini. Di dalam usus hewan terdapat spesies eukariot bersel tunggal yang tidak mempunyai
mitokondria dan hidup dalam kondisi kurang O2, jadi mirip dengan sel eukariot anaerob yang
primitif. Pelomyxa palustris, sejenis Amoeba walaupun tidak memiliki mitokondria tetap dapat
melakukan oksidasi karena memelihara sejenis bakteri aerob di sitoplasmanya dalam suatu
hubungan yang permanen. Secara struktural dan fungsional, struktur sebagian kloroplas mirip
sekali dengan Cyanobacteria. Susunan tilakoid pada kloroplas mirip sekali dengan lamella
pada Cyanobacteria, ADN keduanya sama-sama berbentuk sirkuler, dan hampir tidak dapat
dibedakan urutan nukleotida antara keduanya. Keduanya juga sama-sama memiliki ribosom
yang ukurannya hampir sama. Selain itu baik kloroplas maupun Cyanobacteria dapat
memperbanyak diri dengan membelah. Oleh sebab itu timbul dugaan bahwa kloroplas maupun

9
Cyanobacteria memiliki/berkembang dari nenek moyang sel yang sama. Sama seperti dengan
asal usul mitokondria, asal usul kloroplas di dalam sel eukariot juga dijelaskan dengan
hipotesis endosimbiosis. Sel eukariot primitif heterotrof menelan sel prokariot autotrof
sehingga terjadi simbiosis abadi. Ternyata di antara sel-sel eukariot yang hidup sekarang ada
yang bersimbiosis permanen dengan Cyanobacteria. Dalam bentuk persekutuan kedua
organisme itu disebut Cyanophora paradoxa.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan di atas yaitu:


1. Virus merupakan mikroorganisme yang belum dapat dikategorikan sebagai benda mati
dan hidup karena virus memiliki ciri dari keduanya. Virus berkembang biak dengan
dua cara, yaitu daur litik dan lisogenik. Virus selalu berdampingan dengan organisme,
dan mungkin telah ada sejak sel hidup pertama kali berevolusi. Virus tidak
meninggalkan fosil, sehingga asal muasal virus hanya bisa dihipotesiskan dengan cara-
cara seperti teknik-teknik biologi molekuler. Ada tiga hipotesis utama tentang asal-usul
virus yaitu hipotesis regresi, hipotesis keluar dari sel, dan hipotesis koevolusi.
2. Sel prokaryotic merupakan sel yang memiliki struktur lebih sederhana daripada sel
eukariotik. Perbedaan utama antara kedua jenis sel itu adalah bahwa materi genetic
(DNA). Sel prokaryot tidak terletak dalam suatu struktur membran ganda yang disebut
nucleus sehingga DNA nya terletak pada sitoplasma sel.
3. Sel eukariotik merupakan sel yang telah memiliki membran inti atau nucleus. Sel
Eukaryot mempunyai organel-organel bermembran lain di dalam sitoplasmanya (suatu
daerah antara nucleus dan membrane plasma). Adapun teori dari evolusi sel ini yaitu
teori Pelekukan Membran (Membrane Infolding) dan teori Endosimbiosis.

4.2 Saran

Mahasiswa pertanian diharapkan mengetahui tentag sel dan virus, yang salah
satunya meliputi proses evolusi dari sel prokariotik dan eikariotik, serta evolusi virus. Hal
ini penting agar mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang menyeluruh mengenai unit
terkecil penyusun makhluk hidup yaitu sel, dan juga mengenai virus sehingga ilmu-ilmu
ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran khususnya dalam mata kuliah
bioteknologi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hendra. 2017. Makalah Evolusi Biologi. URL : http://hendrajs94.blogspot.com/2017/01/makalah-


evolusi-biologi.html. Diakses pada 1 Maret 2021.

Lukman, Aprizal. 2008. Evolusi Sel Sebagai Dasar Perkembangan Makhluk Hidup Saat ini. URL:
272-Article Text-1051-1-10-20120911.pdf. Diakses pada 2 Maret 2021

Yolanda,dkk.Sejarah Awal Mula Eukariotik.URL:


SEJARAH_ASAL_MULA_EUKARIOTIK.pdf

Diakses pada 2 Maret 2021

Sudargo T, Fransisca. Dunia Bakteri”Evolusi Prokariot , Protista , dan Tumbuhan” URL:


http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195107261978032-
FRANSISCA_SUDARGO/modul_UT/Dunia_bakteri.pdf diakses pada 7 Maret 2021

12

Anda mungkin juga menyukai